Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN HASIL TUTORIAL

BLOK 6 MODUL 2

“BIOMATERIAL DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI ”

TUTOR : drg.Desy Purnama Sari,M.DSc

KETUA : Yoana Zahra Yuzandra

SEKRETARIS MEJA : Dinda Srikandi Putri

SEKRETARIS PAPAN : Velya Ary Aditya

ANGGOTA : Adeanisa Fiqri

Salsabila Ariesa

Muharra Nilam Cahya

Diella Anjaenny

Hafiza Salsabila

Miftahul Khoir

Naura Mazaya Oriza


RADIOLOGI BIDANG KEDOKTERAN GIGI

SKENARIO 2

Foto giginya kok kecil...??!

Mamet (25 tahun) memenuhi janjinya dengan drg.Milea untuk dilakukan perawatan saluran
akar pada gigi 11. Setelah dilakukan pemeriksaan drg. meminta Mamet untuk melakukan foto
periapikal gigi 11 di Lab. Radiologi. Dalam ruangan radiologi dia diinstruksikan untuk duduk di
kursi dan memegang film rontgen foto yang dimasukan kedalam mulut. Tidak berapa lama
Mamet menerima hasil foto dan keterangan mengenai gambaran radiografis giginya. Dia berpikir
kenapa film hasil foto giginya yang digunakan tidak besar seperti foto seluruh gigi yang pernah
dilakukan oleh adiknya. Mamet memberikan hasilnya kepada drg.Milea, namun setelah
mengamati hasil foto rontgen beliau kurang puas dengan hasil fotonya karena gambaran
radiolusen dan radiopak jaringan periapikalnya tidak begitu jelas dan kabur serta tidak dapat
ditentukan gambaran klinisnya, sehingga harus dilakukan foto ulang.Sang drg merujuk kembali
Mamet ke Lab.Radiologi untuk melakukan foto Panoramik, agar sang dokter dapat membaca dan
melihat dengan jelas kondisi gigi Mamet.

Bagaimana saudara menjelaskan kasus yang dialami Mamet?

METODE TUJUH LANGKAH ( SEVEN JUMPS )

Langkah 1 : Mengklarifikasi Terminologi

1. Radiolusen : daerah yang tampak abu- abu atau samar antara gelap dan terang
2. Radioopak : daerah yang tampak terang atau putih pada film
3. Panoramik: pemeriksaan yang dilakukan oleh drg sp bedah mulut dalam menegakkan
diagnosis penyakit pasien
4. Periapikal : suatu teknik foto intraoral untuk melihat keseluruhan dari mahkota serta akar
gigi
Langkah 2 : Menentukan Masalah
1. Apa saja fungsi dental radiografi
2. Bagaimana perkembangan radiologi kedokteran gigi
3. Apa saja jenis2 rontgen kedokteran gigi
4. Prosedur penggunaan radiologi kedokteran gigi
5. Apa standar mutu hasil radiografi atau yang memenuhi syarat
6. Apa saja alat yang dinggunakan dalam radiologi kedokteran gigi
7. Apa saja kesalahan yang dapat terjadi dalam radiografi kedokteran gigi beserta
penyebabnya?
8. Bagaimana cara menginterpretasikan hasil dari foto rontgen
9. Apa dasar2 interpretasi rotgen kedokteran gigi
10. Bagaimana Teknik pengambilan foto rontgen pada pasien
11. Apa saja faktor yang mempengaruhi hasil dari foto rontgen?

Langkah 3 : Menganalisa Masalah

1. Kegunaan radiologi dalam bidang kedokteran gigi :


 Radiodiagnosa mengetahui kelainan pada gigi, contohnya: adanya kelainan apikal dan
periapikal
 Untuk mengetahui adanya kelainan pada rahang
 Untuk mengetahui adanya fraktur rahang atau akar gigi
 Untuk mengetahui karies yang tersembunyi, karies sekunder, kedalaman karies, dll
 Untuk melihat lokasi lesi / massa / benda asing pada rongga mulut
 Untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi
 Untuk melihat adanya penyakit periodontal dan trauma
 Evaluasi hasil perawatan, yaitu untuk melihat keberhasilan perawatan yang telah
dilakukan
 Untuk keperluan prosedur eksodonsi
 Pada bidang forensik, untuk mengidentifikasi korba, baik korban kecelakaan maupun
pembunuhan
 Untuk melihat hubungan gigi
 Untuk melihat jaringan penyangga gigi
2. Perkembangan radiografi Kedokteran gigi

Radiografi pertama kali ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen (seorang fisikawan) pada
tahun 1895 di Jerman. Selanjutnya pada akhir Desember 1895 dan awal Januari 1896 Dr Otto
Walkoff (dokter gigi) dari Jerman menggunakan sinar-x pada foto gigi (premolar bawah) dengan
waktu penyinaran 25 menit, selanjutnya waktu penyinaran tersebut diperkecil oleh Walter
Koenig menjadi 9 menit dan sekarang menjadi 1/10 detik. CE Kells menjadi orang pertama di
dunia yang menggunakan mesin sinar-x di klinik gigi.

Foto rontgen dahulu menggunakan film sebagai media kertasnya. Sekarang, ada yang disebut
dengan 3 dimensi (3D) dan 4 dimensi. Jika menggunakan 3D, yang didapat bukan dalam kertas
film, tapi dalam bentu soft file dan bisa dibuka di komputer. Jika terjadi kasus sulit, para pasien
tidak perlu lagi menkonsul dengan foto yang biasa, tapi dengan CBCT-3D. Alat ini di Indonesia
ada di beberapa universitas, bahkan sudah ada di banyak rumah sakit swasta. Sedangkan di luar
negeri sendiri sudah banyak yang menggunakan 4 dimensi, jadi gambarnya sudah bisa bergerak.

3. Jenis – jenis rontgen kedokteran gigi


 Intraoral rontgen
Intraoral adalah jenis rontgen yang paling sering digunakan dalam dunia kedokteran gigi.
Rontgen intraoral sendiri terdiri dari beberapa jenis, di antaranya:
a. Bite wing X- ray
Rontgen jenis ini berfungsi untuk mengetahui keadaan gigi rahang bawah dan atas pada satu
area. Selama pemeriksaan, dokter akan meminta pasien untuk menggigit selembar kertas khusus.

Biasanya dokter melakukan prosedur ini untuk memeriksa ada tidaknya pembusukan di antara
gigi belakang, baik yang di atas maupun bawah.Dokter juga akan melakukan prosedur ini untuk
melihat seberapa rata gigi atas dan bawah. Hasil pemindaian dapat juga memperlihatkan
pengeroposan tulang akibat penyakit gusi parah atau infeksi gigi.

b. Periapikal X- ray
Periapical X-ray terlihat mirip dengan bitewing X-ray. Namun, prosedur ini lebih bertujuan
untuk menunjukkan panjang setiap gigi Anda dari mahkota hingga akar. Prosedur ini juga akan
menunjukkan tulang penyokong gigi.

Biasanya dokter melakukan prosedur ini untuk menemukan masalah gigi di bawah permukaan
gusi atau dalam rahang. Misalnya gigi bertubrukan, abses, kista, tumor, dan perubahan tulang
yang diakibatkan oleh penyakit tertentu.

c. Oklusal X-ray

Prosedur ini dapat menunjukkan langit-langit dan dasar mulut. Hasil X ray dapat
menunjukkan hampir seluruh lengkung gigi di rahang atas atau bawah.

Occlusal X-ray digunakan untuk mencari gigi tambahan, gigi yang belum tumbuh keluar gusi,
pecah rahang, retak pada langit-langit mulut (cleft palate), kista, abses, atau masalah lainnya.

Prosedur ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya benda-benda asing dalam mulut.

 Ekstraoral rontgen
Sementara di bawah ini merupakan jenis rontgen ekstraoral yang perlu diketahui.
a. Panoramic X-ray

Prosedur ini dapat menunjukan keadaan seluruh mulut . Mulai dari gigi, sinus, area hidung,
dan persendian pada rahang (sendi temporomandibular).

