BLOK 6 MODUL 2
Salsabila Ariesa
Diella Anjaenny
Hafiza Salsabila
Miftahul Khoir
SKENARIO 2
Mamet (25 tahun) memenuhi janjinya dengan drg.Milea untuk dilakukan perawatan saluran
akar pada gigi 11. Setelah dilakukan pemeriksaan drg. meminta Mamet untuk melakukan foto
periapikal gigi 11 di Lab. Radiologi. Dalam ruangan radiologi dia diinstruksikan untuk duduk di
kursi dan memegang film rontgen foto yang dimasukan kedalam mulut. Tidak berapa lama
Mamet menerima hasil foto dan keterangan mengenai gambaran radiografis giginya. Dia berpikir
kenapa film hasil foto giginya yang digunakan tidak besar seperti foto seluruh gigi yang pernah
dilakukan oleh adiknya. Mamet memberikan hasilnya kepada drg.Milea, namun setelah
mengamati hasil foto rontgen beliau kurang puas dengan hasil fotonya karena gambaran
radiolusen dan radiopak jaringan periapikalnya tidak begitu jelas dan kabur serta tidak dapat
ditentukan gambaran klinisnya, sehingga harus dilakukan foto ulang.Sang drg merujuk kembali
Mamet ke Lab.Radiologi untuk melakukan foto Panoramik, agar sang dokter dapat membaca dan
melihat dengan jelas kondisi gigi Mamet.
1. Radiolusen : daerah yang tampak abu- abu atau samar antara gelap dan terang
2. Radioopak : daerah yang tampak terang atau putih pada film
3. Panoramik: pemeriksaan yang dilakukan oleh drg sp bedah mulut dalam menegakkan
diagnosis penyakit pasien
4. Periapikal : suatu teknik foto intraoral untuk melihat keseluruhan dari mahkota serta akar
gigi
Langkah 2 : Menentukan Masalah
1. Apa saja fungsi dental radiografi
2. Bagaimana perkembangan radiologi kedokteran gigi
3. Apa saja jenis2 rontgen kedokteran gigi
4. Prosedur penggunaan radiologi kedokteran gigi
5. Apa standar mutu hasil radiografi atau yang memenuhi syarat
6. Apa saja alat yang dinggunakan dalam radiologi kedokteran gigi
7. Apa saja kesalahan yang dapat terjadi dalam radiografi kedokteran gigi beserta
penyebabnya?
8. Bagaimana cara menginterpretasikan hasil dari foto rontgen
9. Apa dasar2 interpretasi rotgen kedokteran gigi
10. Bagaimana Teknik pengambilan foto rontgen pada pasien
11. Apa saja faktor yang mempengaruhi hasil dari foto rontgen?
Radiografi pertama kali ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen (seorang fisikawan) pada
tahun 1895 di Jerman. Selanjutnya pada akhir Desember 1895 dan awal Januari 1896 Dr Otto
Walkoff (dokter gigi) dari Jerman menggunakan sinar-x pada foto gigi (premolar bawah) dengan
waktu penyinaran 25 menit, selanjutnya waktu penyinaran tersebut diperkecil oleh Walter
Koenig menjadi 9 menit dan sekarang menjadi 1/10 detik. CE Kells menjadi orang pertama di
dunia yang menggunakan mesin sinar-x di klinik gigi.
Foto rontgen dahulu menggunakan film sebagai media kertasnya. Sekarang, ada yang disebut
dengan 3 dimensi (3D) dan 4 dimensi. Jika menggunakan 3D, yang didapat bukan dalam kertas
film, tapi dalam bentu soft file dan bisa dibuka di komputer. Jika terjadi kasus sulit, para pasien
tidak perlu lagi menkonsul dengan foto yang biasa, tapi dengan CBCT-3D. Alat ini di Indonesia
ada di beberapa universitas, bahkan sudah ada di banyak rumah sakit swasta. Sedangkan di luar
negeri sendiri sudah banyak yang menggunakan 4 dimensi, jadi gambarnya sudah bisa bergerak.
Biasanya dokter melakukan prosedur ini untuk memeriksa ada tidaknya pembusukan di antara
gigi belakang, baik yang di atas maupun bawah.Dokter juga akan melakukan prosedur ini untuk
melihat seberapa rata gigi atas dan bawah. Hasil pemindaian dapat juga memperlihatkan
pengeroposan tulang akibat penyakit gusi parah atau infeksi gigi.
b. Periapikal X- ray
Periapical X-ray terlihat mirip dengan bitewing X-ray. Namun, prosedur ini lebih bertujuan
untuk menunjukkan panjang setiap gigi Anda dari mahkota hingga akar. Prosedur ini juga akan
menunjukkan tulang penyokong gigi.
Biasanya dokter melakukan prosedur ini untuk menemukan masalah gigi di bawah permukaan
gusi atau dalam rahang. Misalnya gigi bertubrukan, abses, kista, tumor, dan perubahan tulang
yang diakibatkan oleh penyakit tertentu.
c. Oklusal X-ray
Prosedur ini dapat menunjukkan langit-langit dan dasar mulut. Hasil X ray dapat
menunjukkan hampir seluruh lengkung gigi di rahang atas atau bawah.
