Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara berkembang. Di negara berkembang kecelakaan lalu


lintas adalah penyebab paling umum terjadinya trauma. Trauma pada wajah atau kepala
seringkali diikuti oleh trauma pada gigi. Trauma gigi merupakan sebuah kasus yang
mempunyai tingkat prevalensi relatif tinggi. Pada dasarnya setiap negara memiliki prevalensi
trauma gigi dengan jumlah yang berbeda – beda setiap tahunnya.

Trauma gigi diklasifikasikan oleh beberapa ahli, ada yang menurut Ellis, menurut
Ellis dan Davey, menurut WHO, serta menurut Andreasen. Trauma gigi juga terbagi menjadi
trauma gigi yang tidak disengaja, trauma gigi yang disengaja dan iatrogenik. Trauma gigi
yang tidak disengaja meliputi jatuh, benturan, olahraga, kecelakaan lalu lintas, dan menggigit
benda yang keras adapun trauma gigi yang disengaja seperti kekerasan fisik. Sedangkan
iatrogenic yang sering terjadi seperti kerusakan mahkota atau bridges, avulsi hingga nekrosis
pulpa.

Trauma yang terjadi pada gigi dapat menimbulkan berbagai akibat pada gigi
tergantung derajat keparahan trauma. Maka dari itu, Gigi yang mengalami trauma diperlukan
beberapa pemeriksaan guna untuk menentukan diagonosa dan rencana perawatan yang tepat
pada penderita.

Gigi yang mengalami trauma berupa fraktur terutama pada gigi anterior akan
menggangu penampilan serta fungsi stomatognatik penderita. Serta bila mahkota atau akar
gigi mengalami fraktur, dapat terjadi beberapa kemungkinan yaitu pulpa dapat sembuh dan
tetap vital, atau nekrosis pulpa segera terjadi setelah trauma atau dapat mengalami degenerasi
progresif dan akhirnya nekrosis. Gigi yang mengalami fraktur yang luas disertai pulpa
terbuka memerlukan penanganan yaitu perawatan saluran akar dan restorasi yang diperkuat
dengan inti pasak atau dengan restorasi mahkota pasak.

Perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap (triad endodontik), yaitu preparasi
biomekanis meliputi pembersihan dan pembentukan, sterilisasi yang meliputi irigasi dan
disinfeksi serta pengisian saluran akar. Mikroba direduksi atau dieliminasi di dalam sistem
saluran akar, agar terjadi proses penyembuhan melalui tindakan pembersihan dan
pembentukan saluran akar (cleaning and shaping).Pembersihan dilakukan dengan
mengeluarkan jaringan pulpa vital dan nekrotik, serta mereduksi mikroorganisme.
Pembentukan dilakukan dengan membentuk saluran akar sedemikian rupa agar saluran akar
dapat menerima bahan pengisi dengan baik.

Perawatan saluran akar dapat dilakukan dengan satu kali kunjungan maupun beberapa
kali kunjungan. Kebutuhan perawatan saluran akar satu kali kunjungan terus meningkat,
dikarenakan semakin meningkatnya tingkat kesibukan masyarakat sehingga tidak mempunyai
cukup waktu untuk melakukan perawatan gigi dengan kunjungan berulang. Namun, masalah
utama yang harus dipertimbangkan oleh dokter gigi adalah efektivitas, komplikasi, biaya dan
kepuasan pasien/operator.

Sebelum melakukan perawatan saluran akar, operator harus mempunyai pengetahuan


dan keterampilan yang mumpuni tentang proses perawatan saluran akar serta alat dan bahan
yang memadai juga akan sangat menentukan hasil akhir dari perawatan saluran akar. Dengan
demikian, hasil perawatan saluran akar yang dilakukan harus dapat diprediksi tingkat
keberhasilannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Teknik preparasi akar tunggal

2. Prosedur perawatan saluran akar pada gigi vital

3. Bahan medikamentosa intracanal

4. Bahan desinfeksi saluran akar

5. Teknik pengisian saluran akar tunggal

6. Macam-macam bahan pengisi saluran akar


1.3 TUJUAN

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Teknik preparasi akar tunggal

2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prosedur perawatan saluran akar pada gigi
vital

3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang bahan medikamentosa intracanal

4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang bahan desinfeksi saluran akar

5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang teknik pengisian saluran akar tunggal

6. Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam bahan pengisi saluran akar


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TOPIC TREE

Trauma

Pemeriksaan intraoral : Fraktur gigi 11 mencapai


pulpa, pemeriksaan menggunakan choloroetil (+),
kegoyangan gigi (-), pembengkakan (-), perubahan
warna gigi (+), Pemeriksaan Penunjang : Radiografi
gigi 11 radiolusen berbatas difus didaerah apical gigi,
tidak ada pelabaran ligament periodontal

