Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN

Refarat
April 2015

PERANAN RADIOGRAFI DALAM PENGUKURAN PANJANG KERJA


PADA PERAWATAN ENDODONTIK

Nama : Nurfitri Amaliah


Nim : J111 11 140
Pembimbing: Prof. Dr.drg. Hj. Barunawaty Yunus,M.Kes,
Sp. RKG (K)

BAGIAN RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I

PENDAHULUAN

Sebelum melakukan perawatan dan pengobatan gigi geligi dan mulut maka

tahap pertama yang perlu dilakukan adalah pembuatan dental radiogram. Dental

radiogram ini memiliki peranan yang penting dalam menegakkan diagnosis,

merencanakan perawatan dan mengevaluasi hasil perawtan. Dalam mempelajari

radiografi oral ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu teknik atau cara untuk

mendapatkan hasil yang optimal dan interpretasi atau menafsirkan radiogram yang

telah dibuat.1

Alat foto rontgen atau dental X-Ray unit yang mutakhir tidak menjamin akan

menghasilkan suatu radiogram yang baik tanpa disertai dengan penerapan teknik

foto yang memadai. Pada pelaksanaan pengambilan foto rontgen, operator

hendaknya dibekali dengan pengetahuan anatomi dari gigi dan bagian mulut lain,

posisi kepala penderita, pengetahuan mengenai alat rontgen, sebab seperti yang

telah diketahui bahaya penggunaan alat ini cukup besar jadi diperlukan pengetahuan

yang cukup memadai agar bahaya radiasi tersebut dapat dikurangi. 1

Radiografi merupakan cabang dari ilmu kedokteran yang berhubungan

dengan pencitraan medis yang menggunakan mesin sinar-X dan perangkat radiasi.

Selama dua decade terakhir ini, pengetahuan teknologi maupun peralatan radiografi

mengalami kemajuan yang sangat pesat. Penggunaan sinar rontgen telah dikenal

sebagai suatu alat bantu dalam dunia kedokteran. 2


Gambaran yang dihasilkan foto rontgen sangat membantu dalam

penatalaksanaan berbagai kasus, terutama penegakan diagnosis, perencanaan

perawatan, maupun evaluasi hasil perawatan yang dilakukan. Dengan adanya

pemeriksaan radiografi, dapat diperoleh gambaran lokasi suatu obyek secara tepat

sehingga komplikasi ataupun kegagaln dalam perawatan dapat dihindari. Sehingga

perawatan yang dihasilkan lebih maksimal. 2,3

Sebagai seorang professional, dalam memutuskan suatu tindakan haruslah

ada dasar yang memberi dukungan dalam pengambilan keputusan. Seorang dokter

gigi harus memiliki dasar yang mendukung dalam memutuskan perawtan

konservasi atau endodontik yang akan dilakukan. Dasar yang mendukung dalam

memutuskan perawatan adalah foto rontgen adalah gambaran dua dimensi dari

suatu obyek tiga dimensi dimana gambaran dari obyek tersebut diproyeksikan pada

suatu media perekam sebagai gambar dua dimensi. 4,5

Radiografi merupakan alat bantu yang sangat penting dalam menentukan

diagnosis kasus endodontik serta perawatan yang akan dilakukan. Perawatan

endodontik tanpa foto rontgen merupakan pekerjaan yang tidak mungkin dilakukan.

Radiografi dalam hubungannya dengan endodontic dapat berisi informasi mengenai

adanya jumlah, bagian, bentuk, panjang dan lebar saluran akar serta pengisian

saluran akar. 5

Penentuan panjang kerja yang benar untuk instrumentasi akar sistem kanal,

panjang gigi harus diperkiran dari radiografi pra operatif, file endodontik harus

dimasukkan ke panjang yang ditetapkan dan radiografi lain harus diambil untuk

memeriksa apakah instrument diposisikan pada tingkat yang tepat. Oleh karena itu,