Dokter melakukan prosedur ini untuk mencari tahu gangguan dalam mulut. Misalnya gigi
bertumpuk, tulang rahang yang abnormal, kista, tumor, infeksi, dan patah tulang.

Prosedur ini juga dapat digunakan untuk merencanakan perawatan gigi palsu, kawat gigi,
cabut gigi, dan implan gigi.

Selama pemeriksaan dokter akan meminta pasien untuk menggigit sesuatu. Sementara itu
perangkat yang terpasang pada mesin sinar X akan menahan kepala dan rahang. Setelahnya,
dalam hitungan detik mesin akan berputar di sekitar kepala pasien dan menangkap gambar
rahang dan gigi. 

b. Chepalometric x-ray

Tes pencitraan ini diambil dari seluruh sisi kepala. Biasanya dokter melakukan tes pencitraan
ini untuk melihat struktur gigi yang berkaitan erat dengan tulang rahang atau fitur wajah orang.

Dengan rontgen ini dokter dapat menentukan jenis perawatan ortodontik terbaik sesuai
dengan kondisi pasien. Perawatan ortodontik ini meliputi pasang behel, implan gigi, gigi palsu,
dan lainnya.

c. Sialografi

Sialografi adalah tes pencitraan yang membuat dokter dapat melihat keadaan kelenjar air liur.
Zat warna yang disebut agen kontras radioakan disuntikkan ke kelenjar ludah. Dengan begitu,
dokter dapat melihat jaringan lunak di sekitar kelenjar ludah yang bermasalah pada film sinar X.

d. Radiografi digtal

Radiografi digital adalah salah satu teknik rontgen terbaru. Film sinar X standar diganti
dengan panel atau sensor elektronik datar.

Setelah sinar X dibidik pada objek, gambar akan langsung masuk ke dalam komputer dan
ditampilkan pada layar.

4. Prosedur penggunaan radiologi kedokteran gigi


 Permintaan untuk melakukan radiografi
 Izin dari dokter gigi di bagian radiologi KG
 Persiapan Proteksi radiasi, harus dilakukan thd operator, pasien, dan
lingkungan
 Pemilihan film dan sensor
 Melakukan exposure, memperhatikan dosis radiasi yang akan diterima oleh
pasien

5. Standar mutu hasil radiografi atau yang memenuhi syarat


 Kontras warna
 Densiti proyeksi dari film
 Detail – detail yang jelas
 Posisi alatnya harus tepat
 Serta posisi dari pasien
6. Apa saja alat yang dinggunakan dalam radiologi kedokteran gigi

Alat yang digunakan saat rontgen :


- Apron : Digunakan untuk proteksi radiasi.
- Film.
- Kaset.
- Sinar-x dan tabung sinar-x.
- Grid : Untuk menangkap penghamburan sinar.
- Screen layer.

7. Kesalahan yang dapat terjadi dalam radiografi kedokteran gigi beserta penyebabnya
Kesalahan
 Adanya bayangan tambahan karena adanya banyangan radiopak yang menghalangi
jalannya sinar x
 Gambaran seperti lukisan jari karena kesalahan memegang film pada jari yang basah dan
berkeringat
Penyebab
 Radiograf dengan goresan radiolusen: karena film tergores kuku atau benda lain
 Noda putih pada radiograf : karena emulsi tergores
 Radiograf tidak lengkap : karena penempatan film kuran tepat
 Film terlalu gelap : karena penyinaran terlalu lama, suhu larutan developer terlalu
tinggi
 Film terlalu terang : karena penyinaran kurang, shu larutan developer terlalu rendah
 Gambar kabur : ada geraka pada pasien , gelatin rusak karena panas
Gambar memanjang : film terlalu dibengkokan.

8. Bagaimana cara menginterpretasikan hasil dari foto rontgen


 Email terlihat radioopak karena terdiri dari 90% mineral
 Dentin terlhat radio intermedit,agak kabur tetapi tidak sampai radiolusen
 Mylohyoid ridge terliahat tumpul dari segi bawah gigi.
9. Dasar – dasar interpretasi rotgen kedokteran gigi
Interpretasi radiograf kedokteran gigi secara umum hendaknya memperhatikan prinsip-
prinsip berikut ini:
1) Interpretasi radiograf hanya dilakukan pada radiograf dengan characteristic image yang
baik, baik visual characteristic (detail, contrast dan density) maupun geometric
characteristic (magnification/unsharpness, distortion). Seorang interpreter jangan sekali-
kali melakukan interpretasi pada radiograf dengan kualitas yang kurang baik karena akan
mempengaruhi keakuratan radiodiagnosisnya.
2) Sebuah radiograf gigi seharusnya dapat memberikan penilaian yang adekuat terhadap
area yang terlibat. Oleh karena itu jika suatu radiograf periapikal tidak dapat
menggambarkan keseluruhan batas-batas lesi, maka diperlukan proyeksi radiograf yang
lain, misalnya proyeksi oklusal, panoramik atau pemeriksaan ekstraoral lainnya.
3) Kadang-kadang diperlukan suatu pemeriksaan radiografi pembanding, misalnya:
a. Pemeriksaan radiografi kontralateralnya (sisi simetrisnya). Pemeriksaan radiografi
kontralateralnya sangat penting untuk memastikan apakah gambaran radiagrafi kasus
yang ditangani tersebut sesuatu yang normal ataukah patologis.
b. Pemeriksaan radiografi dengan angulasi (sudut penyinaran) yang berbeda.
Pemeriksaan radiografi dengan angulasi yang berbeda dimaksudkan untuk
mengidentifikasi lokasi lesi; apakah berada lebih ke bukal atau ke palatal/lingual.
Pemeriksaan ini juga penting untuk memperjelas suatu objek target yang dengan
angulasi standar sering terjadi superimpose.
c. Perbandingan dengan pemeriksaan radiografi sebelumnya. Pemeriksaan radiografi
sebelumnya ini sangat penting untuk mengetahui kecepatan perkembangan dan
pertumbuhan lesi. Pemeriksaan radiografi sebelumnya juga penting untuk mengetahui
tingkat penyembuhan sutau perawatan dan kemungkinan ditemukannya adanya
penyakit baru.
4) Pembacaan radiograf seharusnya dilakukan pada optimum viuwing condition (viewing
screen harus terang, ruangan agak gelap, suasana tenang, area sekitar radiograf ditutup
dengan sesuatu yang gelap disekitarnya sehingga cahaya dari viuwer hanya melewati
radiograf, menggunakan kaca pembesar dan radiograf harus kering).

5) Seorang klinisi harus memahami:


a. Gambaran radiografi struktur normal (normal anatomic variation). Pemahaman
mengenai gambaran radiografi struktur normal dan variasinya ini sangat penting agar
pembaca dapat menilai gambaran radiografi yang tidak normal.
b. Memahami tentang dasar dan keterbatasan radiograf gigi. Khususnya pada radiograf
kedokteran gigi konvensional, harus disadari betul oleh pembaca atau interpreter
bahwa radiograf tersebut hanyalah merupakan gambaran 2 dimensi dari obyek yang 3
dimensi. Gambaran radiografi juga terbentuk dari variasi gambaran black/gelap,
white/terang dan grey yang saling superimpose.
c. Memahami tentang teknik/proses radiografi. Seorang interpreter juga harus
mengetahui dan menyadari bahwa proses radiografi kadang akan memberikan suatu
artifak pada radiograf.Hal ini jangan sampai oleh seorang klinisi/interpreter tidak
diketahui dan dianggap sebagai sebuah kelainan atau penyakit.
6) Pemeriksaan radiografi dilakukan dengan mengikuti systematic procedure. Penggunaan
systematic procedure dalam interpretasi radiografi gigi dimaksudkan agar interpretasi
dapat logis, teratur dan terarah. Systematic procedure juga dimaksudkan agar tidak ada
satupun informasi yang hilang atau terlewatkan dalam proses interpretasi. Systematic
procedure ini begitu penting karena keakuratan penegakkan diagnosis radiografi sangat
ditentukan oleh kemampuan dalam menggunakan systematic procedure.

