2.1.1 Bagian-bagian gigi Gigi merupakan bagian terkeras dari tubuh, gigi tersusun atas beberapa bagian. Berikut bagian-bagian yang menyusun gigi: a. Akar gigi adalah bagian dari gigi yang tertanam di dalam tulang rahang dikelilingi (dilindungi) oleh jaringan periodontal. b. Mahkota gigi adalah bagian dari gigi yang dapat menonjol di atas gusi sehingga dapat dilihat. c. Leher gigi adalah tempat bertemunya mahkota dan akar gigi
Gambar Anatomi gigi normal 2.1.2 Struktur Jaringan Gigi Gigi terdiri dari beberapa jaringan pembentuk. Secara garis besar, jaringan pembentuk gigi ada 3, yaitu email, dentin, dan pulpa.
2.1.2.1 Email Email adalah lapisan terluar yang melapisi mahkota gigi. Email berasal dari epitel (ektodermal) yang merupakan bahan terkeras pada tubuh manusia dan paling banyak mengandung kalsium fosfat dalam bentuk Kristal apatit (96%). Email merupakan jaringan semitranslusen, sehingga warna gigi bergantung kepada warna dentin di bawah email, ketebaan email, dan banyaknya stain pada email. Ketebalan email tidak sama, paling tebal di daerah oklusal atau insisal dan makin menipis mendekati pertautannya dengan sementum.
2.1.2.2 Dentin Dentin merupakan komponen terbesar jaringan keras gigi yang terletak di bawah email. Di daerah mahkota ditutupi oleh email, sedangkan di daerah akar ditutupi oleh sementum. Secara internal, dentin membentuk dinding rongga pulpa. Dentin membentuk bagian terbesar dari gigi dan merupakan jaringan yang telah mengalami kalsifikasi sama seperti tulang, tetapi sifatnya lebih keras karena kadar garam kalsiumnya lebih besar (80%) dalam bentuk hidroksi apatit. Zat antar sel organic (20%) terutama terdiri atas serat-serat kolagen dan glikosaminoglikans, yang disintesis oleh sel yang disebut odontoblas. Odontoblas membentuk selapis sel-sel yang terletak di pinggir pulpa menghadap permukaan dalam dentin. Dentin peka terhadap rasa raba, panas, dingin, dan konsentrasi ion hydrogen. Diperkirakan bahwa rangsangan itu diterima oleh serat dentin dan diteruskan olehnya ke serat saraf di dalam pulpa.
2.1.2.3 Pulpa Pulpa gigi adalah jaringan lunak yang terletak di tengah-tengah gigi. Pulpa berisi pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe. Tugas dari pulpa adalah mengatur nutrisi/makanan agar gigi tetap hidup, menerima rangsang, membentuk dentin baru bila ada rangsangan panas, kimia, tekanan, atau bakteri yang dikenal dengan dentin sekunder. Pulpa terdiri dari beberapa bagian, yaitu : 1. Ruang atau rongga pulpa, yaitu rongga pulpa yang terdapat pada bagian tengah korona gigi dan selelu tunggal. Sepanjang kehidupan pulpa gigi mempunyai kemampuan untuk mengendapkan dentin sekunder, pengendapan ini mengurangi ukuran dari rongga pulpa. 2. Tanduk pulpa, yaitu ujung dari ruang pulpa. 3. Saluran pulpa atau saluran akar, yaitu rongga pulpa yang terdapat pada bagian akar gigi. Pada kebanyakan kasus, jumlah saluran akar sesuai dengan jumlah akar, tetapi sebuah akar mungkin mempunyai lebih dari sebuah saluran. 4. Foramen apikal, yaitu ujung dari saluran pulpa yang terdapat pada apeks akar berupa suatu lubang kecil. 5. Supplementary canal. Beberapa kar gigi mungkin mempunyai lebih dari satu foramen, dalam hal ini, saluran tersebut mempunyai 2 atau lebih cabang dekat apikalnya yang disebut multiple foramina / supplementary canal. 6. Orifice, yaitu pintu masuk ke saluran akar gigi. Saluran pulpa dihhubngkan dengan ruang pulpa. Adakalanya ditemukan suatu akar mempunyai lebih dari satu saluranpulpa, misalnya akar mesio-bukal dari M1 atas dan akar mesial dari M1 bawah mempunyai 2 saluran pulpa yang berakhir pada sebuah foramen apikal.
2.1.3 Jaringan Pendukung Gigi Keberadaan gigi didukung oleh jaringan-jaringan lain yang berada di dalam mulut yang disebut jaringan periodontal yang terdiri dari empat komponen, yaitu sementum, gusi, tulang alveolar, dan ligament periodontal.
2.1.3.1 Sementum Sementum merupakan jaringan keras gigi yang menyelubungi akar. Bila ada rangsangan yang kuat pada gigi maka akan terjadi resorpsi/penyerapan sel-sel sementum pada sisi yang terkena rangsangan dan pada sisi lainnya akan terbentuk jaringan sementum baru. Pembentukan sementum yang baru mengarah ke arah luar.
2.1.3.2 Gingiva Gingiva atau gusi adalah jaringan lunak yang menutupi leher gigi dan tulang rahang, baik yang terdapat pada rahang atas maupun rahang bawah. Fungsi gingival adalah melindungi jaringan di bawah perlekatan terhadap lingkungan rongga mulut. Gingiva sehat biasanya berwarna merah muda, tepinya runcing seperti pisau, tidak mudah berdarah dan tidak sakit. Gingiva banyak mengandung pembuluh darah sehingga sangat sensitive terhadap trauma atau luka. Secara anatomi, gingiva dibagi atas tiga daerah : a. Marginal gingiva (unattached gingiva), merupakan bagian gingiva yang mengelilingi gigi seperti kerah baju dan tidak melekat langsung pada gigi, biasa juga disebut juga dengan free gingiva b. Attached gingiva merupakan lanjutan dari marginal gingival dan disebut juga mukosa fungsional. c. Interdental gingival, merupakan bagian gingival yang mengisi ruang interproksimal antara dua gigi yang bersebelahan.