Pulpitis
Irreversible

PSA dan
Mahkota pasak

Macam bahan Prosedur


Teknik Teknik Bahan medikamentosa
pengisi PSA
preparasi pengisian desinfeksi
2.2 TEORI

Trauma yang terjadi pada gigi dapat menimbulkan berbagai akibat pada gigi tergantung
derajat keparahan trauma. Gigi yang mengalami trauma berupa fraktur terutama pada gigi
anterior akan menggangu penampilan serta fungsi stomatognatik penderita. Trauma gigi
diklasifikasikan oleh beberapa ahli, Menurut Ellis dan Davey (1970) mengklasifikasi trauma
menjadi beberapa kelas, yaitu :

➢  Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan email tanpa


melibatkan dentin,

➢  Kelas 2 : Fraktur mahkota yang luas yang telah melibatkan dentin namun belum
mengenai pulpa,

➢  Kelas 3 : Fraktur mahkota yang luas yang melibatkan dentin dan menyebabkan
terbukanya pulpa.

➢  Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan atau
tanpa kehilangan struktur mahkota.

➢  Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan/ terlepasnya gigi atau
avulsi.

➢  Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota gigi.

➢  Kelas 7 : Trauma yang menyebabkan Perubahan posisi atau displacement gigi


tanpa disertai fraktur akar maupun mahkota.
➢  Kelas 8 : Fraktur pada sebagian besar atau seluruh mahkota.

• Lalu, menurut WHO dalam Application of International Classification of Diseases to


Dentistry and Stomatology diterapkan baik gigi sulung dan gigi tetap :

➢ Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa : Infraksi email, Fraktur email,
Fraktur email-dentin, Fraktur mahkota kompleks, Fraktur mahkota-akar tidak
kompleks, Fraktur mahkota-akar kompleks, Fraktur akar.

➢ Kerusakan pada jaringan keras gigi, pulpa, dan tulang alveolar : Concussion,
Sublukasi, Luksasi ekstrusif, Luksasi intrusif, Luksasi lateral, Avulsi.

➢ Kerusakan pada jaringan periodontal : Kerusakan Soket Alveolar, Fraktur dinding


soket, Fraktur prosesus Alveolar, Fraktur rahang

➢ Kerusakan pada gusi atau jaringan lunak rongga mulut : Laserasi, Konstusi,
Abrasi.

 Trauma gigi juga terbagi menjadi trauma gigi yang tidak disengaja, trauma gigi yang
disengaja dan iatrogenik. Trauma gigi yang tidak disengaja meliputi jatuh, benturan,
olahraga, kecelakaan lalu lintas seperti yang dialami pasien pada kasus, dan menggigit
benda yang keras adapun trauma gigi yang disengaja seperti kekerasan fisik.
Sedangkan iatrogenic yang sering terjadi seperti kerusakan mahkota atau bridges,
avulsi hingga nekrosis pulpa.
 Gigi yang mengalami fraktur yang luas disertai pulpa terbuka memerlukan
penanganan yaitu perawatan saluran akar dan restorasi yang diperkuat dengan inti
pasak atau dengan restorasi mahkota pasak. Maka dari itu, sebelum dilakukan
tindakan perawatan saluran akar diperlukan beberapa pemeriksaan guna untuk
menentukan diagonosa pada penderita, dimana pemeriksaan terbagi menjadi :

1. Pemeriksaan Subjektif berupa data umum pasien (Identitas pasien), keluhan utama
pasien, Riwayat keluhan utama pasien, untuk mengetahui riwayat medis pasien serta
riwayatan kesehatan gigi pasien.
2. Pemeriksaan Objektif :
o Pemeriksaan ekstraoral untuk menilai asimetri wajah,

palpasi nodus limfa, periksa m. temporalis dan m. masseter untuk melihat apakah ada
hipertrofi atau tidak, serta ada tidaknya disfungsi pada TMJ (Temporomandibular Joint).

o Pemeriksaan intraoral yang meliputi pemeriksaan jaringan keras gigi dan pemeriksaan
mukosa mulut, tes palpasi, tes perkusi, cek status periodontal, penilaian retakan.

o Pulp vitality test terdiri dari tes thermal, tes panas, tes dingin, EPT (Electric Pulp Tester).

o Pemeriksaan Penunjang yaitu pemeriksaan radiografi periapical atau cone beam computed
tomography (CBCT) untuk dapat melihat perkembangan akar, ukuran pulpa dan jarak dengan
garis fraktur, serta kelainan pada jaringan pendukung.

o Sebelum melakukan perawatan saluran akar, operator harus mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang mumpuni tentang prosedur perawatan saluran akar dan teknik-tekniknya
dimana perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap ( Triad endodontik), yaitu :

 Preparasi biomekanis saluran akar meliputi pembersihan dan pembentukan,


Sterilisasi yang meliputi irigasi dan desinfeksi.