keakuratan pengukuran panjang gigi sangat penting untuk memastikan bahwa file
tidak melampau batas foramen apical dan menyebabkan luka pada jaringan

periapikal. Panjang kerja secara tradisional dibentuk berdasarkan pemeriksaan

radiografi intra oral konvensional.5


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radiografi

2.1.1 Radiografi dalam Bidang Kedokteran Gigi

Sinar X ditemukan oleh Wilhem Conrad Rontgen, seorang professor fisika

dari Universitas Wurzburg, Jerman. Saat itu ia melihat timbulnya sinar fluoresensi

yang berasal dari Kristal barium platinosianida dalam tabung Crookes-Hittorf yang

dialiri listrik. Pada tahun 1901 mendapat hadiah nobel atas penemuan tersebut.

Akhir Desember 1985 dan awal Januari 1896 Dr Otto Walkhoff dari Jerman adalah

orang pertama yang menggunakan sinar x pada foto gigi dengan waktu penyinaran

25 menit, selnajutnya seorang ahli fisika Walter Koenig menjadikan waktu

penyinaran 9 menit dan sekarang waktu penyinaran menjadi 1/10 second (6

impulses). 6

Rontgen dalam penyelidikan selanjutnya hampir menemukan semua sifat-

sifat sinar X yaitu sifat fisika dan kimianya, namun ada satu sifat yang tidak

diketahuinya, yaitu sifat biologik yang dapat merusak sel-sel hidup. Sifat yang

ditemukan rontgen antara lain adalah bahwa sinar X bergerak dalam garis lurus,

tidak dipengaruhi oleh lapangan magnetic dan mempunyai daya tembus yang

semakin kuat apabila tegangan listrik yang digunakan semakin tinggi.2

Radiologi merupakan cabang ilmu kedokteran gigi mengenai zat radioaktif

dan pancaran energy yang berhubungan dengan diagnosis dan pengobatan penyakit,
dengan menggunakan sumber sinar pengion (seperti sinar X) ataupun non-pengion

(seperti ultrasonografi). Menurut Kamus Kedokteran gigi radiologi adalah ilmu

mengenai diagnosis dan perawatan suatu penyakit dengan menggunakan sinar X

termasuk didalamnya ilmu mengenai film radiografi dan pemeriksaan visual atas

struktur tubuh pada layar fluorosensi atau mempertunjukkan struktur tubuh tertentu

melalu pemasukan bahan kimia yang radio-opaque sebelum pemeriksaan radiologis

dilakukan.2

Radiografi merupakan alat yang digunakan dalam mendiagnosis dan

menentukan pengobatan untuk penyakit umum maupun penyakit mulut tertentu,

dengan menggunakan sinar pengion (sinar X, sinar gamma) untuk membentuk

bayangan benda yang dikaji pada film. Hasil dari radiografi tersebut sering disebut

dengan radiograf.2

2.1.2 Teknik Radiografi dalam Kedokteran Gigi

Radiografi di bidang Kedokteran Gigi mempunyai peranan penting dalam

memperoleh informasi diagnostik untuk penatalaksanaan kasus mulai dari

menegakkan diagnosis, merencanakan perawatan, menentukan prognosis, memandu

dalam perawtan, mengevaluasi dan observasi hasil perawatan. Radiografi di

Kedokteran Gigi ada 2 macam yaitu radiografi intra oral dan ekstra oral. Radiografi

intra oral adalah radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur disekitarnya.

