Anda di halaman 1dari 19

drg. Bayu Indra Sukmana M.

kes
Penatalaksanaa
Kelompok A2
n Fraktur Ellis
Chelsy Oktavia

Chintya Dewi Styo Ningrum


Kelas II Gigi 11
Erwan Ridha Muzakki
dan 21 Pada
Juliana Margareth Sitorus Anak Usia 9
Rani Napitupulu Tahun
Rema Rufaidah Qhisthi
TRAUMA RONGGA MULUT
Trauma rongga mulut merupakan suatu kondisi adanya cedera pada jaringan keras
gigi, pulpa, tulang alveolar, jaringan periodontal, gingiva, dan mukosa oral yang
dapat dialami pada orang dewasa maupun anak-anak.
Sebanyak 30% anak mengalami trauma pada gigi sulung dan 22% anak mengalami
trauma pada gigi tetap dimana 78% merupakan fraktur mahkota pada gigi anterior.
ETIOLOGI
INSIDENSI
Terjatuh
Usia 8-11 tahun
Kecelakaan saat bermain
Anak laki-laki 2x lebih banyak dari anak
Kecelakaan lalu lintas
perempuan
Kecelakaan saat olahraga
Gigi anterior rahang atas
Tindakan kekerasan
Ellis dan Davey menyusun klasifikai trauma pada gigi
anterior menurut banyaknya struktur gigi yang terlibat, yaitu :
Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan email.
Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan jaringan dentin tetapi
belum melibatkan pulpa.
Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan menyebabkan
terbukanya pulpa.
Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan atau tanpa
kehilangan struktur mahkota.
Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi.
Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
Kelas 7 : Perubahan posisi atau displacement gigi.
Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi sulung.
Fraktur mahkota pada gigi tetap muda dan trauma luksasi dapat menyebabkan
kematian pulpa. Hal ini disebabkan oleh masuknya toksin mikroorganisme melalui
tubuli dentin sehingga terjadi inflamasi pulpa dan terputusnya aliran
neurovaskular dari apikal. Regenerasi jaringan yang tidak terjadi dapat
menyebabkan sel-sel pulpa mengalami iskemia dan proses pembentukan akar
berhenti.
Oleh sebab itu, diperlukan penanganan trauma gigi tetap muda yang tepat agar
proses fisiologis pembentukan akar gigi tetap terjadi dan tidak terjadi inflamasi
pulpa dan kelainan pada jaringan periodontal
STUDI KASUS

Pasien anak laki-laki berusia 9 tahun


datang ke klinik bersama ibunya untuk
memeriksakan gigi anterior atas yang
patah sejak 5 hari yang lalu karena
terjatuh di air terjun dan gigi anterior atas
terbentur batu. Keadaan umum anak baik
dan dapat berkomunikasi dengan baik.
Anak tidak memiliki riwayat alergi.
Pemeriksaan ekstraoral :
Tidak ditemukan asimetri wajah serta kelenjar
submandibular dalam keadaan normal.
Pemeriksaan intraoral :
– Gigi 11 mengalami fraktur oblique di 1/3
tengah mahkota dengan keterlibatan dentin
– Gigi 21 fraktur horizontal di 1/3 tengah
mahkota dengan keterlibatan dentin
Pemeriksaan Radiografi

– Pada gigi 11 menunjukkan adanya gambaran fraktur mencapai


dentin, pembentukan akar mencapai 1/3 apical, apeks akar
masih terbuka, dan pelebaran di ujung apeks
– Pada gigi 21 menunjukkan adanya gambaran fraktur mencapai
dentin, pembentukan akar mencapai 1/3 apical, apeks akar
masih terbuka
Diagnosis
Pulpitis reversible et causa fraktur Ellis kelas II disertai konkusi dan maloklusi kelas
1 Angle
Tatalaksana

– Dental Health Education


– Gigi 11 : Pulp capping indirect dengan GIC dan restorasi resin komposit
– Gigi 21 : pulp capping indirect dengan kalsium hidroksida dan restorasi resin
komposit
– Kontrol periodik pada 2 pekan, 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun, dan
1,5 tahun pasca trauma
– Perawatan lanjutan untuk gigi 11 dan 21 pulpektomi dan dowel crown serta
orthodontic interseptif
Perawatan Kunjungan Pertama
Gambaran Radiografi Pasca
Perawatan
– Kunjungan kedua (dua pekan pasca trauma)
- Vitalitas (+), palpasi (-)
- Terdapat gambaran radiopaque pada mahkota gigi yang
direstorasi.
- Tidak ada gambaran radiolusensi di apikal gigi dan akar masih
terbuka.
– Kunjungan ketiga (satu bulan pasca trauma)
- Vitalitas (+), palpasi (-), perkusi (+)
- Gigi 21 terlihat 1 mm lebih panjang dibandingkan dengan
11
- Tidak ada gambaran radiolusensi di apical gigi dan akar
masih terbuka.
– Kunjungan ke 4 (dua bulan pasca trauma)
- Gigi anterior sudah digunakan secara aktif untuk makan dan
tidak ada keluhan.
- Vitalitas (+), palpasi (-), perkusi (-).
- Secara klinis, gigi 21 lebih Panjang 2 mm dari 11 dan inklinasi
11 lebih ke labial.
- Tidak ada gambaran radiolusensi di apical gigi, akar masih
terbuka dan terlihat pemanjangan akar.
– Kunjungan ke 5 (tiga bulan pasca trauma)
- Vitalitas (+), palpasi (-), perkusi (-).
- Tidak ada gambaran radiolusensi di apical gigi, akar masih
terbuka dan terlihat pemanjangan akar.
- Dilakukan occlusal adjustment pada 21
– Kunjungan ke 6 (tujuh bulan pasca trauma)
- Vitalitas (+), palpasi (-), perkusi (-).
- Secara klinis, gigi 11 dan 21 protrusif.
- Tidak ada gambaran radiolusensi di apical gigi, akar masih
terbuka dan terlihat pemanjangan akar.
PEMBAHASAN
Pasien anak laki-laki usia 9
tahun mengalami fraktur
mahkota disertai konkusi

DIAGNOSIS

Anamnesis lengkap

Ada/tidak
Riwayat terjadinya Riwayat medis Riwayat
gangguan saat
trauma secara umum imunisasi
mengunyah

Pemeriksaan ekstraoral dan intraoral


serta melakukan pemeriksaan
penunjang (Radiografi)
KESIMPULAN

– Penatalaksanaan fraktur Ellis Kelas II harus dilakukan secara holistik


dan sistematis mencakup kondisi psikologis anak, kondisi umum,
kondisi jaringan lunak dan keras yang mengalami trauma.
– Hal-hal tersebut berkaitan dengan prognosis keberhasilan dalam
perawatan gigi dengan trauma. Penatalaksanaan fraktur Ellis Kelas II
dapat menggunakan pulp capping indirect dan tumpatan resin
komposit sebagai restorasi permanen sementara dengan
mengevaluasi keluhan subyektif dan obyektif, serta gambaran
radiografis secara periodik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai