Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN TUTORIAL

MODUL 2 BLOK 6 “RADIOLOGI BIDANG KEDOKTERAN GIGI”

KELOMPOK 6

TUTOR : Drg. Reno Wiska Wulandari

KETUA : Wirachul Ikhsan

SEKRETARIS :

Aidha Mestika Amril


Selly Okta Epriyani

NAMA ANGGOTA :

Anugrah Dwi Aztri


Aqila Syifa Nada
Raisa Milenia Syukma
Shania Azira
Tri Aditya Septian
Vania Yohandevi
Wenny Frianti P

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
A. SKENARIO 2 “Bisa selfie Gigi ya dok...??!”

Ridho(25 tahun) memenuhi janjinya dengan drg. Dylan untuk dilakukan perawatan
saluran akar pada gigi 11. Setelah dilakukan pemeriksaan, drg. Dylan meminta Ridho
untuk melakukan foto periapikal gigi 11 di Lab. Radiologi. Dalam ruangan radiologi
Ridho diinstruksikan untuk duduk di kursi dan memegang film rontgen foto yang
dimasukan kedalam mulut.

Setelah selesai Ridho menerima hasil foto dan keterangan mengenai gambaran
radiografis giginya. Ridho berpikir kenapa film foto periapikal yang digunakan tidak
besar seperti foto panoramik yang pernah dilakukan oleh adiknya. Ridho
memberikan hasilnya kepada drg. Dylan, namun setelah mengamati hasil foto
rontgen beliau kurang puas dengan hasil fotonya karena gambaran radiolusen dan
radiopak jaringan periapikalnya tidak begitu jelas dan kabur sehingga tidak dapat
ditentukan gambaran klinisnya, sehingga harus dilakukan foto ulang. Drg. Dylan
merujuk kembali Ridho ke Lab. Radiologi untuk melakukan foto panoramik, agar sang
dokter dapat membaca dan melihat dengan jelas kondisi gigi Ridho.

Bagaimana saudara menjelaskan kasus yang dialami Ridho?

B. Langkah seven jumps

1. Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal


yang dapat menimbulkan kesalahan interpretasi.
2. Menentukan masalah
3. Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior
knowledge
4. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan dan
mencari korelasi dan interaksi agar masing-masing komponen untuk membuat
solusi secara terintegrasi.
5. Memformulasikan tujuan pembelajaran.
6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet ,dan lain-lain.
7. Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh.
C. Diskusi

Langkah 1 : Terminologi

1. Radiolusen
2. Radioopak
3. Foto periapikal
4. Film rontgen
5. Perawatan saluran akar

Pembahasan :

1. Radiolusen : Bagian gelap pada hasil foto rontgen karena dilewati oleh sinar-
x, contohnya seperti gingiva, jaringan pulpa, dll.
2. Radioopak : Bagian putih pada hasil foto rontgen karena tidak dilewati oleh
sinar-x, contohnya tulang, gigi, dll.
3. Foto periapikal : Teknik foto intraoral untuk melihat mahkota dan akar gigi
dan juga jaringan pendukungnya dalam satu film.
4. Film rontgen : Tempat terciptanya gambar radiograf dari bagian yang
dirontgen.
5. Perawatan saluran akar : Prosedur bedah kecil yang dilakukan saat infeksi
penyebab pembusukan yang sudah terlanjur menumbuh pada gigi.

Langkah 2 : Menetukan Masalah

1. Apa kegunaan radiologi dalam kedokteran gigi?


2. Apa kelebihan dan kekurangan radiologi?
3. Apa saja jenis-jenis rontgen dalam kedokteran gigi?
4. Apa saja alat yang digunakan pada saat melakukan rontgen?
5. Bagaimana teknik pengambilan dari foto rontgen?
6. Bagaimana standar mutu dari hasil foto rontgen?
7. Apa saja faktor yang mempengaruhi hasil dari foto rontgen?
8. Kenapa hasil foto rontgen Ridho tidak jelas?
9. Kenapa tindakan perawatan saluran akar membutuhkan foto rontgen?
10. Kenapa film pada foto periapikal tidak sama besarnya dengan film pada foto
panoramik?
Langkah 3 : Menganalisa Masalah

1. Kegunaan radiologi dalam kedokteran gigi :


 Untuk melihat gangguan / anomali pada gigi.
 Untuk dokumentasi rekam medis.
 Untuk diagnosa.
 Untuk pencegahan penyebaran penyakit.
 Membantu dalam bidang forensik.
 Untuk melihat tumbang pada gigi.
 Untuk perawatan orthodonti.
 Untuk melihat fraktur.
 Untuk melihat abses pada jaringan lunak.
 Untuk melihat keadaan karies pada gigi.
2. Kelebihan dan kekurangan radiologi :
 Kelebihan
- Dapat mediagnosa dengan jelas.
- Membantu dalam bidang forensik.
- Dapat melihat anomali pada gigi.
 Kekurangan
- Mahal.
- Terkadang gagal.
- Mual pada pertama kali coba.
- Bisa menyebabkan terjadinya mutasi sel.
- Kadang tidak terlalu sesuai dengan aslinya.
3. Jenis rontgen dalam kedokteran gigi :
 Intraoral
- Periapikal : Rontgen mahkota, akar, dan beberapa gigi.
- Bite wing : Rontgen RA dan RB dalam satu film.
- Oklusal : Untuk melihat secara jelas posisi gigi anomali.