 Obturasi atau.pengisian saluran akar.

o Selain itu perlu mengetahui armentarium atau alat dan bahan yang memadai juga akan
sangat menentukan hasil akhir dari perawatan saluran akar. Dengan demikian, hasil
perawatan saluran akar yang dilakukan harus dapat diprediksi tingkat keberhasilannya.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 DIAGNOSA KASUS


Irreversible Pulpitis Fraktur Ellis Klas III

Pulpitis Irreversible= Merupakan kondisi klinis yang terkait dengan temuan


subjektif dan objektif yang menunjukkan adanya peradangan parah di jaringan pulpa.
Seringkali merupakan lanjutan dan perkembangan dari pulpitis reversibel. Merupakan
proses peradangan parah yang tidak akan sembuh bahkan jika penyebabnya
dihilangkan. Bisa bergejala dengan nyeri spontan dan berkepanjangan. biasanya
asimtomatik. Mungkin gejala ringan, juga dapat dikaitkan dengan episode nyeri
spontan intermiten atau terus menerus (tanpa rangsangan eksternal), nyeri akibat
pulpa yang meradang ireversibel mungkin tajam, terlokalisasi, atau menyebar dan
dapat berlangsung dari beberapa menit hingga beberapa jam. Lokalisasi nyeri pulpa
lebih sulit daripada lokalisasi nyeri periradikuler dan menjadi lebih sulit saat nyeri
meningkat. Penerapan rangsangan eksternal, seperti dingin atau panas, dapat
menyebabkan nyeri yang berkepanjangan

Fraktur Ellis Klas 3 = Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan
menyebabkan terbukanya pulpa

3.2 TEKNIK PREPARASI PERAWATAN SALURAN AKAR

A. Teknik preparasi standar


awalnya digambarkan sebagai metode yang paling baik untuk membersihkan
dan membentuk saluran akar. Tujuan teknik ini adalah terciptanya preparasi
yang memiliki ukuran, bentuk, kekonusan yang sama dengan instrumen
standar. Namun pada saluran akar yang bengkok sulit dicapai pembentukan
saluran akar seperti itu. Teknik standar diindikasikan untuk obturasi dengan
bahan pengisi kon perak.

B. Teknik preparasi crown down


dimulai dari daerah korona menuju apikal. Pelebaran saluran akar dimulai
dari daerah sepertiga tengah dan sepertiga korona saluran akar dengan
menggunakan instrumen rotatif. Selanjutnya daerah sepertiga apikal
dipreparasi menggunakan K-file dengan gerakan memutar tanpa tekanan,
diikuti file berikutnya dengan ukuran yang lebih kecil sampai salah satu file
mencapai panjang kerja sebenarnya (file dimulai dari ukuran besar ke ukuran
yang lebih kecil).

C. Teknik step-back

menghasilkan bentuk corong yang lebih halus dari korona ke apeks. Teknik ini
merupakan teknik yang sering dilakukan di klinik. Preparasi saluran akar dimulai dari
daerah apikal menuju korona menggunakan MAF yang panjangnya sesuai panjang
kerja yaitu panjang gigi dikurangi 2 mm. File lebih besar digunakan berikutnya
dengan panjang kerja 1 mm lebih pendek dari file sebelumnya sampai tiga nomor di
atas MAF. Setiap peningkatan nomor diikuti dengan pengurangan panjang kerja
sebesar 1 mm dan selalu dilakukan rekapitulasi dan irigasi.Teknik step-back dapat
digunakan untuk sebagian besar saluranakar, seperti saluranakarlurus, saluran akar
bengkok, saluran akar dengan pembengkokan sempit

3.3 PROSEDUR PERAWATAN SALURAN AKAR PADA GIGI VITAL

o Perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap (triad endodontik), yaitu
Preparasi biomekanis saluran akar meliputi pembersihan dan pembentukan,
Sterilisasi yang meliputi irigasi dan desinfeksi, serta Obturasi atau.pengisian
saluran akar.
o Preparasi Saluran Akar yang ideal meliputi 4 tahap, yaitu : Menentukan arah
saluran akar, Membersihkan saluran akar (cleaning), Membentuk saluran akar
(shaping), Preparasi daerah apikal.

Teknik preparasi saluran akar gigi

1. Teknik Standart/ Standardized Technique :

 Teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada gigi dengan


saluran akar lurus dan akar telah tumbuh sempurna.
 Preparasi menggunakan file berurutan dari nomor terkecil
hingga terbesar dengan panjang kerja tetap.

 Teknik ini menghasilkan ukuran dan bentuk saluran akar sesuai


dengan bentuk instrumen atau file standar.