Radiografi ekstra oral merupakan pemeriksaan radiografi yang lebih luas dari

kepala dan rahang dimana film berada di luar mulut pasien.2


A. Teknik Foto Rontgen Ekstra Oral

Foto rontgen ekstra oral digunakan untuk melihat area yang luas

pada rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan diluar mulut

pasien. Beberapa foto rontgen ekstra oral yang paling umum digunakan

yaitu:2

1) Teknik Rontgen Panoramik

Merupakan fotor rontgen yang paling umum digunakan dalam teknik

foto rontgen ekstra oral. Foto panoramic menghasilkan gambar yang

memperlihatkan struktur facial termasuk mandibular dan maksila beserta

struktur pendukungnya. Foto rontgen ini digunakan untuk mengevaluasi gigi

impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi,

mendeteksi penyakit dan mengevaluasi trauma.2

2) Teknik Lateral

Digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka,

diagnosa fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka.2

3) Teknik Cephalometri

Digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat trauma

penyakit dan kelaian pertumbuhan dan perkembangan. Foto ini dapat juga

digunakan untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasalis, dan

palatum.2

B. Teknik Foto Rontgen Intra Oral


Radiografi sering digunakan sebagai informasi diagnostic tambahan

yang dikumpulkan melalui pemeriksaan jaringan lunak. Radiografi intra oral

yang umum digunakan pada praktek kedokteran gigi ada tige jenis

pemeriksaan yaitu pemeriksaan foto rontgen bitewing, oklusal, dan

periapikal.2

1) Foto Rontgen Bitewing

Teknik ini dilakukan dengan cara menggigit sayap dari film yang

berfungsi sebagai stabilisasi film dalam rongga mulut. Teknik pemotretan

bitewing juga efektif untuk mendeteksi adanya kalkulus pada area

interproximal (karena memiliki radiodensitas yang relative rendah, kalkulus

lebih jelas terlihat secara radiografis dengan paparan yang dikurangi). Arah

sumbuh panjang receptor bitewing biasanya diletakkan secara horizontal,

tetapi juga dapat diletakkan secara vertikal.2

2) Foto Rontgen Periapikal

Merupakan jenis proyeksi intra oral radiograf yang secara rutin

digunakan dalam praktek kedokteran gigi. Proyeksi ini menggunakan film

ukuran standar (4x3 cm) yang dapat memuat 3 hingga 4 gambar gigi serta

jaringan pendukungnya. Teknik ini digunakan untuk melihat keseluruhan

mahkota serta akar gigi dan tulang pendukungnya sampai ke daerah

periapikal. Foto periapikal memiliki keuntungan dapat memberikan

gambaran detail tetapi daerah liputan foto tidak luas hanya terbatas pada

beberapa gigi saja.2


3) Teknik Parallel

Teknik ini juga disebut dengan teknik kesejajaran. Teori prinsip

pemotretan periapikal parallel adalah film diletakkan pada film holder dan

ditempatkan dalam mulut pada posisi parallel terhadap sumbu panjang gigi

yang diperiksa. Tube head (cone) diarahkan tegak lurus terhadap gigi dan

film. Dengan menggunakan “film holder” yang memiliki pemegang film dan

penentu arah tube head, teknik ini dapat diulang dengan posisi dan kondisi

yang sama pda waktu yang berbeda. Pengaturan posisi ini memenuhi

persyaratan untuk mendapatkan posisi ideal penempatan film terhadap gigi

yang diperika pada teknik pemotretan radiografis periapikal. 2

2.1.3 Fungsi Radiografi dalam Kedokteran Gigi

Radiografi dalam kedokteran gigi dapat memberikan informasi diagnosis

yang penting dan digunakan saat menentukan rencana perawatan. Radiografi dental

dapat membantu dokter gigi untuk memeriksa struktur pendukung gigi yang di foto

rontgen. Adapun fungsi lain dari radiografi di bidang kedokteran gigi yaitu untuk

melihat lokasi lesi/benda asing yang terdapat pada rongga mulut untuk

mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, dapat pula untuk melihat

adanya karies, penyakit periodontal dan trauma.2

Pada bidang endodontik radiografi memiliki sejumlah fungsi penting

sebagai alat diagnosis adanya perubahan jaringan keras gigi dan struktur

periradikular, penentu jumlah, lokasi, bentuk, ukuran, arah akar dan saluran akar,

memperkirakan dan memastikan panjang saluran akar. Dalam menentukan panjang

gigi sebenarnya dan mendapatkan panjang kerja perawatan saluran akar, metode
yang sering digunakan adalah penghitungan diagnostic wire foto (DWF).

Diagnostic wire foto merupakan jarak dari titik referensi pada bagian mahkota gigi

sampai titik yang teridentifikasi pada bagian apical akar. Pengukuran panjang kerja

pada perawatan endodontic menurut metode diagnostic wire foto adalah dengan

mengurangi 1-2 mm dari apeks. Sedapat mungkin harus didapatkan gambar

radiograf yang paling baik.5

Titik referensi pada gigi posterior adalah pada ujung cusp sedangkan pada

gigi anterior biasanya pada tepi insisal. Titik referensi harus merupakan titik atau

permukaan yang pasti dan dapat diandalkan, untuk menjamin ketepatan pada semua

pengukuran berikutnya. Tepi insisal atau cusp yang rusak atau patah harus diasah

sampai diperoleh suatu permukaan yang sehat. Panjang kerja harus ditentukan

secara acak 0,5-1,0 mm lebih pendek dari panjang saluran. Ukuran instrument

terakhir yang digunakan dalam apeks akar merupakan suatu variabel yang

tergantung pada ukuran apical akar, kurvatur akar apical, kemampuan operator

untuk mendapatkan jalan masuk langsung ke apeks akar. Selain itu, semua

instrument harus dibatasi didalam saluran akar untuk menghindari iritasi pada

jaringan periapikal dengan ujung instrument, memulai suatu reaksi

immunokompleks atau menyebabkan bacteremia transien oleh kuman-kuman yang

didorong keluar saluran akar dan masuk ke dalam jaringan periradikular, berbaya

terutama pada pasien yang mempunyai riwayat penyakit kardiak.4,5

Tujuan penentuan panjang gigi sebenarnya adalah untuk mengetahui

panjang kerja dari perawatan saluran akar yang kemudian akan diperoleh jarak dari

apeks yang tapt bagi preparasi saluran akar dean kemudian obturasi. Panjang yang
optimal adalah kurang 1-2 mm dari apeks, walaupun hal ini sedikit bervariasi pada

diagnosis yang berbeda. Prosedur perawatan berakhir pada 0-2 mm dari apeks jika

giginya sudah mengalami nekrosis, dan 0-3 mm jika pulpanya masih vital. Tentu

saja panjang ini bervariasi tergantung pada banyak faktor dan tujuan ideal tersebut

tidak selalu dapat dicapai.3,4

2.2 Endodontik

2.2.1 Pengertian Perawatan Endodontik

Endodontik merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang menyangkut

diagnosis serta perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan

periapikal. Sedangkan perawatan endodontik adalah suatu usaha menyelamatkan

gigi terhadap tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan dalam soket. Akhir-

akhir ini perawatan endodontik mengalami perkembangan yang sangat pesat,

sehingga perawatan ini menjadi suatu alternative sebelum dilakukan ekstraksi.

Selama dekadek terakhir, perbaikan konsep, strategi, dan teknik dapat

meningkatkan kesuksesan perawatan endodontic. Pemahaman tentang anatomi

sistem saluran akar memegang peranan penting dalam kesuksesan dan kegagalan

perawatan endodontik. Perawatan endodontik dikatakan berhasil apabila dalam

waktu observasi minimal satu tahun tidak terdapat keluhan dan lesi periapikal yang

ada dapat berkurang atau tetap. 6


2.2.2 Tujuan Perawatan Endodontik

Tujuan perawatan endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi yang

sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya, ini berarti bahwa

gigi tersebut tanpa symptom, dapat berfungsi dan tidak ada tanda-tanda patologik

yang lain. Tujuan perawatan endodontik juga untuk membersihkan kavitas pulpa

yang terinfeksi dan kotoran toksik serta untuk membentuk saluran akar agar dapat

menerima bahan pengisi yang akan menutup seluruh sistem saluran akar dari

jaringan periodontal dan dari rongga mulut.7

Tujuan perawatan saluran akar adalah reduksi mikroba di dalam sistem

saluran akar, agar terjadi proses penyembuhan melalui tindakan pembersihan dan

pembentukan saluran akar (cleaning and haping). Pembersihan dilakukan dengan

mengeluarkan jaringan pulpa vital dan nekrotik serta mereduksi mikroorganisme.