2.1.3.3 Ligamentum Periodontal Ligamnetum periodontal merupakan struktur jaringan konektif yang mengelilingi akar gigi dan mengikatnya ke tulang (menghubungkan tulang gigi dengan tulang alveolar). Ligamen periodontal merupakan lanjutan jaringan gingiva yang berhubungan dengan ruang sumsum tulang melalui saluran vaskuler. Fungsinya seperti bantalan yang dapat menopang gigi dan menyerap beban yang mengenai gigi. 2.1.3.4 Tulang alveolar Tulang alveolar disebut juga prosesus alveolaris yg mencakup tulang rahang secara keseluruhan, yaitu maksila dan mandibula yg berfungsi membentuk dan mendukung soket (alveoli) gigi.
2.1.4 Bentuk-bentuk Gigi Permanen Orang dewasa biasanya mempunyai 32 gigi permanen, 16 di tiap rahang. Di tiap rahang terdapat: a. Empat gigi depan (gigi insisivus) Bentuknya seperti sekop dengan tepi yang lebar untuk menggigit, hanya mempunyai satu akar. Gigi insisivus atas lebih besar daripada gigi yang bawah. b. Dua gigi kaninus yang serupa di rahang atas dan rahang bawah. Gigi ini kuat dan menonjol di sudut mulut. Hanya mempunyai satu akar. c. Empat gigi pre-molar/gigi molar kecil Mahkotanya bulat hampir seperti bentuk kaleng tipis, mempunyai dua tonjolan, satu di sebelah pipi dan satu di sebelah lidah. Kebanyakan gigi pre-molar mempunyai satu akar, bebrapa mempunyai dua akar. d. Enam gigi molar Merupakan gigi-gigi besar di sebelah belakang di dalam mulut digunakan untuk menggiling makanan. Semua gigi molar mempunyai mahkota persegi, seperti blok-blok bangunan. Ada yang mempunyai tiga, empat, atau lima tonjolan. Gigi molar di rahang atas mempunyai tiga akar dan gigi molar di rahang bawah mempunyai dua akar.
Gambar 2. Gigi Permanen 2.1.5 Aspek pada gigi permanen Macam-macam aspek pada gigi permanen: Aspek incisal : tepi gigitan gigi geligi depan Aspek oklusal : permukaan gigit. Aspek labial : permukaan luar gigi geligi depan yang berkontak dengan bibir. Aspek radix : bagian gigi yang dilapisi jaringan sementum dan ditopang oleh tulang alveolar dari maksila dan mandibulla. Aspek palatal : permukaan dalam gigi geligi atas yang berkontak dengan palatum. Digunakan juga istilah lingual. Aspek bukal : permukaan gigi geligi belakang. Aspek mesial : permukaan proksimal gigi yang lebih dekat ke garis tengah. Aspek distal : bagian gigi yang terjauh dari garis tengah. Aspek lingual : permukaan dalam gigi yang berkontak dengan lidah. Aspek proksimal : permukaan gigi yang berkontak dengan gigi tetangganya, biasa disebut permukaan distal. [1,2]
2.2 Fokal Infeksi 2.2.1 Definisi Fokal infeksi adalah suatu infeksi lokal yang biasanya dalam jangka waktu cukup lama (kronis), dimana hanya melibatkan bagian kecil dari tubuh, yang kemudian dapat menyebabkan suatu infeksi atau kumpulan gejala klinis pada bagian tubuh yang lain. Contohnya, tetanus yang disebabkan oleh suatu pelepasan dari eksotoksin yang berasal dari infeksi lokal. Teori tentang fokal infeksi sangat erat hubungannya dengan bagian gigi, dimana akan mempengaruhi fungsi sistemik seseorang seperti sistem sirkulasi, skeletal dan sistem saraf. Hal ini disebabkan oleh penyebaran mikroorganisme atau toksin yang dapat berasal dari gigi, akar gigi, atau gusi yang terinfeksi. [3,4] Pada mulut terdapat beberapa keadaan yang bisa menjadi fokal infeksi pada tubuh misalnya pada plak, abses, kalkulus, nekrosis pulpa, pulpitis, periodonitis, dan karies. Sedangkan menurut W.D Miller (1890), bahwa seluruh bagian dari sistem tubuh yang utama telah menjadi target utama dari infeksi yang berasal dari mulut, terutama bagian pulpa dan periodontal. Organisme yang berasal dari mulut tersebut dapat menyebar ke daerah sinus (termasuk sinus darah kranial), saraf pusat dan perifer, sistem kardiovaskuler, mediastinum, paru-paru dan mata. [5]
Penyebaran infeksi dari fokus primer ke tempat lain dapat berlangsung melalui beberapa cara, yaitu transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen), transmisi melalui aliran limfatik (limfogen), perluasan infeksi dalam jaringan, dan penyebaran dari traktus gastrointestinal dan pernapasan akibat tertelannya atau teraspirasinya materi infektif. [3,5]
Skema.1. Fokus infeksi tersering yang menyebabkan infeksi fokal 2.2.1.1 Transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen) Gingiva, gigi, tulang penyangga, dan stroma jaringan lunak di sekitarnya merupakan area yang kaya dengan suplai darah. Hal ini meningkatkan kemungkinan masuknya organisme dan toksin dari daerah yang terinfeksi ke dalam sirkulasi darah. Di lain pihak, infeksi dan inflamasi juga akan semakin meningkatkan aliran darah yang selanjutnya menyebabkan semakin banyaknya organisme dan toksin masuk ke dalam pembuluh darah. Vena-vena yang berasal dari rongga mulut dan sekitarnya mengalir ke pleksus vena pterigoid yang menghubungkan sinus kavernosus dengan pleksus vena faringeal dan vena maksilaris interna melalui vena emisaria. Karena perubahan tekanan dan edema menyebabkan penyempitan pembuluh vena dan karena vena pada daerah ini tidak berkatup, maka aliran darah di dalamnya dapat berlangsung dua arah, memungkinkan penyebaran infeksi langsung dari fokus di dalam mulut ke kepala atau faring sebelum tubuh mampu membentuk respon perlawanan terhadap infeksi tersebut. Material septik (infektif) yang mengalir melalui vena jugularis internal dan eksternal dan kemudian ke jantung dapat membuat sedikit kerusakan. Namun, saat berada di dalam darah, organisme yang mampu bertahan dapat menyerang organ manapun yang kurang resisten akibat faktor-faktor predisposisi tertentu. [4,5]
