Anda di halaman 1dari 10

Nama: Clara Ester Octaviana Pasaribu

NIM:205160101111023

Kelompok: 5

Fasilitator: drg. LALITA EL MILLA

Skenario 3: Sakit Bila Menggigit

Laki-laki berusia 17 tahun datang ke poli gigi RSSA dengan keluhan gigi depannya sakit.
Rasa sakit dirasakan sejak satu minggu yang lalu terutama bila dipakai untuk menggigit
makanan. Anamnesis: pernah terjatuh dari sepeda 7 tahun yang lalu. Pemeriksaan klinis: gigi
21 fraktur dentin tanpa mengenai pulpa, perkusi (+), tes vitalitas (-), sedangkan gigi 11
perkusi (-), vitalitas (-). Dokter gigi merujuk pasien untuk pemeriksaan radiografis periapical,
gigi 21 tampak ujung apical terbuka dan terdapat pelebaran membran periodontal, sedangkan
gigi 11 ada pelebaran membrane periodontal. Perawatan gigi 21 adalah preparasi saluran akar
hingga pemberian obat sterilisasi dan tumpatan sementara. Gigi 11 dilakukan perawatan
saluran akar sekali kunjungan.

Learning issues:

1. Trauma gigi
 Klasifikasi
 Pemeriksaan
 Diagnosis
2. PSA dengan ujung apical terbuka/belum sempurna
3. PSA satu kali kunjungan
 Definisi
 Indikasi dan kontraindikasi
 Prosedur
4. Evaluasi radiografis
 Trauma gigi
 Perawatan gigi dengan ujung apical terbuka/belum sempurna
 PSA satu kali kunjungan
Learning outcomes:

1. Trauma gigi
 Klasifikasi
a. Menurut Ellis and Davey, 1970. cit. Rao.A, 2012
- Kelas 1 merupakan fraktur sederhana pada mahkota gigi dengan
melibatkan sedikit atau tidak ada dentin. Fraktur ini akan terlihat
berwarna putih dengan tekstur kapur. Fraktur pada email dapat
menyebabkan laserasi pada jaringan lunak karena ujungnya yang
tajam dan sebagian besar menimbulkan masalah estetik.
- Kelas 2 merupakan fraktur mahkota yang luas dengan melibatkan
cukup banyak dentin, tanpa melibatkan pulpa. Sering terjadi pada
anakanak dari pada orang dewasa. Hal ini disebabkan karena gigi
anak-anak mempunyai pulpa lebih besar dari pada dentin. Adapun
gejala yang sering ditimbulkan pada fraktur ini yaitu sensitif
terhadap air atau udara dingin dan kontak langsung.
- Kelas 3 merupakan fraktur mahkota yang luas dengan melibatkan
cukup banyak dentin dan melibatkan pulpa. Fraktur yang terpapar
pada pulpa gigi dianggap fraktur gigi yang paling serius. Dalam
kasus ini dapat menyebabkan hilangnya gigi permanen. Fraktur
pada pulpa akan terlihat berwarna warna merah muda pada bagian
tengah retakan, biasanya disertai rasa sakit kecuali suplai
neurovaskular gigi telah terganggu pada akar gigi (Wang, et al.,
2011).
- Kelas 4 merupakan gigi yang mengalami trauma menjadi non vital
dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
- Kelas 5 merupakan kehilangan gigi. Avulsi gigi yaitu trauma yang
mengenai gigi sehingga membuat gigi benar-benar terlepas dari
soketnya.
- Kelas 6 merupakan fraktur akar gigi dengan atau tidak melibatkan
struktur mahkota.
- Kelas 7 merupakan perpindahan gigi tanpa fraktur mahkota atau
akar
- Kelas 8 merupakan fraktur kompleks mahkota gigi
- Kelas 9 merupakan trauma pada gigi decidui
b. Klasifikasi Penyakit Internasional menurut World Health Organization
(WHO) Mengklasifikasikan cedera berdasarkan jaringan keras gigi dan
pulpa, jaringan periodontal, tulang pendukung, dan gingiva atau oral
mukosa (Andreasen, et al., 2007). Berikut kode klasifikasi cedera jaringan
keras gigi dan pulpa :
1) Fraktur mahkota
N 502.50 : Infraksi email merupakan fraktur email tanpa kehilangan
bagian dari gigi (retak).
N 502.50 : Fraktur email merupakan fraktur dengan kehilangan
sebagian dari email (uncomplicated crown fracture).
N 502.51 : Fraktur email-dentin merupakan fraktur dengan kehilangan
sebagian dari email dan dentin tetapi tidak melibatkan pulpa.
N 502.52 : Fraktur email-dentin melibatkan pulpa (complicated crown
fracture).
2) Fraktur mahkota-akar (N 502.54 ) Fraktur mahkota-akar adalah fraktur
yang meliputi email, dentin dan sementum. Fraktur berdasarkan
keterlibatan pulpa terdapat fraktur uncomplicated dan complicated.
3) Fraktur akar (N 502.53) Terjadinya fraktur akar meliputi daerah dentin,
cementum, dan pulpa, biasanya disebabkan karena perkelahian dan
benturan benda asing.
 Pemeriksaan
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan secara sistematis. Sangat penting
melakukan pemeriksaan terhadap keseluruhan tubuh pasien untuk melihat
trauma pada bagian tubuh lain yang mungkin terjadi sebelum melakukan
pemeriksaan terhadap gigi pasien. Pemeriksaan pada rongga mulut dimulai
dengan memeriksa luka pada jaringan lunak termasuk untuk melihat adanya
benda lain yang masuk ke dalam luka, dilanjutkan dengan memeriksa gigi
untuk melihat adanya fraktur ataupun keretakan pada gigi. Pemeriksaan
vitalitas pulpa dilakukan jika ditemui adanya fraktur pada mahkota gigi.
Perubahan posisi gigi perlu diperhatikan untuk melihat apakah gigi bergerak
ke arah lateral maupun aksial. Pemeriksaan mobilitas gigi dapat membantu
dalam menentukan tipe luksasi yang terjadi pada gigi. Tes perkusi dapat
dilakukan untuk memeriksa keadaan ligamen periodontal. Tes ini harus
dilakukan dengan sangat hati-hati dimulai dengan mengggunakan ujung jari
kemudian kaca mulut. Sensitivitas terhadap sentuhan ataupun tekanan
mengindikasikan adanya kerusakan pada ligamen periodontal.
Pemeriksaan radiografi dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang
setelah pemeriksaan klinis dilakukan untuk melihat tahap
perkembangan akar, trauma yang terjadi pada akar, ukuran pulpa, jarak
dengan garis fraktur, dan kelainan pada jaringan pendukung seperti
adanya benda asing yang masuk ke dalam jaringan lunak. Pengambilan
radiografi dari beberapa sudut dan teknik dapat dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang lengkap tentang perubahan yang terjadi
pada kompleks dentolaveolar
 Diagnosis
Berbagai macam pemeriksaan perlu dilakukan sebelum menetapkan diagnosis
guna memberikan perawatan yang tepat terhadap pasien yang mengalami
fraktur gigi diantaranya; pertimbangan anatomi, kegawatdaruratan medis,
kegawatdaruratan oral serta usia. Pertimbangan anatomi sangat membantu
dalam penilaian mengenai dampak trauma, rencana perawatan yang akan
dilakukan serta evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan. Pertimbangan
kegawatdaruratan medis berperan serta dalam upaya melakukan manajemen
penanganan pasien trauma secara komprehensif. Pertimbangan usia juga
diperlukan oleh karena pendekatan klinis antara pasien anak dan orang dewasa
yang mengalami fraktur akibat trauma memiliki sedikit perbedaan. Anamnesa
dan pemeriksaan terhadap pasien memiliki tujuan agar dapat menentukan
diagnosa secara tepat dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
spesifik.
2. PSA dengan ujung apical terbuka/belum sempurna
- Apeksifikasi adalah suatu tahap perawatan endodontik yang mempunyai
tujuan merangsang perkembangan lebih lanjut proses penutupan apeks gigi
yang belum tumbuh sempurna, tetapi telah mengalami kematian pulpa dengan
membentuk suatu semen sekunder pada apeks gigi tersebut.
- Indikasi:
 Diindikasikan pada gigi non vital
 Foramen apikalnya masih terbuka atau belum terbentuk sempurna
 Terdapat kelainan apikal. (Aphianti, 2014)
 Sisa jaringan gigi masih cukup retensi dan resistensi
 Rasio antar akar dan mahkota cukup ideal
Diagnosis gigi : pulpitis irreversible atau nekrosis pulpa (Gopikrishna,
V. dan Chandra, B. S. 2014.)
- Kontraindikasi:
 Pada gigi permanen muda non vital dengan kelainan periapical
(Alphianti, 2014)
 Fraktur akar vertical dan horizontal
 Akar terlalu pendek
 Kerusakan apikal gigi yang terlalu luas
 Kerusakan periodontal yang meluas
 Diagnosis gigi pulpitis reversible(Gopikrishna, V. dan Chandra, B. S.
2014.)