Occlusal X-ray digunakan untuk mencari gigi tambahan, gigi yang belum tumbuh keluar gusi,
pecah rahang, retak pada langit-langit mulut (cleft palate), kista, abses, atau masalah lainnya.
Prosedur ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya benda-benda asing dalam mulut.
Ekstraoral rontgen
Sementara di bawah ini merupakan jenis rontgen ekstraoral yang perlu diketahui.
a. Panoramic X-ray
Prosedur ini dapat menunjukan keadaan seluruh mulut . Mulai dari gigi, sinus, area hidung,
dan persendian pada rahang (sendi temporomandibular).
Dokter melakukan prosedur ini untuk mencari tahu gangguan dalam mulut. Misalnya gigi
bertumpuk, tulang rahang yang abnormal, kista, tumor, infeksi, dan patah tulang.
Prosedur ini juga dapat digunakan untuk merencanakan perawatan gigi palsu, kawat gigi,
cabut gigi, dan implan gigi.
Selama pemeriksaan dokter akan meminta pasien untuk menggigit sesuatu. Sementara itu
perangkat yang terpasang pada mesin sinar X akan menahan kepala dan rahang. Setelahnya,
dalam hitungan detik mesin akan berputar di sekitar kepala pasien dan menangkap gambar
rahang dan gigi.
b. Chepalometric x-ray
Tes pencitraan ini diambil dari seluruh sisi kepala. Biasanya dokter melakukan tes pencitraan
ini untuk melihat struktur gigi yang berkaitan erat dengan tulang rahang atau fitur wajah orang.
Dengan rontgen ini dokter dapat menentukan jenis perawatan ortodontik terbaik sesuai
dengan kondisi pasien. Perawatan ortodontik ini meliputi pasang behel, implan gigi, gigi palsu,
dan lainnya.
c. Sialografi
Sialografi adalah tes pencitraan yang membuat dokter dapat melihat keadaan kelenjar air liur.
Zat warna yang disebut agen kontras radioakan disuntikkan ke kelenjar ludah. Dengan begitu,
dokter dapat melihat jaringan lunak di sekitar kelenjar ludah yang bermasalah pada film sinar X.
d. Radiografi digtal
Radiografi digital adalah salah satu teknik rontgen terbaru. Film sinar X standar diganti
dengan panel atau sensor elektronik datar.
Setelah sinar X dibidik pada objek, gambar akan langsung masuk ke dalam komputer dan
ditampilkan pada layar.
7. Kesalahan yang dapat terjadi dalam radiografi kedokteran gigi beserta penyebabnya
Kesalahan
Adanya bayangan tambahan karena adanya banyangan radiopak yang menghalangi
jalannya sinar x
Gambaran seperti lukisan jari karena kesalahan memegang film pada jari yang basah dan
berkeringat
Penyebab
Radiograf dengan goresan radiolusen: karena film tergores kuku atau benda lain
Noda putih pada radiograf : karena emulsi tergores
Radiograf tidak lengkap : karena penempatan film kuran tepat
Film terlalu gelap : karena penyinaran terlalu lama, suhu larutan developer terlalu
tinggi
Film terlalu terang : karena penyinaran kurang, shu larutan developer terlalu rendah
Gambar kabur : ada geraka pada pasien , gelatin rusak karena panas
Gambar memanjang : film terlalu dibengkokan.
bisection
paling sering digunakan,pasien memegang filmnya sendiri
paralleling
sejajar dengan gigi, menggunakan film holder
Struktur Variasi
anatomi normal
Intra oral Ekstra oral
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan terapan dasar radiologi kedokteran gigi
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan teknik pengambilan foto rontgen.
a. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan teknik pengambilan foto rontgen
intra oral.
b. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan teknik pengambilan foto rontgen
ekstra oral.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mutu hasil rontgen.
a. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan standar mutu hasil rontgen.
b. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prosesi rontgen.
c. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kesalahan dalam radiografi
kedokteran gigi beserta penyebabnya.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan interpretasi radiologi kedokteran gigi.
a. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan struktur anatomi.
b. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan variasi normal
Radiologi
Ilmu yang mempelajari tentang radiasi pengionan yang digunakan dalam pengobatan
Radiasi
Proses perpindahan energi dari suatu tempat ke tempat lain dengan media udara
Kegunaan Radiologi
Diagnosa
Rencana Perawatan
Monitoring perawatan dan perkembangan lesi
Manfaat Radiologi
Mendeteksi penyakit dan kelainan gigi serta jaringan pendukung
Menentukan jenis penyakit
Mengetahui lokasi kelainan / benda asing
Informasi selama perawatan gigi ( root canal terapi )
Mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan
Mengetahui perubahan sekunder pada karies, jar periodontal dan trauma
Radiasi Pengionan
Suatu sinar atau radiasi yang apabila melewati suatu materi atau atom dapat berubah menjadi
ion.