2.2.1.2Transmisi melalui aliran limfatik (limfogen) Seperti halnya suplai darah, gingiva dan jaringan lunak pada mulut kaya dengan aliran limfatik, sehingga infeksi pada rongga mulut dapat dengan mudah menjalar ke kelenjar limfe regional. Pada rahang bawah, terdapat anastomosis pembuluh darah dari kedua sisi melalui pembuluh limfe bibir. Akan tetapi anastomosis tersebut tidak ditemukan pada rahang bawah. Banyaknya hubungan antara berbagai kelenjar getah bening memfasilitasi penyebaran infeksi sepanjang rute ini dan infeksi dapat mengenai kepala atau leher atau melalui duktus torasikus dan vena subklavia ke bagian tubuh lainnya. Kelenjar getah bening regional yang terkena adalah sebagai berikut: Sumber infeksi KGB regional Gingiva bawah Submaksila Jaringan subkutan bibir bawah Submaksila, submental, servikal profunda Jaringan submukosa bibir atas dan bawah Submaksila Gingiva dan palatum atas Servikal profunda Pipi bagian anterior Parotis Pipi bagian posterior Submaksila, fasial
Weinmann mengatakan bahwa inflamasi gingiva yang menyebar sepanjang sisi krista alveolar dan sepanjang jalur pembuluh darah ke sumsum tulang. Ia juga menyatakan bahwa inflamasi jarang mengenai membran periodontal. Kapiler berjalan beriringan dengan pembuluh limfe sehingga memungkinkan absorbsi dan penetrasi toksin ke pembuluh limfe dari pembuluh darah. [5]
2.2.1.3 Perluasan langsung infeksi dalam jaringan Hippocrates pada tahun 460 sebelum Masehi menyatakan bahwa supurasi yang berasal dari gigi ketiga lebih sering terjadi daripada gigi-gigi lain dan cairan yang disekresikan dari hidung dan nyeri juga berkaitan dengan hal tersebut, dengan kata lain infeksi antrum. Supurasi peritonsilar, faringeal, adenitis servikal akut, selulitis, dan angina Ludwig dapat disebabkan oleh penyakit periodontal da infeksi prikoronal sekitar molar ketiga. Parotitis, keterlibatan sinus kavernosus, noma, dan gangren juga dapat disebabkan oleh infeksi gigi. Osteitis dan osteomyelitis seringkali merupakan perluasan infeksi dari abses alveolar dan pocket periodontal. Keterlibatan bifurkasio apikal pada molar rahang bawah melalui infeksi periodontal merupakan faktor yang penting yang menyebabkan osteomyelitis dan harus menjadi bahan pertimbangan ketika mengekstraksi gigi yang terinfeksi. [4,5] Perluasan langsung infeksi dapat terjadi melalui penjalaran material septik atau organisme ke dalam tulang atau sepanjag bidang fasial dan jaringan penyambung di daerah yang paling rentan. Tipe terakhir tersebut merupakan selulitis sejati, di mana pus terakumulasi di jaringan dan merusak jaringan ikat longgar, membentuk ruang (spaces), menghasilkan tekanan, dan meluas terus hingga terhenti oleh barier anatomik. Ruang tersebut bukanlah ruang anatomik, tetapi merupakan ruang potensial yang normalnya teriis oleh jaringan ikat longgar. Ketika terjadi infeksi, jaringan areolar hancur, membentuk ruang sejati, dan menyebabkan infeksi berpenetrasi sepanjang bidang tersebut, karena fasia yang meliputi ruang tersebut relatif padat. [4,5] Perluasan langsung infeksi terjadi melalui tiga cara, yaitu: Perluasan di dalam tulang tanpa pointing Area yang terkena terbatas hanya di dalam tulang, menyebabkan osteomyelitis. Kondisi ini terjadi pada rahang atas atau yang lebih sering pada rahang bawah. DI rahang atas, letak yang saling berdekatan antara sinus maksila dan dasar hidung menyebabkan mudahnya ketelibatan mereka dalam penyebaran infeksi melalui tulang. Perluasan di dalam tulang dengan pointing Ini merupakan tipe infeksi yang serupa dengan tipe di atas, tetapi perluasan tidak terlokalisis melainkan melewati tulang menuju jaringan lunak dan kemudian membentuk abses. Di rahang atas proses ini membentuk abses bukal, palatal, atau infraorbital. Selanjutnya, abses infraorbital dapat mengenai mata dan menyebabkan edema di mata. Di rahag bawah, pointing dari infeksi menyebabkan abses bukal. Apabila pointing terarah menuju lingual, dasar mulut dapat ikut terlibat atau pusa terdorong ke posterior sehingga membentuk abses retromolar atau peritonsilar. Perluasan sepanjang bidang fasial Menurut HJ Burman, fasia memegang peranan penting karena fungsinya yang membungkus berbagai otot, kelenjar, pembuluh darah, dan saraf, serta karena adanya ruang interfasial yang terisi oleh jaringan ikat longgar, sehingga infeksi dapat menurun. Di bawah ini adalah beberapa fasia dan area yang penting, sesuai dengan klasifikasi dari Burman: Lapisan superfisial dari fasia servikal profunda Regio submandibula Ruang (space) sublingual Ruang submaksila Ruang parafaringeal Penting untuk diingat bahwa kepala, leher, dan mediastinum dihubungkan oleh fasia, sehingga infeksi dari kepala dapat menyebar hingga ke dada. Infeksi menyebar sepanjang bidang fasia karena mereka resisten dan meliputi pus di area ini. Pada regio infraorbita, edema dapat sampai mendekati mata. Tipe penyebaran ini paling sering melibatkan rahang bawah karena lokasinya yang berdekatan dengan fasia. [4,5]
