Impaksi adalah gigi yang jalan erupsi normalnya terhalang atau terblokir, biasanya oleh
gigi didekatnya atau jaringan patologis. Impaksi diperkirakan secara klinis apabila gigi
antagonisnya sudah erupsi dan hampir bisa dipastikan apabila gigi yang terletak pada sisi
yang lain sudah erupsi (Pederson).
2. Etiologi impaksi
Penyebab dari gigi impaksi bisa disebabkan oleh faktor lokal dan faktor sistemik. Faktorfaktor tersebut meliputi:
Gigi yang berdekatan crowded atau tidak cukup tempat pada lengkung rahang.
Padatnya tulang diatas gigi impaksi.
Tebalnya jaringan lunak yang meliputi gigi impaksi.
Gigi sulung yang mengalami retensi dan ankylosis.
Keadaan patologis seperti : gigi supernumerary, odontoma, kista.
Impaksi dapat terjadi selain karena faktor lokal maupun sistemik yaitu:
Penyebab prenatal: Hereditas dan Miscegenation.
Penyebab postnatal: yaitu kondisi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak seperti
Ricketsia, Anemia, Congenital Syphilis, Tuberculosis, Disfungsi endokrin dan malnutrisi.
Kelainan genetika: Cleidocrainal distiosis, Oxycephaly, Progeria, Achondroplasia dan Cleft
palate.
3. Kondisi akibat gigi impaksi.
Gigi impaksi dapat menyebabkan gangguan pada daerah rongga mulut tertutama pada
daerah yang mengalami impaksi. Kondisi tersebut dapat berupa:
Infeksi : Pericoronitis, Alveolar abses akut/kronis, Osteitis suppurative kronis, Nekrosis,
Osteomyelitis.
Kecenderungan karies.
Rasa sakit.
Resorbsi gigi yang berdekatan.
Kista, tumor, fraktur.
Distoangular
Buccoangular
Linguoangular
4.2. Klasifikasi gigi molar ketiga menurut Pell & Gregory (1933).
- Berdasarkan ruang antara ramus dan sisi distal M2 : 3 klas
1. Klas I ruang cukup
2. Klas II ruang kurang
3. Klas III tdk ada ruang/M3 dalam ramus mandibula.
- Berdasarkan relasi antara ramus mandibula dan molar kedua meliputi.
1. Posisi A bagian tertinggi dari gigi terletak lebih tinggi atau sejajar dengan garis oklusal
gigi M2.
2. Posisi B bagian tertinggi dari gigi terletak diantara garis oklusal dan garis servikal gigi M2.
3. Posisi C bagian tertinggi dari gigi terletak dibawah servikal line gigi M2.
Fig. 7.15 a, b. Classification of impacted mandibular third molars according to Pell and Gregory
(1933): a. according to the depth of impaction and proximity to the second molar; b their
position according to the distance between the secondmolar and the anterior border of the ramus
of the mandible
4.3 Klasifikasi gigi molar ketiga menurut Archer ( gabungan antara Winter dengan Pell&
Gregory).
5. Odontektomi.
Definisi Odontektomi menurut Archer (1975).
Pengeluaran satu atau beberapa gigi secara bedah dengan cara membuka flap
mukoperiosteal, kemudian dilakukan pengambilan tulang yang menghalangi dengan tatah
atau bur.
Definisi Odontektomi menurut Pederson (1996).
Tindakan pembedahan untuk mengeluarkan gigi yang tidak dapat dilakukan dengan cara
ekstraksi biasa atau dapat dilakukan pada gigi yang impaksi atau tertanam di bawah tulang
atau mukosa.
6. Indikasi dan kontra indikasi Odontektomi gigi impaksi.
Indikasi dilakukan tindakan odontektomi gigi impaksi yaitu:
Sebagai tindakan pencegahan dari terjadinya infeksi karena erupsi yang terlambat
dan abnormal (Perikoronitis), dan mencegah berkembangnya folikel menjadi keadaan
patologis (Kista odontegenik dan Neoplasia).
Usia periode emas (akar 1/3 atau 2/3) dan sebelum mineralisasi tulag (15 25
th).
Bila terdapat infeksi (fokus selulitis).
Bila terdapat kelainan Patologis (odontegenik).
Maloklusi.
Terdapat keluhan rasa sakit atau pernah merasa sakit.