 Ekstraoral
- Panoramik : Rontgen keseluruhan RA dan RB.
- Posterior Anterior.
- Anterior Posterior.
- Sefalometrik / Chephalo Matrix : Ada yang lateral yang
digunakan untuk orthodonti dan untuk melihat keadaan RA dan
RB.
- Proyeksi water : untuk melihat sinus maxillaris, ethmoidalis, dan
frontalis.
- Reverse towne.
- Submentovertex.
4. Alat yang digunakan saat rontgen :
- Apron : Digunakan untuk proteksi radiasi.
- Film.
- Kaset.
- Sinar-x dan tabung sinar-x.
- Grid : Untuk menangkap penghamburan sinar.
- Screen layer.
5. Teknik pengambilan foto rontgen :
 Persiapan alat
- Pasang film EO pada kaset di ruang gelap.
- Atur exposure (KV, mA, waktu).
 Persiapan pasien
- Menjelaskan prosedur EO.
- Apron.
- Lepaskan segala perhiasan.
- Protesa.
 Operator
- Jaraknya 6 kaki dari tabung.
- Memakai apron.
 Pada periapikal
- Biseksi : Tegak lurus.
- Paralel : Filmnya paralel dengan sumbu gigi.
6. Standar mutu :
- Kontras warna.
- Detail jelas.
- Posisi tepat (pasien dan alat).
- Density proyeksi film.
7. Faktor yang mempengaruhi hasil foto rontgen :
- MiliAmpere (mA).
- Jarak : Berbanding lurus dengan density.
- Ketebalan : Objek tebal density menurun, begitu sebaliknya.
- Waktu.
- Luas penyinaran.
8. Kenapa rontgen bisa tidak jelas :
- Film kurang tekan / terlalu tekan.
- Posisi salah / kurang tepat.
- Jarak dan penyinaran.
- Film tergores.
- Film atau tangan pasien basah.
- Film rusak.
9. Kenapa PSA butuh rontgen :
 Karena dibutuhkan untuk melihat keadaan dan kondisi dari saluran
tersebut agar tahu apa tindakan yang dapat dilakukan selanjutnya.
10. Kenapa film periapikal tidak sama dengan film panoramik :
 Karena foto periapikal hanya melakukan rontgen pada sebagian gigi,
sedangkan panoramik melakukan rontgen pada keseluruhan RA dan RB.
Langkah 4 : Membuat Skema

Ridho(25th)

Gigi 1.1

Rontgen

Radiologi KG

Jenis-jenis Alat-alat Teknik Standar Hasil Rontgen


Mutu

Interpretasi Faktor Kegagalan

Langkah 5 : Tujuan pembelajaran

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis radiologi KG.


2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan alat radiologi KG.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan teknik radiologi KG.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan standar mutu radiologi KG.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan hasil rontgen
(menginterpretasi hasil rontgen, faktor, dan kegagalan).
Langkah 6 : mengumpulkan informasi di perpustakaan internet,dan lain lain

Langkah 7 : sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh.

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis radiologi KG.

 Radiografi Intraoral

Foto intraoral digunakan untuk mendapatkan detail gambar yang cukup


jelas, dan gambarannya terbatas. Film yang digunakan diletakkan di dalam
mulut pasien. Foto inraoral terbagi atas tiga :
1. Foto Periapikal

untuk melihat keseluruhan mahkota serta akar gigi dan tulang


pendukungnya.

Teknik periapikal ini digunakan untuk melihat :

a. Mahkota gigi

b. Akar gigi

c. Jaringan dan tulang sekitar gigi


Keuntungan menggunakan teknik periapikal adalah gambaran menjadi

lebih jelas dan detail yang meliputi jaringan gigi, dan pendukungnya sehingga

mempermudah diagnosa dan rencana perawatan serta harganya lebih murah

Kerugian teknik periapikal adalah teknik foto ini tidak luas karena

hanya terbatas pada beberapa gigi saja.

Seperti yang telah di sebutkan dalam skema, teknik periapikal dibagi

kembali menjadi 2, yaitu :

a. Teknik Bisecting : Teknik ini merupakan teknik yang menggunakan

sudut vertical sedemikian rupa sehingga sinar-x pusat jatuh tegak

lurus pada sumbu panjang gigi dan film.