2.2.1.4 Penyebaran ke traktus gastrointestinal dan pernapasan Bakteri yang tertelan dan produk-produk septik yang tertelan dapat menimbulkan tonsilitis, faringitis, dan berbagai kelainan pada lambung. Aspirasi produk septik dapat menimbulkan laringitis, trakeitis, bronkitis, atau pneumonia. Absorbsi limfogenik dari fokus infeksi dapat menyebabkan adenitis akut dan selulitis dengan abses dan septikemia. Penyebaran hematogen terbukti sering menimbulkan infeksi lokal di tempat yang jauh. [4] Infeksi oral dapat menimbulkan sensitisasi membran mukosa saluiran napas atas dan menyebabkan berbagai gangguan, misalnya asma. Infeksi oral juga dapat memperburuk kelainan sistemik yang sudah ada, misalnya tuberkulosis dan diabetes mellitus. Infeksi gigi dapat terjadi pada seseorang tanpa kerusakan yang jelas walaupun pasien memiliki sistem imun yang normal. Suatu tipe pneumonia dapat disebabkan oleh aspirasi material infeksi, terutama pada kelainan periodontal yang lanjut. Juga telah ditunjukkan bahwa tuberkel basil dapat memasuki tubuh melalui oral, yaitu pocket periodontal dan flap gingiva yang terinfeksi yang meliputi molar ketiga. Infeksi oral, selain dapat memperburuk TB paru yang sudah ada, juga dapat menambah systemic load, yang menghambat respon tubuh dalam melawan efek kaheksia dari penyakit TB tersebut. Mendel telah menunjukkan perjalanan tuberkel basilus dari gigi melalui limfe, KGB submaksila dan servikal tanpa didahului ulserasi primer. Tertelannya material septik dapat menyebabkan gangguan lambung dan usus, seperti konstipasi dan ulserasi. [4,5]
2.2.2 Etiologi Infeksi odontogenik dapat disebabkan karena trauma, infeksi post- operasi dan sekunder dari infeksi jaringan periodontal atau perikoronal. Bakteri penyebab infeksi umumnya bersifat endogen dan bervariasi berupa bakteri aerob, anaerob maupun infeksi campuran bakteri aerob dan anaerob. Disebutkan mikroba penyebab tersering yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacillus sp yang memiliki aktivitas produksi asam yang tinggi. [4] Disebutkan bahwa etiologi dari infeksi odontogenik berasal dari bakteri komensal yang berproliferasi dan menghasilkan enzim. Pada saat bayi baru dilahirkan, proses kolonisasi bakteri dimulai dan dikatakan predominan terdiri atas Streptococcus salivarius. Pada saat gigi pertama tumuh, yaitu pada saat bayi berusia 6 bulan, komunitas bakteri berubah menjadi predominan S.sanguis dan S.mutans dan pada saat gigi selesai tumbuh terdapat komunitas heterogen antara bakteri aerobik dan anaerobik. Diperkirakan terdapat 700 spesies bakteri yang berkolonisasi di mulut dimana 400 dari spesies tersebut dapat ditemukan pada area subgingival. Infeksi odontogenik merupakan suatu infeksi polimikrobial dan campuran. Infeksi tersebut merupakan hasil dari perubahan bakteri, hubungan antar bakteri dengan morfotipe yang berbeda dan peningkatan jenis bakteri. Perubahan bakteri yang terjadi berupa perubahan yang pada awalnya predominan gram positif, fakultatif dan sakarolitik menjadi predominan gram negatif, anaerobik dan proteolitik. [4]
2.3 Karies 2.3.1 Definisi dan Mekanisme Karies Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin, dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. (1) Karies gigi juga merupakan penyakit gigi yang disebabkan oleh kehilangan mineral di permukaan gigi dan permukaan gigi yang telah terdemineralisasi rusak secara permanen dan dentin terancam rusak atau sudah rusak. (2) Sedangkan menurut Prof. Dr. B. Houwink (1994), karies gigi adalah proses demineralisasi yang disebabkan oleh suatu interaksi antara produk-produk mikroorganisme, saliva, bagian-bagian yang berasal dari makanan dan enamel.
2.3.2 Etiologi Karies Gigi Etiologi atau penyebab karies terdiri atas faktor primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm. Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan faktor waktu, tetapi merupakan interaksi dari faktor - faktor tersebut. Pada tahun 1960-an oleh Keyes dan Jordan (cit. Harris and Christen, 1995), karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu : 1. Host atau tuan rumah 2. Agen atau mikroorganisme 3. Substrat atau diet dan 4. Waktu.
Gambar : Faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya karies.