Pembentukan dilakukan dengan membentuk saluran akar sedemikian rupa agar

dapat menerima bahan pengisi.8

2.2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Perawatan Endodontik

Dalam melakukan perawatan saluran akar, ada tiga faktor yang

mempengaruhi apakah perawatan saluran akar dilakukan atau tidak, yaitu:7

1. daya tahan tubuh pasien secara umum

2. Tingkat keterlibatan jaringan periapeks

3. Pencapaian daerah periapeks melalui saluran akar


Adapun indikasi dari perawatan endodontik adalah:7,8

1. Karies yang luas

2. Email yang tidak didukung oleh dentin

3. Gigi sulung dengan infeksi yang melewati kamar pulpa, baik pada gigi vital,

nekrosis sebagian maupun gigi sudah nonvital

4. Saluran akar yang dapat dimasukkan instrument

5. Kelainan jaringan periapeks pada gambaran radiografi kurang dari sepertiga

apeks

6. Mahkota gigi masih bisa direstorasi dan berguna untuk keperluan prostetik

7. Gigi tidak goyang dan periodonsium normal

8. Foto rontgen menunjukkan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga apical,

tidak ada granuloma pada gigi sulung

9. Kondisi pasien baik

Kontraindikasi perawatan endodontik antara lain:7,8

1. Bila dijumpai kerusakan luas jaringan periapikal yang melibatkan lebih dari

sepertiga panjang akar. Kasus seperti ini merupakan luar biasa, karena dalam

pengamatan dikatakan bahwa makin besar jumlah kerusakan tulang makin

kecil kemungkinan untuk diperbaiki.

2. Bila saluran akar gigi tanpa pulpa dengan daerah radiolusen terhalang oleh

akar berkurva/bengkok, akar berliku-liku, dentin sekunder, kanal yang

mengapur atau sebagian mengapur, gigi malposisi atau suatu instrument

yang patah

3. Bila apeks akar mengalami fraktur


2.2.4 Prosedur Perawatan Endodontik

Perawatan endodontik adalah suatu usaha menyelamatkan gigi terhadap

tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan dalam soket. Tujuan dari perawatan

endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima

secara biologik oleh jaringan sekitarnya. Ini berarti gigi tersebut tanpa symptom,

dapat berfungsi dan tidak ada tanda-tanda patologik yang lain.6

Perawatan saluran akar terbagi atas tiga tahapan, tahap preparasi biomekanis

saluran akar yaitu suatu tahap pembersihan dan pembentukan saluran akar dengan

membuka jalan masuk menuju kamar pulpa dari korona, tahap sterilisasi yaitu

dengan irigasi dan disinefeksi saluran akar, dan tahap pengisisan saluran akar.6

Prosedur perawatan saluran akar gigi terbagi atas 3 tahapan umum yaitu:5,6

1. Tahap diagnosis, yang meliputi penentuan penyakit dan perencanaan

perawatan

2. Tahap preparasi pada tahap ini saluran akar dikeluarkan dan saluran akar

dipreparasi untuk menerima bahan pengisi

3. Tahap pengisian, pada tahap terakhir ini saluran akar diisi dengan bahan

yang dapat menutupnya secara hemetik sampai batas dentin dan sementum
Gambar 1. Ilustrasi gambar dari tahapan perawatan endodontik

2.3 Peran Radiografi dalam Pengukuran Panjang Kerja

Penggunaan sinar-X merupakan bagian integral kedokteran gigi klinik. Oleh

karena itu, radiograf merupakan rujukan bagi dokter gigi sebagai alat diagnostik

utama. Secara tradisional, gambar radiografik dihasilkan oleh sinar-x yang melintas

sebuah obyek (pasien) dan berinteraksi dengan emulsi fotografik pada sebuah film,

yang menghasilkan daerah kehitaman pada film. Film secara bertahap mulai

digantikan oleh sensor digital dengan gambar yang ditampilkan dalam komputer.