 Awalnya digambarkan sebagai metode yang paling baik untuk


membersihkan dan membentuk saluran akar. Tujuan teknik ini
yaitu terciptanya preparasi yang memiliki ukuran, bentuk yang
sama dengan instrumen standar. Namun pada saluran akar yang

bengkok sulit dicapai pembentukan saluran akar seperti itu.


Teknik standar diindikasikan untuk obturasi dengan bahan
pengisi perak cone.

2. Teknik Step-Back :

 Konsep teknik step back juga dikenal dengan sebagai teknik


corong atau preparasi serial.

 Teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada saluran akar


yang bengkok dan sempit pada 1/3 apikal.

 Preparasi saluran akar dimulai dari daerah apikal menuju


korona menggunakan MAF yang panjangnya sesuai panjang
kerja yaitu panjang gigi dikurangi 2 mm. File lebih besar
digunakan berikutnya dengan panjang kerja 1 mm lebih pendek
dari file sebelumnya sampai tiga nomor di atas MAF. Setiap
peningkatan nomor diikuti dengan pengurangan panjang kerja
sebesar 1 mm & selalu dilakukan rekapitulasi dan irigasi.

 Kelebihan teknik ini, yaitu : kemungkinan terjadinya trauma


periapikal lebih kecil, memudahkan pengambilan lebih banyak
debris, instrumen yang menghasilkan bentuk corong yang baik
akan memudahkan penempatan gutta percha baik dengan
metode kondensasi lateral maupun kondensasi vertikal.
3. Teknik Crown-Down/ Step-Down :

 Bertujuan untuk menghasilkan bentuk preprasi seperti corong


yang lebar pada daerah korona dan pelebaran daerah apeks
yang kecil.

 Modifikasi dari teknik step back, diperkenalkan oleh Marshall


dan Pappin, yang disebut preparasi Crown down tanpa tekanan.

 Menggunakan GliddenGatesdanfileyanglebihbesardi1/3
koronal dari saluran akar (dari orifice) dan file semakin kecil
yang digunakan dari mahkota ke bawah' sampai panjang yang
diinginkan tercapai.

 Keuntungannya yaitu bebasnya dari kendala atau masalah dari


melebarnya apikal karena instrumentasi.

 Dimulai dari daerah korona menuju apikal. Pelebaran saluran


akar dimulai dari daerah sepertiga tengah & sepertiga korona
saluran akar dengan menggunakan instrumen rotatif.
Selanjutnya daerah sepertiga apikal di preparasi menggunakan
K-file dengan gerakan memutar tanpa tekanan, diikuti file
berikutnya dengan ukuran yang lebih kecil sampai salah satu
file mencapai panjang kerja sebenarnya (file dimulai dari
ukuran besar ke ukuran yang lebih kecil).

o Obturasi adalah proses tahapan dimana saluran akar sudah dilakukan preparasi dan
sterilisasi akan dimasukkan bahan pengisi guna mencegah terjadinya infeksi ulang.
Tujuan utama pengisian saluran akar adalah mendapatkan penutupan tiga dimensi
yang komplit pada sistem saluran akar. Syarat obturasi saluran akar gigi yaitu Gigi
asimtomatik atau tidak ada keluhan dari pasien, Saluran akar bersih dan cukup kering,
serta tidak ada eksudat, Tumpatan sementara dalam keadaan baik, Tes bakteri negatif,
Tidak terdapat bau busuk.
o Prosedur PSA secara runtut ialah
• Melakukan pemeriksaan subyektif, obyektif, pengambilan foto
klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu radiografis,
• Menentukan diagnosis dan rencana perawatan.
• Menjelaskan pada pasien tentang penyakit, prosedur perawatan,
biaya, hasil yang dicapai dan kemungkinan kegagalan
• Pasien menandatangani inform consent setelah setuju
• Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah)
• Anestesi menggunakan larutan anestesi lokal dengan teknik
infiltrasi
• Isolasi daerah kerja
• Membersihkan sisa karies dan restorasi yang buruk
• Preparasi/ akses kamar pulpa.
• Irigasi
• Penjajakan saluran akar dan ekstirpasi jaringan pulpa
• Preparasi koronal 2/3 panjang kerja
• Preparasi apikal
• Pemeriksaan hasil preparasi
• Medikasi
• Pengisian saluran akar/ obturasi