10. Teknik pengambilan foto rontgen pada pasien


1) teknik rontgen periapikal
- film diletakkan di dalam mulut
- ukuran film 3x4 cm

Terdapat dua teknik rontgen periapikal:

 bisection
paling sering digunakan,pasien memegang filmnya sendiri
 paralleling
sejajar dengan gigi, menggunakan film holder

2) teknik rontgen bite wing


- film yang digunakan: spesial bite wing film, standard film dangn bite film
holder
- pasien menggigit sayap dari film untuk stabilisasi film dalam mulut
3) teknik rontgen oklusal
- cross section view : sinar diarahkan tegak lurus terhadap film dan oklusal
plane
- topographic view : sinar diarahkan ≤ 90o terhadap film oklusal plane 45o –
60o
 Persiapan alat : pasang film EO pada cassete diruang gelap, atur exposure
(kilovoltage, miliampere, waktu)
 Persiapan pasien : jelaskan prosedur EO, pasang apron pada leher, lepaskan perhiasan
pada kepala dan leher,serta protesa
 Posisi pasien tergantung teknik
 Untuk operator : jaraknyta enam kaki dari tabung, menggunakan pelindung (apron).
11. Faktor yang mempengaruhi hasil dari foto rontgen
- Sensitifitas kontras
- Kekaburan
- Kejernihan tampak
- Kejernihan bercak

Langkah 4 . membuat skema

Radiologi Kedokteran Gigi

Terapan dasar Teknik Mutu hasil


interpretasi
Radiologi KG pengambilan rontgen
foto rontgen

Struktur Variasi
anatomi normal
Intra oral Ekstra oral

standar processing Kesalahan dan


penyebab dalam
radiografi KG
Langkah 5 : Memformulasikan Tujuan Pembelajaran

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan terapan dasar radiologi kedokteran gigi
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan teknik pengambilan foto rontgen.
a. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan teknik pengambilan foto rontgen
intra oral.
b. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan teknik pengambilan foto rontgen
ekstra oral.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mutu hasil rontgen.
a. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan standar mutu hasil rontgen.
b. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prosesi rontgen.
c. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kesalahan dalam radiografi
kedokteran gigi beserta penyebabnya.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan interpretasi radiologi kedokteran gigi.
a. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan struktur anatomi.
b. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan variasi normal

Langkah 7 : sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh

1. Terapan dasar radiologi kedokteran gigi

Radiologi
Ilmu yang mempelajari tentang radiasi pengionan yang digunakan dalam pengobatan
Radiasi
Proses perpindahan energi dari suatu tempat ke tempat lain dengan media udara
Kegunaan Radiologi
 Diagnosa
 Rencana Perawatan
 Monitoring perawatan dan perkembangan lesi
Manfaat Radiologi
 Mendeteksi penyakit dan kelainan gigi serta jaringan pendukung
 Menentukan jenis penyakit
 Mengetahui lokasi kelainan / benda asing
 Informasi selama perawatan gigi ( root canal terapi )
 Mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan
 Mengetahui perubahan sekunder pada karies, jar periodontal dan trauma
Radiasi Pengionan
Suatu sinar atau radiasi yang apabila melewati suatu materi atau atom dapat berubah menjadi
ion.
Struktur Atom
Inti atom terdiri dari proton yang bermuatan (+) dan neutron.
Dikelilingi oleh elektron yang bermuatan (-).
Sinar X
Reaksi radiasi elektromagnetik sebagai paket energi yang disebut proton
Ionisasi
Proses penambahan dan pengurangan elektron sehingga atom tersebut bermuatan (+) atau (-)
Jika jumlah elektron dan proton sama maka atom dalam keadaan netral
Jika atom yang netral kehilangan elektron akan menjadi ion (+) dan elektron yang bebas
menjadi ion (-). Ini disebut ionisasi.
Elektron terlepas dari atom karena panas, dari sinar X energy tinggi
Radiasi Ionisasi
Radiasi yang menghasilkan ion dengan pemindahan atau penambahan elektron pada atom
Radiasi ada 2 bentuk :
 Radiasi partikel
 Radiasi elektromagnetik
a. Terapan secara umum
Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen Dr Otto Walkhaff ( dokter gigi )
dari jerman adalah orang pertama yang menggunakan sinar x pada foto gigi.
Kegunaan radiologi dalam bidang kedokteran gigi :
- Radiodiagnosa : mengetahui kelainan pada gigi, contohnya : adanya kelainan
apical dan periapical.
- Untuk mengetahui kelainan pada rahang
- Untuk mengetahui adanya fraktur rahang atau akar gigi
- Untuk mengetahui karies tersembunyi, karies sekunder, kedalaman karies, dll
- Untuk melihat lesi / massa / benda asing pada rongga mulut
- Untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi
- Evaluasi hasil perawatan, yaitu utnuk melihat keberhasilan perawatan yang telah
dilakukan, contohnya : mengetahui apakah apeks gigi telah menutup setelah
melakukan perawatan apeksifikasi
- Untuk mengetahui adanya penyakit periodontal dan trauma
- Untuk keperluan prosedur eksodonsi, contohnya melihat keberhasilan perawatan
yang telaah dilakukan, contohnya : melihat hubungan gigi dengan sinus
maksilaris atau kanalis mandibularis sebelum dilakukan eksodonsi
- Pada bidang forensic, untuk mengidentifikasi korban, baik korban kecelakaan
maupun pembunuhan. Dokumen radigrafic tersebut dicocokkan dengan kondisi
korban
- Perencanaan suatu perawatan kuratif dan rehabilatif

b. Foto intraoral
Digunakan untuk mendapatkan detail gambar yang cukup jelas,dan gambarannya
terbatas.
Film yang digunakan diletakkan di dalam mulut pasien. Foto intraoral terbagi 3 yaitu:
 Teknik rontgen periapikal : untuk melihat keseluruhan mahkota serta akar gigi dan
tulang pendukungnya.
 Teknik rontgen bite wing : untuk melihat mahkota RA dan RB daerah anterior dan
posterior serta untuk melihat karies dibawah restorasi.
 Teknik rontgen oklusal : untuk melihat area yang luas pada rahang bawah pada satu
film.

( A. bite wing. B. periapikal. C. oklusal. D. panoramic )


c. Foto ekstra oral
Digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang dan tengkorak.
Film yang digunakan diletakkan diluar mulut pasien. Foto ekstra oral terbagi atas :
 Teknik foto panoramic: yang memperlihatkan struktur fasial,termasuk maksila dan
mandibula serta struktur pendukungnya.
Pada penegakkan diagnose, foto panoramic berguna untuk :
- Adanya lesi pada tulang atau ukuran dari posisi gigi terpendam/impaksi yang
menghalangi gambaran pada intaoral
- Melihat tulang alveolar dimana terjadi pocket lebih dari 6mm
- Melihat kondisi gigi sebelum dilakukan rencana pembedahan
- Mengevaluasi TMJ disorder/kelainan.

 Teknik foto lateral : untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka, diagnose
fraktur, keadaan patologis tengkorak dan muka.

 Teknik chepalometric : untuk memperlihatkan relasi gigi RA dan RB dengan tulang


wajah.
 Teknik foto postero anterior : untuk melihat tengkorak pada bidang postero anterior
dan memperlihatkan struktur gambaran wajah : sinur frontalis, eitmoidalis,fossa
nasalis dan orbita.
 Teknik foto antero posterior : untuk melihat kelainan pada bagian depan maksila dan
mandibular serta memperlihatkan gambaran sinus frontalis, eitmoidalis fan tulang
hidung.

 Proyeksi water : evaluasi maksila, sinus frontalis,eitmoidalis,orbita, sutura


zygomaticus frontalis dan rongga nasal.
 Reverse towne projection : untuk memeriksa fraktur dari leher condilus mandibular
dan untuk melihat dinding postero lateral maksila.

 Submentovertex projection : untuk melihat dasar tengkorak.