Bagian sensor pada gambar digital yang ditumbuk oleh sinar-x akan tampak hitam

pada gambar yang dihasilkan komputer itu. Banyaknya emulsi atau gambar pada

monitor komputer yang menghitam itu bergantung pada jumlah sinar-x yang dapat

mencapai film atau sensor (reseptor gambar), yaitu tergantung pada densitas obyek.

Warna hitam atau radiolusen berarti daerah tersebut ditumbuk sinar X tanpa

berhenti sama sekali. Daerah abu-abu menunjukkan bahwa sinar X sempat berhenti

untuk beberapa saat. Sedangkan daerah berwarna putih atau radiopak berarti obyek

telah berhasil menghentikan tumbukan sinar-x.6

Bentuk densitas dan ketebalan jaringan pasien, khususnya jaringan keras

akan memengaruhi gambaran radiografik. Oleh karena itu, ketika melihat gambar

radiograf dua dimensi, klinisi harus mempertimbangkan juga anatomi tiga dimensi

yang memengaruhi gambar tersebut. Keterbatasan gambar dua dimensi pada


radiograf oleh karena itu akan menyebabkan satu bagian akan saling tumpang tindih

dengan struktur anatomi lain. Alat rontgen dental merupakan mesin penghasil sinar-

x yang terdiri dari kepala tabung, lengan dan panel kontrol yang kemudian akan

diterima oleh reseptor gambar. Reseptor gambar digunakan untuk mengenali sinar

x. Ada beberapa jenis reseptor gambar, yaitu film radiografik yang sudah digunakan

sejak lama sebagai reseptor gambar dan masih digunakan sampai saat ini dan

reseptor digital.Secara umum, kualitas gambar yang dihasilkan adalah sama. dan

telah dibuktikan dalam penelitan yang dilakukan oleh Yoshiuara.3

Keuntungan radiografi digital adalah radiasi yang lebih kecil, kecepatan

dalam memperoleh gambar, dapat dilakukan peningkatan kualitas gambar, dapat

disimpan di komputer dan merupakan sistem yang tidak memerlukan proses

kimiawi. Sedangkan kerugiannya adalah biaya tinggi dan kesulitan menyimpan

sensor. Pada bidang endodontik, radiograf memiliki sejumlah fungsi penting yaitu

sebagai alat diagnosis adanya perubahan jaringan keras gigi dan struktur

periradikular, penentu jumlah, lokasi, bentuk, ukuran dan arah akar dan saluran akar

dan memerkirakan dan memastikan panjang saluran akar.6

Pengukuran panjang kerja pada perawatan endodontik menurut menurut cara

radiograf adalah mengurangi 1 mm dari apeks. Sedapat mungkin harus didapatkan

gambar radiograf yang paling baik. Ada dua teknik yang umum dilakukan untuk

memperoleh radiograf pada bidang endodontik, yaitu teknik biseksi dan paralel.

