Sakit Gigi dan Mulut Gusti Hasan Aman Banjarmasin pada bulan Januari-Maret
2019. Penelitian ini menggunakan 24 mencit jantan yang berumur 3-4 bulan dengan
berat badan 25-30 gram, sebelum diberikan perlakuan mencit diadaptasikan selama 7
hari dengan diberi pakan BR2 Comfeed dan minuman aquades standar. Mencit yang
sudah diadaptasikan selama 7 hari akan dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan yaitu
kelompok kontrol yang tidak diberikan radiasi sinar-X, kelompok perlakuan pertama
dengan pemberian radiasi sinar-X sebanyak 1 kali, kelompok perlakuan kedua dengan
pemberian radiasi sinar-X sebanyak 7 kali, dan kelompok perlakuan ketiga dengan
Pada saat melakukan radiasi sinar-X pada mencit peniliti juga menghitung besar
dosis radiasi sinar-X yang diserap oleh mencit. Pada tabel 5.1. akan menunjukkan rata
rata besar dosis radiasi sinar-X radiografi periapikal yang diserap oleh mencit pada 1
menunjukkan bahwa rata-rata dosis radiasi yang diterima oleh mencit pada 1 kali
penyinaran radiasi sinar-X adalah sebesar 0,92 mGy, dosis yang diterima oleh mencit
pada 7 kali penyinaran radiasi sinar-X adalah sebesar 6,62 mGy, dan dosis yang
diterima oleh mencit pada 10 kali penyinaran radiasi sinar-X adalah sebesar 9,8 mGy.
Dua puluh empat jam setelah dilakukan radiasi sinar-X radiografi periapikal
pada mencit, dilakukan pengambilan darah untuk dilihat jumlah trombosit pada
mencit. Pada tabel 5.2 menunjukkan penurunan dari rata-rata jumlah trombosit pada
mencit setelah dilakukan radiasi sinar-X radiografi periapikal dengan 1 kali, 7 kali,
Tabel 5.1 Rata-rata (Mean) jumlah trombosit pada mencit yang tidak diberikan
penyinaran radiasi sinar-X (kelompok kontrol) dan pada mencit yang diberikan
kontrol 6 382.000
5.2915
1 kali paparan 6 375.833 7.6267
340.000
330.000
l ... ... ..
ntro la i p la i p ali .
k
Ko 1
k
7
k
10
mencit menerima radiasi sinar-X. Semakin besar frekuensi penyinaran radiasi sinar-X
pada mencit maka semakin besar jumlah penurunan trombosit pada mencit. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin banyak frekuensi pengulangan radiografi periapikal
Saphiro-Wilk . Hasil uji normalitas pada kelompok kontrol dan pada kelompok
mencit yang diberikan radiasi sinar-X radiografi periapikal sebanyak 1, 7 dan 10 kali
Tabel 5.3. Hasil Uji Normalitas Saphiro-Wilk jumlah trombosit mencit pada
kelompok kontrol dan pada kelompok mencit yang diberikan radiasi sinar-X
Grup Df Sig.
Kontrol 6 .308
1 kali paparan 6 .798
7 kali paparan 6 .968
10 kali paparan 6 .294
trombosit mencit pada kelompok kontrol dan pada kelompok mencit yang diberikan
radiasi sinar-X radiografi periapikal sebanyak 1, 7 dan 10 kali didapatkan p > 0.05.