3.4 BAHAN MEDIKAMENTOSA INTRACANAL


o Perawatan endodontik pada pulpa gigi yang masih vital tidak memerlukan
medikasi intrakanal sehingga dapat diselesaikan dalam satu kali kunjungan.
o Namun jika dalam waktu yang tidak cukup, maka perlu diberikan medikamen di
dalam saluran akar untuk menjamin sterilitas hingga saatnya dilakukan pengisian
saluran akar. Pada kasus nekrosis pulpa/ periodontitis apikal, pemberian
medikamen antar kunjungan sangat diperlukan untuk memperoleh sterilitas yang
maksimal.
o Tujuan pemberian medikamen intracanal yaitu untuk mengurangi peradangan
periradikuler dengan demikian mengurangi rasa sakit antar kunjungan, berguna
dalam pengobatan periodontitis apikal, misalnya dalam kasus peradangan yang
disebabkan karena over instrumentasi, serta untuk mengurangi jumlah/membunuh
bakteri di dalam saluran akar dan membatasi pertumbuhan bakteri baru
o Bahan medikamentosa intrakanal, yaitu

1. Essential Oils meliputi : Eugenol dimana zat ini merupakan esensi


kimia minyak cengkeh dan berhubungan dengan fenol. Namun
sekarang penggunaannya tidak lagi direkomendasikan karena dianggap

sebagai toksin jaringan periradikuler.

2. Senyawa fenolik meliputi :


o Fenol merupakan medikamen intrakanal yang digunakan
selama bertahun-tahun, namun karna memiliki potensi
peradangan yang kuat sehingga jarang digunakan,
o Camphorated Monoparachlorophenol (CMCP) merupakan
medikamen intracanal yang digunakan selama bertahun-tahun
tetapi juga tidak lagi digunakan,
o Parakhlorofenol,
o Kresatin,
o Aldehida yang terdiri dari formokresol,
paraformaldehid,glutaraldehid.
3. Kalsium Hidroksida telah digunakan oleh ahli endodontik hingga
sekarang sejak tahun 1920 oleh Hermann.Kelebihannya dapat
menghambat resopsi akar, merangsang penyembuhan periapical,
mendorong mineralisasi,namun kekurangan nya sulit untuk
dikeluarkan dari kanal, mengurangi waktu pengerasan semen berbahan
dasar zinc oxide eugenol, serta memiliki efek sedikit atau tidak ada
pada keparahan nyeri pasca obturasi.
4. Halogen yang meliputi sodium hipoklorit dan iodine
5. Klorheksidin glukonat : klorheksidin menunjukan aktivitas antibakteri
spektrum luas dan toksisitas yg rendah, serta terbukti mampu efektif
melawan E. faecalis dan Candida albicans.
6. Antibiotic
7. Kombinasi antibiotic dan kortikosteroid

3.5 BAHAN DESINFEKSI SALURAN AKAR


o Bahan desinfeksi saluran akar adalah bahan yang digunakan untuk
meminimalkan/ menghilangkan populasi mikroorganisme pada sistem saluran
akar saat prosedur preparasi atau pasca preparasi saluran akar sebelum di obturasi.
o Bahan desinfeksi saluran akar :

1. Sodium hipoklorit (NaOCL) merupakan bahan desinfeksi yang paling banyak


digunakan pada saat ini. Dimana Sodium hipoklorit adalah zat pereduksi
berupa larutan yang berwarna jernih seperti warna jerami yang mengandung
sekitar 5% klorin yang tersedia. Sodium hipoklorit dengan konsentrasi 0,5-
5,2% dapat digunakan sebagai irigasi di saluran akar. Namun, konsentrasi
yang paling efektif yang direkomendasikan adalah Sodium hipoklorit dengan
konsentrasi 5,2%. Larutan Sodium hipoklorit memiliki kemampuan membilas
debris dari saluran akar, antimikroba dengan berspektrum luas, dapat
melarutkan jaringan vital dan nekrotik, dan sebagai lubrikasi (pelumas),
namun kelemahannya selain toksik juga tidak memiliki kemampuan
membersihkan smear layer di saluran akar gigi.
2. Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA) : EDTA dengan konsentrasi 17%
relatif tidak beracun dan hanya sedikit menyebabkan iritasi pada larutan yang
lemah dan bersifat khelasi sehingga memiliki kemampuan untuk
membersihkan smear layer. Namun, kelemahannya tidak memiliki daya
antimikroba. Penggunaan EDTA dengan konsentrasi 17% ini
direkomendasikan selama 1 menit diikuti dengan pembilasan akhir
menggunakan NaOCL pada perawatan saluran akar gigi.

3. Chlorhexidine (CHX) : Chlorhexidine dengan konsentrasi 2 % juga dapat


menjadi pilihan karena memiliki kemampuan antimikroba dengan spektrum
luas dan toksisitas rendah dan larut dalam air, namun tidak memiliki
kemampuan melarutkan jaringan nekrotik dan smear layer di saluran akar gigi.