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies: 1. Keturunan 2. Ras Ras tertentu dengan mempunyai rahang yang sempit, menyebabkan gigi tumbuh tidak teratur sehingga menyembabkan sukar untuk membersihkan gigi dan ini akan mempertinggi prosentase karies pada ras tersebut. 3. Jenis kelamin Volker. Dkk mengatakan bahwa prevalensi karies gigi tetap wanita lebih tnggi dibandingkan pria. Demikian juga halnya anak-anak, prevalensi karies gigi sulung anak wanita lebih tinggi di bandingkan anak-anak laki- laki. 4. Usia Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah karies pun bertambah. Hal ini jelas karena factor resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi. 5. Vitamin Vitamin berpengaruh pada proses terjadinya karies gigi. Terutama pada periode pembentukan gigi.
Tabel 1. : beberapa vitamin dan pengaruhnya terhadap kerusakan gigi adalah sebagai berikut : No Vitamin Kebutuhan perhari Pengaruh 1. A 1-2 mg Merusak pembentukan email dan dentin 2. B1 1-2 mg Karies meninggi (perubahan pada lidah, bibir, dan ptium) 3. B2 2 mg Karies meninggi (perubahan pada lidah, bibir, dan ptium) 4. B6 2 mg Tidak ada pengaruh 5. C 7 5-100 mg Degenerasi odontoblas kerusakan periodontium, stomatitis, dll 6. D 400-600 IU Hipoplasia enamel dantin 7. E 10mg Tidak diketahui 8. K 1 mg (?) Tidak diketahui
6. Unsur kimia Unsur kimia yang mempunyai pengaruh terhadap tejadinya karies gigi masih dalam penelitian. Unsur kimia yang paling berpengaruh adalah Flour.
Tabel 2. : dibawah ini menunjukan beberapa unsur kimia yang mempengaruhi atau memperlambat terjadinya karies : No Unsur Kimia Pengaruh 1. Brellium Menghambat 2. Flour Menghambat 3. Aurium Menghambat 4. Cuprum Menghambat 5. Magnesium Menghambat 6. Platina Menunjang 7. Cadmium Menunjang 8. Selenium Menunjang
8. Air ludah 1) Campuran bahan-bahan yang terkandung didalamnya 2) Derajat keasaman 3) Jumlah/ volume 4) Faktor anti bakteri 9. Letak geografis 10. Kultur social penduduk
2.3.4 Gejala Karies Gigi Gejala karies gigi bukan hanya satu gejala saja, adapun gejala gejalanya sebagai berikut : 1. Gigi sangat sensitif terhadap panas,dingin, manis. Gigi terasa sangat sensitif terhadap panas, dingin, manis dan asam menandakan karies gigi sudah sampai bagian dentin 2. Jika suatu kavitas dekat atau telah mencapai pulpa maka nyeri akan bersifat menetap bahkan nyeri yang dirasakan bersifat spontan, meski tidak ada rangsangan. 3. Jika bakteri telah mencapai pulpa. Dan pulpa mati maka nyeri untuk sementara akan hilang lalu akan timbul lagi dalam beberapa jam atau hari dan gigi akan menjadi peka karena peradangan dan infeksi telah menyebar keluar dan menyebabkan abses.
2.3.5 Diagnosis Diagnosis pertama memerlukan inspeksi atau pengamatan pada semua permukaan gigi dengan bantuan pencahayaan yang cukup, kaca gigi, dan eksplorer. Radiografi gigi dapat membantu diagnosis, terutama pada kasus karies interproksimal. Karies yang besar dapat langsung diamati dengan mata telanjang. Karies yang tidak ekstensif dibantu dulu dengan menemukan daerah lunak pada gigi dengan eksplorer. Beberapa peneliti gigi telah memperingatkan agar tidak menggunakan eksplorer untuk menemukan karies. Pada kasus dimana sebuah daerah kecil pada gigi telah mulai terjadi demineralisasi namun belum membentuk lubang, tekanan melalui eksplorer dapat merusak dan membuat lubang. Teknik yang umum digunakan untuk mendiagnosis karies awal yang belum berlubang adalah dengan tiupan udara melalui permukaan yang disangka, untuk membuang embun, dan mengganti peralatan optik. Hal ini akan membentuk sebuah efek "halo" dengan mata biasa. Transiluminasi serat optik direkomendasikan untuk mendiagnosis karies kecil. Untuk dapat mendiagnosis maka harus mengenali bentuk-bentuk karies lokasi karies. 1. Bentuk-bentuk Karies: A. Berdasarkan cara meluasnya karies a. Karies Penetriende Karies yang meluas dari email kedentin dalam bentuk kerucut perluasannya secara penetrasi merembes ke dalam b. Karies Unterminirende Karies yang meluas dari email ke dentin dengan jalan meluas kearah samping, sehingga menyebabkan bentuk seperti periuk. B. Berdasarkan dalamnya karies a. Karies Superfisialis Karies yang baru mengenai lapisan email, tidak sampai dentin b. Karies Media Karies yang sudah mengenai dentin tetapi belum melebihi setengah dentin c. Karies Profunda Dimana karies sudah mengenai lebih setengahnya dentin dan kadang - kadang sudah mengenai pulpa - Profunda pulpa terbuka Bila pulpa sudah terbuka/ mengenai pulpa - Profunda pulpa tertutup Bila karies belum mengenai pulpa
Gambar : Dalamnya karies karies
C. Berdasarkan Lokasi Karies (Olah G Black) a. Karies kelas I Karies yang terdapat pada bagian oklusal (Pits dan fissure ) dari gigi premolar dan molar. Dapat juga terdapa ada anterior di foramen caecum. b. Karies kelas II Karies yang terdapat pada bagian aproximal dari gigi molar atau premolar yang umumnya meluas sampai bagian oklusal. c. Karies kelas III Karies yang terdapat pada bagian aproximal dari gigi anterior tetapi belum mencapai margo incisal (belum mencapai 1/3 incisal gigi). d. Karies kelas IV Karies yang terdapat pada bagian aproximal dari gigi anterior dan sudah mencapai margo incisal (telah mencapai 1/3 incisal gigi ) e. Karies kelas V Karies yang terletak di cerviks gigi anterior maupun posterior. D. Berdasarkan Banyaknya Permukaan Yang Terkena a. Simple karies Bila hanya satu permukaan yang terkena. b. Kompleks karies Bila lebih dari satu permukaan gigi yang terkena. E. Berdasarkan Keparahan/ Kecepatan Serangan Karies a. Rampant karies b. Karies terhenti
2.3.6 Perawatan Karies Gigi Penambalan Gigi layak untuk ditambal bila terdapat salah satu daritanda berikut : 1. Gigi sangat sensitif terhadap panas,dingin, manis. 2. Terbentuk lubang yang rentan perlekatan plak, sisa makanan. 3. Fungsi terganggu. 4. Estetik tergangu. 5. Kecenderungan bergesernya gigi disebelahnya akibat kehilangan kontak dengan gigi yang berlubang. Berapa jenis bahan tambal Selama bertahun-tahun kita hanya kenal bahan tambal logam dan amalgam Namun, sekarang telah dikembangkan bahan tambal sewarna gigi yaitu resin komposit dan semen ionomer kaca dan porselen. Berdasarkan metode peletakannya, tambalan terbagi dalam dua kategori, yaitu tambalan langsung dan tambalan tidak langsung. Tambalan langsung adalah tambalan yang diletakkan langsung pada gigi, prosedur penambalan selesai dalam sekali kunjungan. Termasuk dalam kategori ini adalah tambalan amalgam, resin komposit.
