PENDAHULUAN
Trauma gigi diklasifikasikan oleh beberapa ahli, ada yang menurut Ellis, menurut
Ellis dan Davey, menurut WHO, serta menurut Andreasen. Trauma gigi juga terbagi menjadi
trauma gigi yang tidak disengaja, trauma gigi yang disengaja dan iatrogenik. Trauma gigi
yang tidak disengaja meliputi jatuh, benturan, olahraga, kecelakaan lalu lintas, dan menggigit
benda yang keras adapun trauma gigi yang disengaja seperti kekerasan fisik. Sedangkan
iatrogenic yang sering terjadi seperti kerusakan mahkota atau bridges, avulsi hingga nekrosis
pulpa.
Trauma yang terjadi pada gigi dapat menimbulkan berbagai akibat pada gigi
tergantung derajat keparahan trauma. Maka dari itu, Gigi yang mengalami trauma diperlukan
beberapa pemeriksaan guna untuk menentukan diagonosa dan rencana perawatan yang tepat
pada penderita.
Gigi yang mengalami trauma berupa fraktur terutama pada gigi anterior akan
menggangu penampilan serta fungsi stomatognatik penderita. Serta bila mahkota atau akar
gigi mengalami fraktur, dapat terjadi beberapa kemungkinan yaitu pulpa dapat sembuh dan
tetap vital, atau nekrosis pulpa segera terjadi setelah trauma atau dapat mengalami degenerasi
progresif dan akhirnya nekrosis. Gigi yang mengalami fraktur yang luas disertai pulpa
terbuka memerlukan penanganan yaitu perawatan saluran akar dan restorasi yang diperkuat
dengan inti pasak atau dengan restorasi mahkota pasak.
Perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap (triad endodontik), yaitu preparasi
biomekanis meliputi pembersihan dan pembentukan, sterilisasi yang meliputi irigasi dan
disinfeksi serta pengisian saluran akar. Mikroba direduksi atau dieliminasi di dalam sistem
saluran akar, agar terjadi proses penyembuhan melalui tindakan pembersihan dan
pembentukan saluran akar (cleaning and shaping).Pembersihan dilakukan dengan
mengeluarkan jaringan pulpa vital dan nekrotik, serta mereduksi mikroorganisme.
Pembentukan dilakukan dengan membentuk saluran akar sedemikian rupa agar saluran akar
dapat menerima bahan pengisi dengan baik.
Perawatan saluran akar dapat dilakukan dengan satu kali kunjungan maupun beberapa
kali kunjungan. Kebutuhan perawatan saluran akar satu kali kunjungan terus meningkat,
dikarenakan semakin meningkatnya tingkat kesibukan masyarakat sehingga tidak mempunyai
cukup waktu untuk melakukan perawatan gigi dengan kunjungan berulang. Namun, masalah
utama yang harus dipertimbangkan oleh dokter gigi adalah efektivitas, komplikasi, biaya dan
kepuasan pasien/operator.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prosedur perawatan saluran akar pada gigi
vital
Trauma
Pulpitis
Irreversible
PSA dan
Mahkota pasak
Trauma yang terjadi pada gigi dapat menimbulkan berbagai akibat pada gigi tergantung
derajat keparahan trauma. Gigi yang mengalami trauma berupa fraktur terutama pada gigi
anterior akan menggangu penampilan serta fungsi stomatognatik penderita. Trauma gigi
diklasifikasikan oleh beberapa ahli, Menurut Ellis dan Davey (1970) mengklasifikasi trauma
menjadi beberapa kelas, yaitu :
➢ Kelas 2 : Fraktur mahkota yang luas yang telah melibatkan dentin namun belum
mengenai pulpa,
➢ Kelas 3 : Fraktur mahkota yang luas yang melibatkan dentin dan menyebabkan
terbukanya pulpa.
➢ Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan atau
tanpa kehilangan struktur mahkota.
➢ Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan/ terlepasnya gigi atau
avulsi.
➢ Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota gigi.
➢ Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa : Infraksi email, Fraktur email,
Fraktur email-dentin, Fraktur mahkota kompleks, Fraktur mahkota-akar tidak
kompleks, Fraktur mahkota-akar kompleks, Fraktur akar.