2. Teknik pengambilan foto rontgen.


a. Teknik rontgen intaoral

Teknik/ prosedur:

- persiapan operator
- persiapan pengaturan pasien
- pengaturan sinar
- pengaturan film
- pengaturan penyinaran

Posisi operator :
⮚ operator tidak diperbolehkan berdiri didaerah radiasi sinar x primer
untuk melindungi dosis radiasi yang diterima, operator sebaiknya berada dibalik dinding
pelindung berlapis Pb, dan sebaiknya dengan jarak yang cukup jauh dari sinar x
⮚ umumnya operator berada pada sudut 90o dan 135o terhadap sinar pusat
⮚ pada daerah gigi anterior, operator berdiri pada sebelah depan kanan/kiri pasien
⮚ pada gigi posterior, operator lebih baik berdiri disebelah belakang pasien

 Radiografi Periapikal

Tujuan radiografi periapikal adalah untuk merekam seluruh gigi dan tulang pendukung, dan
digunakan untuk mengevaluasi karies dan kehilangan tulang periodontal, serta membantu dalam
diagnosis dan perawatan. Radiografi intraoral dapat di hasilkan dengan menggunakan reseptor
film atau digital (Williamson, 2009).

Setiap foto radiograf periapikal biasanya menunjukkan dua hingga empat gigi dan didukung
informasi yang rinci tentang gigi dan jaringan yang mengelilingi tulang alveolar (Whaites, 2009).

Gambar foto periapikal


Indikasi utama radiografi periapikal adalah
a) Untuk mendeteksi infeksi/ inflamasi bagian apikal.
b) Penilaian terhadap kondisi periodontal.
c) Setelah adanya truma pada gigi dan berhubungan dengan tulang alveolar.
d) Penilaian kehadiran dan posisi dari gigi yang belum erupsi.
e) Penilaian mofrologi akar sebelum pencabutan/ekstraksi.
f) Penilaian sebelum dan setelah operasi apikal.
g) Evaluasi mendetail dari kista apikal dan lesi lainnya dalam tulang alveolar.
h) Evaluasi setelah operasi implan (Whaites, 2009).

Radiografi periapikal terdiri dari 2 teknik yaitu :

 Teknik Paralel
Radiografi periapikal teknik paralel digunakan pada pengambilan gambar gigi untuk
mengurangi bentuk distorsi pada gambar dan mengurangi radiasi X-ray.
Teknik pengambilan gambarnya yaitu dengan meletakkan film atau reseptor gambar paralel
ke gigi untuk diambil gambar, dan mengarahkan x-ray beam tegak lurus dengan film dan giginya
(Miles, dkk, 2009).

Keuntungan :
a) Gambar dihasilkan akurat secara geometris dengan perbesaran yang kecil.
b) Bayangan dari dinding zygomatik muncul diatas apikal gigi molar.
c) Dataran tulang periodontal ditampilkan dengan baik dan jaringan periapikal ditunjukkan
dengan akurat dengan pemanjangan yang minimal.
d) Mahkota gigi terlihat dengan baik sehingga dapat dideteksi apakah ada karies.
e) Radiograf memungkinkan untuk di reprodusi pada waktu kunjungan dan operator yang
berbeda.
f) Posisi relatif dapat dipertahankan antara film, gigi, dan X-ray beam, tidak berpengaruh
pada kepala pasien (Whaites, 2009).
g) Dengan memegang gambar reseptor yang sesuai perangkat, membutuhkan waktu kurang
dari mencoba untuk mencari posisi dari garis-imajiner.
h) Bila menggunakan pemegang reseptor gambar panjang 16 inci, dosis radiasi pasien dapat
dikurangi.
i) Menghasilkan gambar dengan distorsi dimensi minimal.
j) Meminimalkan superimposisi struktur yang berdekatan.
k) sumbu panjang gigi dan merekam bidang reseptor gambar dapat secara visual terletak
sehingga lebih mudah untuk mengarahkan sinar-x tepat (Thomson & Johnson, 2012).
Kerugian :
a) Posisi pegangan dalam mulut dapat mempersulit operator yang belum berpengalaman.
b) Apikal gigi kadang muncul sangan dekat dengan ujung film.
c) Memposisikan pegangannya pada daerah molar ketiga bisa sangat sulit.
d) Pegangan bersifat disposable (Whaites, 2009).
e) Penempatan reseptor gambar mungkin sulit untuk diterima pada pasien tertentu: anak-
anak, orang dewasa dengan mulut kecil, lengkung palatal rendah, atau adanya tori, pasien
dengan mukosa sensitif atau refleks muntah yang tinggi, daerah edentulous.
f) Kondisi-kondisi tersebut dapat meningkatkan ketidaknyamanan pasien saat reseptor
gambar mempengaruhi jaringan mulut (Thomson & Johnson, 2012).
 Teknik Bisecting
Teknik ini, yang sering disebut dengan teknik “Short-cone periapical” adalah yang paling
sering digunakan di praktik kedokteran gigi rutin dengan small low-output dental x-ray (Mason,
1988). Film intraoralnya diletakkan dekat dengan gigi dan X-Ray beamnya dapat diarahkan pada
sudut yang tepat untuk film dan obyeknya, biasanya dipegang oleh pasien sendiri (Mitchell, dkk,
2014).
Teknik bisekting menggunakan aturan isometri yaitu dua segitiga adalah sama jika mereka
memiliki dua sudut yang sama dan memliki satu sisi yang sama (Iannucci & Howerton, 2012).

Gambar 1. Aturan Isometrik (Iannucci & Howerton, 2012)

Teknik pengambilan gambarnya antara lain yaitu:


1. Reseptor gambar diletakkan sedekat mungkin dengan gigi yang akan diperiksa tanpa
membengkokkan reseptornya.
2. Sudut yang dibentuk antara sumbu panjang gigi dan sumbu panjang reseptor gambar
dinilai dan dibagi dua (Whaites & Drage, 2013).
3. Tabung X-ray diposisikan pada sudut yang tepat pada garis bisekting dengan pusat sinar
pada X-ray menuju menembus pada apeks gigi.
4. Menggunakan prinsip geometrik dari segitiga sama sisi, panjang sebenarnya gigi akan
ekual dengan panjang gambar gigi.

Keuntungan :
a) Memberikan detail yang bagus (Poyton, 1982).
b) Memposisikan film relatif simpel dan cepat, serta nyaman untuk pasien, pada
seluruh area mulut.
c) Apabila seluruh angulasinya di taksir dengan benar, gambar giginya akan
sama panjang dengan gigi aslinya dan seharusnya adekuat (namun tidak ideal)
untuk kebanyakan tujuan diagnosis (Whaites, 2009).
d) Cocok untuk pasien dengan lengkung palatal yang rendah dan pasien anak-
anak (Farman & Kolsom, 2014). dan mandibular yang sensitif di area
premolar (Iannucci & Howerton, 2012).

Kerugian :
a) Sulit untuk disejajarkan (Poyton, 1982).
b) Semakin banyak variabel yang terlibat sering menghasilkan gambar yang terdistorsi
sangat buruk. Mahkota gigi sering mengalami distorsi.
c) Kesalahan dalam angulasi vertikal menyebabkan gambar memanjang atau memendek.
Kesalahan angulasi horizontal menyebabkan tumpang tindih dari mahkota dan akar.
Angulasi vertikal dan horizontal harus disesuaikan untuk tiap pasien. hal ini memerlukan
ketrampilan.
d) Tingkat tulang periodontal terlihat sangat buruk.
e) Pada akar bukal gigi premolar dan molar rahang atas menyempit.
f) Dasar dinding os zygoma sering bertabrakan (overlies) dengan akar gigi M1 Rahang
Atas (Whaites, 2009).
g) Distorsi gambar dan kelebihan radiasi (Farman & Kolsom, 2014).
 Radiografi BiteWing
- untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah daerah anterior
dan posterior sehingga dapat digunakan untuk melihat permukaan gigi
yang berdekatan dengan puncak tulang alveolar.
- untuk melihat karies dibawah restorasi.