Pencabutan gigi Jika kerusakan gigi telah mencapai dekat pulpa atau kebih kedalam lagi, maka sebaiknya gigi dicabut untuk mencegah infeksi yang lebih lanjut.
2.3.7 Pencegahan Karies 1. Pra erupsi Tingkat pelayanan kesehatan gigi, dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) dari leavell and clark yang dikutip Herijulianti (2002) didalam bukunya adalah sebagai berikut : 1. Promosi Kesehatan (Health Promotion) 2. Perlindungan Khusus (Specific Protection) 3. Diagnosa Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis And Prompt Treatment) 4. Pembatasan Cacat (Disability Limitation) 5. Rehabilitasi (Rehabilitation) 2. Pasca erupsi Tindakan yang dilakukan pada masa pasca erupsi ini terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tertier. a. Pencegahan Primer Yaitu pencegahan sebelum gejala klinik timbul yaitu dengan cara peningkatan dan perlindungan khusus. Peningkatan kesehatan : pendidikan kesehatan, meningkatkan keadaan sosio ekonomi seseorang, standart nutrisi yang baik, membatasi frekuensi makanan dan minuman yang manis-manis dan pemeriksaan berkala. 6 b. Pencegahan Sekunder Diagnosa dini dengan pengobatan yang tepat dan membatasi ketidak mampuan/cacat yaitu pengobatan yang cepat untuk menghentikan proses penyakit dan mencegah terjadinya komplikasi. Pada gigi yang terserang karies dan masih dapat dilakukan penambalan maka dilakukan perawatan gigi/restorasi gigi. Dengan demikian, lengkung geligi dapat dipertahankan dalam keadaan utuh, fungsi pengunyahan dipertahankan, infeksi dan peradangan kronis dapat dihilangkan sehingga kesehatan jaringan mulut yang baik dapat dipertahankan. Selain itu, mempertahankan gigi anterior dapat mempertahankan fungsi estetik, membantu fungsi bicara dan mencegah timbulnya efek psikologis bila gigi tersebut harus dicabut. 6 c. Pencegahan Tertier Gigi dengan karies yang sudah dilakukan pencabutan terhadap rehabilitasi dengan pembuatan gigi palsu. 6 Becker (1979) mengajukan beberapa klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (Health Related Behaviour) salah satu diantaranya adalah perilaku kesehatan (Health Behaviour), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi dan sebagainya (Herijulianti, 2002).
2.4 Pulpitis 2.4.1 Definisi Pulpitis Pulpitis adalah peradangan pada pulpa gigi yang menimbulkan rasa nyeri. Pulpa adalah bagian gigi paling dalam, yang mengandung saraf dan pembuluh darah. akibat karies yang tidak diobati, trauma, atau restorasi beberapa.
2.4.2 Etiologi Pulpitis Penyebab kerusakan pulpa dapat dikelompokan sebagai berikut: 1. Fisik Mekanik ( trauma, atrisi, abrasi, perubahan tekanan udara). Termis (preparasi cavum, tambalan yang dalam tanpa semen base). Elektris (aliran listrik dari vital tester,tambalan-tambalan logam yang berlainan). 2. Kimia: Asam fosfat yang berasal dari silikat, AgNO3, monomeracrylic Erosi karena asam-asam. 3. Bakterial Toksin yang berhubungan dengan karies Invasi langsung kuman-kuman pada pulpa.
2.4.3 Patofisiologi Pulpitis Pulpitis dapat terjadi karena adanya jejas berupa kuman beserta produknya yaitu toksin, dan dapat juga karena faktor fisik dan kimia (tanpa kuman). Namun pada praktek sehari-hari pulpitis biasanya terjadi diawali dengan karies yang tebentuk karena kerusakan email akibat dari fermentasi karbohidrat oleh bakteri- bakteri penghasil asam (pada umumnya Streptococus mutans) yang menyebabkan proses demineralisasi. Demineralisasi lebih cepat dari proses mineralisasi. Bila karies sudah terbentuk dan tidak mendapat perawatan, maka proses demineralisasi terus berlanjut dan menyebabkan karies semakin meluas ke dalam gigi sehingga menembus lapisan-lapisan email, dentin dan pada akhirnya akan mencapai ke dalam ruang pulpa. Bila karies sudah mencapai ke dalam ruang pulpa maka bakteri akan masuk ke dalam ruangan tersebut dan mengakibatkan peradangan pada jaringan pulpa. Jika peradangan hanya sebagian (pada cavum dentis) maka kita sebut pulpitis akut parsial, dan jika mengenai seluruh jaringan pulpa maka kita sebut pulpitis akut totalis.
