Definisi Oklusi
Oklusi adalah kontaknya permukaan oklusal gigi rahang atas dengan
permukaan oklusal gigi rahang bawah pada saat rahang atas dan rahang bawah
menutup (Houston, 1993).
Dalam bidang Ortodonsi ada beberapa istilah oklusi, yaitu oklusi ideal, oklusi
normal dan oklusi normal individual. Menurut (Wheeler, 1974), normal adalah
suatu keadaan dimana variasi-variasi masih terdapat di sekitar nilai rata-rata.
Dalam bidang Ortodonsia, istilah normal dapat diartikan sama dengan ideal dan
keadaan ini akan menyulitkan pengertian perawatan. Sehingga ideal atau normal
dihubungkan dengan konsep pendugaan atau tujuan yang akan dicapai sehingga
digunakan istilah oklusi normal individual.
Menurut Wheeler (1974), dalam oklusi normal faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan:
1
1. Susunan deretan gigi pada lengkung gigi
Kriteria dari oklusi normal adalah semua gigi terletak dalam lengkung secara
baik, hubungan yang harmonis antara lengkung gigi rahang atas dan rahang
bawah, serta ubungan antara tonjol baik, di rahang atas dan rahang bawah.
Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap oklusi normal adalah
hubungan gigi yang normal, fungsi otot-otot yang normal dan seimbang, serta
sendi temporomandibular yang normal, bentuk maupun gerakan/fungsi (Foster,
1993).
1. Tiap gigi di rahang atas dan rahang bawah mempunyai kontak dengan dua
gigi antagonisnya, kecuali insisiv sentral rahang bawah dan molar ketiga
rahang atas.
2. Gigi dalam keadaan lengkap.
2
3. Titik kontak baik, baik dengan sebelah menyebelah maupun gigi
antagonisnya.
4. Ukuran lengkung gigi rahang atas sesuai dengan lengkung gigi rahang
bawah.
5. Setiap lengkung gigi harus merupakan suatu kurve dan berbentuk
parabola.
6. Gigi-gigi di rahang atas mulai kaninus sampai molar ketiga terletak
setengah cups lebih ke distal dari gigi rahang bawah.
7. Gigi rahang atas menutupi sebagian dari bidang labial dan bukal gigi
rahang bawah.
8. Ada keseimbangan antara besarnya gigi dan rahang.
9. Fungsi otot kunyah yang normal.
10. Hubungan antara maksila dan mendibula yang normal.
11. Keadaan TMJ yang normal.
3
4. Dari hubungan bukal, gigi premolar dan caninus atas interlock dengan
interspace antagonisnya.
5. Gigi-gigi insisivi atas pertama ukurannya lebih besar dari gigi insisive
bawah, tidak hanya menutupi gigi insisive pertama bawah, tapi juga
menutupi setengah dari gigi insisive kedua bawah.
6. Gigi insisive kedua atas menutupi setengah gigi insisive kedua bawah dan
mesial incline i gigi caninus bawah.
7. Gigi2 insisivi atas pertama ukurannya lebih besar dari gigi insisive bawah,
tidak hanya menutupi gigi insisive pertama bawah, tapi juga menutupi
setengah dari gigi insisive kedua bawah.
8. Gigi insisive kedua atas menutupi setengah gigi insisive kedua bawah dan
mesial incline i gigi caninus bawah.
9. Tiap gigi atas kontak dengan 2 gigi bawah, kecuali gigi molar ke-3 atas
yang hanya ber adu dengan gigi molar ke tiga bawah. Apabila M3 tidak
bererupsi M2 akan menggantikan sebagai gigi yang terakhir.
10. Setiap gigi bawah beradu dengan dua gigi atas, kecuali gigi insisive
pertama bawah yang hanya beradu dengan gigi insisive pertama atas.
11. Gigi insisive atas menutupi gigi insisive bawah antara 1/4 - 1/3 panjang
korona nya.
12. Bukal cusp gigi-gigi bawah mulai dari
gigi caninus sampai molar akan menunjukkan tiap-tiap disto-bukal incline
kontak dengan mesio lingual incline dari gigi atas, sedangkan tiap mesio-
bukal incline kontak dengan disto-lingual incline gigi atas (Foster, 1993).
4
tanpa perawatan ortodonti dengan oklusi normal. Bila satu atau beberapa ciri ini
tidak tepat, hubungan oklusal dari gigi geligi tidaklah normal. Keenam ciri-ciri
oklusi normal tersebut adalah:
1. Hubungan yang tepat dari gigi molar pertama permanen pada bidang sagital.
2. Angulasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang transversal.
3. Inklinasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang sagital.
4. Tidak adanya rotasi gigi-gigi individual.
5. Kontak yang akurat dari gigi-gigi individual dalam masing-masing lengkung
gigi, tanpa diastema maupun berjejal.
6. Bidang oklusal yang datar atau sedikit melengkung.
Gambar 1. Inklinasi gigi anterior rahang atas dan rahang bawah. A. Inklinasi
normal. B. Tampak sagital (Basavaraj, 2011).
Menurut Bhalajhi (2006), pada gigi desidui oklusi yang normal berupa adanya
flush terminal plane, space anterior, primate space, hubungan oklusi kelas I ( gigi
molar dan caninus), rahang oval. Gigi desidui mulai erupsi ketika berumur 6 bulan
dan akan lengkap ketika berumur 3 tahun. Gigi desidui mempunyai alignment dan
oklusi yang normal segera setelah berumur 2 tahun, dengan akar-akar gigi
terbentuk seluruhnya ketika berumur 3 tahun.
Oklusi normal pada gigi-gigi susu ketika berumur 3 tahun adalah:
1. Permukaan mesial pada insisivus sentral atas dan bawah berada pada satu garis
median.
2. Gigi insisivus sentral rahang atas beroklusi dengan insisivus sentral rahang
bawah dan sepertiga mesial dari insisivus lateral rahang bawah.
5
3. Gigi anterior bawah berkontak dengan gigi anterior atas pada bagian palatal
diatas perbatasan edge insisal.
4. Insisivus lateral atas beroklusi dengan bagian dua per tiga distal dari insisivus
lateral bawah, dan slope mesial dari gigi caninus bawah.
5. Gigi caninus atas beroklusi dengan slope distal gigi caninus bawah dan bagian
sepertiga mesial gigi molar pertama bawah.
6. Gigi molar pertama atas beroklusi dengan duapertiga distal gigi molar pertama
bawah dan bagian mesial gigi molar kedua bawah.
7. Bagian distal gigi molar kedua atas beroklusi dengan permukaan distal molar
kedua bawah (Bhalajhi, 2006).
Sedangkan oklusi normal pada gigi masa bercampur adalah leeway space
(ketika gigi caninus dan molar diganti dengan gigi caninus dan premolar
permanen), hubungan oklusi kelas I (gigi caninus ketika molar pertama erupsi),
dan ketika erupsi gigi insisivus sentral permanen (Bhalajhi, 2006).
6
b. Gigi, jaringan sekitarnya, tulang dan otot, perbandingan anatomisnya
normal.
2. Oklusi Normal
Ada dua jenis oklusi normal, yaitu oklusi statik san oklusi
dinamik/fungsional. Oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang
atas (RA) dan rahang bawah (RB) dalam keadaan tertutup atau hubungan
daerah kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik). Yang
kedua, oklusi dinamik, yang merupakan hubungan antara gigi geligi
7
rahang atas (RA) dan rahang bawah (RB) pada saat seseorang melakukan
gerakan mandibula ke arah lateral (samping) atau pun kedepan (antero-
posterior) (Hamzah, 2009).
3. Oklusi Sentrik
Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada
waktu mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada dalam
posisi bilateral simetris di dalam fossanya (Hamzah, 2009).
Pada oklusi sentrik, sentris atau tidaknya posisi mandibula ini sangat
ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh kontak antara gigi pada saat
pertama berkontak. Keadaan ini akan mudah berubah bila terdapat gigi
supra posisi ataupun overhanging restoration.
8
Gambar 3. Overhanging restoration.
c. Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada
saat RB digerakkan ke anterior.
d. Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada
saat RB digerakkan ke lateral (Hamzah, 2009).
a. Bilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada kerja dan
sisi keseimbangan, keduanya dalam keadaan kontak.
b. Unilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada sisi kerja
kontak dan sisi keseimbangan tidak kontak.
9
d. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dikelompokkan dalam klasifikasi
diatas.
1. Class I (Neutroklusi)
Gambar 4. Neutroklusi.
2. Class II (Distoklusi)
Gambar 5. Distoklusi.
Gambar 6. Mesioklusi.
10
Mesiobukal cusp M1 atas letaknya lebih distal dari bukal groove gigi
M1 bawah.
11
Gambar 5. Overjet (Foster, 1993).
3. Incisal overbite
4. Incisal Overjet
12
c. Reversed overjet (cross bite)
13