Struktur Atom
Inti atom terdiri dari proton yang bermuatan (+) dan neutron.
Dikelilingi oleh elektron yang bermuatan (-).
Sinar X
Reaksi radiasi elektromagnetik sebagai paket energi yang disebut proton
Ionisasi
Proses penambahan dan pengurangan elektron sehingga atom tersebut bermuatan (+) atau (-)
Jika jumlah elektron dan proton sama maka atom dalam keadaan netral
Jika atom yang netral kehilangan elektron akan menjadi ion (+) dan elektron yang bebas
menjadi ion (-). Ini disebut ionisasi.
Elektron terlepas dari atom karena panas, dari sinar X energy tinggi
Radiasi Ionisasi
Radiasi yang menghasilkan ion dengan pemindahan atau penambahan elektron pada atom
Radiasi ada 2 bentuk :
Radiasi partikel
Radiasi elektromagnetik
a. Terapan secara umum
Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen Dr Otto Walkhaff ( dokter gigi )
dari jerman adalah orang pertama yang menggunakan sinar x pada foto gigi.
Kegunaan radiologi dalam bidang kedokteran gigi :
- Radiodiagnosa : mengetahui kelainan pada gigi, contohnya : adanya kelainan
apical dan periapical.
- Untuk mengetahui kelainan pada rahang
- Untuk mengetahui adanya fraktur rahang atau akar gigi
- Untuk mengetahui karies tersembunyi, karies sekunder, kedalaman karies, dll
- Untuk melihat lesi / massa / benda asing pada rongga mulut
- Untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi
- Evaluasi hasil perawatan, yaitu utnuk melihat keberhasilan perawatan yang telah
dilakukan, contohnya : mengetahui apakah apeks gigi telah menutup setelah
melakukan perawatan apeksifikasi
- Untuk mengetahui adanya penyakit periodontal dan trauma
- Untuk keperluan prosedur eksodonsi, contohnya melihat keberhasilan perawatan
yang telaah dilakukan, contohnya : melihat hubungan gigi dengan sinus
maksilaris atau kanalis mandibularis sebelum dilakukan eksodonsi
- Pada bidang forensic, untuk mengidentifikasi korban, baik korban kecelakaan
maupun pembunuhan. Dokumen radigrafic tersebut dicocokkan dengan kondisi
korban
- Perencanaan suatu perawatan kuratif dan rehabilatif
b. Foto intraoral
Digunakan untuk mendapatkan detail gambar yang cukup jelas,dan gambarannya
terbatas.
Film yang digunakan diletakkan di dalam mulut pasien. Foto intraoral terbagi 3 yaitu:
Teknik rontgen periapikal : untuk melihat keseluruhan mahkota serta akar gigi dan
tulang pendukungnya.
Teknik rontgen bite wing : untuk melihat mahkota RA dan RB daerah anterior dan
posterior serta untuk melihat karies dibawah restorasi.
Teknik rontgen oklusal : untuk melihat area yang luas pada rahang bawah pada satu
film.
Teknik foto lateral : untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka, diagnose
fraktur, keadaan patologis tengkorak dan muka.
Teknik/ prosedur:
- persiapan operator
- persiapan pengaturan pasien
- pengaturan sinar
- pengaturan film
- pengaturan penyinaran
Posisi operator :
⮚ operator tidak diperbolehkan berdiri didaerah radiasi sinar x primer
untuk melindungi dosis radiasi yang diterima, operator sebaiknya berada dibalik dinding
pelindung berlapis Pb, dan sebaiknya dengan jarak yang cukup jauh dari sinar x
⮚ umumnya operator berada pada sudut 90o dan 135o terhadap sinar pusat
⮚ pada daerah gigi anterior, operator berdiri pada sebelah depan kanan/kiri pasien
⮚ pada gigi posterior, operator lebih baik berdiri disebelah belakang pasien
Radiografi Periapikal
Tujuan radiografi periapikal adalah untuk merekam seluruh gigi dan tulang pendukung, dan
digunakan untuk mengevaluasi karies dan kehilangan tulang periodontal, serta membantu dalam
diagnosis dan perawatan. Radiografi intraoral dapat di hasilkan dengan menggunakan reseptor
film atau digital (Williamson, 2009).
Setiap foto radiograf periapikal biasanya menunjukkan dua hingga empat gigi dan didukung
informasi yang rinci tentang gigi dan jaringan yang mengelilingi tulang alveolar (Whaites, 2009).
Teknik Paralel
Radiografi periapikal teknik paralel digunakan pada pengambilan gambar gigi untuk
mengurangi bentuk distorsi pada gambar dan mengurangi radiasi X-ray.
Teknik pengambilan gambarnya yaitu dengan meletakkan film atau reseptor gambar paralel
ke gigi untuk diambil gambar, dan mengarahkan x-ray beam tegak lurus dengan film dan giginya
(Miles, dkk, 2009).