Teknik bitewing:
- film yang digunakan: spesial bite wing film, standard film dangn bite film
holder
- pasien menggigit sayap dari film untuk stabilisasi film dalam mulut

Gambar foto bitewing

 Radiografi Oklusal
Radiografi oklusal adalah radiografi yang digunakan untuk melihat anatomi
tulang maksila maupun mandibular dengan area yang luas dalam satu film.
Radiografi oklusal dapat mendeteksi adanya fraktur, celah di palatum, dan
kelainan lainnya dari area yang luas. Film yang digunakan adalah film khusus
oklusal.

Teknik rontgen oklusal:


 Mengintrusikan pasien untuk mengoklusikan dan menggigit bagian film.
 cross section view : sinar diarahkan tegak lurus terhadap film dan oklusal plane
 topographic view : sinar diarahkan ≤ 90o terhadap film oklusal plane 45o – 60o.

b. Teknik rontgen ekstraoral


Radiografi ekstra oral adalah pemeriksaan radiografi yang digunakan untuk melihat area
yang luas pada tengkorak kepala dan rahang. Pada radiografi ekstraoral film yang
digunakan diletakan diluar rongga mulut. Radiografi ekstra oral terdiri atas beberapa tipe
yaitu:

1) Radiografi Panoramik
Radiografi panoramik adalah radiografi yang digunakan utuk melihat adanya fraktur
pada rahang, lesi atau tumor, dan melihat keadaan gigi geligi pada masa bercampur untuk
rencana perawatan ortodonti.
Radiografi panoramik akan memperlihatkan gambaran radiografi keadaan gigi geligi
maksila, mandibula, sinus maksilari, dan sendi temporo mandibular secara menyeluruh
dalam satu buah film.
Teknik panoramik (dikenal juga sebagai pantomography) adalah sebuah teknik untuk
membuat gambaran tomografik tunggal dari struktur fasial yang melibatkan baik lengkung
geligi pada maksila dan mandibula serta struktur pendukungnya.
Kelebihan radiografi panoramik adalah sebagai berikut
1) lapangan pandang yang luas dari tulang fasial dan geligi,
2) dosis radiasi yang rendah terhadap pasien,
3) kenyamanan saat pemeriksaan pada pasien,
4) kemampuan untuk digunakan pada pasien yang tidak dapat membuka mulutnya,
5) pembuatan panoramik membutuhkan waktu yang singkat, antara 3 sampai 4 menit
(termasuk waktu yang diperlukan untuk memposisikan pasien dan siklus paparan
yang tepat),
6) kemudahan untuk memahami pasien melalui film panoramik, sehingga dapat
dipakai sebagai sarana visual penjelasan pasien serta presentasi kasus. Kelemahan
radiografi panoramik adalah pergerakan pasien saat penyinaran akan menyulitkan
pada interpretasi, hasil radiografi pada gigi tidak spesifik.
Gambaran radiografi panoramik banyak digunakan untuk mendiagnosa gangguan
pada rahang yang membutuhkan cakupan yang lebih luas, terutama pada evaluasi trauma,
lokasi gigi molar ketiga, manifestasi penyakit sistemik, lesi yang luas pada rahang,
pertumbuhan gigi geligi (terutama pada pertumbuhan gigi campuran), gigi yang belum
tanggal atau sisa akar pada pasien endentulous, dan anomali pertumbuhan gigi. Teknik
rontgen panoramik:
 Film dimasukkan ke dalam kaset.
 Buat identifikasi pasien di bagian depan kaset.
 Letakkan kaset di kaset holder.
 Lepaskan perhiasan, logam, kacamata, dll.
 Pasien duduk memegang hand holder.
 Atur posisi kepala pasien.
 Atur image layer.
 Pasien diminta menggigit bite plastic.
 Tentukan kondisi sinar x.
 Pasien diinstruksikan untuk diam ± 15 menit.
 Tekan tombol penyinaran.

2) Radiografi Lateral
Radiografi Lateral adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan lateral
tulang wajah, diagnosis fraktur dan keadan patologis tengkorak dan wajah. Teknik lateral
digunakan untuk memeriksa tengkorak dan tulang wajah sebagai keterangan di trauma,
penyakit, atau pertumbuhan yang tidak normal. Gambaran ini menunjukkan jaringan lunak
nasopharyngeal, sinus paranasal, dan palatum keras. Orthodontist menggunakan ini untuk
menilai perkembangan wajah. Teknik lateral juga digunakan pada bedah mulut untuk
menetapkan perawatan awal dan riwayat perawatannya. Teknik lateral menampakkan
jaringan lunak pada wajah yang serupa dengan gambaran tengkorak lateral. Teknik rontgen
lateral yaitu posisi tube head berada di sisi kiri pasien.

3) Radiografi Sefalometri
Radiografi sefalometri adalah radiografi yang digunakan untuk melihat hubungan gigi
dengan rahang dan profil individu serta keadaan tengkorak wajah akibat trauma penyakit
dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Selain itu hasil radiografi ini juga
memperlihatkan jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras. Pada
umumnya radiografi ini digunakan ortodontis untuk merencanakan perawatan ortodonti
agar mendapatkan gigi selaras sesuai dengan ukuran gigi dan rahang. Teknik rontgen
sefalometri yaitu posisi tube head berada di sisi kiri atau kanan pasien.
4) Radiografi Postero-Anterior
Radiografi Postero-Anterior adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan
penyakit trauma, atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Selain itu
radiografi ini dapat digunakan untuk melihat stuktur wajah antara lain sinus frontalis,
ethmoidalis, fossa nasalis dan orbita. Dinamakan teknik posteroanterior karena sinar-X
menyorot melalui posterior menuju arah anterior melalui tengkorak.
Teknik ini digunakan untuk memeriksa tengkorak karena penyakit, trauma, atau
perkembangan yang tidak normal. Teknik ini juga mendeteksi perubahan progresif pada
dimensi mediolateral di tengkorak, termasuk pertumbuhan yang tidak simetris. Sebagai
tambahan, teknik ini memberi visualisasi struktur wajah yang baik, termasuk sinus frontal
dan ethmoid, dan nasal fossae. Teknik rontgen postero-anterior yaitu tube head diputar 90°
sehingga arah sinar x tegak lurus pada sumbu transmetal.

5) Radiografi Antero-Posterior
Radiografi Antero-Posterior adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan
pada bagian depan maksila dan mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis dan
tulang hidung. Teknik rontgen antero-posterior yaitu sama dengan postero-anterior namun
arah wajah menghadap tube.
6) Radiografi Proyeksi Water’s
Radiografi proyeksi Water’s adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan
sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus orbita, sutura zigomatikus frontalis dan rongga
nasal. Foto Waters dilakukan dengan posisi dimana kepala menghadap kaset, garis
orbiomeatus membentuk suduk 37° dengan kaset. Sentrasi sinar kira-kira dibawah garis
interorbital. Pada foto Waters, secara ideal piramid tulang petrosum diproyeksikan pada
dasar sinus maksilaris sehingga kedua sinus maksilaris dapat dievaluasi seluruhnya.
Foto Waters umumnya dilakukan pada keadaan mulut tertutup. Pada posisi mulut
terbuka akan dapat menilai daerah dinding posterior sinus sfenoid dengan baik.

7) Radiografi Proyeksi Reverse –Towne


Radiografi reverse towne adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan
kondilus pada pasien yang mengalami pergeseran kodilus dan untuk melihat dinding
postero lateral pada maksila. Posisi diambil dengan berbagai variasi sudut angulasi antara
30°-60° ke arah garis orbitomeatal. Sentrasi dari depan kira-kira 8 cm di atas glabela dari
foto polos kepala dalam bidang midsagital. Proyeksi ini adalah proyeksi yang paling baik
untuk menganalisis dinding posterior sinus maksilaris, fisura orbitalis inferior, kondilus
mandibularis, dan arkus zygomatikus posterior.