➢ Kerusakan pada jaringan keras gigi, pulpa, dan tulang alveolar : Concussion,
Sublukasi, Luksasi ekstrusif, Luksasi intrusif, Luksasi lateral, Avulsi.
➢ Kerusakan pada gusi atau jaringan lunak rongga mulut : Laserasi, Konstusi,
Abrasi.
Trauma gigi juga terbagi menjadi trauma gigi yang tidak disengaja, trauma gigi yang
disengaja dan iatrogenik. Trauma gigi yang tidak disengaja meliputi jatuh, benturan,
olahraga, kecelakaan lalu lintas seperti yang dialami pasien pada kasus, dan menggigit
benda yang keras adapun trauma gigi yang disengaja seperti kekerasan fisik.
Sedangkan iatrogenic yang sering terjadi seperti kerusakan mahkota atau bridges,
avulsi hingga nekrosis pulpa.
Gigi yang mengalami fraktur yang luas disertai pulpa terbuka memerlukan
penanganan yaitu perawatan saluran akar dan restorasi yang diperkuat dengan inti
pasak atau dengan restorasi mahkota pasak. Maka dari itu, sebelum dilakukan
tindakan perawatan saluran akar diperlukan beberapa pemeriksaan guna untuk
menentukan diagonosa pada penderita, dimana pemeriksaan terbagi menjadi :
1. Pemeriksaan Subjektif berupa data umum pasien (Identitas pasien), keluhan utama
pasien, Riwayat keluhan utama pasien, untuk mengetahui riwayat medis pasien serta
riwayatan kesehatan gigi pasien.
2. Pemeriksaan Objektif :
o Pemeriksaan ekstraoral untuk menilai asimetri wajah,
palpasi nodus limfa, periksa m. temporalis dan m. masseter untuk melihat apakah ada
hipertrofi atau tidak, serta ada tidaknya disfungsi pada TMJ (Temporomandibular Joint).
o Pemeriksaan intraoral yang meliputi pemeriksaan jaringan keras gigi dan pemeriksaan
mukosa mulut, tes palpasi, tes perkusi, cek status periodontal, penilaian retakan.
o Pulp vitality test terdiri dari tes thermal, tes panas, tes dingin, EPT (Electric Pulp Tester).
o Pemeriksaan Penunjang yaitu pemeriksaan radiografi periapical atau cone beam computed
tomography (CBCT) untuk dapat melihat perkembangan akar, ukuran pulpa dan jarak dengan
garis fraktur, serta kelainan pada jaringan pendukung.
o Sebelum melakukan perawatan saluran akar, operator harus mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang mumpuni tentang prosedur perawatan saluran akar dan teknik-tekniknya
dimana perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap ( Triad endodontik), yaitu :
o Selain itu perlu mengetahui armentarium atau alat dan bahan yang memadai juga akan
sangat menentukan hasil akhir dari perawatan saluran akar. Dengan demikian, hasil
perawatan saluran akar yang dilakukan harus dapat diprediksi tingkat keberhasilannya.
BAB III
PEMBAHASAN
Fraktur Ellis Klas 3 = Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan
menyebabkan terbukanya pulpa
C. Teknik step-back
menghasilkan bentuk corong yang lebih halus dari korona ke apeks. Teknik ini
merupakan teknik yang sering dilakukan di klinik. Preparasi saluran akar dimulai dari
daerah apikal menuju korona menggunakan MAF yang panjangnya sesuai panjang
kerja yaitu panjang gigi dikurangi 2 mm. File lebih besar digunakan berikutnya
dengan panjang kerja 1 mm lebih pendek dari file sebelumnya sampai tiga nomor di
atas MAF. Setiap peningkatan nomor diikuti dengan pengurangan panjang kerja
sebesar 1 mm dan selalu dilakukan rekapitulasi dan irigasi.Teknik step-back dapat
digunakan untuk sebagian besar saluranakar, seperti saluranakarlurus, saluran akar
bengkok, saluran akar dengan pembengkokan sempit
o Perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap (triad endodontik), yaitu
Preparasi biomekanis saluran akar meliputi pembersihan dan pembentukan,
Sterilisasi yang meliputi irigasi dan desinfeksi, serta Obturasi atau.pengisian
saluran akar.
o Preparasi Saluran Akar yang ideal meliputi 4 tahap, yaitu : Menentukan arah
saluran akar, Membersihkan saluran akar (cleaning), Membentuk saluran akar
(shaping), Preparasi daerah apikal.