Pada teknik ini posisi film diletakkan sedekat mungkin dengan gigi

sehingga tidak sejajar dengan sumbu panjang bidang film, dan konus

yang digunakan adalah konus pendek.

b. Teknik Paralelling : Pada teknik ini posisi film di dalam mulut

terhadap sumbu panjang gigi adalah sejajar dengan bidang gigi dan

arah sinar tegak lurus pada bidang film, sehingga tegak lurus juga

dengan sumbu panjang gigi.

Keuntungan :

Gambar yang dihasilkan lebih baik dan mendekati ukuran

sebenarnya dibandingkan teknik bisecting, tidak terjadi

superimpose dengan tulang zigomatikus dan dasar sinus maksilaris

apabila digunakan untuk rontgen gigi molar atas.

Kerugian :

1) Sulit meletakkan filmnya yang cukup besar dalam mulut


2) Teknik ini cukup sulit untuk membuat film sejajar dengan sumbu

gigi, diperlukan alat bantu khusus (cotton roll dan block gigit).

2. Teknik rontgen bite wing


untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah daerah
anterior dan posterior sehingga dapat digunakan untuk melihat
permukaan gigi yang berdekatan dengan puncak tulang alveolar.
untuk melihat karies dibawah restorasi

Teknik pemotretannya yaitu pasien dapat menggit sayap dari film

untuk stabilisasi film dalam mulut.

Fungsi dari teknik bitewing :

a. Untuk memvisualisasikan mahkota gigi,

b. Untuk memvisualisasikan tinggi tulang lubang tempat gigi di rahang

(alveolar yang berhubungan dengan cementoenamel junctions (CEJ),

yang merupakan garis batas pemisah pada gigi yang memisahkan

mahkota gigi dari akar gigi.

3. Teknik rontgen oklusal


untuk melihat area yang luas pada rahang atas dan rahang bawah
pada satu film
Teknik pemotretannya yaitu pasien diinstruksikan untuk mengoklusikan

atau menggigit bagian dari film tersebut. Film yang digunakan adalah film

oklusal.

 Radiografi ekstraoral
Foto ekstraoral digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang
dan tengkorak. Film yang digunakan diletakkan di luar mulut pasien. Foto
ekstraoral terbagi atas:
1. Teknik foto panoramik
gambaran yang memperlihatkan struktur facial, termasuk maksila
dan mandibula serta struktur pendukungnya.
 Kelebihan foto panoramik :
> Daerah liputannya luas daripada intraoral
> Dosis radiasi foto panoramik ini relatif lebih kecil, dimana
dosis radiasi yang diterima pasien untuk satu kali foto
panoramik sama dengan dosis empat kali foto intraoral
 Kekurangan foto panoramik
> Dapat terjadi sedikit distorsi
Pada penegakkan diagnosa, foto panoramik berguna untuk:
- Adanya lesi tulang/ ukuran dari posisi gigi terpendam/ impaksi
yang menghalanngi gambaran pada intraoral
- Melihat tulang alveolar dimana terjadi pocket lebih dari 6mm
- Melihat kondisi gigi sebelum dilakuakan rencana pembedahan
- Rencana perawatan orthodonti yang diperlukan untuk mengetahui
keaadaan gigi atau benih gigi
- Mengetahui ada atau tidaknya fraktur pada bagian mandibula
- Rencana perawatan implan gigi untuk vertical heightnya
- Mengevaluasi TMJ disorders/kelainan

2. Teknik foto lateral


untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka,diagnosa fraktur,
keadaan patologis tulang tengkorak dan muka
untuk evaluasi kondisi dari tulang dan posisi impaksi gigi/ lesi yang
besar

3. Teknik chepalometric
untuk memperlihatkan relasi gigi rahang atas dan rahang bawah
dengan tulang wajah.
untuk melihat tengkorak, tulang wajah akibat trauma penyakita atau
kelainan tumbuh kembang
untuk melihat jaringan lunak nasofaring, sinus paranasal, dan palatum
keras

4. Teknik foto postero anterior


untuk melihat tengkorak pada bidang postero anterior
untuk memperlihatkan struktur gambaran wajah : sinus frontalis,
ethmoidalis, fossa nasalis, dan orbita
5. Teknik foto antero posterior
untuk melihat kelainan pada bagian depan maksila dan mandibula
untuk memperlihatkan gambaran sinus frontalis, ethmoidalis, dan
tulang hidung
6. Proyeksi water / sinus projection
evaluasi maksila, sinus frontal,ethmoidalis,orbita,sutura zygomatico
frontalis dan rongga nasal

7. Reverse towne projection


untuk memeriksa fraktur dari leher condilus mandibula (pasien
dengan kondilus mengalami perpindahan tempat)
untuk melihat dinding postero lateral maksila

8. Submentovertex projection
untuk meliaht dasar tengkorak
posisi dan orientasi kondilus,sinus sphenoidalis dan fraktur pada
arcus zygomaticus, lengkung mandibula, dan dinding lateral sinus
maksila

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan alat radiologi KG.