- Apeksogenesis Adalah suatu perawatan pulpa vital pada gigi yang akarnya
belum tumbuh untuk kesempatan pada akar gigi melanjutkan pertumbuhan dan
menutup apeks. Perawatan yang dapat dilakukan adalah secara pulpotomi.
Pulpotomi berarti mengangkat jaringan pulpa sampai atau dibawah garis
servikal gigi. Pulpotomi dangkal memungkinkan jaringan keras bagian akar
untuk tumbuh lebih sempurna, memberikan kuat, dilakukan pada gigi dengan
apeks terbuka (Maulidar, 2019)
- Indikasi:
 Gigi dengan apeks terbuka
 Akar belum terbentuk sempurna
 Terdapat kerusakan pulpa pada bagian korona tetapi diperkirakan pulpa
pada akar masih sehat
 Mahkota cukup utuh dan dapat direstorasi (Maulidar, 2019)
 Paparan mekanis atau karies pada gigi permanen dengan pembentukan
akar yang yang belum selesai.
 Paparan traumatis dengan durasi yang lebih lama dimana pulpa koronal
kemungkinan akan meradang pada gigi permanen muda. (Gopikrishna,
V. dan Chandra, B. S. 2014.)
- Kontraindikasi:
 Gigi yang mengalami sangat goyang
 Gigi dengan fraktur akra horizontal yang tidak baik yaitu dekat margin
gingiva
 Fraktur mahkota yang berat
 Karies yang tidak dapat ditumpat lagi (Maulidar, 2019)
3. PSA satu kali kunjungan
 Definisi
 Perawatan saluran akar satu kunjungan merupakan perawatan yang
meliputi preparasi biomekanis saluran akar, irigasi serta obturasi
yang diselesaikan dalam satu kunjungan.
 Perawatan saluran akar satu kali kunjungan didefinisikan sebagai
perawatan konservatif non bedah yang melibatkan gigi mencakup tahap
cleaning, shaping, dan obturasi saluran akar dalam satu kali kunjungan
 Indikasi
 Gigi vital tanpa komplikasi, Secara fisik pasien dapat datang ke
klinik, Secara medis pasien tidak alergi terhadap obat-obatan,
Untuk kebutuhan estetik, Pasien yang membutuhkan sedasi
atau kamar operasi, Gigi non vital tanpa komplikasi atau
dengan sinus tract.
 Pulpa terbuka karena trauma iatrogenik tanpa lesi periapikal, pulpitis
ireversibel tanpa lesi periapikal, gigi nekrosis tanpa gejala- gejala
klinis dan lesi periapikal dan bentuk saluran akar yang normal pada
saluran akar tunggal.
 Kontraindikasi
1) Pasien dengan akut periodontitis dengan nyeri hebat pada perkusi,
2) Kasus dengan prosedur penyulit misalnya saluran akar yang
mengalami kalsifikasi
3) Pasien dengan gangguan TMJ dan tidak dapat membuka mulut
dengan baik
4)Kasus retreatment
saluran akar yang tidak dapat kering karena adanya eksudat aktif yang terus
keluar melalui saluran akar, periodontitis akut dengan rasa nyeri pada saat
diperkusi dan pasien dengan kelainan sendi temporomandibula (STM) karena
dapat meningkatkan stres pada daerah STM akibat membuka mulut terlalu
lama
 Prosedur
o Isolasi daerah kerja
o Dilakukan pembukaan akses kavitas menggunakan Endoaccess
bur dan pembukaan atap ruangpulpa dengan bur Diamendo .Saluran
akar diirigasi menggunakan NaOCL 2,5% dan keringkan dengan paper
poin steril.
o Kemudian dilakukan pengukuran panjang kerja menggunakan
foto radiografis dan apexlocator
o eksplorasi dan negosiasi saluran akar menggunaka n K-File
yang dimasukkan ke dalam saluranakar sepanjang 2/3 panjang
kerja.
o Preparasi saluran akar menggunakan teknik step back. Irigasi
dilakukan setiap pergantian alatdengan larutan NaOCl 2,5
% untuk membersihkan saluran akar dari debris.
o Preparasi apikal diawali menggunakan file MAF
( MasterApical File). Setiap penggantian file yanglebih besar,
direkapitulasimenggunakan file dengan ukuran satu nomor sebelumnya
dan setiappergantian file dilakukan irigasi menggunakan NaOCl 2,5
% sebanyak 2,5 ml.
o Preparasi badan saluran akar menggunakan file sampai
dengan 3 nomor lebih besar dari MAF dengan panjang kerja
masing-masing dikurangi 1 mm setiap pergantian ke nomor yang
lebihbesar. Setiap pergantian file dilakukan rekapitulasi dengan file
MAF PK.
o S e t e l a h p r e p a r a s i s a l u r a n a k a r d i l a k u k a n Coronal dan
finishing dengan file dengan gerakansirkumferensial. Setiap pergantian
file dilakukan irigasi menggunakan NaOCl 2,5% sebanyak 2,5ml
kombinasi dengan EDTA 15%.
o Setelah preparasi saluran akar selesai dilakukan irigasi
dengan larutan khlorheksidin 2% dengan cara digenangi selama
30 detik.
o Tahap selanjutnya adalah pengepasan gutta-percha sesuai MAF
dan dilanjutkan denganpengambilan radiograf.
o Pengisian saluran akar menggunakan gutta percha dengan teknik
kondensasi lateral. Sealer dimasukkan ke dalam saluran akar
menggunakan lentulo yang digerakkan dengan handpiece Lowspeed.
Gutta perchautama dioleskan sealer pada 1/3 apikal dan dimasukkan
ke dalam saluran akar. Spreader dimasukkan di antara gutta percha dan
dinding saluran akar, kemudian dilakukan kondensasi kearah apikal.
Ruang yang tersedia begitu spreader diangkat diisi dengan gutta-percha
tambahan dengan ukuran lebih kecil, dan dilakukan kondensasi lagi
dengan spreader. Penambahan gutta percha diakhiri sampai spreader
tidak dapat masuk lagi ke dalam saluran akarsetengah Panjang
spreader 
o Gutta percha dipotong sampai batas orifis menggunakan plugger yang
dipanaskan dankemudiandipadatkan.
o Kavitas ditutup dengan semen fosfat dan tumpatan sementara.
4. Evaluasi radiografis
 Trauma gigi
Radiografi diperlukan untuk pemeriksaan fraktur tulang atau gigi dan tahap
perkembangan. Fraktur akar horizontal dan luksasi lateral sering diabaikan
karena angulasi konvensional mungkin miss irregularities yang tidak parallel
dengan berkas sinar-x. Oleh karena itu peningkatan vertical occlusal exposure
adalah tambahan yang berguna. Multiple exposures harus dilakukan secara
rutin untuk pemeriksaan gigi yang terkena trauma.
Ukuran film harus sedemikian rupa sehingga dapat menampung dua gigi seri
tanpa menekuk atau mendistorsi gambar. Penting juga untuk menggunakan
film holder untuk mendapatkan gambar radiografi standar, terutama untuk
perbandingan selanjutnya.
Pemeriksaan menyeluruh dikombinasikan dengan catatan akurat membentuk
dasar dari rencana perawatan yang tepat. Informasi yang dikumpulkan juga
memberikan informasi untuk laporan kecelakaan yang mungkin diminta
segera atau nanti untuk tujuan hukum atau asuransi.
 Perawatan gigi dengan ujung apical terbuka/belum sempurna
Radiografi hanya memberikan gambar dua dimensi dan tidak mengungkapkan
dimensi ketiga, yang penting pada gigi dengan apeks terbuka. Hanya aspek
mesiodistal yang terlihat pada radiografi rutin. Meskipun bukaan apikal
tampak hampir tertutup, namun lebih terbuka jika dilihat dari aspek proksimal.
Dengan demikian, radiografi konvensional dapat mengakibatkan pemilihan
perawatan saluran akar rutin yang tidak tepat ketika terapi pulpa vital atau
penutupan ujung akar diindikasikan. Jika ada keraguan tentang anatomi apikal,
radiografi sudut sangat membantu.
 PSA satu kali kunjungan
Pada perawatan saluran akar sekali kunjungan, radiografi digunakan sebagai
pemeriksaan penunjang yang digunakan pada saat:
1)Menentukan diagnosis
2)Menentukan panjang kerja
3)Trial gutta percha
4)Pengisian saluran akar
5)Kontrol pengisian

Daftar Pustaka:

NURUNNISA, W. (2016). GAMBARAN ANGKA KEJADIAN FRAKTUR GIGI


BERDASARKAN KLASIFIKASI ELLIS KELAS 2 PERIODE TAHUN 2016 DI
RSGM UMY. Umy.ac.id.
‌ Ni Kadek Eka Widiadnyani. (2019). Perawatan saluran akar satu kali kunjungan pada gigi
dengan karies servikal dilanjutkan dengan restorasi komposit dan pasak fiber. Bali
Dental Journal, 3(2), 85–91.
Farani, W. (2018). Distribusi Frekuensi Fraktur Gigi Permanen di Rumah Sakit Gigi dan
Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Insisiva Dental Journal: Majalah
Kedokteran Gigi Insisiva, 7(1), 28-36.

Garg, N. dan Garg. A. 2014. Textbook of Endodontics 3rdEdition. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers.
Hutami, O. P. dan Muryani, A. 2020. Perawatan Saluran Akar (PSA) Satu Kali Kunjungan
pada Gigi Molar Pertama Bawah Kanan dengan Restorasi Endocrown Resin
Komposit. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, 32(2): 54-63)

Purba, A. M. (2017). Prevalensi Fraktur Dentoalveolar Akibat Trauma Berdasarkan Usia,


Jenis Kelamin dan Jenis Fraktur di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2013-
2016.

Santoso, L., & Kristanti, Y. (2016). Perawatan saluran akar satu kunjungan gigi molar kedua
kiri mandibula nekrosis pulpa dan lesi periapikal. MKGK (Majalah Kedokteran Gigi
Klinik)(Clinical Dental Journal) UGM, 2(2), 65-71.

Walton, R. E. dan Torabinejad, M. 2002. Principles and Practice of Endodontics.


Philadelphia: Saunders.)

Wedagama, D. M., Hartini, A. A. A., & Ernawati, L. (2019). SINGLE VISIT


ENDODONTIC TREATMANT ON LEFT MAXILLARY FIRST MOLAR WITH
RECIPROCAL SYSTEM. Interdental: Jurnal Kedokteran Gigi, 15(1), 30-33.

Widhianti, I., & Suwelo, I. S. (2008). PERAWATAN SALURAN AKAR SATU KALI
KUNJUNGAN PADA GIGI INSISIF SULUNG NON VITAL (Laporan
Kasus). Journal of Dentistry Indonesia, 10(3), 693-698.

Anda mungkin juga menyukai