2. Teknik Step-Back :
Menggunakan GliddenGatesdanfileyanglebihbesardi1/3
koronal dari saluran akar (dari orifice) dan file semakin kecil
yang digunakan dari mahkota ke bawah' sampai panjang yang
diinginkan tercapai.
o Obturasi adalah proses tahapan dimana saluran akar sudah dilakukan preparasi dan
sterilisasi akan dimasukkan bahan pengisi guna mencegah terjadinya infeksi ulang.
Tujuan utama pengisian saluran akar adalah mendapatkan penutupan tiga dimensi
yang komplit pada sistem saluran akar. Syarat obturasi saluran akar gigi yaitu Gigi
asimtomatik atau tidak ada keluhan dari pasien, Saluran akar bersih dan cukup kering,
serta tidak ada eksudat, Tumpatan sementara dalam keadaan baik, Tes bakteri negatif,
Tidak terdapat bau busuk.
o Prosedur PSA secara runtut ialah
• Melakukan pemeriksaan subyektif, obyektif, pengambilan foto
klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu radiografis,
• Menentukan diagnosis dan rencana perawatan.
• Menjelaskan pada pasien tentang penyakit, prosedur perawatan,
biaya, hasil yang dicapai dan kemungkinan kegagalan
• Pasien menandatangani inform consent setelah setuju
• Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah)
• Anestesi menggunakan larutan anestesi lokal dengan teknik
infiltrasi
• Isolasi daerah kerja
• Membersihkan sisa karies dan restorasi yang buruk
• Preparasi/ akses kamar pulpa.
• Irigasi
• Penjajakan saluran akar dan ekstirpasi jaringan pulpa
• Preparasi koronal 2/3 panjang kerja
• Preparasi apikal
• Pemeriksaan hasil preparasi
• Medikasi
• Pengisian saluran akar/ obturasi
secara tiga dimensi dengan gutta percha dan sealer tanpa melunakkan gutta percha
dengan bahan kimia atau panas. Teknik ini memiliki kontrol yang mudah sehingga
kemungkinan terjadi overfilling sangat kecil. Teknik kondensasi lateral memiliki
kekurangan, yaitu tidak menghasilkan pengisian yang homogen dengan demikian
kemungkinan munculnya rongga dapat terjadi di antara kerucut.
2. Teknik kondensasi vertikal/ Teknik “gutta percha panas” : untuk pengisian saluran
akar. Teknik ini menggunakan plugger yang dipanaskan, dilakukan kondensasi pada
guta-perca yang telah dilunakkan dengan panas ke arah vertikal dengan demikian
gutta percha akan mengalir dan mengisi seluruh lumen saluran akar. Kelebihan teknik
ini menghasilkan pengisian saluran akar yang homogen serta guta-percha yang
mampu beradaptasi secara baik dengan dentin. Kekurangannya adalah terkadang
terjadi pengisian yang berlebihan karena sulitnya mengontrol panjang kerja dan tidak
dapat dikeluarkan kembali dari jaringan apikal.
3. Teknik single-cone : Teknik yang menggunakan satu kerucut utama dan preparasi
saluran akar menggunakan instrumenputar ProTaper system. Penggunaan teknik
single-cone hanya membutuhkan waktu yang sedikit bila dibandingkan dengan teknik
kondensasi lateral. Kekurangan teknik ini adalah kurang efektif dalam pengisian
saluran akar karena kerucut utama yang besar tidak selalu bisa mengisi variasi
anatomis yang terjadi di saluran akar sehingga mengakibatkan porositas, pelarutan
semen.
Saluran akar diobturasi dengan single cone gutta percha dan sealer : calcium
silicate–based sealers (CSBS), Zinc oxide– eugenol-based sealers, dan epoxy
resin–based sealers.
Keuntungan teknik ini, yaitu : penutup kanal yang sangat baik secara apikal dan
lateral serta obturasi kanal lateral dan aksesorius yang lebih besar
Kekurangan dari teknik ini, yaitu : Jumlah waktu yang dibutuhkan, Risiko fraktur
akar vertikal akibat gaya yang tidak semestinya, Pengisian berlebih secara berkala
dengan gutta-percha atau sealer yang tidak dapat diambil dari jaringan periradikuler.