Keuntungan :
a) Gambar dihasilkan akurat secara geometris dengan perbesaran yang kecil.
b) Bayangan dari dinding zygomatik muncul diatas apikal gigi molar.
c) Dataran tulang periodontal ditampilkan dengan baik dan jaringan periapikal ditunjukkan
dengan akurat dengan pemanjangan yang minimal.
d) Mahkota gigi terlihat dengan baik sehingga dapat dideteksi apakah ada karies.
e) Radiograf memungkinkan untuk di reprodusi pada waktu kunjungan dan operator yang
berbeda.
f) Posisi relatif dapat dipertahankan antara film, gigi, dan X-ray beam, tidak berpengaruh
pada kepala pasien (Whaites, 2009).
g) Dengan memegang gambar reseptor yang sesuai perangkat, membutuhkan waktu kurang
dari mencoba untuk mencari posisi dari garis-imajiner.
h) Bila menggunakan pemegang reseptor gambar panjang 16 inci, dosis radiasi pasien dapat
dikurangi.
i) Menghasilkan gambar dengan distorsi dimensi minimal.
j) Meminimalkan superimposisi struktur yang berdekatan.
k) sumbu panjang gigi dan merekam bidang reseptor gambar dapat secara visual terletak
sehingga lebih mudah untuk mengarahkan sinar-x tepat (Thomson & Johnson, 2012).
Kerugian :
a) Posisi pegangan dalam mulut dapat mempersulit operator yang belum berpengalaman.
b) Apikal gigi kadang muncul sangan dekat dengan ujung film.
c) Memposisikan pegangannya pada daerah molar ketiga bisa sangat sulit.
d) Pegangan bersifat disposable (Whaites, 2009).
e) Penempatan reseptor gambar mungkin sulit untuk diterima pada pasien tertentu: anak-
anak, orang dewasa dengan mulut kecil, lengkung palatal rendah, atau adanya tori, pasien
dengan mukosa sensitif atau refleks muntah yang tinggi, daerah edentulous.
f) Kondisi-kondisi tersebut dapat meningkatkan ketidaknyamanan pasien saat reseptor
gambar mempengaruhi jaringan mulut (Thomson & Johnson, 2012).
Teknik Bisecting
Teknik ini, yang sering disebut dengan teknik “Short-cone periapical” adalah yang paling
sering digunakan di praktik kedokteran gigi rutin dengan small low-output dental x-ray (Mason,
1988). Film intraoralnya diletakkan dekat dengan gigi dan X-Ray beamnya dapat diarahkan pada
sudut yang tepat untuk film dan obyeknya, biasanya dipegang oleh pasien sendiri (Mitchell, dkk,
2014).
Teknik bisekting menggunakan aturan isometri yaitu dua segitiga adalah sama jika mereka
memiliki dua sudut yang sama dan memliki satu sisi yang sama (Iannucci & Howerton, 2012).
Keuntungan :
a) Memberikan detail yang bagus (Poyton, 1982).
b) Memposisikan film relatif simpel dan cepat, serta nyaman untuk pasien, pada
seluruh area mulut.
c) Apabila seluruh angulasinya di taksir dengan benar, gambar giginya akan
sama panjang dengan gigi aslinya dan seharusnya adekuat (namun tidak ideal)
untuk kebanyakan tujuan diagnosis (Whaites, 2009).
d) Cocok untuk pasien dengan lengkung palatal yang rendah dan pasien anak-
anak (Farman & Kolsom, 2014). dan mandibular yang sensitif di area
premolar (Iannucci & Howerton, 2012).
Kerugian :
a) Sulit untuk disejajarkan (Poyton, 1982).
b) Semakin banyak variabel yang terlibat sering menghasilkan gambar yang terdistorsi
sangat buruk. Mahkota gigi sering mengalami distorsi.
c) Kesalahan dalam angulasi vertikal menyebabkan gambar memanjang atau memendek.
Kesalahan angulasi horizontal menyebabkan tumpang tindih dari mahkota dan akar.
Angulasi vertikal dan horizontal harus disesuaikan untuk tiap pasien. hal ini memerlukan
ketrampilan.
d) Tingkat tulang periodontal terlihat sangat buruk.
e) Pada akar bukal gigi premolar dan molar rahang atas menyempit.
f) Dasar dinding os zygoma sering bertabrakan (overlies) dengan akar gigi M1 Rahang
Atas (Whaites, 2009).
g) Distorsi gambar dan kelebihan radiasi (Farman & Kolsom, 2014).
Radiografi BiteWing
- untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah daerah anterior
dan posterior sehingga dapat digunakan untuk melihat permukaan gigi
yang berdekatan dengan puncak tulang alveolar.
- untuk melihat karies dibawah restorasi.