Gigi impaksi terlihat mendesak gigi molar kedua.
Diperkirakan akan mengganggu perawatan orthodonsia dan pembuatan protesa.
Akan mengganggu perawatan di bidang konservasi atau pembuatan mahkota gigi
pada gigi molar kedua.
Terdapat keluhan neurologi, misalnya : cephalgia, migrain, pain lokal atau diteruskan
(reffered).
Merupakan penyebab karies pada molar kedua karena retensi makanan.
Terdapat karies yang tidak dapat dilakukan perawatan.
Telah terjadi defek pada jaringan periodontal pada gigi molar kedua.
Karies distal molar kedua yang disebabkan oleh karies posisi gigi molar ketiga.
Kontraindikasi odontektomi gigi impaksi yaitu:
Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut.
Bila panjang akar belum mencapai sepertiga atau dua pertiga.
Bila tulang yang menutupi gigi yang tertanam terlalu banyak.
Bila tulang yang menutupinya sangat termineralisasi dan padat yaitu pada pasien yang
berusia lebih dari 26 th atau usia lanjut.
Compromised Medical Status. Yaitu apabila kemampuan pasien untuk menghadapi tindakan
pembedahan terganggu oleh kondisi fisik atau mental tertentu.
Kemungkinan timbulnya kerusakan yang parah pada jaringan yang berdekatan.
c.
d.
e.
f.
tindakan odontektomi sehingga operator dapat mempersiapkan prosedur operasi dengan lebih
baik.
Desain flap. Hal yang harus diperhatikan dalam membuat desain atau outlina flap adalah:
Suplai darah ke flap harus terpelihara. Dasar flap harus lebih panjang / lebar dari tepi
bebasnya, insisi sejajar dengan pembuluh darah untuk memberikan vaskularisasi
Flap harus cukup luas, sehingga lapangan operasi dapat terlihat dengan jelas..
Desain diusahakan menghindari saraf (n. mentalis) dan pembuluh darah yang berada didalam
Jika tulang diangkat, flap harus merupakan suatu flap yang tebal. Untuk flap mukoperiosteal,
periosteum diambil secara menyeluruh, tidak sobek , tidak lubang dan tidak terkoyak.
Jika dilakukan penutupan bone defect maka tepi flap harus didukung diatas dasar tulang.
Menentukan arah jalan keluar/pengambilan dengan trauma minimal yaitu :
Approach IO atau EO.
Searah dng arah erupsi.
Menentukan metode odontektomi yang dipilih dengan memperhatikan faktor intrinsik (gigi)
dan faktor extrinsik ( jaringan sekitar gigi). Ada 3 metode / cara yaitu:
Pengambilan tulang sekitar gigi yang cukup banyak.
Gigi impaksi dipotong-potong (tooth div. tech) = split = odontotomi.
Kombinasi cara keduanya.
Menentukan apakah memungkinkan pembedahan dilakukan dengan anestesi lokal atau
membutuhkan anestesi umum.
8. Penatalaksanaan tindakan Odontektomi pada gigi impaksi M3 rahang bawah.
Langkah-langkah pembedahan dilakukan sebagai berikut:
Mempersiapkan instrumentarium steril untuk tindakan odontektomi.
Pembedahan dilakukan dengan teknik asepsis. Sangat dianjurkan untukmemberikan
antibiotika dan antiflogistik sehari sebelum dilakukan odontektomi.
Selanjutnya dilakukan mandibular blok anestesi.
Dibuat garis insisi yang dimulai dari pertengahan bagian distal gig molar kedua ke
arah posterior membelok ke lateral agar insisi tetap berada di atas tulang untuk menghindari
trauma iris jaringan lunak, pembuluh darah di daerah lingual dan saraf lingualis. Insisi ke
arah anterior dibuat tepat pada gingiva dan padabagian distal gigi molar kedua turun
ke arah kaudal dan kembali ke arah anterior sejajar garis oklusal untuk menghindari
kerusakan pada gingival attachment gigi molar kedua. Insisi dengan menggunakan teknik ini
mempunyai keuntungan, yaitu flap dapat dibuka dengan luas sesuai dengan kebutuhannnya,
dengan cara memperpanjang garis insisi ke arah anterior.