4. (e) Segmen berurutan dihilangkan dengan heat carrier diikuti dengan pemadatan
5. (f – h) Ketika sepertiga apical tercapai, saluran akar di isi dengan segmen gutta perca
yang di panaskan, di ikuti pemadatan dengan plugger yang sesuai.
2. Warm lateral compaction technique
1. Gutta Percha :
Merupakan bahan pengisi saluran akar yang sering digunakan dan merupakan pilihan utama.
Komposisi dari gutta percha diantara lain adalah gutta percha 20%, zinc oxide 65%, heavy
metal sulfates 10%, dan wax/ resin 5%.
Kelebihannya yaitu bersifat plastis dan beradaptasi dengan baik terhadap dinding salutan akar
yang telah dipreparasi, mudah dikeluarkan dari kanal dan gutta-percha memiliki toksisitas
yang relatif kecil.
Kekurangannya yaitu tidak melekat pada dentin dan sedikit elastis sehingga dapat memantul
dan menjauh dari dinding saluran akar, Jika gutta percha dipanaskan kemudian didinginkan
maka akan terjadi pengkerutan. Aplikasi gutta percha tanpa adanya semen saluran akar
menyebabkan saluran akar menjadi tidak rapat.
2. Resilon :
Bahan pengganti gutta percha yang berbahan dasar resin polimer polikaprolakton yang
digunakan bersamaan dengan Epiphany, sealer resin untuk membentu ikatan adhesi pada
permukaan bahan inti resin, dinding saluran akar, dan sealer.
• Kelebihannya yaitu mudah digunakan dan dapat disesuaikan dengan panjang kerja
nya, kekakuan dan fleksibilitas memungkinkan untuk obturasi saluran akar yang
bengkok atau sempit, bersifat radiopak dan mudah disterilkan.
• Kekurangannya yaitu dalam jangka panjang hasilnya akan kurang baik karena
memiliki adaptasi yang tidak baik pada dinding saluran akar yang tidak teratur,
mudah berkarat jika terkena cairan, sulit untuk dikeluarkan dari saluran akar;
pengisian yang kurang padat tidak terlihat jelas, dapat mengalami kebocoran.
o MTA ini juga dapat menjadi pilihan bahan pengisian saluran akar karena sifat
fisiokimia dan bioaktif yang unggul. Kandungannya yaitu trikalsium silikat, dikalsium
silikat, trikalsium aluminat, tetrakalsium aluminoferit, kalsium sulfat, dan bismut
oksida.
o MTA memiliki sifat bioaktif yang baik dan dapat merangsang pelepasan sitokin dari
fibroblas pulpa, kemudian merangsang pembentukan jaringan keras. Bahan ini
digunakan dalam aplikasi pulp capping, untuk perawatan apikal yang terbuka pada
gigi permanen muda, perbaikan lesi perforasi, dan sebagai sealer (MTA Fillapex)
yang diindikasikan untuk pengisian saluran akar gigi permanen.
o Indikasi nya yaitu Obturasi MTA dikombinasikan dengan reseksi ujung akar, gigi
dengan apeks terbuka, resopsi internal, Dens in dente. Kontraindikasi nya yaitu
Kesulitan saat re-treatment terutama pada akar melengkung, dapat berubah warna
(estetika gigi interior)
5.. Glass ionomer telah dianjurkan untuk digunakan dalam obturasi karena sifat ikatannya
dengan dentin (memungkinkan adhesi antara bahan dan dinding saluran)
Kekurangan: harus dilepas jika diperlukan perawatan ulang. Sealer ini memiliki
aktivitas antimikroba minimal
3.9 HADIST
ِِAٌََُِ rtinya : "Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu
penyakit, akan sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah” (HR Muslim).