Teknik bitewing:
- film yang digunakan: spesial bite wing film, standard film dangn bite film
holder
- pasien menggigit sayap dari film untuk stabilisasi film dalam mulut
Radiografi Oklusal
Radiografi oklusal adalah radiografi yang digunakan untuk melihat anatomi
tulang maksila maupun mandibular dengan area yang luas dalam satu film.
Radiografi oklusal dapat mendeteksi adanya fraktur, celah di palatum, dan
kelainan lainnya dari area yang luas. Film yang digunakan adalah film khusus
oklusal.
1) Radiografi Panoramik
Radiografi panoramik adalah radiografi yang digunakan utuk melihat adanya fraktur
pada rahang, lesi atau tumor, dan melihat keadaan gigi geligi pada masa bercampur untuk
rencana perawatan ortodonti.
Radiografi panoramik akan memperlihatkan gambaran radiografi keadaan gigi geligi
maksila, mandibula, sinus maksilari, dan sendi temporo mandibular secara menyeluruh
dalam satu buah film.
Teknik panoramik (dikenal juga sebagai pantomography) adalah sebuah teknik untuk
membuat gambaran tomografik tunggal dari struktur fasial yang melibatkan baik lengkung
geligi pada maksila dan mandibula serta struktur pendukungnya.
Kelebihan radiografi panoramik adalah sebagai berikut
1) lapangan pandang yang luas dari tulang fasial dan geligi,
2) dosis radiasi yang rendah terhadap pasien,
3) kenyamanan saat pemeriksaan pada pasien,
4) kemampuan untuk digunakan pada pasien yang tidak dapat membuka mulutnya,
5) pembuatan panoramik membutuhkan waktu yang singkat, antara 3 sampai 4 menit
(termasuk waktu yang diperlukan untuk memposisikan pasien dan siklus paparan
yang tepat),
6) kemudahan untuk memahami pasien melalui film panoramik, sehingga dapat
dipakai sebagai sarana visual penjelasan pasien serta presentasi kasus. Kelemahan
radiografi panoramik adalah pergerakan pasien saat penyinaran akan menyulitkan
pada interpretasi, hasil radiografi pada gigi tidak spesifik.
Gambaran radiografi panoramik banyak digunakan untuk mendiagnosa gangguan
pada rahang yang membutuhkan cakupan yang lebih luas, terutama pada evaluasi trauma,
lokasi gigi molar ketiga, manifestasi penyakit sistemik, lesi yang luas pada rahang,
pertumbuhan gigi geligi (terutama pada pertumbuhan gigi campuran), gigi yang belum
tanggal atau sisa akar pada pasien endentulous, dan anomali pertumbuhan gigi. Teknik
rontgen panoramik:
Film dimasukkan ke dalam kaset.
Buat identifikasi pasien di bagian depan kaset.
Letakkan kaset di kaset holder.
Lepaskan perhiasan, logam, kacamata, dll.
Pasien duduk memegang hand holder.
Atur posisi kepala pasien.
Atur image layer.
Pasien diminta menggigit bite plastic.
Tentukan kondisi sinar x.
Pasien diinstruksikan untuk diam ± 15 menit.
Tekan tombol penyinaran.
2) Radiografi Lateral
Radiografi Lateral adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan lateral
tulang wajah, diagnosis fraktur dan keadan patologis tengkorak dan wajah. Teknik lateral
digunakan untuk memeriksa tengkorak dan tulang wajah sebagai keterangan di trauma,
penyakit, atau pertumbuhan yang tidak normal. Gambaran ini menunjukkan jaringan lunak
nasopharyngeal, sinus paranasal, dan palatum keras. Orthodontist menggunakan ini untuk
menilai perkembangan wajah. Teknik lateral juga digunakan pada bedah mulut untuk
menetapkan perawatan awal dan riwayat perawatannya. Teknik lateral menampakkan
jaringan lunak pada wajah yang serupa dengan gambaran tengkorak lateral. Teknik rontgen
lateral yaitu posisi tube head berada di sisi kiri pasien.
3) Radiografi Sefalometri
Radiografi sefalometri adalah radiografi yang digunakan untuk melihat hubungan gigi
dengan rahang dan profil individu serta keadaan tengkorak wajah akibat trauma penyakit
dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Selain itu hasil radiografi ini juga
memperlihatkan jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras. Pada
umumnya radiografi ini digunakan ortodontis untuk merencanakan perawatan ortodonti
agar mendapatkan gigi selaras sesuai dengan ukuran gigi dan rahang. Teknik rontgen
sefalometri yaitu posisi tube head berada di sisi kiri atau kanan pasien.
4) Radiografi Postero-Anterior
Radiografi Postero-Anterior adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan
penyakit trauma, atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Selain itu
radiografi ini dapat digunakan untuk melihat stuktur wajah antara lain sinus frontalis,
ethmoidalis, fossa nasalis dan orbita. Dinamakan teknik posteroanterior karena sinar-X
menyorot melalui posterior menuju arah anterior melalui tengkorak.