8) Radiografi Submentovertex
Radiografi submentovertex adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan
dasar tengkorak, posisi mandibula, dinding lateral sinus maksila dan arkus zigomatikus.
Posisi submentovertex diambil dengan meletakkan film pada verteks, kepala pasien
menengadah sehingga garis infraorbitomeatal sejajar dengan film. Sentrasi tegak lurus
kaset dalam bidang midsagital melalui sella tursika ke arah verteks. Banyak variasi-variasi
sudut sentrasi pada posisi submentoverteks, agar supaya mendapatkan gambaran yang baik
pada beberapa bagian basis kranii, khususnya sinus frontalis dan dinding posterior sinus
maksilaris.
3. Mutu hasil rontgen.
a. Standar mutu hasil rontgen
1) Struktur anatomis dari region gigi yang difoto harus jelas,yaitu perbedaan dari email,
dentin,pulpa, dan jaringan periapikalnya harus benar-benar tajam dan terlihat jelas
2) Gambaran dari puncak tonjolan gigi atau cups gigi yang difoto yaitu cups bukal,
lingual atau palatal sedapat mungkin bersatu, dimana permukaan oklusal dari gigi
tersebut tidak terlihat sama sekali
3) Daerah interdental dibawah titik kontak dua gigi yang bertetangga pada foto tidak
boleh timpang tindih satu dengan yang lain, segingga tidak terlihat
4) Pada film radiografis intraoral proyeksi periapikal, daerah interdental harus tampak
jelas, kecuali pada kasus gigi berjejal.

b. Prosesi rontgen.
Prosedur Pembuatan Radiografi

Beberapa ketentuan dalam melaksanakan teknik radiografi pada umunya, yaitu :


1. Terangkan kepada pasien tentang cara kerja pada waktu pengambilan.

2. Penderita diinstruksikan menanggalkan segala yang merintangi pembuatan radiografi


yang menyebabkan gambaran radiopak seperti misalnya gigi palsu,kaca mata, dan
lain-lain. Perhatikan kepala penderita dan letakkan kepala penderita pada tempat
yang benar di sandaran kepala pada kursi dental dan instruksikan padanya untuk tidak
menggerakkan kepalanya.

3. Posisi kepala yang perlu diperhatikan ada dua, yaitu pertama bidang vertikal atau
sagital dimana posisi kepala yang ditunjang oleh sandaran kepala disandarkan
sedemikian sehingga bidang vertikal atau bidang sagital tegak lurus pada bidang
horizontal. Kedua bidang horizontal atau oklusal dimana untuk daerah maksila
diimajinasikan suatu garis yang ditarik dari ala nasi ke tragus dan garis ini sejajar
dengan bidang horizontal, sedangkan untuk daerah mandibula diimajinasikan suatu
garis yang ditarik dari sudut mulut ke tragus dan garis ini sejajar dengan bidang
horizontal.

4. Perhatikan palatum dan vestibulum pasien. Kemudian lihat apakah pasien penderita
hiposalivasi atau hipersalivasi, serta lihat apakah pasien ambang rasa mualnya tinggi
atau rendah.

5. Letakkan film dalam mulut, pada regio yang akan dibuat radiografi. Kemudian
ajarkan kepada pasien bagaimana memegang film tersebut dengan cara dan teknik
yang dipakai dan ingatkan agar pasien tidak bergerak.

6. Operator harus berada di luar ruang penyinaran atau di belakang alat penyinaran

7. Tempatkan tabung sinar-x mengarah pada gigi yang akan dibuat radiografi dengan
sudut yang sudah ditentukan dengan benar.

8. Setelah dilakukan penyinaran, bersihkan film dari saliva dan keringkan.

9. Setelah dilakukan pemrosesan maka hasil radiografi tersebut keringkan


denganmenggunakan hair dryer atau menggunakan kertas buram.

10. Setelah kering masukkan hasil radiografi tersebut ke tempat yang tidak mudah rusak.

Tahap prosessing dengan kamar gelap yaitu :


1. Masuk ke kamar gelap dan pintu dikunci dari dalam, ambil hanger film lalu tandai
film tersebut atas nama siapa.
2. Periksa temperatur larutan dan atur waktu.
3. Semua lampu dipadamkan dan hidupkan safe light.
4. Kemudian buka film dari pembungkusnya dan pakaikan film hanger.
5. Masukkan film yang sudah dibuka tersebut ke dalam larutan developer selama 8-10
detik tergantung dari developer yang digunakan. Kemudian angkat film dan lihat
dibawah safe light apakah sudah ada bayangan putih yang kabur atau belum. (proses
developing)
6. Kemudian film tersebut dicuci di bawah air yang mengalir selama 20 detik. (proses
rinsing)
7. Film selanjutnya dimasukkan ke dalam larutan fiksasi sampai terlihat gambaran gigi
dan jaringan sekitarnya (proses fixing)
8. Film tersebut dicuci di bawah air mengalir sampai bau asam dari larutan fiksasi
hilang (proses washing)
9. Proses yang terakhir adalah tahap pengeringan dari film tersebut (proses drying)
c. kesalahan dalam radiografi kedokteran gigi beserta penyebabnya.
 Dari segi pasien
- Pasien banyak bergerak
- Dari bentuk anatomis, contoh rahang yang sempit,palatum yang dangkal
- Pasien dengan gag reflex yang tinggi terutama pada pemotretan region postero
RA dan RB
 Dari segi dokter gigi
- Kelalaian dokter gigi pada saat menulis surat rujukan
Contoh : salah region, tidak menulis tujuan pemeriksaan radigrafis/region,tidak
menulis diagnose sementara dari pemeriksaan sebelumnya.
 Kegagalan dalam prosesing
- Time and temperatures errors
Pengaturan waktu dalam prosesing harus diperhatikan
- Chemical communication errors
Bahan kimia yang mencampuri dalam prosesing film dapat mengakibatkan hasil
film buruk.
- Film handling errors
Memegang film diperbolehkan pada saat film tersebut sudah benar- benar kerin,
karena jika tidak akan terctak cap jari tangan dan bisa menyebabkan timbul
bercak – bercak yang akan menggangu hasil film tersebut.
 Penentuan kondisi sinar x
- Underexposure
Jika waktu pemotretan terlalu singkat, sehingga gambaran radiografis yang
dihasilakn radiopal secara keseluruhan.
4. Interpretasi radiologi kedokteran gigi.
a. Struktur anatomi
 Mahkota
Mahkota adalah bagian anatomi gigi yang terlihat secara klinis dari insisal/ oklusal
sampai servikal.
 kondisi mahkota/keadaan kelainan pada mahkota berupa radiolusen atau radiopak
 arah perjalanannya/kedalamannya kelainan seperti dari oklusal sampai ke dentin atau dari
mesial mendekati pulpa.
 Akar
Akar adalah bagian anatomi semua akar klinis gigi yang terlihat secara radiografi dari
servikal sampai ke apikal.
 jumlah akar, seperti 2 buah,tunggal, atau tiga buah
 bentuk akar seperti bengkok kearah distal,mesial,konvergen atau divergen
 kondisi patologis seperti adanya fraktur, resorbsi interna maaupun eksterna.
 Membran periodontal
Membran periodontal adalah jaringan ikat yang melekatkan gigi dengan tulang
alveolar dimana letaknya ada di sekelilingnya.
 dalam batas normal : membran yang tidak ada kelainan diperlihatkan dalam bentuk tidak
adanya bayangan radiolusen sepanjang akar
 melebar : membran yang mengalami peradangan ditunjukkan dengan garis radiolusen
sepanjang akar dapat sebagian atau keseluruhan
 menghilang : ditunjukkan dengan tidak adanya membran digantikan oleh lesi yang jauh
lebih besar.
 Laminadura
Laminadura adalah lapisan terluar pada tulang alveolar
 dalam batas normal : bila tidak tampak garis radiolusen disepanjang tulang alveolar yang
mengelilingi gigi
 terputus putus : bila terdapat bayangan radioopaque disepanjang tulang, baik keseluruhan
ataupun sebagian
 menebal : apabila bayangan radiopak terlihat jelas disepanjang tulang alveolar
 menghilang : apabila laminadura telah tertutup oleh lesi ataupun lainnya yang berukuran
besar
 Furkasi
Furkasi secara klinis adalah daerah daerah pencabangan akar.

b. Variasi normal

⮚ Enamel
- Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun gigi permanen. Berada hanya
pada mahkota gigi paling koronal dengan batas bawah adalah dentin.
- Ukuran : mengikuti luas permukaan mahkota gigi dan memiliki ketebalan kurang
lebih 1-2,5 mm, dan tertipis di perbatasan dengan sementum di CEJ.
- Jumlah : melingkupi setiap mahkota gigi.
- Bentuk : menyesuaikan bentuk oklusal tiap gigi.
- Radiodensitas : enamel menunjukkan suatu gambaran radiopak yang sangat jelas, paling
radiopak di antara semua struktur gigi. Paling radiopak karena strukturnya yang berbeda
dari struktur jaringan keras lain yang terdapat pada tubuh manusia.

⮚ Dentin
- Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun gigi permanen. Berada pada
mahkota dan akar gigi, pada mahkota berada tepat dibawah enamel. Pada akar gigi,
dentin mengelilingi pulpa hingga ke ujung akar.
- Ukuran : mengikuti luas permukaan mahkota gigi dan memiliki ketebalan kurang
lebih 10 mm, dan tertipis di apikal gigi.
- Jumlah : melingkupi setiap mahkota gigi.
- Bentuk : menyesuaikan bentuk oklusal tiap gigi.
- Radiodensitas : dentin menunjukkan gambaran radiopak, tetapi tidak lebih radiopak dari
pada enamel dan sementum.
⮚ Sementum
- Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun gigi permanen. Berada
pada seluruh permukaan akar gigi mengelilingi dentin, ke arah koronal berbatasan dengan
enamel yang disebut pertautan enamel sementum (Cemento Enamel Junction). Bagian
terluar dikelilingi oleh ligamen periodontal yang nampak radiolusen pada gambar.
- Ukuran : mengikuti luas permukaan akar gigi dan memiliki ketebalan 10-60
mikron pada separuh koronal akar gigi, dan paling tebal sekitar 150-200 mikron pada
sepertiga apikal akar gigi.
- Jumlah : melingkupi setiap akar gigi.
- Bentuk : menyesuaikan bentuk akar gigi, karena menyusuri seluruh permukaan akar gigi.
- Radiodensitas : sementum menunjukkan suatu gambaran radiopak, hampir sama dengan
enamel. Tetapi karena ukurannya yang sangat tipis, sulit untuk menemukannya dalam
foto ronsen.
⮚ Ruang pulpa (pulp chamber) dan saluran akar pulpa (pulp canal)
- Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun gigi permanen. Berada pada
mahkota gigi dan akar gigi. Pulpa dikelilingi oleh dentin.
- Ukuran : mengikuti bentuk anatomi dari gigi, ukuran bisa beragam.
- Jumlah : ruang pulpa terdapat 1 pada tiap gigi, dan saluran akar pulpa pada tiap gigi
beragam dari 1 sampai 3 bahkan lebih jika terdapat anomali. Pada gigi-gigi anterior
normalnya terdapat 1 saluran akar pulpa dan premolar pertama dan kedua RB juga
memiliki 1 saluran akar pulpa, pada gigi premolar pertama RA umumnya terdapat 2
saluran akar pulpa, pada semua gigi molar RA terdapat 3 saluran akar, sedangkan molar
RB terdapat 2 saluran akar.
- Bentuk : menyesuaikan bentuk oklusal tiap gigi.
- Radiodensitas : ruang pulpa dan saluran akar pulpa merupakan gambaran radiolusen.
⮚ Ligamen periodontal
- Lokasi : ligamen periodontal terletak mengelilingi semua permukaan akar gigi, baik gigi
susu maupun gigi permanen. Berada diantara sementum dan lamina dura.
- Ukuran : melingkupi seluruh permukaan akar gigi dengan ketebalan berkisar
antara 0,3-0,1 mm.
- Jumlah : melingkupi permukaan akar setiap gigi.
- Bentuk : seperti garis hitam melingkupi permukaan akar setiap gigi.
- Radiodensitas : ligamen periodontal menunjukkan gambaran radiolusen berserat yang
mengelilingi akar gigi, nampak berserat karena ligamen periodontal terdiri dari serat-serat
pendukung gigi.
⮚ Lamina dura
- Lokasi: berada mengelilingi akar gigi.
- Ukuran : ketebalan beragam, jika terjadi kerusakan maka garis putih tersebut akan
nampak radiolusen atau ketebalan radiopaknya berkurang.
- Jumlah : terdapat melingkupi permukaan akar setiap gigi-geligi.
- Bentuk : seperti garis putih yang melingkupi seluruh permukaan akar gigi.
- Radiodensitas : lamina dura menunjukkan gambar garis radiopak sepanjang akar gigi
yang mengelilingi ligamen periodontal.
⮚ Tulang alveolar
- Lokasi : terdapat pada RA dan RB.
- Ukuran : menyesuaikan ukuran rahang.
- Jumlah : seluas RA dan RB.
- Bentuk : menyesuaikan rahang.
- Radiodensitas: Serangkaian kompartemen radiolusen yang mewakili sumsum tulang,
dipisahkan oleh tulang trabekular yang radiopak seperti sarang lebah.
⮚ Fossa nasalis
- Lokasi : terletak pada rahang atas, di dekat apikal dari gigi insisivus sentral.
- Ukuran : seukuran jempol orang dewasa.
- Jumlah : terdapat 1 fossa nasalis pada setiap tengkorak kepala manusia.
- Bentuk : membulat tapi tidak jelas.
- Radiodensitas : gambaran radiolusen dengan tepi radiopak, dan ditengah bulatan
radiolusen tersebut terdapat garis radiopak difuse yang memotong bulatan radiolusen
menjadi 2 bagian kanan dan kiri.
⮚ Aveolar crest
- Lokasi : terletak pada bagian dari rahang yang menopang gigi geligi. Merupakan puncak
dari lamina dura. Terletak kurang lebih 2 mm dari apikal ke CEJ.
- Ukuran : tidak menentu, tergantung dari jarak antar gigi yang bersebelahan itu
sendiri, jika jauh maka alveolar crest datar dan luas, jika dekat maka alveolar crest sempit
dan tajam.
- Jumlah : menyesuaikan dengan jumlah gigi, terdapat satu alveolar crest diantara 2 buah
gigi.
- Bentuk : pada daerah posterior mendatar, dan pada daerah anterior meninggi atau
meruncing ke koronal.
- Radiodensitas : gambaran radiopak yang merupakan puncak dan akhir dari lamina dura
ke arah koronal.