Pengambilan tulang yang menutupi gigi impaksi dan pemotongan gigi dilakukan
dengan menggunakan round bur putaran rendah dengan pendingin air garamfisiologis 0,09 %
atau air steril. Dilakukan dengan cara memotong tulang lapis demi lapis sehingga bagian
gigi yang tertutup tulang terlihat. Selanjutnya pembukaan tulang dapat diperluas
dengan mengambil tulang di sekeliling gigiimpaksi dan berpedoman pada bentuk gigi yang
impaksi. P ada tahapan ini pemakaian fissure bur sangat tidak dianjurkan untuk menghindari
trauma pada jaringan yang lebih dalam.
Dalam melakukan pengambilan tulang yang meliputi gigi impaksi
perludipertimbangkan beberapa hal:
Pengambilan tulang harus cukup dan awal pengeboran dimulai dengan menyesuaikan letak
gigi sesuai dengan jenis klasifikasi grgr impalsinya.
Tidak melakukan pengambilan tulang secara berlebihan karena akan menyebabkan trauma
yang besar.
Tidak dianjurkan untuk menggunakan bur putaran tinggi (high speed) dikarenakan akan
sukar dalam mencapai akses yang jauh dan dalam serta tidak mungkin untuk dapat mencapai
teknik asepsis.
7. Pada semua kasus gigi molar ketiga impaksi dengan posisi miring, tindakan pembedahan
untuk mengeluarkan gigi tersebut sangat dianjurkan untuk melakukan pemotongan pada gigi
yang impaksi (split technique) dikarenakan:
Menghindari trauma pada gigi molar kedua dan trauma karena tekanan pada jatingan tulang
sekitar pada saat gigi diungkit dan menghindari trauma pada kanalis mandibula.
Menghindari terjadinya fraktur tulang mandibula akibat tekanan berlebihan
Memudahkan pengambilan gigi karena telah terbebas dari retensi j aringan sekitarnya
Pada kasus posisi gigi yang sulit, misalnya mahkota menghadap ke lingual atau bukal dengan
ruang yang sempit.
Pada kasus-kasus yang demikian, penggunaan split technique akan memudahkan
tindakan odontektomi.
Dalam gambaran skematis di bawah ini dapat dilihat secara garis besar step by
steptindakan odontektomi pada kasus impaksi molar ketiga rahang bawah posisi vertikal,
sebagai berikut:
Rencana garis insisi odontekomi gigi molar ketiga rahang bawah dengan tetap
mempertahankan keutuhan attached gingiva gigi molar kedua dan gigi-gigilainnya.
Setelah gigi terlihat sampai dengan mahkota gigi di lingkar terbesar, gigi dipotong
menjadi dua bagian, mesial dan distal.
Selanjutnya gigi dikeluarkan satu per satu, dengan mendahulukan bagian distal.
Flap dikembalikan dan dijahit sesuai dengan prioritas agar flap dapat kembali ke
tempat semula.
Dalam melakukan pengeboran tulang di bagian bukal molar ketiga impaksi, tulang
bukal di regio molar kedua harus dijaga keutuhannya, agar tidak terjadi trauma pada akar
molar kedua.
terletak dibawah servikal mahkota molar kedua dan akar gigi terletak dekat dengankanalis
mandibula, split technique sangat dianjurkan karena dapat mencegah terjadinyatrauma pada
gigi molar kedua dan kanalis mandibula.
Tindakan odontektomi pada kasus gigi molar ketiga impaksi (A-C)
Gigi molar ketiga impaksi posisi mesioversi.
Setelah dibuat flap, dilakukan pengambilan sebagian tulang yang menutup gigi impaksi
dilanjutkan dengan memotong gigi menjadi dua bagian, mesial dan distal.
Bagian distal gigi molar ketiga impaksi (nomor 1) dikeluarkan dengan bein. Akar mesial
dipotong menjadi dua bagian (nomor 2 dan 3) dan dikeluarkan berurutan menurut
nomornya
Pembengkakan.
Perdarahan sekunder.
Dry socket (alv. Osteitis).
Infeksi pada jaringan lunak maupun tulang.
Memar jaringan lunak ekstraoral dan dapat meluas sampai ke regio leher dan dada di regio
odontektomi atau bilateral.
Facial abses.
Trismus.
Fraktur rahang.
Emphysema.
Parestesi.
Aspirasi.
Luka
di
daerah
sudut
bibir.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.