Teknik ini digunakan untuk memeriksa tengkorak karena penyakit, trauma, atau
perkembangan yang tidak normal. Teknik ini juga mendeteksi perubahan progresif pada
dimensi mediolateral di tengkorak, termasuk pertumbuhan yang tidak simetris. Sebagai
tambahan, teknik ini memberi visualisasi struktur wajah yang baik, termasuk sinus frontal
dan ethmoid, dan nasal fossae. Teknik rontgen postero-anterior yaitu tube head diputar 90°
sehingga arah sinar x tegak lurus pada sumbu transmetal.
5) Radiografi Antero-Posterior
Radiografi Antero-Posterior adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan
pada bagian depan maksila dan mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis dan
tulang hidung. Teknik rontgen antero-posterior yaitu sama dengan postero-anterior namun
arah wajah menghadap tube.
6) Radiografi Proyeksi Water’s
Radiografi proyeksi Water’s adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan
sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus orbita, sutura zigomatikus frontalis dan rongga
nasal. Foto Waters dilakukan dengan posisi dimana kepala menghadap kaset, garis
orbiomeatus membentuk suduk 37° dengan kaset. Sentrasi sinar kira-kira dibawah garis
interorbital. Pada foto Waters, secara ideal piramid tulang petrosum diproyeksikan pada
dasar sinus maksilaris sehingga kedua sinus maksilaris dapat dievaluasi seluruhnya.
Foto Waters umumnya dilakukan pada keadaan mulut tertutup. Pada posisi mulut
terbuka akan dapat menilai daerah dinding posterior sinus sfenoid dengan baik.
8) Radiografi Submentovertex
Radiografi submentovertex adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan
dasar tengkorak, posisi mandibula, dinding lateral sinus maksila dan arkus zigomatikus.
Posisi submentovertex diambil dengan meletakkan film pada verteks, kepala pasien
menengadah sehingga garis infraorbitomeatal sejajar dengan film. Sentrasi tegak lurus
kaset dalam bidang midsagital melalui sella tursika ke arah verteks. Banyak variasi-variasi
sudut sentrasi pada posisi submentoverteks, agar supaya mendapatkan gambaran yang baik
pada beberapa bagian basis kranii, khususnya sinus frontalis dan dinding posterior sinus
maksilaris.
3. Mutu hasil rontgen.
a. Standar mutu hasil rontgen
1) Struktur anatomis dari region gigi yang difoto harus jelas,yaitu perbedaan dari email,
dentin,pulpa, dan jaringan periapikalnya harus benar-benar tajam dan terlihat jelas
2) Gambaran dari puncak tonjolan gigi atau cups gigi yang difoto yaitu cups bukal,
lingual atau palatal sedapat mungkin bersatu, dimana permukaan oklusal dari gigi
tersebut tidak terlihat sama sekali
3) Daerah interdental dibawah titik kontak dua gigi yang bertetangga pada foto tidak
boleh timpang tindih satu dengan yang lain, segingga tidak terlihat
4) Pada film radiografis intraoral proyeksi periapikal, daerah interdental harus tampak
jelas, kecuali pada kasus gigi berjejal.
b. Prosesi rontgen.
Prosedur Pembuatan Radiografi
3. Posisi kepala yang perlu diperhatikan ada dua, yaitu pertama bidang vertikal atau
sagital dimana posisi kepala yang ditunjang oleh sandaran kepala disandarkan
sedemikian sehingga bidang vertikal atau bidang sagital tegak lurus pada bidang
horizontal. Kedua bidang horizontal atau oklusal dimana untuk daerah maksila
diimajinasikan suatu garis yang ditarik dari ala nasi ke tragus dan garis ini sejajar
dengan bidang horizontal, sedangkan untuk daerah mandibula diimajinasikan suatu
garis yang ditarik dari sudut mulut ke tragus dan garis ini sejajar dengan bidang
horizontal.
4. Perhatikan palatum dan vestibulum pasien. Kemudian lihat apakah pasien penderita
hiposalivasi atau hipersalivasi, serta lihat apakah pasien ambang rasa mualnya tinggi
atau rendah.
5. Letakkan film dalam mulut, pada regio yang akan dibuat radiografi. Kemudian
ajarkan kepada pasien bagaimana memegang film tersebut dengan cara dan teknik
yang dipakai dan ingatkan agar pasien tidak bergerak.
6. Operator harus berada di luar ruang penyinaran atau di belakang alat penyinaran
7. Tempatkan tabung sinar-x mengarah pada gigi yang akan dibuat radiografi dengan
sudut yang sudah ditentukan dengan benar.
10. Setelah kering masukkan hasil radiografi tersebut ke tempat yang tidak mudah rusak.
b. Variasi normal
⮚ Enamel
- Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun gigi permanen. Berada hanya
pada mahkota gigi paling koronal dengan batas bawah adalah dentin.
- Ukuran : mengikuti luas permukaan mahkota gigi dan memiliki ketebalan kurang
lebih 1-2,5 mm, dan tertipis di perbatasan dengan sementum di CEJ.
- Jumlah : melingkupi setiap mahkota gigi.
- Bentuk : menyesuaikan bentuk oklusal tiap gigi.
- Radiodensitas : enamel menunjukkan suatu gambaran radiopak yang sangat jelas, paling
radiopak di antara semua struktur gigi. Paling radiopak karena strukturnya yang berbeda
dari struktur jaringan keras lain yang terdapat pada tubuh manusia.
⮚ Dentin
- Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun gigi permanen. Berada pada
mahkota dan akar gigi, pada mahkota berada tepat dibawah enamel. Pada akar gigi,
dentin mengelilingi pulpa hingga ke ujung akar.
- Ukuran : mengikuti luas permukaan mahkota gigi dan memiliki ketebalan kurang
lebih 10 mm, dan tertipis di apikal gigi.
- Jumlah : melingkupi setiap mahkota gigi.
- Bentuk : menyesuaikan bentuk oklusal tiap gigi.
- Radiodensitas : dentin menunjukkan gambaran radiopak, tetapi tidak lebih radiopak dari
pada enamel dan sementum.
⮚ Sementum
- Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun gigi permanen. Berada
pada seluruh permukaan akar gigi mengelilingi dentin, ke arah koronal berbatasan dengan
enamel yang disebut pertautan enamel sementum (Cemento Enamel Junction). Bagian
terluar dikelilingi oleh ligamen periodontal yang nampak radiolusen pada gambar.
- Ukuran : mengikuti luas permukaan akar gigi dan memiliki ketebalan 10-60
mikron pada separuh koronal akar gigi, dan paling tebal sekitar 150-200 mikron pada
sepertiga apikal akar gigi.
- Jumlah : melingkupi setiap akar gigi.
- Bentuk : menyesuaikan bentuk akar gigi, karena menyusuri seluruh permukaan akar gigi.
- Radiodensitas : sementum menunjukkan suatu gambaran radiopak, hampir sama dengan
enamel. Tetapi karena ukurannya yang sangat tipis, sulit untuk menemukannya dalam
foto ronsen.
⮚ Ruang pulpa (pulp chamber) dan saluran akar pulpa (pulp canal)
- Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun gigi permanen. Berada pada
mahkota gigi dan akar gigi. Pulpa dikelilingi oleh dentin.
- Ukuran : mengikuti bentuk anatomi dari gigi, ukuran bisa beragam.
- Jumlah : ruang pulpa terdapat 1 pada tiap gigi, dan saluran akar pulpa pada tiap gigi
beragam dari 1 sampai 3 bahkan lebih jika terdapat anomali. Pada gigi-gigi anterior
normalnya terdapat 1 saluran akar pulpa dan premolar pertama dan kedua RB juga
memiliki 1 saluran akar pulpa, pada gigi premolar pertama RA umumnya terdapat 2
saluran akar pulpa, pada semua gigi molar RA terdapat 3 saluran akar, sedangkan molar
RB terdapat 2 saluran akar.
- Bentuk : menyesuaikan bentuk oklusal tiap gigi.
- Radiodensitas : ruang pulpa dan saluran akar pulpa merupakan gambaran radiolusen.
⮚ Ligamen periodontal
- Lokasi : ligamen periodontal terletak mengelilingi semua permukaan akar gigi, baik gigi
susu maupun gigi permanen. Berada diantara sementum dan lamina dura.
- Ukuran : melingkupi seluruh permukaan akar gigi dengan ketebalan berkisar
antara 0,3-0,1 mm.
- Jumlah : melingkupi permukaan akar setiap gigi.
- Bentuk : seperti garis hitam melingkupi permukaan akar setiap gigi.
- Radiodensitas : ligamen periodontal menunjukkan gambaran radiolusen berserat yang
mengelilingi akar gigi, nampak berserat karena ligamen periodontal terdiri dari serat-serat
pendukung gigi.
⮚ Lamina dura
- Lokasi: berada mengelilingi akar gigi.
- Ukuran : ketebalan beragam, jika terjadi kerusakan maka garis putih tersebut akan
nampak radiolusen atau ketebalan radiopaknya berkurang.
- Jumlah : terdapat melingkupi permukaan akar setiap gigi-geligi.
- Bentuk : seperti garis putih yang melingkupi seluruh permukaan akar gigi.
- Radiodensitas : lamina dura menunjukkan gambar garis radiopak sepanjang akar gigi
yang mengelilingi ligamen periodontal.
⮚ Tulang alveolar
- Lokasi : terdapat pada RA dan RB.
- Ukuran : menyesuaikan ukuran rahang.
- Jumlah : seluas RA dan RB.
- Bentuk : menyesuaikan rahang.
- Radiodensitas: Serangkaian kompartemen radiolusen yang mewakili sumsum tulang,
dipisahkan oleh tulang trabekular yang radiopak seperti sarang lebah.
⮚ Fossa nasalis
- Lokasi : terletak pada rahang atas, di dekat apikal dari gigi insisivus sentral.
- Ukuran : seukuran jempol orang dewasa.
