Anda di halaman 1dari 21

PEMBENTUKAN, STRUKTUR ANATOMI DAN KOMPOSISI

DENTIN PULPA

Disusun oleh:
Kasiam Fatimah

(04031181419005)

Adi Anugrah Hutama

(04031281419024)

Rahma Fernita

(04031281419028)

Andika Kresna Bayu

(04031381419055)

Ade Rizki Putri Ratih

(04031381419058)

Dosen Pembimbing:drg. Shanty Chairani, M.Si

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2015
A. KOMPLEKS DENTIN PULPA1
Dentin adalah jaringan ikat yang membentuk sebagian besar gigi. Bagian mahkota
dilapisi enamel dan bagian akar dilapisi oleh sementum, serta dikelilingi dan dilindungi oleh
pulpa. Dentin ini lebih keras dibandingkan tulang, tetapi lebih lembut jika dibandingkan
dengan enamel. Dentin memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap stimulus.
Pulpa adalah suatu rongga yang berisi pembuluh darah dan persyarafan gigi. Oleh karena
itu, secara anatomis dentin sangat berhubungan erat dengan pulpa, karena dentin dan pulpa
memiliki jaringan penyusun yang sama, maka disebutlah kompleks dentin dan pulpa. Secara
embriologi dan fisiologi, dentin dan pulpa saling berkaitan satu sama lain. Hal ini berkenaan
dengan fungsi pulpa itu sendiri:
1.
2.
3.
4.

Formative. Pulpa memproduksi dentin yang mengelilinginya.


Nutritif. Pulpa memberikan nutrisi ke dentin melalui avaskular (pembuluh darah).
Protektif. Saraf pada pulpa mengakibatkan dentin menjadi sensitif.
Reparatif. Proses regenerasi, yakni pulpa dapat menghasilkan dentin baru ketika
dibutuhkan.

Gbr. 1
(A = anatomi gigi, B = histological kompleks dentin pulpa)

B. PEMBENTUKAN DENTIN DAN PULPA (DENTINOGENESIS) 1


Dentinogenesis merupakan proses pembentukan dan maturasi dentin. Dentinogenesis
dimulai sebelum amelogenesis dan berlangsung sepanjang hidup. Dentinogenesis terjadi

pada bell stages dalam fase perkembangan gigi di jaringan papilla yang berdekatan dengan
titik atas cekung dari epitel enamel bagian dalam (cikal bakal cusp). Dari titik ini,
pembentukan dentin tersebar dari cusp sampai sisi serviks (leher) organ enamel dan dentin
akan menebal hingga terbentuklah korona dentin. Sementara akar dentin terbentuk pada
fase yang lebih akhir dan memerlukan proliferasi sel sel epitel dari bagian serviks organ
enamel di sekeliling pulpa. Sel sel yang berperan dalam dentinogenesis adalah sel
odontoblast.
SKEMA 1. DENTINOGENESIS

PE
ro
es
oi
d
od
na
tp
ol
b
ll

m
i
e

l
l

a
a

a
s
t
1. Diferensiasi Odontoblast

Pada perkembangan yang normal, diferensiasi odontoblast terbentuk melalui signal


signal dan faktor pertumbuhan yang terdapat pada epitel enamel bagian dalam. Sel
sel ektomesenkim pada papilla dental ini berukuran sangat kecil, belum mengalami
differensiasi dan merupakan tempat bagi inti sel dan organel lainnya. Sel sel tersebut
dipisahkan dari epitel enamel bagian dalam oleh zona asesuler yang mengandung
banyak serat kolagen.

Gbr 2. Diferensiasi odontoblast


Setelah sel epitel enamel bagian dalam mengalami polarisasi menjadi ameloblast,
perubahan juga terjadi pada sel ektomesenkim pada dental papilla. Sel sel tersebut
dengan cepat membesar dan memanjang untuk membentuk preodontoblast terlebih
dahulu. Seiring dengan membesarnya volume sitoplasma karena pertambahan jumlah
organel dari sintesis protein, preodontoblast berubah menjadi odontoblast. Zona
asesuler yang berada di antara dental papilla dan epitel enamel menghilang seiring
differensiasi dan penambahan ukuran odontoblast. Sel odontoblast ini dicirikan sebagai
sel yang sangat polar dengan inti yang terletak jauh dari epitel enamel bagian dalam.
2. Pembentukan Mantel Dentin
Setelah odontoblast berdiferensiasi, langkah selanjutnya adalah pembentukan matriks
organik yang ditandai dengan terbentuknya serat Von Korffs yang merupakan serat
kolagen yang berdiameter sangat besar, sekitar 0,1 sampai 0,2 mm. Serat ini
mengadung kolagen tipe III dengan fibronectin. Serat ini berasal dari odontoblast dan
membesar ke arah epitel enamel bagian dalam dan akan berdiam di sebuah substansi
tidak bertruktur di bawah epitel. Seiring odontoblast membesar, odontoblast juga

memproduksi sedikit kolagen tipe I yang akan berbaris membangun dentinoenamel


junction. Pada saat ini, mantel predentin telah terbentuk.
Membran plasma yang berdekatan dengan ameloblastoma yang berdiferensiasi akan
berproses membentuk matriks ekstraseluler. Pada suatu saat, proses pembentukan
matriks ekstraseluler ini dapat menembus lamina basalis dan meletakkan dirinya di
antara sel epitel enamel dalam dan membentuk poros enamel. Ketika odontoblast
melakukan proses ini, akan terbentuk juga sedikit membran vesikel yang terletak
dangkal di dekat lamina basalis. Lalu odontoblast ini akan melakukan sebuah proses
bernama Tomes fiber yang akan membentuk mantel dentin lalu odontoblast akan
bergerak kearah pulpa. Mantel dentin coronal dengan tebal 15 sampai 20 mm akan
terbentuk dan akan dimasukkan ke dalam dentin primer.

3. Suplai Pembuluh Darah


Ketika mantel dentin terbentuk, pembuluh darah kapiler ditemukan di bawah
odontoblast yang baru saja berdiferensiasi. Ketika pembentukan dentin primer,
sebagian dari kapiler kapiler ini berpindah di antara odontoblast. Saat dentinogenesis
selesai, kapiler akan menarik diri dari lapisan odontoblast.
4. Kontrol Mineralisasi
Sepanjang dentinogenesis, mineralisasi terjadi karena penimbunan yang terus menerus
dari mineral pada vesikel matriks. Fase mineral pertama kali terjadi di dalam vesikel
matriks, ditandai dengan terbentuknya sebuah kristal yang berasal dari fosfolipid di
dalam membrane vesikel. Lalu kristal ini akan tumbuh dengan cepat dan akhirnya akan
keluar dari vesikel dan akan berfusi dengan kristal yang lainnya untuk membentuk
lapisan kristal yang telah termineralisasi dan matriks protein non kolagen yang
diproduksi oleh odontoblast akan bertugas meregulasi timbunan mineral.
5. Pola Mineralisasi
Ada dua pola mineralisasi dentin, yakni kalsifikasi globular dan linear. Kalsifikasi
globular melibatkan penimbunan kristal pada area-area tertentu di matriks. Seiring
dengan tumbuh nya kristal, massa globular akan semakin membesar dan akan berfusi
membentuk sebuah massa yang telah terkalsifikasi. Pola pembentukan ini dapat
terlihat dengan jelas pada mantel dentin.
Pada circumpulpal dentin, pola pembentukan bisa dengan globular atau linear. Ukuran
globul tergantung dengan laju penimbunan dentin, globul yang terbesar ada di daerah
dimana laju penimbunan dentin paling cepat.

6. Pembentukan Akar Dentin


Sel epitel Hertwigs akan membentuk akar dentin. Pembentukan akar dentin hampir
sama dengan pembentukan coronal dentin dengan sedikit perbedaan. Lapisan terluar
dari akar dentin, sama dengan mantel dentin pada mahkota gigi, menunjukkan
perbedaan dalam pembentukan kolagen. Beberapa laporan menunjukkan bahwa konten
fosfoprotein pada akar dentin terbentuk pada kecepatan yang lebih lambat daripada
dentin coronal.
7. Pembentukan Dentin Sekunder Dan Tersier
Dentin sekunder terbentuk setelah pembentukan akar telah selesai, dan dibentuk oleh
odontoblast yang membentuk dentin primer. Pembentukan dentin sekunder secara
esensi hampir sama dengan dentin primer, namun lebih lambat. Dentin sekunder dapat
dibedakan dari dentin primer dalam hal pewarnaan, garis pemisah halus, dan dental
tubul yang tidak teratur. Pada beberapa kasus, tubul dapat sama sekali tidak ada,
karena lapisan dentin menjadi lebih tebal dan permukaan dalamnya semakin sedikit,
sehingga menyebabkan pemadatan odontoblast dan kematian dari beberapa
odontoblast tersebut.
Dentin tersier terbentuk sebagai respon terhadap sel odontoblast yang rusak atau
sebagai sel pengganti untuk pulpa. Laju pembentukan dentin ini tergantung dengan
seberapa besar kerusakan yang terjadi.

C. STRUKTUR DENTIN DAN PULPA1-3


1. Dentin
a) Morfologi Dentin
Dentin merupakan tulang matriks yang penuh oleh tubulus-tubulus dentin yang
melintasi seluruh permukaan dan mengandung ekstensi sitoplasma sel odontoblast
dimana sel odontoblast itu berguna untuk pembentukan dentin pertama kali dan
kemudian mempertahankannya.

Gbr. 3
(A = struktur dentin dipotong secara koronal; B = penampang struktur dentin)
Pada struktur dentin, terdapat pembagian tipe-tipe dentin:
Dentin Primer
Dentin primer adalah dentin yang pertama sekali dibentuk. Pembentukannya
terjadi hanya pada masa pertumbuhan gigi sampai dengan gigi erupsi. Dentin
primer dibentuk secara cepat sebelum foramen apikal sempurna. Dentin primer
lebih banyak mengandung mineral dibandingkan dentin sekunder. Lapisan terluar
dari dentin primer yang disintesis pada awal pembentukan dentin disebut mantel
dentin. Sedangkan lapisan dalam dekat pulpa, disebut circumpulpal dentin.
Circumpulpal dentin terbentuk setelah pembentukan mantle dentin.
Dentin Sekunder
Setelah dentin primer terbentuk, selanjutnya adalah pembentukan dentin
sekunder. Dentin sekunder ini dibentuk setelah proses erupsi dan pergantian gigi
serta berlangsung selamanya. Dentin sekunder terbentuk setelah foramen apikal
sempurna dan dibentuk lebih lambat. Secara fisiologis, dentin sekunder
didepositkan mengelilingi tepi pulpa selama pulpa masih vital, sehingga ruang
pulpa secara progresif akan menyempit seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini
terjadi selama lingkungan di sekitar struktur dan jaringan gigi tetap stabil dan
konstan tanpa ada trauma ataupun rangsangan dari luar.
Tabel 1. Perbedaan dentin primer dan sekunder
Dentin Primer
Dibentuk secara cepat sebelum

Dentin Sekunder
Dibentuk lebih lambat dan setelah

foramen apikal sempurna


Dibentuk hanya sekali yakni pada

foramen apikal sempurna


Pembentukan berlangsung selamanya,

pertumbuhan gigi sampai dengan gigi

setelah proses erupsi dan pergantian

erupsi
Mengandung lebih banyak mineral
Mengandung lebih sedikit protein

gigi.
Mengandung lebih sedikit mineral
Mengandung lebih banyak protein

Dentin Tersier

Dentin tersier dibentuk oleh stimulus yang bervariasi, contohnya adalah atrisi
(gigi yang terkikis), karies, dan prosedur restorasi gigi. Berbeda dengan dentin
primer dan dentin sekunder yang terbentuk sepanjang batas dentin dan pulpa.
Dentin tersier hanya dibentuk oleh sel sel yang dipengaruhi stimulus tertentu.
Kualitas dan kuantitas dentin tersier yang terbentuk bergantung pada intensitas
dan durasi stimulus. Dentin tersier dapat mempunyai tubulus berkelanjutan
dengan dentin sekunder, bisa jarang dan tidak teratur, bahkan bisa tidak ada sama
sekali. Dentin tersier terbagi menjadi 2 (dua) yakni dentin reaksioner dan dentin
reparatif.
b) Histologi Dentin

Gbr 4. Histologi Dentin


Tubulus dentin
Prosesus odontoblast ditemukan di dalam kanal kanal dentin. Kanal-kanal itu
disebut juga sebagai tubulus dentin. Prosesus odontoblast adalah bagian sel
odontoblast berupa serabut serabut. Selain prosessus odontoblast, didalam
tubulus dentin juga ditemukan cairan tubulus dentin. Cairan ini merupakan cairan
yang miskin protein namun kaya fosfat yang berfungsi untuk mensupply nutrisi.
Cairan ini dihasilkan oleh odontoblast (protoplasma). Plexus Rashcow juga
ditemui didalam tubulus dentin. Plexus Rashcow merupakan saraf penerima rasa
sakit yang nantinya akan diteruskan ke otak.
Dentin tubulus masuk melewati ketebalan dentin dari dentinoenamel junction
sampai bagian mineralisasi untuk menyebarkan nutrisi secara menyeluruh ke
dentin. Struktur berbentuk lengkung yang sigmoid ('S') yang berjalan tegak lurus
dari pulpa menuju pinggiran dentin. Karena bentuk lengkung tubulus yang khas,
tubulus dentin memiliki panjang yang lebih dari ketebalan dentin. Ketebalan
dentin adalah antara 3 sampai 10 mm. Diameter tubulus dentin yang lebih besar
ada di sisi pulpa (1,5 sampai 3 mikron) dibandingkan pada dentinoenamel

junction (satu mikron). Di bagian korona dentin, tubulus mengikuti S-shaped dari
lapisan terluar dentin menuju pinggiran pulpa. Akan tetapi, ketika mendekati
sudut insisal dan cusp tubulus berubah menjadi hampir lurus.

Gbr. 5.
Tubulus Dentin

Tabel 2. Rata-rata jumlah dan diameter tubulus dentin per satuan luas (mm2) pada jarak dari
pulpa dentin yang bervariasi
Jarak dari
pulpa (mm)
Dinding Pulpa
0.1 0.5
0.6 1.0
1.1 1.5
1.6 2.0
2.1 2.5
2.6 3.0
3.1 3.5

Jumlah tubulus (1000/mm2)


Rata-rata
45
43
38
35
30
23
20
19

Rentang
30 52
22 59
16 47
21 47
12 47
11 36
7 40
10 25

Diameter tubulus (mm)


Rata-rata
2.5
1.9
1.6
1.2
1.1
0.9
0.8
0.8

Rentang
2.0 3.2
1.0 2.3
1.0 1.6
0.9 1.5
0.8 1.6
0.6 1.3
0.5 1.4
0.5 1.2

Tubulus terpisah-pisah pada permukaan luar dentin sedangkan di dekat rongga


pulpa tubulus tersebut menyatu. Di dalam tubulus dentin terkandung prosessus
odontoblas sedangkan bagian luar tubulus dilapisi oleh selubung tipis organik.
Lapisan ini disebut dengan lamina limitans. Jumlah tubulus dentin berkurang
seiring dengan pertambahan usia. Hal ini dapat menjelaskan penurunan
sensitivitas pada dentin. Ada beberapa tubulus dentin yang panjangnya melewati
dentinoenamel junction. Tubulus itu dinamakan spindle enamel.
Dentin Peritubular (Intratubuler)

Dentin peritubular merupakan silinder tipis yang mengelilingi rongga (lumen)


tubulus dentin. Berbeda dengan dentin intertubular, dentin peritubular memiliki
mineral yang lebih banyak sedangkan kolagennya lebih sedikit. Pembentukan
dentin peritubular terjadi di dalam tubulus dentin setelah terbentuknya dentin
intertubular. Semakin bertambahnya usia, dentin peritubular dapat melenyapkan
tubulus dentin di sebelah perifer. Pelenyapan tubulus dentin mengakibatkan
terbentuknya

dentin sklerotik. Dentin sklerotik ini dapat menurunkan

permeabilitas dentin sehingga pulpa terlindungi.


Dentin Sklerotik
Ketika material mahkota gigi menghilang secara lambat, sejumlah besar dari
garam mineral dideposit ke dalam dentin tubulus, sehingga dentin intratubulus
juga didepositkan ke dalam tubulus dengan jumlah yang sama untuk menutup
tubulus. Hal ini menyebabkan terbentuknya zona impermeable pada dentin di
bawah area dimana material gigi menghilang. Dentin sklerotik sering muncul
pada gigi yang lebih tua dan dentin akan tampak translusen, bahkan pada gigi
yang tidak terlihat kerusakan dentin sklerotik juga dapat muncul. Dentin sklerotik
biasanya pertama kali membentuk jalan tengah antara permukaan pulpa dan
amelodentinal junction.
Dentin Intertubular
Dentin intertubular adalah produk utama yang dihasilkan oleh odontoblast.
Dentin intertubular terletak di antara tubulus-tubulus dentin atau peritubuler
dentin. Sekitar 75% dari volume intertubuler dentin merupakan matriks organik,
terutama kolagen-kolagen fibril yang tersusun secara acak di sekitar tubulus
dentin, kebanyakannya adalah kolagen tipe I. Diameter kolagen fibril sekitar 0.20.5 micron. Dentin intertubular ini terdiri dari fibril kolagen yang mengandung
kristal apatit. Kristal hidroksiapatit tersusun parallel pada kolagen fibril
sepanjang 0.1 micron. Sedangkan, substansi dasarnya terdiri dari glycoproteins,
proteoglycans dan protein plasma. Dentin intertubular menjadi lebih kuat setelah
mengalami dekalsifikasi, sama seperti tulang dan sementum, sedangkan
peritubuler dentin tidak mengalami dekalsifikasi. Selain mengalami dekalsifikasi,
dentin intertubular juga mengalami demineralisasi volume peritubuler dentin
berkurang sehingga diameter tubulus akan tampak serupa pada dentin bagian
dalam dan luar dengan visualisasi menggunakan mikroskop.

Gbr 7. Peritubular Dentin dan Intertubular Dentin


Dentin Interglobuler
Dentin interglobuler adalah daerah pada dentin yang tidak termineralisasi atau
hipomineralisasi. Dimana area globular tidak menyatu sehingga tampak seperti
ruang kosong. Dentin interglobuler terletak di antara mantle dan circumpulpal
dentin. Interglobular sering diperdebatkan kemiripannya dengan Tomes granular
layer (TGL), dan beberapa studi menyatakan bahwa keduanya identik hanya
berbeda ukurannya saja, sedangkan penelitian yang lain menyebutkan bahwa
dentin interglobuler adalah daerah hipomineralisasi mirip predentin bukan TGL.
Tabel 3. Kandungan dentin interglobular

Gbr 8. Interglobular dentin


Dentin interglobuler adalah daerah dimana zona globular gagal berfusi sesamanya
di dalam dentin dewasa. Daerah ini sering terdapat pada gigi pasien yang

mengalami defisiensi vitamin D atau terkontaminasi fluoride dalam jumlah tinggi


selama pembentukan dentin. Faktanya, zona interglobular mengandung sedikit
dentin peritubuler memiliki kandungan mineral yang rendah sehingga menjamin
sifat kekakuan menjadi lebih rendah. Jika demikian, maka ketika gigi menerima
tekanan, cairan akan menekan ke dalam tubulus menyebabkan sensasi pada pulpa.
Serat Tomes (Granular Layer Of Tomes)
Di dalam tubulus dentin terdapat struktur menyerupai serat yang disebut serat
tomes. Serat Tomes merupakan bintik-bintik hipokalsifikasi halus pada daerah
perbatasan antara dentin dengan sementum, yang terlihat menutupi akar pada
bagian dasar sementum.

Gbr. 9. Granular Layers Tomes


Garis Van Ebner
Dentin memiliki berbagai lapisan, yang disusun secara bertahap. Lapis satu
dengan lapis lain pada dentin dipisahkan oleh jaringan yang kurang bermineral
disebut dengan garis inkremental atau von Ebner, yang merupakan garis-garis
inkremental (tambahan) dentin yang sejajar dengan dentinoenamel junction.
Predentin
Predentin adalah suatu lapisan matrik organik yang belum termineralisasi yang
dibentuk oleh odontoblast. Lebarnya 10-20m yang ditemukan diantara lapisan
odontoblas dan dentin yang termineralisasi. Ditemukan selama dan tetap ada

dengan lebar yang sama sepanjang hidup gigi, karena selama hidup terjadi
deposisi dentin yang lambat dan kontinu.

Gbr. 10. Penampang predentin, dentin dan odontoblast


c) Sifat-Sifat Dentin2
Sifat Fisik Dentin
Keras, warna putih kekuningan.
Dentin memiliki sifat keras dikarenakan komposisi terbesar dentin adalah

material anorganik berupa kalsium hidroxyapatite.


Opaque
Bersifat opaque / tidak tembus cahaya karena struktur dentin yang padat.
2
Tahanan tarik 250 Kg/ cm
Tahanan tarik dentin merupakan kemampuan dentin mempertahankan bentuk

apabila dilakukan tarikan.


Tahanan kompresinya bervariasi
Tahanan kompresinya berkisar antara 217 300 95. Kenapa bisa bervariasi ??

Karena dentin bukan homogen jadi ada range (rentang) nilainya.


Elastisitas yang cukup tinggi
Dentin memiliki elastisitas yang lebih tinggi jika dibandingkan enamel. Hal ini
membuat dentin lebih kuat (tahan banting) ketika enamel melapisinya.

Sifat Mekanik Dentin


Konstante elastic dentin (E)
Konstanta elastik dentin bergantung pada arah orientasi tubuli dentin yang

dominan membentuk S-shaped.


Kekerasan dentin
Kekerasan dentin dapat diukur dengan menggunakan alat micro hardness tester
yaitu Knoop hardness tester dan Vickers mikro hardnes.

Sifat Termal Dentin


Konduksi termal
Dentin bersifat konduktor dimana panas yang diterima dentin dari enamel
akan diteruskan ke pulpa
Sifat Listrik Dentin
Dentin mempunyai sifat dielektrik yaitu tidak menghantarkan listrik.

Permeabilitas Dentin
Dentin menjadi permeabel karena adanya tubulus dentin. Tubulus dentin
merupakan saluran utama untuk berdifusinya cairan melalui dentin. Permeabilitas
cairan sebanding dengan diameter dan jumlah tubuli, jadi permeabilitas dentin
meningkat pada pulpa, sebab terjadinya konversi tubuli ke arah pulpa.
2. Pulpa
a) Struktur Pulpa
Struktur pulpa terdiri dari 4 (empat) bagian utama, antara lain:

Gbr. 11. Struktur Pulpa


Pulpa Korona (Mahkota Pulpa)
Pulpa korona berada pada mahkota gigi. Ukurannya lebih besar daripada akar
pulpa dan memiliki struktur yang berbeda dari jaringan akar. Umumnya, pulpa
korona mengikuti bentuk dari permukaan luar mahkota. Pulpa korona memiliki
enam permukaan, yaitu: mesial, distal, bukal, lingual, oklusal dan dasar. Pulpa
korona memiliki tanduk pulpa, yang merupakan tonjolan keluar dari pulpa yang
memperpanjang sampai ke dalam cusp gigi. Nomor tanduk pulpa tergantung pada
nomor cusp.
Pulpa Radikular (Akar Pulpa)
Panjang saluran akar pulpa adalah dari bagian serviks (leher) sampai ke apeks.
Gigi anterior memiliki akar pulpa tunggal, sedangkan gigi posterior memiliki akar
pulpa ganda. Pulpa radikular berbentuk runcing atau kerucut seperti pulpa korona.
Foramen Apikal
Foramen apikal adalah lubang dari akar pulpa sampai ke dalam periodontium
(tempat masuknya jaringan pulpa ke rongga pulpa). Lubang ini bervariasi dari 0,3
sampai 0,6 mm, gigi rahang atas sedikit lebih besar daripada di gigi rahang
bawah. Foramen apikal umumnya terletak di apeks akar yang baru terbentuk.
Saluran Assesory

Saluran assesory adalah saluran akar tambahan. Secara klinis, saluran assesory
penting karena berperan dalam kontak pulpa dengan jaringan periodontal.
b) Histological Pulpa
Di dalam pulpa, juga terdapat 4 (empat) lapisan, antara lain:

Gbr. 12. Lapisan di dalam Pulpa


Lapisan Odontoblas
Lapisan odontoblas merupakan lapisan paling luar dan berdekatan dengan lapisan
predentin. Lapisan ini mengandung banyak sel odontoblast. Selain itu, dapat pula
ditemui pembuluh kapiler, saraf, dan sel dendrit. Lapisan odontoblast di bagian
mahkota mengandung lebih banyak sel per satuan luas dibandingkan dengan di
bagian radikular, yakni pada mahkota pulpa terdiri dari 6 lapisan sel dan
susunannya berubah menjadi 8 lapis pada tanduk dan 1 lapis sel pada pulpa
apikal. Hal ini mengakibatkan sekresi kolagen secara aktif lebih sering terjadi di
bagian korona pulpa4. Bentuk sel odontoblast di bagian mahkota adalah batang,
sedangkan sebagian sel di bagian radikular berbentuk kubus. Di dekat foramen
apikal, selnya membentuk lapisan pipih.
Seiring dengan bertambahnya usia, lapisan odontoblast menjadi semakin banyak
terutama di bagian korona pulpa dan membatasi rongga pulpa. Pada bagian yang
membatasi rongga pulpa terdapat junction yang menghubungkan antara pulpa dan
dentin. Junction itu disebut desmosome-like junction dimana memberikan
pengaruh terhadap permeabilitas pulpa, membatasi masuknya molekul, ion, dan
cairan.
Lapisan Bebas Sel

Di bawah lapisan odontoblast, terdapat lapisan sempit sekitar 40m yang tidak
mengandung sel. Lapisan ini disebut lapisan bebas sel yang mengandung
pembuluh kapiler, sel saraf tak bermyelin, dan sitoplamik fibroblast. Ada atau
tidaknya lapisan ini dipengaruhi oleh fungsi pulpa. Sel ini tidak terdapat pada
pulpa muda dimana dentin sedang terbentuk dan tidak pula pada pulpa tua dimana
dentin reparatif sedang dibentuk.
Lapisan Kaya Sel
Lapisan kaya sel merupakan lapisan terbesar pada pulpa. Lapisan ini mengandung
banyak sel, antara lain fibroblast, mesenchyme yang belum berdiferensiasi, sel
sel pertahanan seperti makrofage, serat serat kolagen, substansi dasar, dan
ujung-ujung syaraf sensorik. Pada lapisan subodontoblast terkandung lebih
banyak fibroblast dibandingkan lapisan tengah pulpa.
Lapisan Pulp Proper
Lapisan tengah pulpa disebut sebagai lapisan pulp proper. Lapisan ini terdiri dari
jaringan ikat yang banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Di lapisan
ini, fibroblast merupakan sel dominan.

Gbr. 13. Histological Pulpa


Komponen penyusun lapisan-lapisan yang terdapat pada pulpa antara lain:
Sel Odontoblast
Sel odontoblast adalah sel yang paling utama dari jaringan pulpa. Hal ini
dikarenakan

odontoblast

berperan

dalam

dentinogenesis.

Selama

dentinogenesis, odontoblast membentuk dentin dan tubulus dentin. Sel ini terdiri
dari dua komponen struktural dan fungsional utama, yakni badan sel dan
prosesus sitoplasmiknya. Badan sel terletak persis di bawah matriks dentin yang
tidak termineralisasi (predentin) dan membentuk daerah odontoblastik.
Sedangkan prosesus meluas ke dentin dan predentin melalui tubulus. Fungsi
utama odontoblas selama hidup pulpa adalah memproduksi dan mendeposisi
dentin.

Dentinogenesis, osteogenesis dan sementogenesis memiliki proses yang serupa


sehingga odontoblast, osteoblast, dan sementoblast memiliki karakteristik yang
sama. Pada masing-masing sel dihasilkan matriks yang mengandung serat
kolagen, protein nonkolagen dan proteoglikan yang mampu mengalami
mineralisasi. Perbedaan yang signifikan antara odontoblast, osteoblast sama
sementoblast adalah karakter morfologi dan anatomi yakni hubungan antarsel
dan struktur mineral yang dihasilkan. Bentuk osteoblast dan sementoblast
adalah poligon sampai kubus, sedangkan odontoblast berbentuk silinder/tabung.

Gbr. 14. Sel odontoblast


Sel Fibroblas.
Sel fibroblas adalah sel predominan pulpa. Sel ini terlihat sebagai jaringan
khusus yang mampu mengalami diferensiasi jika diberikan signal yang tepat.
Sel ini dapat berasal dari sel mesenkim pulpa yang tidak berkembang atau dari
bagian fibroblas itu sendiri. Fungsi fibroblas adalah mensintesis serabut
kolagen. Kolagen yang disintesis adalah kolagen tipe I dan tipe III. Selain itu
juga mensintesis proteoglikan dan GAG.
Makrofag
Makrofag adalah monosit yang meninggalkan aliran darah menuju jaringan dan
dibedakan menjadi subpopulasi yang bervariasi. Sebagian besar subpopulasi

dari makrofag aktif dalam endositosis dan fagositosis. Karena pergerakan dan
aktivitas fagosit dari makrofag, makrofag dapat bertindak sebagai pemakan dan
menlenyapkan sel darah merah yang telah rusak, sel sel mati dan benda asing
di dalam jaringan.
Dendrit
Sel dendrit adalah sel tambahan di dalam sistem imun sama dengan yang
ditemukan pada sel epidermis dan membran mukosa yang disebut sel
Langerhand. Sel dendrit kebanyakan ditemukan di jaringan limfe tapi juga dapat
ditemukan di jaringan ikat termasuk salah satunya di pulpa. Di pulpa yang
normal, sebagian besar sel dendrit terletak di perifer dari mahkota pulpa dekat
dengan predentin tetapi bermigrasi kearah tengah pulpa setelah proses penuaan.
Sel dendrit inilah yang berperan dalam menginduksi sel T untuk melakukan
pertahanan.
Limfosit
Pada pulpa normal terdapat limfosit B dan limfosit T. Limfosit T yang terbentuk
dari T8 (supressor) lebih dominan dibandingkan limfosit B. Limfosit juga
ditemukan pada gigi yang mengalami impaksi. Keberadaan makrofage, dendrit
dan limfosit T pada pulpa menunjukkan sedang adanya proses pertahanan pada
pulpa.
Sel Mast
Sel mast merupakan sel pertahanan yang terdapat di jaringan ikat. Sel mast ini
jarang terdapat pada pulpa yang normal. Kebanyakan sel mast ini ada pada
pulpa yang terinflamasi. Granular pada sel mast mengandung heparin,
antikoagulan dan histamin.
Sel Mesenchym yang belum terdiferensiasi
Sel mesenchyme berasal dari jaringan ikat pulpa. Berdasarkan stimulus yang
diterima, sel inilah yang berkembang menjadi odontoblast dan fibroblast. Sel
mesenkim ditemukan dilapisan kaya sel, mahkota pulpa, dan sering ditemukan
di pembuluh darah. Pada pulpa yang lebih tua, jumlah selnya ikut berkurang
seiring dengan jumlah sel lain di mahkota pulpa. Sel ini memperlihatkan
sitoplasma yang banyak dan pelebaran sitoplasma periferal.
Pembuluh darah.

Pembuluh darah pada pulpa terdapat 2 pembuluh darah, yakni pembuluh darah
arteriola dan venula.
Pembuluh Darah Aferen (Arteriola)
Terdapat satu sampai dua pembuluh aferen yang memasuki saluran akar
melalui foramen apikal. Pembuluh-pembuluh ini adalah pembuluh arteriola
yang merupakan cabang kecil dari arteri dental. Arteri dental adalah cabang
dari arteri alveolaris inferior, arteri alveolaris posterior superior, atau arteri
infraorbita, yang kesemuanya merupakan cabang dari arteri maksilaris
interna. Dari arteri maksilaris interna arteri alveolaris arteri dental

arteriola
Pembuluh Darah Eferen (Venula)
Venula merupakan sisi eferen (keluar) dari sirkulasi pulpa dan sedikit lebih
besar daripada arteriola yang berkaitan dengannya. Venula membesar ketika
venula-venula bergabung saat menuju foramen apikal. Setelah keluar dari
foramen apikal, venula-venula akan bersatu dan berjalan ke posterior ke vena
maksilaris melalui pleksus pterigoideus, atau ke anterior lalu ke vena fasialis.

Sistem Saraf Pulpa


Sistem saraf di pulpa terdiri dari saraf sensoris dan saraf otonomis. Saraf
sensoris ini merupakan cabang dari saraf trigeminal maksila dan mandibula.
Cabang cabang yang kecil tadi akan masuk ke foramina apikal dan
berkembang secara koronal dan periferal mengikuti rute pembuluh darah.
Saraf sensoris ini akan memanjang ke daerah lapisan odontoblas pada pulpa
dan tubulus dentin membentuk Plexus Rashcow. Plexus Rashcow ini mulai
terbentuk pada saat gigi mulai erupsi dan pembentukan akar sudah sempurna.
Mekanisme sensori pulpa tersusun dari system aferen sensori dan system
eferen otonomik. System aferen menyalurkan impuls yang dirasakan oleh
pulpa dari berbagai rangsangan pada korteks otak, yang diinterpretasikan
sebagai rasa sakit tanpa memperhatikan rangsangannya. System eferen
menyalurkan impuls dari system sentral ke otot halus pembuluh arterial untuk
mengatur volume dan kecepatan aliran darah.
Sistem Limfatik
Limfatik merupakan pembuluh kecil berdinding tipis, terletak di daerah
korona yang kemudian memasuki daerah tengah dan daerah apeks untuk

keluar melalui satu atau dua pembuluh yang lebih besar di foramen apikal.
Pembuluh limfatik dijumpai di dalam pulpa. Struktur endotelialnya yang halus
membuat pembuluh tersebut sukar untuk dilihat. Fungsi pembuluh limfatik ini
adalah menghilangkan cairan celah dan produk pembuangan metabolik, untuk
mempertahankan tekanan jaringan intrapulpa pada tingkat yang normal.
D. KOMPOSISI DENTIN PULPA1,2,3,5
1. Komposisi Dentin
Komposisi dentin berdasarkan berat, terbagi atas 70% anorganik, 20 % organik dan
10% air. Akan tetapi, jika berdasarkan volume 45% anorganik, 33% organik dan 22%
air.
a) Komponen anorganik terdiri dari Calcium Hydrocyapatite dalam bentuk kristal.
Kristal ini memberikan kekerasan pada dentin, kristal ini mempunyai ukuran yang
lebih kecil dibandingkan enamel dengan lebar sekitar 35 nm dan ketebalan sekitar
10 nm.
b) Komponen organik dentin terdiri dari 90% serat kolagen yang melekat pada
substansi yang tidak beraturan dan sisanya protein nonkolagen serta fraksi lemak,
glikosaminoglikan dan protein kompleks yang masing-masing sekitar 0,2%.
Kolagen memberikan kekuatan pada dentin. Kebanyakan adalah kolagen tipe I
(dengan sedikit kolagen tipe III dan tipe V) dengan diameter rata-rata sekitar 100
nm. Kolagen tipe I bertindak sebagai kerangka yang menampung sebagian besar
(diperkirakan 56%) mineral di dalam lubang dan pori-pori fibril. Berdasarkan
struktur dan formasinya, kolagen tipe I memiliki:
Triple helix dengan 2 rantai -1 dan 1 rantai -2.
Formasi prokolagen intraseluler (formasi triple helix atau sekresi)
Pembuangan propeptida dalam proses prokolagen menjadi tropokolagen.
Pembentukan serat dengan barisan molekul tropokolagen, dilindungi oleh
protein non-kolagen seperti decorine.
Formasi rantai silang piridinolin antara lisin dan residu hidroksilisin. Hal ini
meningkat seiring modifikasi predentin yang menyebabkan mineralisasi
dentin.
Protein nonkolagen melapisi ruang antarkolagen fibril dan bertumpuk disepanjang
pinggiran tubulus dentin. Pada protein nonkolagen terdapat proteoglikan, dekorin
dan biglikan. Proteoglikan terdiri dari bagian kecil protein dan bagian besar
glikosaminoglikan. Fibronectin, suatu protein ekstraseluler ditemukan pada
jaringan ikat dan membrane basalis ditemukan pada mantle dentin, tapi tidak pada
dentin selanjutnya. Selain itu, terdapat muatan organik lain seperti asam sitrat, lipid
polisakarida dan fraksi protein lain yang bukan kolagen dan proteoglikan.

2. Komposisi Pulpa
Berdasarkan berat, komposisi pulpa diperkirakan mengandung 75% air dan 25%
komponen organik. Seiring bertambahnya umur, pulpa menjadi kurang seluler dan
kaya akan serat. Komponen organik pulpa ialah kolagen. Serat serat utama dalam
bentuk kolagen terdiri dari kolagen tipe I sebanyak 60% dan kolagen tipe III sebanyak
40% dengan diameter berkisar 50 nm. Substansi dasar pulpa ialah proteoglikan dan
fibronectin. Kompleks kerangka kolagen dan penggabungan dari proteoglikanglikoprotein menghasilkan rangka untuk menstabilkan struktur pulpa.
REFRENSI
1. Ten Cates Oral Histology : Development, Structure and Function. 8th Ed. Antonio
Nanci. Mosby. 2012, 8:165-204
2. Seltzer and Benders: Dental Pulp. 3th Ed. Kenneth Hargreaves, Harold Goodis.
Quintessence. 2002, 4:66-75
3. Cohens: Pathway of The Pulp. 10th Ed. Kenneth Hargreaves, Stephen Cohen. 2011,
11:296-318
4. Ilmu Endodontik dalam Praktek. 11th Ed. Louis Grossman. 1995, 3:32-39
5. Master Dentistry. 3th Ed. Berkovitz, Moxham, Linden. Elsevier. 2011, 12:169-174

Anda mungkin juga menyukai