Keuntungan teknik paralel adalah visualisasi gambar yang lebih baik dan

memungkinkannya diperoleh foto dengan sudut yang sama. Hal ini dapat menjadi

pembanding apabila diperlukan radiograf selanjutnya.4,5,6


Perawatan saluran akar tidak mungkin berhasil dengan baik apabila

pembersihan dan pembentukan saluran akar serta pengisian saluran akar tidak

dilakukan dengan optimal. Untuk mencapai kondisi diatas maka dibutuhkan suatu

penentuan panjang kerja yang akurat. Menentukan panjang kerja secara tepat

merupakan salah satu faktor penting pada tahap perawatan endodontik dan juga

menentukan kegagalan atau keberhasilan dari perawatan tersebut. Penentuan

panjang kerja penting dilakukan lebih dahulu untuk menghindari instrument

berlebih yang dapat melukai jaringan periapeks, sebaliknya jika panjang kerja

kurang dari ukuran sebenarnya hal ini dapat menyebabkan tertinggalnya jaringan

nektorik yang dampaknya dapat berupa inflamasi yang terus menerus setelah

perawatan selesai.6

Penentuan panjang kerja yang tepat dapat menghindari timbulnya rasa sakit

pada daerah periapikal setelah perawatan saluran akar. Pengukuran panjang kerja

membutuhkan keterampilan dalam menggunakan teknik yang telah teruji dan

memakai metode yang praktis serta efisien.6

Panjang kerja (working lenghth) adalah jarak antara titik acuan pada bagian

korona gigi dan titik yang dapat diidentifikasi pada bagian apeks akar gigi.

Penentuan panjang kerja tujuannya adalah untuk menentukan panjang (jarak dari

apeks) yang dipreparasi dan diobturasi sampai pada pertemuan dentin- sementum.

Secara umum ada tiga metode pengukuran panjang kerja, yaitu metode radiografik,

elektronik, dan taktil. Metode taktil dianggap kurang akurat oleh karena itu metode

ini tidak begitu dianjurkan, karena kepekaan perabaan ujung jari operator tidak bisa

diandalkan. Pengukuran panjang kerja dengan metode radiografi harus di dahului

oleh penentuan daerah titik referensi atau titik acuan.5,6 (Gambar 2)


Metode radiografi yang sudah cukup lama dikenal ialah metode Grossman

yang dalam proses pengukurannya menggunakan daftar panjang rata-rata gigi atau

foto praoperatif dikurang 3 mm sebagai faktor pengaman, kemudian Hasil

perhitungan ini di kurangi 0,5 mm sebagai faktor pengaman. Faktor pengaman ini

untuk usia di bawah 35 tahun sebesar 0,5 mm, dan untuk usia diatas 35 tahun

sebesar 1 mm. Faktor pengaman ini tidak tergantung pada kondisi apeks. Bila tidak

ada resorpsi akar, faktor pengaman ini sebesar 1,5 mm, dan bila ada resorpsi tulang

serta akar, faktor pengaman ini sebesar 2 mm.3,4

Gambar 2. A) Letak stop instrumen pada titik referensi insicivus molar B) Fraktur insisial harus

diratakan untuk mendapatkan titik referensi


Gambar 3. Gambar radiografi pengukuran panjang kerja

Untuk gigi anterior titik referensi terletak diinsisal, dan pada gigi posterior

terletak ditonjol gigi. Titik referensi ini harus stabil. Bila ada tonjol gigi yang

fraktur, harus diratakan terlebih dahulu. Instrumen yang akan dipakai dalam metode

radiografik harus di beri stop instrumen yang terbuat dari metal, karet silicon, atau

plastik. Stop instrumen yang terbaik adalah karet silicon yang berbentuk tetesan air

mata karena bahan ini dapat disterilkan dan disesuaikan dengan lengkung

instrumen. Metode radiografi ini dimulai dengan eksplorasi saluran akar

menggunakan jarum file yang kecil. Jarum file yang dipakai pada foto rontgen harus

diatas nomor 15, agar ujung instrumen ini dapat terlihat jelas dalam film rontgen.

Instrumen harus berhenti paling sedikit 0,5 sampai 1 mm lebih pendek daripada

saluran yang diukur. 6


Gambar 4. Penentuan jarak panjang kerja yang tepat dari apeks. Faktor pengaman bervariasi. A) Jika
tidak ada resorpsi hilang atau akar 1 mm dari apeks B) resoprsi tulang tetapi tidak ada resoprsi akar
1,5 mm dari apeks C) Resorpsi tulang dan akar 2mm

Penentuan ini merupakan suatu estimasi, yakni dengan menggunakan jarak

rata-rata dari foramen apikalis ke apeks yang sebenarnya dan dari konstriksi apeks

(atau didalam saluran akar) ke foramen apikalis. Radiografi biasa dibuat untuk

menentukan panjang kerja. Tahapan kerjanya sebagai berikut:6

1) Mengukur panjang gigi estimasi pada radiograf diagnostik (radiograf

preoperatif) pasien, yaitu dari foramen apikal sampai ke titik referensi.