- Jumlah : terdapat 1 fossa nasalis pada setiap tengkorak kepala manusia.
- Bentuk : membulat tapi tidak jelas.
- Radiodensitas : gambaran radiolusen dengan tepi radiopak, dan ditengah bulatan
radiolusen tersebut terdapat garis radiopak difuse yang memotong bulatan radiolusen
menjadi 2 bagian kanan dan kiri.
⮚ Aveolar crest
- Lokasi : terletak pada bagian dari rahang yang menopang gigi geligi. Merupakan puncak
dari lamina dura. Terletak kurang lebih 2 mm dari apikal ke CEJ.
- Ukuran : tidak menentu, tergantung dari jarak antar gigi yang bersebelahan itu
sendiri, jika jauh maka alveolar crest datar dan luas, jika dekat maka alveolar crest sempit
dan tajam.
- Jumlah : menyesuaikan dengan jumlah gigi, terdapat satu alveolar crest diantara 2 buah
gigi.
- Bentuk : pada daerah posterior mendatar, dan pada daerah anterior meninggi atau
meruncing ke koronal.
- Radiodensitas : gambaran radiopak yang merupakan puncak dan akhir dari lamina dura
ke arah koronal.
⮚ Sinus maksilaris
- Lokasi : terletak pada rahang atas, kanan dan kiri, di daerah apikal dari gigi molar
pertama rahang atas, meluas sampai premolar dan kadang kaninus.
- Ukuran : sepanjang gigi molar pertama rahang atas sampai gigi premolar atau
kaninus.
- Jumlah : 2 pada rahang atas, kanan dan kiri.
- Bentuk : bulatan yang tidak beraturan.
- Radiodensitas : ruang radiolusen dengan batas radiopak yang jelas.
⮚ Tuberositas maksilaris
- Lokasi : terletak di rahang atas, kanan dan kiri di bagian posterior dari geligi molar yang
paling akhir di rahang tersebut, dan merupakan batas akhir dari rahang atas.
- Ukuran : seukuran mahkota gigi molar.
- Jumlah : terdapat 2 di rahang atas, kanan dan kiri.
- Bentuk : seperti benjolan membulat di posterior gigi molar.
- Radiodensitas : berupa gambaran radiopak di posterior gigi molar paling akhir di rahang
atas.
⮚ Nutrient canals
- Lokasi : terletak pada akar gigi rahang atas dan rahang bawah, tetapi biasanya lebih
terlihat jelas pada gigi anterior rahang bawah. Merupakan jalan masuk pembuluh darah
dan nervus.
- Ukuran : lebar kurang dari 1 mm, dan panjang vertikal di bawah apikal gigi.
- Jumlah : sesuai jumlah akar gigi yang ada.
- Bentuk : garis panjang.
- Radiodensitas : terlihat seperti garis vertikal yang radiolusen di bawah akar gigi. Mudah
dilihat di regio anterior.
Daerah yang paling padat pada struktur gigi normal adalah enamel, yang biasanya
muncul lebih yang radiopaque (putih) dibandingkan jaringan lain. Sedangkan dentin
terlihat sebagai daerah yang berwarna abu-abu. Daerah pertemuan atau junctional dari
enamel dan dentin terlihat sangat berbeda. Lapisan sementum pada permukaan akar
hampir sama densitasnya dengan dentin, sehingga biasanya tidak terlihat secara
radiografi. Jaringan lunak pulpa paling sedikit densitasnya daripada struktur gigi
lainnya dan biasanya muncul radiolusen.
Dalam radograf gigi normal, saluran akar mungkin terlihat jelas meluas hingga ke
puncak akar yang dikenal dengan foramen apikal.
Struktur pendukung gigi yang terlihat secara radiografi termasuk lamina dura,
puncak alveolar, periodontal ligament space dan cancellous bone. Ketika sinar x-ray
diproyeksikan secara langsung melalui panjang sumbu lamina dura, bentukan tersebut
terlihat jelas sebagai garis tipis, putih. Jika sinar melewati pada sudut, lamina dura
mungkin terlihat lebih menyebar atau tidak akan terlihat sama sekali. Tingkat puncak
tulang dianggap normal bila tidak lebih dari 1.5 mm dari semento enamel junction gigi
terdekat. Ruang periodontal muncul sebagai ruang radiolusen antara akar dan lamina
dura, mulai puncak alveolar, memanjang di sekeliling bagian akar dalam alveolus dan
kembali ke puncak alveolar di sisi berlawanan.
Trabekula pada biasanya biasanya kecil dan membentuk pola granular padat
sedangkan trabekula pada lebih besar dan kasar.
2. External Oblique Ridge. External Oblique Ridge adalah garis putih padat yang
memperluas ke daerah molar sebagai kelanjutan dari batas anterior ramus
mandibula.
3. Genial tubercles. dilihat sebagai daerah putih bulat, memiliki pusat gelap,
terletak di bawah dan antara pusat gigi insisivus.