3.6 TEKNIK PENGISIAN AKAR TUNGGAL

1. Teknik kondensasi lateral : bertujuan untuk mengisi saluran akar

secara tiga dimensi dengan gutta percha dan sealer tanpa melunakkan gutta percha
dengan bahan kimia atau panas. Teknik ini memiliki kontrol yang mudah sehingga
kemungkinan terjadi overfilling sangat kecil. Teknik kondensasi lateral memiliki
kekurangan, yaitu tidak menghasilkan pengisian yang homogen dengan demikian
kemungkinan munculnya rongga dapat terjadi di antara kerucut.

2. Teknik kondensasi vertikal/ Teknik “gutta percha panas” : untuk pengisian saluran
akar. Teknik ini menggunakan plugger yang dipanaskan, dilakukan kondensasi pada
guta-perca yang telah dilunakkan dengan panas ke arah vertikal dengan demikian
gutta percha akan mengalir dan mengisi seluruh lumen saluran akar. Kelebihan teknik
ini menghasilkan pengisian saluran akar yang homogen serta guta-percha yang
mampu beradaptasi secara baik dengan dentin. Kekurangannya adalah terkadang
terjadi pengisian yang berlebihan karena sulitnya mengontrol panjang kerja dan tidak
dapat dikeluarkan kembali dari jaringan apikal.

3. Teknik single-cone : Teknik yang menggunakan satu kerucut utama dan preparasi
saluran akar menggunakan instrumenputar ProTaper system. Penggunaan teknik
single-cone hanya membutuhkan waktu yang sedikit bila dibandingkan dengan teknik
kondensasi lateral. Kekurangan teknik ini adalah kurang efektif dalam pengisian
saluran akar karena kerucut utama yang besar tidak selalu bisa mengisi variasi
anatomis yang terjadi di saluran akar sehingga mengakibatkan porositas, pelarutan
semen.

3.7 TEKNIK PENGISIAN SALURAN AKAR TUNGGAL

• Cold lateral compaction :

1. Single-cone obturation technique :


Teknik obturasi yang paling sering digunakan dengan menggunakan single
cone guttta percha yang memiliki diameter ujung yang sama dan lancip
dengan file terakhir yang digunakan (MAF).

Saluran akar diobturasi dengan single cone gutta percha dan sealer : calcium
silicate–based sealers (CSBS), Zinc oxide– eugenol-based sealers, dan epoxy
resin–based sealers.

• Warm compaction (warm gutta-percha) :


1. Warm vertical compaction technique
The warm vertical condensation technique atau “warm guttapercha” technique,
dimana diperkenalkan oleh Schilder dengan tujuan untuk mengisi saluran akar utama
serta kanal lateral dan aksesori atau Teknik obturasi dengan tujuan mengisi semua
portal exit dengan maksimum gutta percha dan minimum sealer. Menggunakan heat
pluggers lalu ditekan secara vertikal sehingga gutta percha yang dilunakkan dengan
panas akan mengalir dan memenuhi saluran akar

Keuntungan teknik ini, yaitu : penutup kanal yang sangat baik secara apikal dan
lateral serta obturasi kanal lateral dan aksesorius yang lebih besar

Kekurangan dari teknik ini, yaitu : Jumlah waktu yang dibutuhkan, Risiko fraktur
akar vertikal akibat gaya yang tidak semestinya, Pengisian berlebih secara berkala
dengan gutta-percha atau sealer yang tidak dapat diambil dari jaringan periradikuler.

Langkah-langkah Warm vertical compaction technique :

1. (a and b) Master cone diadaptasikan pada saluran

akar yang telah dipreparasi

2. (c) Memutuskan bagian koronal master cone dengan

instrument yang dipanaskan

3. (d) pemadatan master cone.

4. (e) Segmen berurutan dihilangkan dengan heat carrier diikuti dengan pemadatan

5. (f – h) Ketika sepertiga apical tercapai, saluran akar di isi dengan segmen gutta perca
yang di panaskan, di ikuti pemadatan dengan plugger yang sesuai.
2. Warm lateral compaction technique

Teknik ini memberikan keuntungan pada teknik termoplastik serta kontrol


panjang selama obturasi. Teknik ini melibatkan penempatan master cone dan
pemadatan lateral menggunakan heat carriers seperti tip Endotec II
(Medidenta) dan tip EndoTwinn (Hu-Friedy).

Perangkat ditempatkan di samping master cone dan diaktifkan diikuti dengan


penempatan unheated spreader di ruang yang sebelumnya ditempati oleh heat
carrier. Accessory cone kemudian ditempatkan dan proses diulang sampai
saluran terisi.

3.8 MACAM-MACAM BAHAN PENGISI SALURAN AKAR


 Bahan pengisi saluran akar merupakan bahan yang dimasukkan pada saluran akar
setelah gigi dipreparasi dan diirigasi. Bahan ini diberikan untuk memberikan kekuatan
pada gigi, yaitu sebagai bahan pengganti dentin dan jaringan yang diambil saat
preparasi.
 Bahan pengisi saluran akar utama biasanya bahan padat/ semi padat dan disertai
dengan semen saluran akar atau sealer. Ada beberapa jenis sealer yaitu Zink oxide
eugenol, kalsium hidroksida, dan resin komposit.