1) Pesawat sinar x
Pada dasrnya dibagi menjadi dua jenis :
- Standar/ dengan pesawat kaki (mobile)
Keuntungannya: dapat dipindahkan sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan
- Jenis fixed
Pesawat yang menempel pada dinding dan langit (plafon)
Keuntungannya: tidak memerlukan tempat yang luas

Pesawt sinar x terdiri dari tiga komponen utama:

1. Kepala tabung sianr x (tube head), terdiri dari:


a. Tabung hampa udara (glass x-ray) tube)
berisikan filamen, copper block dan target
b. Step-up transformer
diperlukan untuk menaikkan tegangan utama
c. Step-up dwon transformer
diperlukan untuk menurunkan tegangan utama
d. Pelindung lead (surrounding lead shield)
untuk meminimalisir kebocoran
e. Minyak
untuk mengantisipasi panas yang timbul
f. Aluminium filtration
untuk menghilangkan bahaya penggunaan sinar x (sebagai
filter)
g. Collimator
menentukan besarnya berkas sinar x yang keluar
h. Cone
untuk menentukan arah sinar x, membatasi luas berkas sinar
x dan mencegah radiasi hambur
2. Kontrol panel
Komponen kontrol panel terdiri dari :
a. Tombol on/off
b. Timer
c. Warning lightyang menyala ketika sinar x dihasilkan
d. Exposure time selector, terdiri dari :
> Numerical  menentukan waktu
> Anatomical menetukan area mulut yang akan disinari
sinar xselanjutnya waktu eksposur ditentukan secara
otomatis
3. Lengan pesawat sinar x
2) Film sinar x
Terdiri dari dua jenis :
a. Non- screen film (film intraoral)
digunakan untuk film intraoral. Ukuran film yang digunakan
antara lain:
> 31x41 mm periapikal
> 22x35mm  bite wing
> 57x76mm foto oklusl

Film ini dikemas dalam satu paket yang terdiri dari :

o Pembungkus luar dari plastik lunak


Fungsi : untuk melindungi cairan saliva yang dapat
mengkontaminasi film
o Kertas hitam
Fungsi : melindung film dari cahaya yang dapat merusak film
o Lead foil
Terletak dibelakang film, berfungsi untuk mencegah adanya
sisa radiasi yang dapat melewati film menuju kejaringan
pasien

3) Grid
alat yang digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi radiasi
hambur yang dapat menyebabkan kabut pada hasil radiografis/
membuat gambar menjadi kabur.
4) Duty cycle
mengatut frekuensi penyinaran.
5) Extension arm
mengatur posisi dan jarak dari tube head dengan control panel.

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan teknik radiologi KG.


Teknik/ prosedur:
> persiapan operator
> persiapan pengaturan pasien
> pengaturan sinar
> pengaturan film
> pengaturan penyinaran
Posisi operator :

> operator tidak diperbolehkan berdiri didaerah radiasi sinar x primer


untuk melindungi dosis radiasi yang diterima, operator sebaiknya
berada dibalik dinding pelindung berlapis Pb, dan sebaiknya dengan
jarak yang cukup jauh dari sinar x
> umumnya operator berada pada sudut 90o dan 135o terhadap sinar
pusat
> pada daerah gigi anterior, operator berdiri pada sebelah depan
kanan/kiri pasien
> pada gigi posterior, operator lebih baik berdiri disebelah belakang
pasien

Teknik pengambilan foto rontgen:

a) foto intraoral
1) teknik rontgen periapikal
- film diletakkan di dalam mulut
- ukuran film 3x4 cm

terdapat dua teknik rontgen periapikal:

 bisection
paling sering digunakan,pasien memegang filmnya sendiri
 paralleling
sejajar dengan gigi, menggunakan film holder
2) teknik rontgen bite wing
- film yang digunakan: spesial bite wing film, standard film dangn
bite film holder
- pasien menggigit sayap dari film untuk stabilisasi film dalam
mulut
3) teknik rontgen oklusal
- cross section view : sinar diarahkan tegak lurus terhadap film
dan oklusal plane
- topographic view : sinar diarahkan ≤ 90o terhadap film oklusal
plane 45o – 60o
b) foto ekstraoral
1) foto panoramik
- film dimasukkan ke dalam kaset
- buat identifikasi pasien di bagian depan kaset
- letakkan kaset di kaset holder
- lepaskan perhiasan, logam, kacamata, dll
- pasien duduk memegang hand holder
- atur posisi kepala pasien
- atur image layer
- pasien diminta menggigit bite plastic
- tentukan kondisi sinar x
- pasien diinstruksikan untuk diam ± 15 menit
- tekan tombol penyinaran

2) skull and maxillofacial radiography


a) chepalometric projection, terdiri atas
 posteroanterior chepalometric
tube head diputar 90o sehingga arah sinar x tegak lurus pada
sumbu transmetal
 lateral chepalometric
posisi tube head berada di sisi kiri pasien
 oblique chepalometric
arah tube head berasal dari belakang salah satu ramus
b) waters projection
film ditempatkan didapan pasien,variasi dari gambaran postero
anterior
c) reverse towne projection
tube head diarahkan keatas dari bawah occipital dengan
membentuk sudut 30o
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan standar mutu radiologi KG.
 Standard
Gambaran foto rontgen dianggap baik:
1) struktur anatomis dari regio gigi yang difoto harus jelas, yaitu
perbedaan dari gambaran enamel, dentin, kamar pulpa, dan jaringan
periapikalnya harus betul-betul tajam dan terlihat jelas.
2) gambaran dari puncak-puncak tonjol gigi atau cusp gigi yang difoto
yaitu cusp bukal,lingual atau palatal sedapat mungkin bersatu, dimana
permukaan oklusal dari gigi tersebut tidak terlihat sama sekali.
3) Daerah interdental dibawah titik kontak dua gigi yang bertetangga
pada foto tidak boleh tumpang tindih satu dengan yang lain, sehingga
tidak terlihat
Pada film radiografis intraoral proyeksi periapikal, daerah interdental harus
tampak jelas, kecuali pada kasus gigi berjejal.

Evaluasi Radiografi Intraoral

keadaan maupun kelainan di rahang secara radiografis gambarannya adalah


gradasi radiolusen atau radiopak dibandingkan dengan struktur di sekitarnya.

Agar informasi diagnostik yang diinginkan dari sebuah radiograf (apapun

proyeksinya) dapat optimal, interpretasi radiografik lesi penyakit/kelainan di


rahang harus dilakukan dengan benar, secara sistematis dan bertahap.

Mutu radiograf, general view,dan spesific investigation.

Syarat utama evaluasi mutu radiograf:

 Harus konsisten
 Pengetahuan tentang penyakit/ kelainan
 Pemahaman anatomi tiga dimensi
 Syarat kondisi saat membaca(sumber cahaya,keadaan
ruangan,pembesaran gambar)
Evaluasi mutu radiograf:

 Objek tercakup semua dalam radiograf dan terletak di tengah


 Kontras, detil,ketajaman baik
 Daerah imterdental tampak jelas
 Cusp bukal dan lingual/palatal terletak dalam satu bidang(untuk gigi

posterior), untuk gigi anterior perhatikan daerah servikal dan panjang


gigi rata-rata

 Distorsi minimal

Kesalahan sudut vertikal

1. Sudut vertikal yang seharusnya menghasilkan gambaran radiografik


yang baik.
2. Sudut vertikal yang terlalu besar menyebabkan pemendekan gambar.
3. Sudut vertikal yang terlalu kecil menyebabkan gambar memanjang.
4. Kesalahan sudut horizontal
5. Gambaran normal

Kesalahan Sudut Horizontal

Gambaran Normal
Evaluasi Mutu Radiografi Ekstra Oral

1. Evaluasi Mutu Radiografi Sefalometri Posterior Anterior

Gambar radiografi sefalometri posterior anterior yang memiliki mutu yang


baik dan dapat diinterpretasi secara akurat memiliki kriteria :

 Objek tercakup, yaitu objek yang akan dilihat kelainanya semua tampak
dalam gambar
 Kontras baik, yaitu perbedaan dari daerah raiopaque dan radiolucent
terlihan jelas
 Detail baik, yaitu tanda-tanda anatomis tampak dengan jelas
 Ketajaman baik, yaitu ouline dari setiap tanda anatomis terlihat jelas
 Proporsional antara muka atas dan bawah serta bentuk dan ukuran gigi
 Sinus frontal dan septum nasal terlihat jelas
 Simetris antara muka bagian kiri dan kanan
 Ouline mandibula kiri dan kanan sama jelas

2. Evaluasi Mutu Radiografi Sefalometri Lateral

Gambar radiografi sefalometri lateral yang memiliki mutu yang baik dan dapat
diinterpretasi secara akurat memiliki kriteria :

 Objek tercakup, yaitu objek yang akan dilihat kelainanya semua tampak
dalam gambar
 Kontras baik, yaitu perbedaan dari daerah raiopaque dan radiolucent
terlihan jelas
 Detail baik, yaitu tanda-tanda anatomis tampak dengan jelas
 Ketajaman baik, yaitu ouline dari setiap tanda anatomis terlihat jelas
 Sella tursica berhimpit dan tidak ada bayangan
 Oklusi gigi terlihat jelas
 Sebaiknya terlihat bayangan jaringan lunak pada hidung dan bibir
 Garis Frankfort sejajar dengan lantai

3. Evaluasi Mutu Radiografi Panoramik

Gambar radiografi panoramic yang memiliki mutu yang baik dan dapat
diinterpretasi secara akurat memiliki kriteria :

 Objek tercakup, dari Temporomandibular Jpint sampai tepi mandibula


 Kontras baik, yaitu perbedaan dari daerah raiopaque dan radiolucent
terlihan jelas
 Detail baik, yaitu tanda-tanda anatomis tampak dengan jelas
 Ketajaman baik, yaitu ouline dari setiap tanda anatomis terlihat jelas
 Kejelasan tiga region gigi abterior, dan kondiloid kanan dan kiri
 Simetris, yaitu sudut mandibula kiri dan kanan sama jelas
 Gigi posterior dan anterior proporsional dan memiliki warna yang jelas
 Tidak terdapat gost image, yaitu bayangan dari benda-bedan yang dipakai
oleh pasien, seperti anting-anting.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan hasil rontgen
(menginterpretasi hasil rontgen, faktor, dan kegagalan).

