A 23-years-old female patient went to the hospital emergency room. There was an opened
wound bleeding around upper lip and she couldn’t cheewing. The intra oral examinition
showed that 11 and 12 tooth was luxation and traumatic occlusion. The radiographic discription
was fracture alveolar 11 and 12. General examinition : blood pressure : 110/80 mm/Hg and
respiration : 20 times/minute.
Sumber makalah drg edwyn/ppt baca aja ya lur. Ini sumpah banyak bgt.
b. 1/3 tengah wajah (Le Fort) yang harus tahu!!! : meliputi tulang
Tanda klinis :
dislokasi, ada krepitasi, pergerakan yang tidak normal dari hidung, nampak jelas adanya
fragmen atau patahan dari tulang tersebut
Tanda tidak pasti (perlu dilakukan pemeriksaan penunjang):
Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan fraktur dentoalveolar ialah oklusi yang
abnormal, adanya overjet lebih dari 4mm, inklinasi gigi insisal ke arah labial, bibir yang
inkompeten, pendeknya bibir atas, dan bernafas lewat hidung. Kondisi tersebut dapat
dilihat pada individu dengan kelainan maloklusi kelas II divisi I Angle, atau pada orang
dengan kebiasaan buruk menghisap ibu jari makalah drg Edwyn.
5. Pemeriksaan yang dilakukan
Pemeriksaan terhadap pasien meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik yang terdiri
atas keadaan umum, kondisi ekstra oral dan intra oral (Sirait dkk., 2008).
Anamnesis terkait pertanyaan seperti : Lima pertanyaan yang harus diketahui
untuk mengetahui riwayat penyakit pasien penderita fraktur maksilofasial ialah:
• Bagaimana kejadiannya?
• Kapan kejadiannya?
• Spesifikasi luka, termasuk tipe objek yang terkena, arah terkena, dan alat yang
kemungkinan dapat menyebabkannya?
• Apakah pasien mengalami hilangnya kesadaran?
• Gejala apa yang sekarang diperlihatkan oleh pasien, termasuk nyeri, sensasi,
perubahan penglihatan, dan maloklusi?
Pemeriksaan fisik/objektif :
Jaringan keras Pada gigi dapat terjadi fraktur mahkota, dengan atau tanpa
terbukanya kamar pulpa, dengan perkusi yang positif. Gigi dapat goyang,
bergeser ke segala arah, ekstrusi, intrusi dan bahkan avulsi. Perubahan
tersebut dapat menimbulkan maloklusi. Gigi yang tidak tampak bergeser
tetapi goyang dicurigai telah mengalami fraktur akar, baik vertikal maupun
horisontal. Fraktur yang paling sulit dideteksi adalah fraktur akar yang stabil
dan retak vertikal mahkota gigi posterior. Dalam keadaan itu harus
dilakukan sondasi, perkusi dan tekan. Bila ada gigi yang tampak hilang,
perlu dipastikan bahwa tidak ada akar gigi yang tertinggal.
a. Emergency
Pada perawatan Emergency, sebagian besar tindakan diarahkan untuk life saving.,
yang meliputi prinsip ABCDE, stabilisasi kondisi pasien, dan debridement.
Prinsip ABCDE :
Control Airway : Menghilangkan fragmen-fragmen gigi dan tulang yang
fraktur, Yang perlu dilakukan adalah melindungi jalan pernapasan dengan
membersihkan mulut dan orofaring.
Breathing : Pada tahapan ini yang dinilai adalah ada atau tidaknya henti
napas dan kemampuan pasien untuk menghembuskan udara keluar dengan
baik dari dalam dada.
Circulation : dilakukan dengan cara Kontrol perdarahan dari hidung atau
luka intraoral untuk meningkatkan jalan nafas dan mengontrol perdarahan.
Terakhir, menempatkan pembalut untuk mengontrol perdarahan dari
laserasi wajah yang meluas dan perdarahan kepala. Ada 3 penemuan klinis
yang dapat memberikan informasi mengenai keadaan hemodinamik, yakni
tingkat kesadaran, warna kulit dan nadi. Jika volume darah menurun, perfusi
oksigen ke otak menjadi berkurang dan akhirnya menyebabkan penurunan
tingkat kesadaran. Warna kulit juga dapat menunjukkan keadaan penurunan
volume darah yakni ditandai oleh wajah dan kulit ekstrimitas yang pucat.
Kecepatan nadi juga dapat menunjukkan adanya penurunan volume darah
yang ditandai oleh nadi yang cepat dan kecil.
Disablity : dengan pemeriksaan neurologis.
Exposure : Pada tahapan ini, hal yang perlu dilakukan adalah melonggarkan
atau melepaskan pakaian pasien agar dapat memeriksa bagian depan dan
belakang tubuhnya. Jika sulit melepaskan pakaian pasien, dapat juga
dilakukan dengan memotong pakaian pasien dengan gunting. Hal yang
penting lainnya adalah menutupi tubuh pasien dengan selimut hangat untuk
mencegah pasien mengalami hipotermia.
Prinsip stabilisasi kondisi pasien : Stabilisasi keadaan umum pasien dapat
dilakukan dengan Memposisikan bagian paha dan kaki lebih tinggi dari
kepala (autotransfusi), Substitusi cairan secara intravena, Pemberian obat
analgetik yang cukup, dan Melindungi pasien dari kedinginan.
Debridement : Debridement adalah suatu proses usaha menghilangkan
jaringan nekrotik atau jaringan nonvital dan jaringan yang sangat
terkontaminasi dari luka dengan mempertahankan secara maksimal struktur
anatomi yang penting seperti syaraf, pembuluh darah, tendo dan tulang.
Tujuan dasar debridement adalah mengurangi kontaminasi pada luka untuk
mengontrol dan mencegah infeksi.
b. Dini : Perawatan Dini, harus segera dilakukan dalam upaya mengurangi komplikasi
trauma dan menunjang penyembuhan. Mengurangi komplikasi trauma antara lain,
mengurangi perdarahan, mengurangi rasa sakit dan mengurangi mal fungsi
c. Definitif
Meliputi :
a. Reposisi/ reduction : Mengembalikan letak fragmen ke posisi yang benar
secara anatomi. Dapat dilakukan secara terbuka/ open reduction berarti dengan
operasi dan tertutup/ close reduction berarti tanpa operasi. Pedoman yang paling
baik dalam tindakan reduksi adalah oklusi dari gigi geligi.
KELEBIHAN KEKURANGAN
a. Primer : Penyembuhan cara ini terjadi internal remodelling yang meliputi upaya
langsung oleh korteks untuk membangun kembali dirinya ketika kontinuitas
terganggu. Agar fraktur menjadi menyatu, tulang pada salah satu sisi korteks
harus menyatu dengan tulang pada sisi lainnya (kontak langsung) untuk
membangun kontinuitas mekanis. Tidak ada hubungan dengan pembentukan
kalus. Terjadi internal remodelling dari haversian system dan penyatuan tepi
fragmen fraktur dari tulang yang patah.
b. sekunder
Penyembuhan sekunder meliputi respon dalam periostium dan jaringan-
jaringan lunak eksternal dan terjadi secara tumpang tindih. Proses penyembuhan
fraktur ini secara garis besar dibedakan :
1. inflamasi
Merupakan fase lanjutan dari fase hematom dan proliferasi mulai terbentuk
jaringan tulang yakni jaringan tulang kondrosit yang mulai tumbuh atau
disebut sebagai jaringan tulang rawan.
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh
mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan
tulang digabungkan dengan jaringan fibrous, tulang rawan, dan tulang serat
matur
Regulasi dari pembentukan kalus selama masa perbaikan fraktur dimediasi
oleh ekspresi dari faktor-faktor pertumbuhan. Salah satu faktor yang paling
dominan dari sekian banyak faktor pertumbuhan adalah Transforming
Growth Factor-Beta 1 (TGF-B1) yang menunjukkan keterlibatannya dalam
pengaturan differensiasi dari osteoblast dan produksi matriks ekstra seluler.
Faktor lain yaitu: Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) yang
berperan penting pada proses angiogenesis selama penyembuhan fraktur.
4. stadium konsolidasi
Dengan aktifitas osteoklast dan osteoblast yang terus menerus, tulang yang
immature (woven bone) diubah menjadi mature (lamellar bone). Keadaan
tulang ini menjadi lebih kuat sehingga osteoklast dapat menembus jaringan
debris pada daerah fraktur dan diikuti osteoblast yang akan mengisi celah di
antara fragmen dengan tulang yang baru. Proses ini berjalan perlahan-lahan
selama beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat untuk menerima beban
yang normal.
5. fase remodelling
Fraktur Dentoalveolar
Pemeriksaan
Commented [fkdik4]:
Commented [fkdik5]:
PROGNOSIS