Kriteria Bahan Pengisin Saluran Akar Yang Ideal :

 Harus mudah dimasukkan ke dalam saluran akar.


 Harus menutup saluran lateral dan apikal.
 Tidak menyusut setelah dimasukkan.
 Harus tahan terhadap kelembaban.
 Harus bakteriostatik atau setidaknya tidak mendorong pertumbuhan bakteri.
 Radiopak.
 Tidak menodai struktur gigi.
 Tidak mengiritasi jaringan periradicular.
 Harus steril, atau mudah dan cepat disterilkan, segera sebelum dimasukkan.
 Mudah dihapus/dihilangkan dari saluran akar, jika perlu.

Bahan pengisi saluran akar :

1. Gutta Percha :

Merupakan bahan pengisi saluran akar yang sering digunakan dan merupakan pilihan utama.
Komposisi dari gutta percha diantara lain adalah gutta percha 20%, zinc oxide 65%, heavy
metal sulfates 10%, dan wax/ resin 5%.

Kelebihannya yaitu bersifat plastis dan beradaptasi dengan baik terhadap dinding salutan akar
yang telah dipreparasi, mudah dikeluarkan dari kanal dan gutta-percha memiliki toksisitas
yang relatif kecil.

Kekurangannya yaitu tidak melekat pada dentin dan sedikit elastis sehingga dapat memantul
dan menjauh dari dinding saluran akar, Jika gutta percha dipanaskan kemudian didinginkan
maka akan terjadi pengkerutan. Aplikasi gutta percha tanpa adanya semen saluran akar
menyebabkan saluran akar menjadi tidak rapat.
2. Resilon :
Bahan pengganti gutta percha yang berbahan dasar resin polimer polikaprolakton yang
digunakan bersamaan dengan Epiphany, sealer resin untuk membentu ikatan adhesi pada
permukaan bahan inti resin, dinding saluran akar, dan sealer.

3. Silver Points (Ag) :


Memiliki bentuk dan komposisi, yaitu bahan perak murni yang berukuran seperti reamer.

• Kelebihannya yaitu mudah digunakan dan dapat disesuaikan dengan panjang kerja
nya, kekakuan dan fleksibilitas memungkinkan untuk obturasi saluran akar yang
bengkok atau sempit, bersifat radiopak dan mudah disterilkan.
• Kekurangannya yaitu dalam jangka panjang hasilnya akan kurang baik karena
memiliki adaptasi yang tidak baik pada dinding saluran akar yang tidak teratur,
mudah berkarat jika terkena cairan, sulit untuk dikeluarkan dari saluran akar;
pengisian yang kurang padat tidak terlihat jelas, dapat mengalami kebocoran.

4. Mineral Trioxide Aggregate (MTA) :

o MTA ini juga dapat menjadi pilihan bahan pengisian saluran akar karena sifat
fisiokimia dan bioaktif yang unggul. Kandungannya yaitu trikalsium silikat, dikalsium
silikat, trikalsium aluminat, tetrakalsium aluminoferit, kalsium sulfat, dan bismut
oksida.

o MTA memiliki sifat bioaktif yang baik dan dapat merangsang pelepasan sitokin dari
fibroblas pulpa, kemudian merangsang pembentukan jaringan keras. Bahan ini
digunakan dalam aplikasi pulp capping, untuk perawatan apikal yang terbuka pada
gigi permanen muda, perbaikan lesi perforasi, dan sebagai sealer (MTA Fillapex)
yang diindikasikan untuk pengisian saluran akar gigi permanen.
o Indikasi nya yaitu Obturasi MTA dikombinasikan dengan reseksi ujung akar, gigi
dengan apeks terbuka, resopsi internal, Dens in dente. Kontraindikasi nya yaitu
Kesulitan saat re-treatment terutama pada akar melengkung, dapat berubah warna
(estetika gigi interior)

5.. Glass ionomer telah dianjurkan untuk digunakan dalam obturasi karena sifat ikatannya
dengan dentin (memungkinkan adhesi antara bahan dan dinding saluran)

Kekurangan: harus dilepas jika diperlukan perawatan ulang. Sealer ini memiliki
aktivitas antimikroba minimal

3.9 HADIST

ِِAٌََُِ rtinya : "Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu
penyakit, akan sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah” (HR Muslim).

Maksud dari hadist tersebut yaitu motivasi kepada umat Islam untuk berobat ketika sedang
sakit sehingga sakitnya tidak dibiarkan dan bahwa kesembuhan dari penyakit itu bergantung
pada cocok/ tepatnya obat dengan penyakit tersebut. Serta dengan izin Allah seseorang
tersebut dapat sembuh dari penyakitnya.