2) Panjangnya kemudian dikurangi 1mm, sebagai faktor pengaman, karena

kemungkinan terjadi distorsi pada waktu pengambilan radiograf

3) Ukur instrumen (file atau reamer) yang akan dipakai untuk mengukur

panjang kerja kemudian diberi stopper.


4) Masukkan instrumen tadi ke dalam saluran akar hingga stopper terletak pada

titik referensinya.

5) Buat radiograf lagi

6) Ukur selisih instrumen dengan foramen apikalis pada radiograf. Selisih ini

kemudian ditambahkan panjang instrumen yang masuk saluran akar. Angka

ini merupakan panjang gigi

7) Dari perhitungan di atas didapatkan:

Panjang kerja = panjang gigi – 1 mm

Panjang kerja ini yang akan digunakan untuk preparasi saluran akar.

Rumus yang digunakan untuk menghitung panjang kerja adalah

sebagai berikut:

PGS = Panjang gigi sebenarnya

PAS = Panjang alat sebenarnya


PARo = Panjang alat dalam foto rontgen

PGRo = Panjang gigi dalam rontgen foto


Dengan perhitungan diatas, dapat diperoleh panjang gigi sebenarnya. Dari

hasil perhitungan tersebut dapat diketahui panjang kerja gigi yang akan dirawat,

dengan cara mengurangi 1-2mm dari panjang gigi sebenarnya.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Radiografi sangat berperan besar dalam menentukan panjang kerja

pada perawatan saluran akar dalam perawatan endodontik. Sehingga

diperlukan suatu pemahaman yang baik mengenai teknik radiografi yang

digunakan ketika akan melakukan foto panjang kerja, dapat menginterpretasi

dengan baik hasil foto rontgen yang telah didapat, serta mampu melakukan

penghitungan panjang kerja sesuai dengan tahapan dan rumus yang telah

ditentukan.

3.2 Saran

Seorang dokter gigi diharapkan mampu melakukan perhitungan

panjang kerja yang akurat dan benar agar keberhasilan perawatan

endodontik dapat dicapai.


DAFTAR PUSTAKA

1. Margono, G. Radiografi Intraoral. Jakarta: EGC. 1998. p. 1-2.


2. Whaites, E. Essentials of Dental Radiography and Radiology 3rd Edition.
British: Elsevier Science. 2003. pp. 3, 15-7, 75-6, 101, 109, 117, 145, 161-2,
185-6.
3. Gumru, B. Tarcin, B. Imaging in endodontics: an overview of conventional
and alternative advanced imaging techniques. Journal of Mammara Univ
Inst of Health Sciences Vol. 3, No:1: 2013.p. 1-3.
4. Patel, S. Dawood, A. Whaites, A. Pitt Ford, T. New dimensions in
endodontic imaging: part 1. conventional and alternative radiographic
systems. Int Endo Journal.2009. p. 1-4.
5. Lampert, C. Determining working length. Journal of Tech Working Length.
2012. p. 1-2.
6. Basrani, B. Endodontic Radiologi 2nd Edition. Canada: John Wiley & Sons,
Inc. 2012. pp. 5, 49-51, 81, 193-5, 207-8.
7. Rao, NR. Advanced Endodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers. 2009. pp. 1-2, 5-9.
8. Pitt Ford, TR. Rhodes JS, Pitt Ford, HE. Endodontics (Problem Solving in
Clinical Practice. UK: Martin Dunitz Ltd. 2002. p. 1-4.

Anda mungkin juga menyukai