⮚ Nasal spinalis anterior


- Lokasi : terletak di rahang atas, di daerah apikal dari gigi insisivus sentral.
- Ukuran : kecil, dengan panjang sekitar 1-5 mm.
- Jumlah : terdapat 1 spina nasalis anterior pada setiap tengkorak manusia.
- Bentuk : berupa tonjolan tulang di bawah fossa nasalis, yang merupakan perpanjangan
dari dasar atau lantai dari fossa nasalis.
- Radiodensitas : perpanjangan radiopak dari septum nasalis.
⮚ Linea oblique eksterna
- Lokasi : terletak di rahang bawah kanan dan kiri, di daerah posterior dari gigi molar dari
arah anterior ramus asenden mandibula ke arah molar.
- Ukuran : sesuai dengan bentuk dari mandibula.
- Jumlah : ada 2 pada mandibula, kanan dan kiri.
- Bentuk : sesuai dengan bentuk dari mandibula.
- Radiodensiti : garis radiopak dari arah anterior ramus asenden mandibula ke arah molar.
⮚ Foramen insisivus
- Lokasi : terletak di antara akar atau apikal insisif sentral rahang atas.
- Ukuran : berbeda-beda, bulatan dengan diameter kurang lebih 3-5 mm.
- Jumlah : terdapat 1.
- Bentuk : bulat dan bisa juga oval.
- Radiodensiti : bulatan radiolusen dengan batas difuse yang kurang jelas.
⮚ Linea oblique interna
- Lokasi : terletak pada rahang bawah posterior, kanan dan kiri, di daerah lingual.
- Ukuran : sesuai dengan bentuk dari mandibula.
- Jumlah : ada 2 pada mandibula, kanan dan kiri.
- Bentuk : bentukan tulang menonjol yang memanjang di daerah lingual, kanan dan kiri
mandibula.
- Radiodensitas : garis radiopak yang melintang sepanjang akar molar rahang bawah.
⮚ Foramen lingual
- Lokasi : terletak di rahang bawah bagian anterior rahang di daerah lingual. Berada di
daerah apikal insisif sentral rahang bawah.
- Ukuran : kurang dari 1 mm.
- Jumlah : 1.
- Bentuk : bulat kecil.
- Radiodensitas: bulatan radiolusen yang kecil.
⮚ Kanalis mandibularis
- Lokasi : terletak pada rahang bawah kanan dan kiri, melintang secara horizontal di bawah
gigi molar.
- Ukuran : lebarnya (dari garis radiopak hingga garis radiopak di bawahnya)
berkisar antara 3-4 mm.
- Jumlah : 2 kanan dan kiri mandibula.
- Bentuk : seperti tabung yang panjang.
- Radiodensitas : berupa radiolusen yang dibatasi oleh garis radiopak, dan memanjang di
bawah gigi geligi molar.

⮚ Sinus maksilaris
- Lokasi : terletak pada rahang atas, kanan dan kiri, di daerah apikal dari gigi molar
pertama rahang atas, meluas sampai premolar dan kadang kaninus.
- Ukuran : sepanjang gigi molar pertama rahang atas sampai gigi premolar atau
kaninus.
- Jumlah : 2 pada rahang atas, kanan dan kiri.
- Bentuk : bulatan yang tidak beraturan.
- Radiodensitas : ruang radiolusen dengan batas radiopak yang jelas.
⮚ Tuberositas maksilaris
- Lokasi : terletak di rahang atas, kanan dan kiri di bagian posterior dari geligi molar yang
paling akhir di rahang tersebut, dan merupakan batas akhir dari rahang atas.
- Ukuran : seukuran mahkota gigi molar.
- Jumlah : terdapat 2 di rahang atas, kanan dan kiri.
- Bentuk : seperti benjolan membulat di posterior gigi molar.
- Radiodensitas : berupa gambaran radiopak di posterior gigi molar paling akhir di rahang
atas.

⮚ Sutura palatina mediana


- Lokasi : terletak membujur di tengah palatum, dan membagi palatum menjadi 2 bagian
kanan dan kiri.
- Ukuran : memanjang sepanjang palatum.
- Jumlah : 1 pada rahang atas.
- Bentuk : garis panjang di tengah palatum, mulai dari bagian tengah insisif sentral rahang
atas sampai ke posterior.
- Radiodensitas : garis radiolusen tipis dengan batas radiopak.
⮚ Foramen mentalis
- Lokasi : terletak di rahang bawah kanan dan kiri, di daerah apikal dari premolar kedua.
- Ukuran : diameter kurang lebih 2 mm.
- Jumlah : terdapat 2 di mandibula kanan dan kiri.
- Bentuk : bulat dan kadang sedikit oval.
- Radiodensitas : bulatan radiolusen
⮚ Mental ridge
- Lokasi : terletak pada rahang bawah bagian anterior daerah lingual.
- Ukuran : ketebalan sekitar 3-4 mm.
- Jumlah : 1 pada rahang bawah.
- Bentuk : garis tebal
- Radiodensitas : garis radiopak yang tebal yang melintang di daerah apikal dari geligi
anterior rahang bawah.
⮚ Prosessus zygomaticu
- Lokasi : terletak pada rahang atas kanan dan kiri, di daerah apikal dari gigi molar.
- Ukuran : garis panjang seperti panjang gigi molar dan tebal.
- Jumlah : melingkupi setiap mahkota gigi.
- Bentuk : garis tebal seperti huruf J atau U.
- Radiodensitas : garis tebal radiopak yang berbentuk seperti huruf J atau U di daerah
apikal gigi molar.

⮚ Nutrient canals
- Lokasi : terletak pada akar gigi rahang atas dan rahang bawah, tetapi biasanya lebih
terlihat jelas pada gigi anterior rahang bawah. Merupakan jalan masuk pembuluh darah
dan nervus.
- Ukuran : lebar kurang dari 1 mm, dan panjang vertikal di bawah apikal gigi.
- Jumlah : sesuai jumlah akar gigi yang ada.
- Bentuk : garis panjang.
- Radiodensitas : terlihat seperti garis vertikal yang radiolusen di bawah akar gigi. Mudah
dilihat di regio anterior.
Daerah yang paling padat pada struktur gigi normal adalah enamel, yang biasanya
muncul lebih yang radiopaque (putih) dibandingkan jaringan lain. Sedangkan dentin
terlihat sebagai daerah yang berwarna abu-abu. Daerah pertemuan atau junctional dari
enamel dan dentin terlihat sangat berbeda. Lapisan sementum pada permukaan akar
hampir sama densitasnya dengan dentin, sehingga biasanya tidak terlihat secara
radiografi. Jaringan lunak pulpa paling sedikit densitasnya daripada struktur gigi
lainnya dan biasanya muncul radiolusen.
Dalam radograf gigi normal, saluran akar mungkin terlihat jelas meluas hingga ke
puncak akar yang dikenal dengan foramen apikal.

Struktur pendukung gigi yang terlihat secara radiografi termasuk lamina dura,
puncak alveolar, periodontal ligament space dan cancellous bone. Ketika sinar x-ray
diproyeksikan secara langsung melalui panjang sumbu lamina dura, bentukan tersebut
terlihat jelas sebagai garis tipis, putih. Jika sinar melewati pada sudut, lamina dura
mungkin terlihat lebih menyebar atau tidak akan terlihat sama sekali. Tingkat puncak
tulang dianggap normal bila tidak lebih dari 1.5 mm dari semento enamel junction gigi
terdekat. Ruang periodontal muncul sebagai ruang radiolusen antara akar dan lamina
dura, mulai puncak alveolar, memanjang di sekeliling bagian akar dalam alveolus dan
kembali ke puncak alveolar di sisi berlawanan.
Trabekula pada biasanya biasanya kecil dan membentuk pola granular padat
sedangkan trabekula pada lebih besar dan kasar.

RADIOPAQUE LANDMARKS PADA RADIOGRAFI MAXILLA


1. Tuberositas maxilla

Tuberositas maksilaris adalah perbatasan inferior distal cembung rahang atas,


melengkung ke atas dari proses alveolar dan distal dari molar ketiga.
Perpanjangan dari sinus maksilaris kadang-kadang terlihat dalam tuberositas
rahang atas.

2. Proses koronoideus mandibula.


Proses koronoideus mandibula kadang-kadang muncul pada film molar rahang
atas sebagai area buram segitiga yang terletak di wilayah dari atau distal untuk
tuberositas rahang atas.

3. Processus zygomaticus (Malar Bone).

Lengkungan zygomatic sering umumnya muncul terdefinisi dengan baik


sebagai daerah radiopak yang dapat ditumpangkan di atas akar molar.
Tambahan radiograf kadang-kadang dibuat dengan sudut berbeda untuk
memberikan tampilan yang lebih baik dari daerah akar molar.

RADIOPAQUE LANDMARKS PADA RADIOGRAFI MANDIBULA


1. Tulang mandibula. Perbatasan mandibula dipandang sebagai garis putih yang
jelas. Garis serupa tidak muncul di radiografi maksila.

2. External Oblique Ridge. External Oblique Ridge adalah garis putih padat yang
memperluas ke daerah molar sebagai kelanjutan dari batas anterior ramus
mandibula.
3. Genial tubercles. dilihat sebagai daerah putih bulat, memiliki pusat gelap,
terletak di bawah dan antara pusat gigi insisivus.

Anda mungkin juga menyukai