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Perawatan saluran akar merupakan perawatan yang bertujuan untuk meringankan rasa
sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya serta
mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologis oleh jaringan
sekitarnya. Ini berarti bahwa tidak terdapat lagi gejala, dapat berfungsi dengan baik dan
tidak ada tanda-tanda patologis yang lain. Perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap
(triad endodontik), yaitu preparasi biomekanis meliputi pembersihan dan pembentukan,
sterilisasi yang meliputi irigasi dan disinfeksi serta pengisian saluran akar. Mikroba
direduksi atau dieliminasi di dalam sistem saluran akar, agar terjadi proses penyembuhan
melalui tindakan pembersihan dan pembentukan saluran akar (cleaning and shaping).
Pembersihan dilakukan dengan mengeluarkan jaringan pulpa vital dan nekrotik, serta
mereduksi mikroorganisme. Pembentukan dilakukan dengan membentuk saluran akar
sedemikian rupa agar saluran akar dapat menerima bahan pengisi dengan baik.

Dari hasil diskusi yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa trauma gigi
merupakan sebuah kasus yang mempunyai tingkat prevalensi relatif tinggi. Trauma gigi
terbagi menjadi trauma gigi yang tidak disengaja salah satunya kecelakaan lalulintas
seperti pada kasus, trauma gigi yang disengaja dan iatrogenik. Trauma yang terjadi pada
gigi dapat menimbulkan berbagai akibat pada gigi tergantung derajat keparahan trauma.
Gigi yang mengalami trauma berupa fraktur terutama pada gigi anterior akan menggangu
penampilan serta fungsi stomatognatik penderita. Gigi yang mengalami fraktur yang luas
disertai pulpa terbuka memerlukan penanganan yaitu perawatan saluran akar dan restorasi
yang diperkuat dengan inti pasak atau dengan restorasi mahkota pasak. Namun, sebelum
melakukan perawatan saluran akar, dilakukan beberapa pemeriksaan serta operator harus
mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni tentang proses perawatan
saluran akar serta alat dan bahan yang memadai juga akan sangat menentukan hasil akhir
dari perawatan saluran akar.

4.2 SARAN
Ada baiknya setiap mahasiswa memiliki sumber yang valid dalam setiap kegiatan diskusi
sehingga pembahasan yang dilakukan bisa berdasar sumber baik dan dapat
dipertanggungjawabkan dengan baik. Dan diharapkan pembahasan dapat focus pada tema
diskusi tidak melenceng terlalu jauh.

DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar.Z.A .2016.Perawatan saluran akar pada gigi permanen anak dengan bahan gutta
percha. Jurnal PDGI 65 (2) pp. 60-67

Davies, A., Foschi, F. and Patel, S. 2019. Textbook of Endodontology At a Glance. Hoboken:
Willey Blackwell.

Eriska Riyanti, drg., Sp. KGA. 2013. Penatalaksanaan Trauma Gigi Pada Anak. Bandung :
UNPAD

Farani, Wustha. 2018. Distribusi Frekuensi Fraktur Gigi Permanen di Rumah Sakit Gigi dan
Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta : Insisiva Dental Journal
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Vol.7. No.1.

Garg, Nisha. 2019. Textbook of Endodontics 4th Edition. India : Jaypee. Gopikrishna, V.
2021. Textbook of Grossman’s Endodontic Practice 14th Edition.

India : Wolters Kluwer.

Hutami, Ovilya Septy. 2020. Perawatan saluran akar (PSA) satu kali kunjungan pada gigi
molar pertama bawah kanan dengan restorasi endocrown resin komposit. Bandung : Jurnal
Kedokteran gigi Universitas Pandjajaran. Vol.32.No.1.

Kumar, Ashok. 2019. Intracanal medicaments - Their use in modern endodontics. India :
Journal of oral research and review.Vol.11.No.2.

Mahmoud.T, Richard E. 2009. Endodontics, Principles and Practice Walton - 4th Ed -


@dentallib - Saunders

Pary, Fakriantu Chaldun. 2015. Perawatan Gigi Insisivus Lateralis Kanan Maksila Fraktur
Ellis Kelas III. Yogyakarta : Majalah Kedokteran Gigi Klinik Universitas Gadjah Mada.
Vol.1.No.2.

Rusmiany, Putu. 2017. PENGGUNAAN BAHAN RESIN SEBAGAI SEALER ADESIF PADA
PENGISIAN SALURAN AKAR. Denpasar : Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati. Vol.13. No.1.

Torabinejad, M. 2021. Textbook of Endodontics Principle and Practice. London : Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai