TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Enamel
Dilihat dari struktur utama enamel, prisma merupakan struktur komponen
terluas dengan lebar 4-6 mikron, prisma ini memanjang dari arah perbatasan enamel
dan dentin ke permukaan enamel serta saling mengikat satu sama lain. Pada potongan
melintang nampak seperti keyhole yang terdiri atas kepala dan ekor, arah prismata
ke permukaan tidak lurus melainkan bergelombang untuk mempertinggi
ketahanannya terhadap gaya yang datang. Di bagian kepala prisma terdapat selubung
prisma (prisma sheath) dengan tebal 0,5 mikron yang di dalamnya terdapat kristal
hidroksiapatit. Sumbu kristal sejajar dengan arah prismata di dasar prismata dan
nampak memanjang di ujung prismata. Cross striations terdapat diantara kristal,
bagian luar dari cross striations terdapat striae of retzius yang arahnya dari
perbatasan enamel dan dentin ke permukaan bersudut tajam.11
Enamel terdiri dari 96% bahan anorganik sisanya bahan organik dan air,
sebagian besar bahan anorganik terdiri dari ion kalsium fosfat dan hidroksiapatit
[Ca10(PO4)6(OH)2]. Secara rinci, Williams dan Elliot (1979) menyusun komposisi
mineral enamel normal dari persentase terbesar yaitu Ca, P, CO2, Na, Mg, Cl dan K
dan elemen dengan jumlah yang kecil yaitu F, Fe, Zn, Sr, Cu, Mn, Ag. Ion fluor
sangat esensial pada pembentukan dan perkembangan enamel karena dapat
menggantikan gugus hidroksil sehingga membentuk fluor apatit [Ca10(PO4)6(F)2].7,12
Enamel merupakan jaringan yang tidak mempunyai kemampuan untuk
mengantikan bagian-bagian yang rusak, oleh karena itu setelah gigi erupsi enamel
akan terlepas dari jaringan-jaringan lainnya yang ada dalam gusi.11 Akan tetapi ada
beberapa hal yang dapat memperkuat enamel yaitu terjadinya perubahan susunan
kimia sehingga enamel akan lebih kuat menghadapi rangsangan-rangsangan yang
diterimanya seperti pemberian fluor, saliva yang jenuh akan kalsium dan fosfat
sehingga dapat mengurangi kelarutan permukaan enamel.13 Namun pada pH di bawah
5.5, mineral akan terlepas dari permukaan enamel.14
2.1.2 Dentin
Dentin merupakan salah satu jaringan keras gigi yang terletak di bawah
lapisan enamel yang menyusun sebagian besar gigi. Struktur dentin hampir sama
dengan tulang namun dentin dibentuk oleh odontoblas dimana pembentukan dentin
dikenal dengan dentinogenesis. Dentin terdiri dari 70% kristal hidroksiapatit
(anorganik), 18% zat organik yang tersusun dari kolagen, substansi dasar
mukopolisakarida, dan 12% air. Tipe modifikasi dari dentin dikenal dengan dentin
sekunder dan dentin tertier. Dentin yang termineralisasi bersama dengan pulpa
membentuk suatu hubungan yang disebut dengan kompleks dentin-pulpa yang
bertanggung jawab dalam memelihara vitalitas gigi.7
Secara mikroskopis, dentin terdiri dari berbagai struktur diantaranya tubulus
dentin, peritubulus dentin, intertubulus dentin, predentin, dan prosesus odontoblas.
Masing-masing struktur memiliki kegunaan seperti tubulus dentin memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap permeabilitas dentin terhadap jaringan.15
Secara histologis dentin terdiri atas :
1. Tubulus Dentin
Tubulus dentin merupakan kanal-kanal yang memanjang dari daerah pulpa
sampai ke batas dentin-enamel. Tubulus dentin berbentuk seperti garis-garis yang
tersusun mengikuti arah mahkota dan garis-garis ini menyerupai huruf S. Tubulus
yang terletak dekat dengan puncak akar dan tepi insisal bentuknya lebih lurus.7
Perbandingan antara dentin yang berada pada permukaan luar dengan dentin yang
berada pada permukaan dalam adalah 5:1 sehingga tubulus-tubulus memiliki jarak
yang lebih jauh antara satu dengan yang lain pada daerah garis permukaan luar,
sementara pada daerah permukaan dalam jarak antar tubulus lebih dekat. Tubulus-
tubulus dentin pada daerah yang berdekatan dengan pulpa memiliki diameter yang
lebih besar (3-4 m) dan lebih kecil pada permukaan luar (1 m). Tubulus dentin
memiliki cabang lateral di seluruh dentin dimana tubulus ini diisi oleh kanalikuli atau
mikrotubulus. Beberapa tubulus dentin memanjang sampai beberapa millimeter pada
batas dentin-enamel yang disebut dengan enamel spindle.7
Gambar 1. Tubulus dentin normal.7
2. Peritubulus Dentin
Dentin yang mengelilingi tubulus dentin disebut dengan peritubulus dentin
yang termineralisasi 40% lebih banyak daripada intertubulus dentin dan dua kali lebih
tebal pada permukaan luar dentin daripada permukaan dalam dentin.7
3. Intertubulus Dentin
Secara keseluruhan dentin tersusun atas intertubulus dentin yang terletak
antara terletak antara tubulus atau lebih spesifik lagi terletak diantara daerah
peritubulus.7
Gambar 2. A. Peritubulus dentin; B. Intertubulus dentin7
4. Predentin
Predentin terletak berdekatan dengan jaringan pulpa dengan lebar sekitar 2-
6m, dan lebar ini tergantung pada aktivitas odontoblas. Predentin merupakan
pembentukan awal dari dentin dan predentin tidaklah termineralisasi.10 Serat kolagen
bertanggung jawab dalam proses mineralisasi antara dentin dan predentin, dimana
predentin menjadi dentin dan terbentuk sebuah lapisan baru dari predentin.7
Gambar 3. Predentin7
5. Prosesus Odontoblas
Prosessus odontoblas merupakan perpanjangan sitoplasma dari odontoblas.
Odontoblas terletak disekitar pulpa yaitu diantara batas pulpa dengan predentin dan
prosessusnya memanjang sampai tubulus dentin. Prosessus odontoblas memiliki
diameter terbesar pada daerah disekitar pulpa (3-4m) dan meruncing kira-kira 1m
memasuki dentin. Badan sel dari odontoblas memiliki diameter kira-kira 7m dan
panjangnya 40 m.7
1. Dentin Reaksioner
Dentin reaksioner adalah pembentukan dentin tertier oleh odontoblas primer
setelah terjadi injuri pada gigi. Dentin ini sering dijumpai pada injuri yang
intensitasnya rendah, contohnya karies pada enamel dan lesi dentin yang berkembang
secara perlahan-lahan.8
Lesi karies yang berkembang perlahan dikategorikan sebagai peningkatan
mineralisasi awal pada dentin yang terlibat. Hiper mineralisasi ini terjadi apabila
proses karies berlangsung di enamel sebelum mengenai dentin. Sebelum karies
mengenai dentin, beberapa garam mineral yang terlarut didalam tubulus akan
berkumpul dan membentuk zona hiper mineralisasi transparan didalam dentin dan
dibawah dentin yang mengalami demineralisasi pada bagian karies.8
Secara histologi terdapat perubahan kecil pada regio odontoblas-predentin
sesuai dengan karies yang sedang berkembang, tetapi terdapat juga pembentukan
dentin reaksioner yang bertambah. Kebanyakan odontoblas aktif walaupun agak
pendek dari sebelumnya, panjang odontoblas berkurang sehingga membentuk dentin
reaktioner tidak sesuai dengan bertambahnya produksi matriks. Bertambahnya
produksi matriks akan menyebabkan bertambahnya organel intrasellular dan
membentuk sel formatif yang lebih besar. Sel subodontoblastic dan odontoblast-like-
cell generasi baru membantu dalam pembentukan matriks, jika odontoblas aktif
dalam membentuk dentin, maka tubulus dentin berhubungan dengan dentin primer ke
dentin sekunder dan dentin tertier, maka jalan masuk ke pulpa masih terbuka. Regio
subodontoblastic dari morfologinya tidak terganggu dari tetapi sel bebas di zona tetap
tidak ada karena ada perubahan dari area fisiologis tersebut. Komponen yang lain
sering ditemukan seperti fibroblast, sel yang tidak terdifferensiasi dan sel dendrit.8
Dentin reaksioner yang terbentuk karena lesi karies superfisial mungkin masih
menyerupai dentin primer dari segi tubulus dan derajat mineralisasinya. Secara
umum, tubulus dentin reaksioner masih bersambungan dengan dentin sekunder,
sehingga ketebalan lapisan yang baru terbentuk berdasarkan intensitas dan waktu
stimulus. Dentin reaksioner mengandungi matriks organik yang sama dengan konten
mineral yang menyerupai dentin primer dan sekunder.8
2. Dentin Reparatif
Dentin reparatif merupakan lapisan dentin yang terbentuk pada batas antara
dentin dan pulpa. Pembentukan lapisan ini hanya terjadi pada area di bawah stimulus,
struktur dentin ini bervariasi mulai dari yang regular (seperti dentin primer dan
sekunder) hingga variasi irreguleritas dapat terbentuk jaringan yang abnormal dengan
sedikit tubulus, banyak daerah interglobular, dan terdapat odontoblas.7
Gambar 7. Odontoblast-like-cell8
Sebagai respon dari berbagai macam stimulus eksternal seperti karies gigi,
atrisi, trauma, maka dentin akan terbentuk.15 Ketika injuri yang terjadi adalah injuri
yang cukup parah sehingga menyebabkan kematian sel odontoblas maka sel yang
menyerupai sel odontoblas akan membentuk dentin tertier hanya pada daerah yang
dekat dengan injuri untuk melindungi jaringan pulpa.7 Tidak seperti dentin fisiologis,
mikrostruktur dari dentin reparatif sangat bervariasi dan biasanya tidak beraturan.
Bentuk tubular-tubular dari dentin reparatif berubah-ubah dan sangat tidak teratur
mulai dari tubular yang terputus-putus sampai pada dentin reparatif yang tidak
memiliki tubular sehingga permeabilitas dari dentin reparatif menurun dan difusi dari
agen yang berbahaya dari tubulus dapat dicegah. Secara histologi dentin tertier
merupakan dentin yang paling sedikit memiliki tubulus. Terdapat 4 tipe tubulus
dentin berdasarkan distribusi tubulus dan susunannya yaitu, tipe tubulus sedikit, tipe
irregular, tipe kombinasi dan tipe osteodentin.17
Gambar 8. A. Tubulus dentin normal; B. Dentin reparatif dengan tubulus dentin yang
sedikit; C. Termasuk sel didalam matrix; D. Tubulus yang tersusun secara
irregular; E. Kombinasi dari beberapa tipe tubulus; Dari B ke E semuanya
tipe-tipe tubulus dentin pada dentin reparatif17
Enamel
Transforming Growth Factor (TGF-
), akan menginduksi proliferasi
Dentin dan diferensiasi mesenchymal stem
cells untuk pembentukan dentin
tertier dan pembuluh darah baru
Dentin Reparatif
Menyirih
Atrisi
Enamel
Dentin
Dentin Tertier