Hal tersebut menunjukkan bahwa data terdistribusi normal, kemudian data dilakukan
uji homogenitas menggunakan Levene’s test dan didapatkan hasil adalah p = 0,170 (p
Data yang terdistribusi normal dan homogen dilanjutkan dengan analisis data
95%. Hasil uji One-way ANOVA menunjukan nilai p=0,000 (p<0,05) yang
data dilanjutkan dengan uji lanjutan yaitu uji Post Hoc Bonferroni untuk mengetahui
Tabel 5.4. Hasil Uji Statistik Post Hoc Bonferroni untuk jumlah trombosit
Keterangan :
signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok 7 kali penyinaran radiasi sinar-
X, antara kelompok kontrol dengan kelompok 10 kali penyinaran radiasi sinar-X, dan
penyinaran radiasi sinar-X. Penurunan jumlah trombosit yang tidak signifikan terjadi
antara kelompok kontrol dengan kelompok 1 kali penyinaran radiasi sinar-X, antara
radiasi sinar-X, dan antara kelompok 7 kali penyinaran radiasi sinar-X dengan
kelompok 10 kali penyinaran radiasi sinar-X. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
trombosit yang tidak signifikan pada 1, 3, dan 6 kali pengulangan frekuensi radiasi
BAB 6
ANALISIS HASIL PENELITIAN
jumlah trombosit yang tidak signifikan pada penyinaran radiasi sinar-X radiografi
periapikal sebanyak 1,3, dan 6 kali. Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa
terdapat penurunan jumlah trombosit yang bermakna pada penyinaran radiasi sinar-X
Penyerapan dosis radiasi sinar-X yang lebih besar akan berakibat pada
penurunan jumlah trombosit yang lebih signifikan, oleh karena itu International
Atomic Energy Agency (IAEA) dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
membuat batasan dosis yang boleh diserap oleh pasien untuk pemeriksaan radiografi
intraoral adalah sebesar 7 mGy. Berdasarkan hasil penelitian ini rata-rata dosis yang
dihasilkan pada 1 kali penyinaran radiasi sinar-X adalah 0,9 mGy, pada 3 kali
penyinaran radiasi sinar-X adalah 2,9 mGy, dan pada 6 kali penyinaran radiasi
sinar-X adalah 5,6 mGy. Dosis yang dihasilkan pada 1,3 dan 6 pengulangan tersebut
berada dibawah batasan dosis yang telah ditetapkan BAPETEN yaitu 7 mGy. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa jika dosis diberikan masih berada jauh dibawah 7
mGy, maka efek radiasi sinar-X radiografi periapikal terhadap penurunan jumlah
trombosit tidak signifikan (Hiswara dkk, 2010; Garau dkk, 2011; Haygood, 2013) .
Berdasarkan hasil penelitian ini rata-rata dosis yang dihasilkan pada 7 kali
penyinaran radiasi sinar-X adalah 6.6 mGy, pada 9 kali penyinaran radiasi sinar-X
adalah 9 mGy, dan pada 10 kali penyinaran radiasi sinar-X adalah 9,8 mGy.
Penurunan jumlah trombosit yang signifikan terjadi pada dosis radiasi sinar-X yang
diterima mencit sebanyak 6,6 mGy, 9 mGy dan 9,8 mGy. Dosis yang diterima mencit
pada 6,6 mGy tersebut mendekati batasan dosis yang ditetapkan oleh BAPETEN
pada saat radiografi intraoral yaitu sebesar 7 mGy. Hal ini menunjukkan bahwa dosis
radiasi sinar-X radiografi periapikal yang sudah mendekati 7 mGy memiliki efek
yang signifikan terhadap penurunan jumlah trombosit. Dosis yang diterima mencit
pada 9, dan 9,8 mGy tersebut sudah melebihi batasan dosis 7 mGy. Efek radiasi sinar-
X radiografi periapikal yang sudah melebihi 7 mGy memiliki efek yang signifikan
terhadap penurunan jumlah trombosit. Peningkatan dosis radiasi sinar-X yang diserap
oleh tubuh menyebabkan peningkatan kerusakan sel didalam tubuh. Hal tersebut
berkaitan dengan hasil penelitian ini yaitu dengan peningkatan dosis radiasi sinar-X
energi ionisasi dari radiasi sinar-X yang menyebabkan apoptosis pada Hematopoietic
stem cells (HSC) di sumsum tulang (Laksmiastuti, 2010; Sherer dkk, 2011; Shao dkk,
2014). HSC yang mengalami apoptosis dikarenakan energi ionisasi sinar-X baik itu
yang secara langsung mengenai sel maupun yang tidak langsung melalui