2.4.4 Gambaran Klinis Pulpitis Pulpitis menyebabkan sakit gigi yang tajam luar biasa, terutama bila terkena oleh air dingin, asam, manis, kadang hanya dengan menghisap angin pun sakit. Rasa sakit dapat menyebar ke kepala, telinga dan kadang sampai ke punggung. Keluhan subjektif: Nyeri spontan dan berdenyut yang disebabkan oleh rangsangan yg minimal dan berlangsung siang malam, sering hilang tetapi timbul kembali Nyeri menyebar (tidak terlokalisir) jika pada mandibula sering terasa ditelinga, kadang kadang di leher. jika pada rahang atas terasa ke pelipis, kepala bagian depan sampai belakang. Pada permulaan pasien masih bisa melokalisir gigi yg sakit tetapi lama kelamaan tidak dapat lagi. Perubahan suhu yg kecil pada minum dapat menyebabkan nyeri dan peridontitis yang dapat menyebabkan nyeri pada waktu mengunyah. peridontitis ini disebabkan oleh hyperemia dari pulpa yang merambat ke peridontium ke foramen apikalis. Klasifikasi pulpitis menurut waktunya yaitu pulpitis akut dan pulpitis kronis. Pulpitis akut merupakan kondisi inflamasi pulpa gigi yang terjadi dengan tiba-tiba atau dapat juga terjadi karena kondisi eksaserbasi dari inflamasi kronis. (7)
Pulpitis akut dapat berlanjut menjadi pulpitis kronis. (8) Pulpitis akut memiliki tanda-tanda klinis berupa nyeri tajam atau berdenyut dan biasanya terjadi selama beberapa menit (10-15 menit). Asal nyeri susah dicari bahkan nyeri dapat menyebar jauh dari pusat kerusakan. Rasa nyeri dapat terjadi karena rangsang panas, dingin dan stimulus manis. (9)
Pulpitis akut adalah kondisi gawat darurat karena rasa sakitnya yang teramat sangat. Gigi yang terkena pulpitis akut akan terasa nyeri tajam yang kontinu saat diberikan stimulus atau tidak. Pada kondisi seperti ini biasanya pasien akan merasa sangat kesakitan dan emosional. (7) Pasien biasanya tidak bisa menunjukkan gigi mana yang terasa sakit akibat sakitnya yang menyebar hampir keseluruh gigi tetangga dari gigi yang terkena pulpitis akut. (10) Menurut Rajendran dan Sivapathasundharam (2009), rasa sakit pulpitis akut biasanya berlangsung 10- 15 menit atau lebih dan rasa sakitnya dapat bertambah-tambah sesuai dengan ambang toleransi sakit pasien. Pasien yang menderita pulpitis akut akan merasa tidak nyaman dan membutuhkan perawatan segera dari dokter gigi. Klasifikasi klinis penyakit pulpa didasarkan pada gejala respon terhadap perubahan suhu yaitu: 1. Pulpitis reversibel/hiperemi pulpitis/pulpitis awal yaitu peradangan pulpa awal sampai sedang akibat rangsangan Anamnesa Biasanya nyeri bila minum panas, dingin, asam dan asin Nyeri tajam singkat tidak spontan, tidak terus menerus Rasa nyeri lama hilangnya setelah rangsangan dihilangkan Pemeriksaan Objektif Ekstra oral : Tidak ada pembengkakan Intra oral : Perkusi tidak sakit Karies mengenai dentin/karies profunda Pulpa belum terbuka Sondase (+) (11)
Chlor etil (+)
2. Pulpitis irreversibel yaitu radang pulpa ringan yang baru dapat juga yang sudah berlangsung lama Pulpitis irreversibel terbagi : 1) Pulpitis irreversibel akut yaitu peradangan pulpa lama atau baru ditandai dengan rasa nyeri akut yang hebat Anamnesa Nyeri tajam spontan yang berlangsung terus-menerus menjalar kebelakang telinga Penderita tidak dapat menunjukkan gigi yang sakit Pemeriksaan Objektif Ekstra oral : tidak ada kelainan Intra oral : Kavitas terlihat dalam dan tertutup sisa makanan Pulpa terbuka bisa juga tidak Sondase (+) Khlor ethil (+) Perkusi bisa (+) bisa (-) (11)
2) Pulpitis irreversibel kronis yaitu peradangan pulpa yang berlangsung lama Anamnesa ; Gigi sebelumnya pernah sakit Rasa sakit dapat hilang timbul secara spontan Nyeri tajam menyengat, bila ada rangsangan seperti; panas, dingin, asam, manis Penderita masih bisa menunjukkan gigi yang sakit Pemeriksaan Objektif Ekstra oral ; tidak ada pembengkakan Intra oral ; Karies profunda, bisa mencapai pulpa bisa tidak Sondase (+) Perkusi (-) (11)
Pulpitis juga dapat diklasifikasikan berdasarkan: 1. Durasi dan keparahan (10) : a. Pulpitis Akut Dapat dibagi menjadi: Pulpitis Akut Serosa Pulpitis akut serosa adalah peradangan akut dari pulpa gigi yang ditandai dengan adanya sakit paroksimal yang hilang timbul yang bias menjadi terus- menerus. Apabila dibiarkan maka ia akan berlanjut menjadi pulpitis supuratif akut yang kemudian menyebabkan nekrosis pulpa. Pulpitis Akut Supuratif Pulpitis akut supuratif adalah peradangan pulpa akut yang ditandai dengan pembentukan abses pada permukaan pulpa ataupun di dalam pulpa sendiri. b. Pulpitis Subakut Merupakan eksaserbasi akut yang ringan dari pulpitis kronis. Ditandai dengan adanya rasa sakit sedang yang hilang timbul. Istilah subakut digunakan pada kasus-kasus dimana sukar dikategorikan akut atau kronis. c. Pulpitis Kronis Pulpitis Kronis Ulserati Pulpitis kronis ulseratif ditandai dengan pembentukan ulkus pada permukaan pulpa yang terbuka. Keadaan ini umumnya terjadi pada pulpa muda atau pulpa tua yang sanggup menahan proses infeksi subklinis yang terjadi. Pulpitis Kronis Hiperplastik Pulpitis kronis hiperplastik adalah peradangan pulpa yang terbuka yang ditandai dengan terjadinya jaringan granulasi dan epitel, karena adanya iritasi yang ringan dalam waktu yang lama. Terlihat di sini jumlah dan besar sel juga bertambah. Keadaan ini disebut juga polip pulpa.
2. Ada atau tidaknya simtom (10) : a. Pulpitis Simtomatis Pulpitis simtomatis adalah respon inflamasi dari jaringan pulpa terhadap iritasi, dimana proses eksudatif memegang peranan. Rasa sakit timbul karena adanya peninggian tekanan intrapulpa. Rasa sakit ini berkisar antara ringan sampai paling hebat dengan intensitas yang tinggi, terus-menerus atau berdenyut. Yang termasuk dalam pulpitis simtomatis adalah: Pulpitis akut, pulpitis akut dengan periodontitis apikalis akut atau kronis, pulpitis subakut b. Pulpitis Asimtomatis Pulpitis asimtomatis merupakan proses inflamasi sebagai mekanisme pertahanan dari jaringan pulpa terhadap iritasi dimana proses proliferasi yang berperanan. Tidak ada rasa sakit karena adanya pengurangan dan keseimbangan tekanan intrapulpa. Yang termasuk pulpitis asimtomatik adalah (10) : pulpitis kronis ulseratif, pulpitis kronis hiperplastik, pulpitis kronis yang bukan disebabkan oleh karies (prosedur operatif, trauma, gerakan ortodonti).
2.4.5 Penegakan Diagnosa Pulpitis Diagnosa ditegakan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada impeksikita dapat melihat cavum yang besar, lebar dengan suatu masa yang lembek dan kotor, cavum dentis hanya tertutup oleh lapisan dentin yang tipis atap pulpa dapat ditembus dengan sonde. Test sondasi : nyeri pada pemeriksaan dengan sonde Test thermist : air hangat /dingin menyebabkan nyeri yg hebat. Test elektris : aliran listrik menyebabkan nyeri yang tdak tertahan danmakin hebat. Perkusi : arah vertical menyebkan nyeri karena ada perambatan hyperemia pada periodontum Tekanan : saat gigi pasien mengigit, pasien akan merasakan nyeri. Rontgen gigi : pada pemeriksaan rontgen akan didapatkan gambaran radiologi berupa gambaran radiolusent yang telah mencapai kavum pulpa.Pemeriksaan radiologist dilakukan untuk memperkuat diagnose dan menunjukkan apakah peradangan sudah menyebar ke jaringan tulang dan disekitarnya
2.4.6 Penatalaksanaan Pulpitis Peradangan mereda jika penyebabnya diobati. Jika pulpitis diketahui pada stadium dini, maka penambalan sementara yang mengandung obat penenang saraf bisa menghilangkan nyeri. Tambalan ini bisa dibiarkan sampai 6-8 minggu dan kemudian diganti dengan tambalan permanen. Jika terjadi kerusakan pulpa yang luas dan tidak dapat diperbaiki, satu-satunya cara untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mencabut pulpa, baik melalui pengobatan saluran akar maupun dengan pencabutan gigi. Bila tidak ada peradangan dental, lubang gigi dibersihkan dengan ekskavator , lalu dikeringkan dengan kapas dan diberi kapas yang ditetesi eugenol. Berikan analgetik bila perlu. Bila sudah ada peradangan jaringan periapikal, berikan antibiotik selama 5 hari. Pada umumnya, perawatan yang diberikan terhadap gigi pulpitis akut adalah pulpektomi vital dengan membuang seluruh jaringan pulpa apabila keadaan saluran akar memungkinkan untuk dilakukan preparasi saluran akar dan tersedia waktu yang mencukupi. Setelah pembuangan jaringan pulpa, gulungan kapas kecil yang berisi Ca(OH)2 yang merupakan obat pilihan dimasukkan ke dalam ruang pulpa sebelum kavitas ditutup dengan oksida seng eugenol. Tahap pekerjaan yang dilakukan dalam merawat pulpitis akut ini secara umum adalah: (1) pembuatan foto rontgen, (2) anestesi lokal, isolasi lapangan kerja, pembukaan atap pulpa, (3) ekstirpasi jaringan pulpa, (4) irigasi dengan larutan perhidrol 3%, aquadest, dan NaCl 2%, (5) penempatan Ca(OH)2 dalam gulungan kapas kecil pada ruang pulpa, (6) Tumpatan sementara minimal dengan semen seng fosfat. Setelah keadaan darurat mereda, dilakukan perawatan endodontik biasa. (10)
2.4.7 Komplikasi Infeksi sekuel pulpitis termasuk apical periodontitis, abses periapikal, selulitis, dan osteomyelitis rahang. Spread dari gigi rahang atas dapat menyebabkan sinusitis purulen, meningitis, abses otak, selulitis orbital, dan thrombosis sinus. Penyebaran dari gigi rahang bawah bisa menyebabkan angina ludwings, abses parapharyngeal, mediastinum, perikarditis, empiema, dan tromboflebitis jugularis.