 Pengertian dan Tujuan Interpretasi

Interpretasi radiograf gigi dapat dipandang sebagai proses untuk membuka


atau mencari semua informasi yang ada dalam radiograf gigi tersebut. Tujuan
utama interpretasi radiograf gigi adalah :

a. Mengidentifikasi ada atau tidak adanya penyakit,


b. mencari atau memberi informasi mengenai awal dan perluasan penyakit,
dan
c. memungkinkan dibuatkannnya diffrensial diagnosis.

Untuk mencapai tujuan ini interpretasi radiograf gigi harus dilakukan

dengan benar.

 Prinsip Umum Interpretasi Radiograf Kedokteran Gigi

Interpretasi radiograf kedokteran gigi secara umum hendaknya


memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini :

1. Interpretasi radiograf hanya dilakukan pada radiograf dengan


characteristic image yang baik, baik visual characteristic(detail,
contrast dan density) maupun geometric
characteristuc(magnification/unsharpness,distortion) seorang
interpreter jangan sekali-kali melakukan interpretasi pada radiograf
dengan kualitas yang kurang baik karena akan mempengaruhi keakuratan
radiodiagnosisnya
2. Sebuah radiograf gigi seharusnya dapat memberikan penilaian yang
adekuat terhadap area yang terlibat. Oleh karena itu jika suatu
radiograf periapikal tidak dapat menggambarkan keseluruhan batas-
batas lesi, maka diperlukan proyeksi radiograf yang lain, misalnya
proyeksi oklusal, panoramik atau pemeriksaan ekstraoral lainnya.
3. Kadang-kadang diperlukan suatu pemeriksaan radiografi pembanding,
misalnya:
a. Pemeriksaan radiografi kontralateralnya (sisi simetrisnya)

Pemeriksaan radiografi kontralateralnya sangat penting untuk


memastikan apakah gambaran radiagrafi kasus yang ditangani tersebut
sesuatu yang normal ataukah patologis

b. Pemeriksaan radiografi dengan angulasi (sudut penyinaran) yang


berbeda

Pemeriksaan radiografi dengan angulasi yang berbeda dimaksudkan


untuk mengidentifikasi lokasi lesi; apakah berada lebih ke bukal atau ke
palatal/lingual. Pemeriksaan ini juga penting untuk memperjelas suatu
objek target yang dengan angulasi standar sering terjadi superimpose.

c. Perbandingan dengan pemeriksaan radiografi sebelumnya

Pemeriksaan radiografi sebelumnya ini sangat penting untuk


mengetahui kecepatan perkembangan dan pertumbuhan lesi. Pemeriksaan
radiografi sebelumnya juga penting untuk mengetahui tingkat
penyembuhan sutau perawatan dan kemungkinan ditemukannya adanya
penyakit baru.

4. Pembacaan radiograf seharusnya dilakukan pada optimum viuwing


condition (viewing screen harus terang, ruangan agak gelap, suasana
tenang, area sekitar radiograf ditutup dengan sesuatu yang gelap
disekitarnya sehingga cahaya dari viuwer hanya melewati radiograf,
menggunakan kaca pembesar dan radiograf harus kering)
5. Seorang klinisi harus memahami:

a. Gambaran radiografi struktur normal (normal anatomic variation)

Pemahaman mengenai gambaran radiografi struktur normal dan


variasinya ini sangat penting agar pembaca dapat menilai gambaran
radiografi yang tidak normal.

b. Memahami tentang dasar dan keterbatasan radiograf gigi


Khususnya pada radiograf kedokteran gigi konvensional, harus disadari
betul oleh pembaca atau interpreter bahwa radiograf tersebut hanyalah
merupakan gambaran 2 dimensi dari obyek yang 3 dimensi. Gambaran
radiografi juga terbentuk dari variasi gambaran black/gelap,
white/terang dan grey yang saling superimpose.

c. Memahami tentang teknik/proses radiografi

Seorang interpreter juga harus mengetahui dan menyadari bahwa


proses radiografi kadang akan memberikan suatu artifak pada radiograf.
Hal ini jangan sampai oleh seorang klinisi/interpreter tidak diketahui dan
dianggap sebagai sebuah kelainan atau penyakit.