Maksud dari hadist tersebut yaitu motivasi kepada umat Islam untuk berobat ketika sedang
sakit sehingga sakitnya tidak dibiarkan dan bahwa kesembuhan dari penyakit itu bergantung
pada cocok/ tepatnya obat dengan penyakit tersebut. Serta dengan izin Allah seseorang
tersebut dapat sembuh dari penyakitnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Perawatan saluran akar merupakan perawatan yang bertujuan untuk meringankan rasa
sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya serta
mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologis oleh jaringan
sekitarnya. Ini berarti bahwa tidak terdapat lagi gejala, dapat berfungsi dengan baik dan
tidak ada tanda-tanda patologis yang lain. Perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap
(triad endodontik), yaitu preparasi biomekanis meliputi pembersihan dan pembentukan,
sterilisasi yang meliputi irigasi dan disinfeksi serta pengisian saluran akar. Mikroba
direduksi atau dieliminasi di dalam sistem saluran akar, agar terjadi proses penyembuhan
melalui tindakan pembersihan dan pembentukan saluran akar (cleaning and shaping).
Pembersihan dilakukan dengan mengeluarkan jaringan pulpa vital dan nekrotik, serta
mereduksi mikroorganisme. Pembentukan dilakukan dengan membentuk saluran akar
sedemikian rupa agar saluran akar dapat menerima bahan pengisi dengan baik.
Dari hasil diskusi yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa trauma gigi
merupakan sebuah kasus yang mempunyai tingkat prevalensi relatif tinggi. Trauma gigi
terbagi menjadi trauma gigi yang tidak disengaja salah satunya kecelakaan lalulintas
seperti pada kasus, trauma gigi yang disengaja dan iatrogenik. Trauma yang terjadi pada
gigi dapat menimbulkan berbagai akibat pada gigi tergantung derajat keparahan trauma.
Gigi yang mengalami trauma berupa fraktur terutama pada gigi anterior akan menggangu
penampilan serta fungsi stomatognatik penderita. Gigi yang mengalami fraktur yang luas
disertai pulpa terbuka memerlukan penanganan yaitu perawatan saluran akar dan restorasi
yang diperkuat dengan inti pasak atau dengan restorasi mahkota pasak. Namun, sebelum
melakukan perawatan saluran akar, dilakukan beberapa pemeriksaan serta operator harus
mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni tentang proses perawatan
saluran akar serta alat dan bahan yang memadai juga akan sangat menentukan hasil akhir
dari perawatan saluran akar.
4.2 SARAN
Ada baiknya setiap mahasiswa memiliki sumber yang valid dalam setiap kegiatan diskusi
sehingga pembahasan yang dilakukan bisa berdasar sumber baik dan dapat
dipertanggungjawabkan dengan baik. Dan diharapkan pembahasan dapat focus pada tema
diskusi tidak melenceng terlalu jauh.
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar.Z.A .2016.Perawatan saluran akar pada gigi permanen anak dengan bahan gutta
percha. Jurnal PDGI 65 (2) pp. 60-67
Davies, A., Foschi, F. and Patel, S. 2019. Textbook of Endodontology At a Glance. Hoboken:
Willey Blackwell.
Eriska Riyanti, drg., Sp. KGA. 2013. Penatalaksanaan Trauma Gigi Pada Anak. Bandung :
UNPAD
Farani, Wustha. 2018. Distribusi Frekuensi Fraktur Gigi Permanen di Rumah Sakit Gigi dan
Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta : Insisiva Dental Journal
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Vol.7. No.1.
Garg, Nisha. 2019. Textbook of Endodontics 4th Edition. India : Jaypee. Gopikrishna, V.
2021. Textbook of Grossman’s Endodontic Practice 14th Edition.
Hutami, Ovilya Septy. 2020. Perawatan saluran akar (PSA) satu kali kunjungan pada gigi
molar pertama bawah kanan dengan restorasi endocrown resin komposit. Bandung : Jurnal
Kedokteran gigi Universitas Pandjajaran. Vol.32.No.1.
Kumar, Ashok. 2019. Intracanal medicaments - Their use in modern endodontics. India :
Journal of oral research and review.Vol.11.No.2.
Pary, Fakriantu Chaldun. 2015. Perawatan Gigi Insisivus Lateralis Kanan Maksila Fraktur
Ellis Kelas III. Yogyakarta : Majalah Kedokteran Gigi Klinik Universitas Gadjah Mada.
Vol.1.No.2.
Rusmiany, Putu. 2017. PENGGUNAAN BAHAN RESIN SEBAGAI SEALER ADESIF PADA
PENGISIAN SALURAN AKAR. Denpasar : Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati. Vol.13. No.1.