Tutorial 2
Website: www.umy.ac.id
2019
Nama Anggota :
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan diskusi pleno
pada blok 16 skenario PBL 3 ini. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi kita
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Laporan ini disusun guna melengkapi tugas dalam hasil diskusi tutorial pada blok
16 skenario 3 PBL program studi Kedokteran Gigi Fakuktas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan yang mendalam
karena laporan ini tidak terlepas dari dukungan, semangat, seta bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena Nya kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Allah SWT
2. Orang tua penulis yang selalu mendoakan
3. drg. Iwan Dewanto, M.M. sebagai tutor pada kelompok tutorial 2
4. Teman teman kita tercinta
5. Dan semua yang telah membantu kita dalam pengerjaan laporan diskusi pleno ini
Semoga Laporan Diskusi Pleno ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat
menambah ilmu pengetahuan. Laporan ini disusun sebaik-baiknya, namun masih terdapat
kekurangan di dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.
I. Skenario
A 23-years-old female patient went to the hospital emergency room. There was an opened
wound bleeding around upper lip and she couldn’t cheewing. The intra oral examinition
showed that 11 and 12 tooth was luxation and traumatic occlusion. The radiographic
discription was fracture alveolar 11 and 12. General examinition : blood pressure : 110/80
mm/Hg and respiration : 20 times/minute
B. Analisis Masalah
1. Definisi fraktur dentoalveolar
Kerusakan jaringan keras pada struktur gigi dan alveolus yang disebabkan oleh
trauma meliputi luksasi, sublkuksasi, dan avulsi gigi
2. Etiologi fraktur dentoalveolar
- faktor patologis : terdapat kista yang membesar dan tidak dirawat sehiungga
merusak tulang maksila atau mandibula
- Faktor presdisposisi : penyakit tulang seperti kista dan tumor rahang, oklusi
abnormal dan overjet lebih dari 4mm
- Faktor exciting : karena trauma, dibagi menjadi ; langsung (langsung mengenai
gigi, biasanya pada regio anterior)dan tidak langsung (terjadi ketika ada benturan
antara rahang bawah ke rahang atas, gigi patah pada bagian mahkota atau mahkota
sampai akar di gigi premolar dan molar dan juga pada kondilus dan simfisis
rahang), kontraksi otot secara mendadak sehingga tulang tempat otot melekat bisa
patah.
3. Klasifikasi fraktur dentoalveolar
Klasifikasi berdasarkan Le Fort
i. Le Fort tipe I
Merupakan jenis fraktur yang paling sering terjadi dan memyebabkan
terpisahnya prosesus alveolaris dan palatum durum. Fraktur ini
menyebabkan rahang atas mengalami pergerakan yang disebut floating jaw.
ii. Le Fort tipe II
Fraktur Le Fort tipe II atau disebut juga fraktur primadial. Manifestasi dari
fraktur ini adalah edema di kedua periorbital, disertai ekimosis, yang
tampak seperti raccoon sign. Biasanya ditemukan juga hiposthesia si nervus
infraorbital. Kondisi ini umumnya terjadi karena trauma langsung atau laju
perkembangan dari edema.
iii. Le Fort tipe III
Fraktur ini disebut juga fraktur transversal, dimana menggambarkan adanya
disfungsi kraniofasial. Tanda yang terjadi adalah remuknya wajah serta
adanya mobilitas tulang zygomatikomaksila kompleks disertai dengan
keluarnya cairan serebrospinal, edema dan ekimosis periorbital.
Klasifikasi menurut WHO
a. Cedera jaringan keras gigi dan pupla
b. Cedera jaringan keras gigi, pulpa dan tulang alveolar
- Fraktur mahkota akar : fraktur yang mengenai email dentin dan
sementum
- Fraktur akar : fraktur yang mengenai dentin sementum dan pulpa tanpa
melibatkan lapisan email
- Fraktur dinding soket gigi : fraktur tulang alveolar yang melibatkan
dionding soket labial atau lingual dibatasi oleh bagian fasial atau lingual
dari dinding soket
- Fraktur prosesus alveolar : fraktur yang mengenai prosesus alveolar
dengan atau tanpa melibatkan soket
- Fraktur korpus mandibula atau maksila : fraktur pada korpus maksila
atau mandibula yang melibatkan prosesus alveolaris dengan atau tanpa
melibatkan soket
Fraktur dentoalveolar adalah suatu kondisi kerusakan jaringan keras pada struktur
gigi dan alveolus yang disebabkan oleh trauma meliputi luksasi, sublkuksasi, dan avulsi
gigi. Fraktur tersebut diklasifikasikan menurut Le Fort yang terdiri dari Tipe 1,2, dan 3
sedangkan menurut WHO dibedakan menjadi cedera jaringan keras gigi dan pulpa, cedera
jaringan keras gigi, pulpa, dan tulang alveolar, cedera pada jaringan pendukung, serta
cedera pada jaringan periodontal. Penatalaksanaan dari fraktur dentoalveolar sendiri
meliputi debridemen, pemberian obat analgesik untuk mengurangi nyeri, reposisi,
imobilisasi, fiksasi, dan mobilisasi.