6. Pemeriksaan radiografi dilakukan dengan mengkuti systematic procedure

Penggunaan systematic procedure dalam interpretasi radiografi gigi


dimaksudkan agar interpretasi dapat logis, teratur dan terarah.
Systematic procedure juga dimaksudkan agar tidak ada satupun
informasi yang hilang atau terlewatkan dalam proses interpretasi.
Systematic procedure ini begitu penting karena keakuratan penegakkan
diagnosis radiografi sangat ditentukan oleh kemampuan dalam
menggunakan systematic procedur.

 Faktor yang mempengaruhi hasil


> Pengaturan data elektrik pesawat (kV,mA,waktu)
> Densitas
> Kontras perbedaan bagian yang hitam/gelap dengan bagian
putih/terang
> Scatter/sinar hambur musuh utama radiografis
> Focal spot/target
> Intensifying screenterdapat didepan dan belakang film kaset

1) Pengaruh Milliampere (mA)


Peningkatan mA akan menambah intensitas sinar-x, dan penurunan mA
akan mengurangi intensitas. Sehingga semua intensitas sinar-x atau derajat
terang/brightness akan bertambah sesuai dengan peningkatan intensitas
radiasi sinar-x di titik fokus. Oleh sebab itu, derajat terang dapat diatur
dengan mengubah mA. Perlu juga dipahami bahwa intensitas sinar-x yang
bervariasi akan terus membawa hubungan yang sama antara satu dengan yang
lainnya.

2) Pengaruh Jarak
Dalam proses pemotretan sinar x, terdapat pengaturan jarak
pemotretan yang meliputi :

 jarak antara fokus-film (Focus Film Distance disingkat FFD), disebut juga
SID (Source to Image Reseptor Distance)
 jarak antara film-objek (Film Object Distance disingkat FOD)
 Jarak antara obyek-fokus (Object Focus Distance), disebu juga SSD
(Source to Skin Distance)

Intensitas sinar-x dari suatu pola bisa diatur menjadi sama dengan cara
merubah semua hal, bukan dalam hal-hal yang menyangkut kelistrikan, tapi
dengan menggerakkan tabung mendekati atau menjauhi objek. Dengan kata
lain, jarak tabung ke objek mempengaruhi intensitas gambaran.Hal ini dapat
dibuktikan dengan demontrasi yang sederhana. Tanpa penerangan lain dalam
ruangan, pindahkan lampu yang menyala mendekati kertas bercetak. Anda akan
melihat bahwa semakin dekat cahaya ke buku, makin terang halaman itu
terkena cahaya. Hal yang sama juga berlaku pada sinar-x, pada saat jarak
objek ke sumber radiasi dikurangi, intensitas sinar-x pada objek meningkat;
pada saat jaraknya ditambah intensitas radiasi pada objek berkurang. Semua
ini merupakan kesimpulan dari faktor bahwa sinar-x dan cahaya merambat
dalam pancaran garis lurus yang melebar.

Perubahan jarak hampir sama dengan perubahan mA dalam hal efeknya


terhadap semua intensitas gambaran. Terhadap banyaknya perubahan
intensitas gambaran keseluruhan bila mA atau jarak diubah adalah merupakan
suatu kaidah hitungan aritmetika sederhana.

3) Pengaruh Kilovolt (kV)


Perubahan kV menyebabkan beberapa pengaruh. Pertama, perubahan
kV menghasilkan perubahan pada daya tembus sinar-x dan juga total
intensitas berkas sinar-x akan berubah. Hal ini terjadi dengan tanpa
perubahan pada arus tabung. Variasi kv pada teknik permeriksaan adalah salah
satu yang biasa digunakan untuk proyeksi tertentu tergantung pada ukuran
ketebalan badan.Sistem teknik yang menggunakan variasi kV memiliki
keuntungan yang menjanjikan dalam variasi ekspose pada ketebalan badan
yang berbeda-beda. Kenaikan kilovoltage yang terus meningkat dapat
mengurangi kontras pada radiografi.

4) Second (s)

Waktu eksposi/lamanya sinar-x yang keluar saat pemotretan dalam


satuan detik.

5) MAs

Kualitas sinar yang dihasilkan

6) FFD (Focus Film Distance)

Jarak pemotretan dari fokus pesawat ke film.

7) Ketebalan objek

Semakin tebal objek yang akan difoto, faktor eksposi semakin


meningkat

8) Luas lapangan penyinaran

Intensitas sinar-x yang keluar dari tube sinar-x.

 Faktor Citra Radiografi


1) Ketajaman dan kontras obyektif

Ketajaman gambar dipengaruhi oleh:

1. Faktor geometrik
Faktor yang berhubungan dengan pembentukan bayangan.
Dipengaruhi oleh:
a. Ukuran fokus
Setiap pesawat rontgen memiliki perbedaan ukuran fokus. Semakin
kecil fokus, semakin tajam hasil gambaran
b. Jarak
Semakin jauh FFD atau semakin dekat OFD maka semakin tajam
gambaran
2. Faktor pergerakan
Faktor yang berhubungan dengan objek dan pergerakannya.
2 macam pergerakan:
a. Pergerakan subjektif, yaitu pergerakan yang disebabkan oleh organ-
organ yang bergerak secara sadar, contoh: denyut jantung, paru-
paru, dll yang menyebabkan kekaburan gambaran.
b. Pergerakan objektif, yaitu pergerakan dari objek yang dapat
dikendalikan secara sadar, contoh : pada tulang.
3. Faktor Fotografi
Faktor yang berhubungan dengan pencatatan bayangan

2) Tingkat eksposi

Bila citra radiografi berbatas/berbentuk jelas, benda densitas masih


dapat diamati, walau tingkat densitasnya sedikit (ketajaman baik walau
dengan kontras yang sangat rendah). Jika citra radiografi dengan perbedaan
densitas tinggi, struktur masih dapat terlihat jelas walau dengan batas yang
tidak begitu tegas (ketajaman masih dapat dilihat, walaupun detail struktur
tidak optimal).

Pada praktek radiografi, hal itu dapat kita temukan pada x-foto
abdomen untuk melihat struktur dari janin, terlihat adanya perbedaan
densitas yang kecil, namun bentuk janin terlihat jelas. Juga pada x-foto
abdomen anak kecil tertelan uang logam terlihat adanya perbedaan densitas
yang tinggi, ketajaman uang logam masih terlihat walau bentuknya tidak tegas
(uang logam bergerak). Dengan demikian, batas yang tegas dari citra
radiografi tidak hanya tergantung oleh ketajaman/kontras tetapi dari
keduanya. Tingkat eksposi signifikan merubah kontras yang terlihat pada
citra radiografi. Bila terjadi overexposure maka densitas pada seluruh bidang
film juga meningkat, tetapi “kontras obyektif” (overexposure tidak
berlebihan) tidak berubah, karena perbedaan melewatkan cahaya dari seluruh
bidang x-foto tetap ada dan dapat diukur. Karena densitas yang demikian
besar, mata sudah tidak dapat lagi melihat, karena tidak ada lagi cahaya dari
viewer yang dapat melaluinya. Oleh karena itu pemirsa mengatakan bahwa
kontras visual berkurang karena overexposure, jadi kontras visual ini
bersifat subyektif tidak dapat diukur. Pada underex posure dimana
densitasnya sangat minim menyebabkan kontras obyektif dan subyektif
menjadi kurang.

 Faktor yang menyebabkan kegagalan


1) Dari segi pasien
- Pasien yang bergerak
Contoh : terdapat tremor double image
- Dari bentuk anatomis
Contoh : rahang yang sempit, palatum yang dangkal, dll
- Pasien dengan gag reflex yang tinggi terutama pada pemotretan
regio postero rahang atas dan rahang bawah

2) Dari segi dokter gigi


- Kelalaian dokter gigi pada saat menulis surat rujukan
Contoh : salah elemen/ regio, tidak menulis tujuan pemeriksaan
radiografis/regio, tidak menulis diagnosa sementara dari
pemeriksaan sebelumnya

3) Kegagalan dalam prosesing


- Time and temperature errors
pengaturan waktu dalam prosesing harus diperhatikan
Contoh : dalam fixing, yang menurut ketentuan harus dilakukan
4-5 menit, jika kurang dari penetapan waktu tersebut maka hasil
film akan mudah kabur dalam jangka waktu pendek, bila melebihi
waktunya maka gambar pada film akan hilang

- Chemical contamination errors


bahan-bahan kimia yang mencampuri dalam prosesing film
dapat mengakibatkan hasil film yang buruk, seperti bahan-bahan
AgBr yang tertinggal pada film, maka hasil akan terlihat buram
- Film handling errors
memegang film diperbolehkan pada saat film tersebut sudah
benar-benar kering, karena jika tidak akan tercetak cap jari
tangan dan bisa menyebabkan timbul bercak-bercak yang akan
mengganggu hasil film tersebut
- Lighting errors
tidak diperbolehkan memakai warna lampu yang bewarna putih
dan jarak penerangan dengan working area tidak boleh terlalu
dekat, bila hal tersebut tidak diperhatikan maka hasil akan
terlihat berkabut

4) Penentuan kondisi sinar x


- Overexposed
kondisi waktu pemotretan terlalu lama, sehingga gambaran
radiografis yang dihasilkan radiolusen secara keseluruhan

- Underexposure
jika waktu pemotretan terlalu singkat, sehingga gambaran
radiografis yang dihasilkan radiopak secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.scribd.com/doc/54441785/Radiografi-Intraoral

2. http://www.scribd.com/doc/65382488/Foto-Ekstra-Oral

3. http://www.medrec07.com/2015/02/faktor-yang-mempengaruhi-

gambaran-radiografi.html

Anda mungkin juga menyukai