Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY Y DENGAN

IMPACTED TEETH DI RUANG MELATI 4 RSUD DR


SOEKARDJO TASIKMALAYA

ELIS TRISNAWATI
NIM : MB1117011

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA TASIKMALAYA
2023
A. Definisi
Gigi impaksi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga, tulang
sekitar, jaringan patologis dan gigi yang posisinya tidak sesuai dengan lengkung
rahang. Gigi permanen manusia yang paling sering mengalami impaksi adalah
gigi molar ketiga bawah, lalu gigi molar ketiga atas selanjutnya gigi caninus
atas.Archer menulis bahwa frekwensi impaksi gigi molar ketiga atas yang
terbanyak dibandingkan dengan molar ketiga bawah (Kresnanda,2008).
Dapat di simpulkan bahwa gigi impaksi adalah gigi yang tidak dapat erupsi
seluruhnya atau sebagiankarena tertutup oleh tulang atau jaringan lunak atau
keduanya Semua jenis gigi dapat memiliki kemungkinan untuk tidak dapat
tumbuh. Tersering adalah gigi molar ketiga rahang bawah dan rahang atas, gigi
kaninus dan gigi premolar. Pada umumnya gigi molar ketiga akan tumbuh
menembus gusi pada awal usia 18-20 tahun karena 28 gigi permanen lainnya
sudah tumbuh keseluruhannya, sehingga gigi molar ketiga sering sekali tidak
memperoleh cukup tempat untuk tumbuh karena tertahan oleh gigi molar kedua
didepannya. Sehingga gigi molar ketiga akan tumbuh sebagian atau salah arah.
Keadaan semacam ini dikenal dengan sebutan gigi tertanam atau gigi impaksi
(Coen 2012)

B. Etiologi
1. Penyebab lokal
a. Posisi yang tidak teratur dari gigi-geligi dalam lengkung rahang
b. Densitas (kepadatan) tulang di atas dan sekitarnya
c. Keradangan yang menahun dan terus menerus sehingga dapat
menyebabkan bertambahnya jaringan mukosa di sekitarnya
d. Tanggalnya gigi sulung yang terlalu cepat, ini mengakibatkan hilang atau
berkurangnya tempat untuk gigi permanen penggantinya
2. Penyebab sistemik
a. Heredeter Dimana rahangnya sempit sedangkan gigi geliginya besar
b. Miscegenation (percampuran ras) : Misalnya, perkawinan campuran dari
satu ras yang mempunyai gen dominan
c. gigi besar dan ras lainnya dominan pada rahang yang kecil atau sempit
3. Penyebab Postnatal
Semua keadaan-keadaan yang dapat mengganggu pertumbuhan anak, misalnya
penyakit: ricketsia, anemia, syphilis, TBC, gangguan kelenjar endokrin,
malnutrisi.

C. Klasifikasi
Klassifikasi menurut PELL & GREGORY Berdasarkan hubungan letak
gigi molar ketiga bawah terhadap ramus mandibula dan distal molar kedua
bawah:
Kelas I :
Dimana terdapat ruangan yang cukup untuk ukuran mesiodistal mahkota gigi
molar ketiga bawah antara ramus mandibula dan permukaan distal gigi molar
kedua bawah.
Kelas III:
Semua gigi molar ketiga bawah terletak dalam ramus mandibula.
Berdasarkan hubungan dengan dalamnya posisi gigi molar ketiga dalam tulang
rahang:
Posisi A :
Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga terletak di atas atau pada batas garis
oklusal gigi rahang bawah.
Posisi B :
Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga terletak di bawah garis oklusal, tetapi
masih di atas garis servikal dari gigi molar kedua.
Posisi C :
Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga terletak di bawah garis servikal dari molar
kedua.

D. Pemeriksaan Diagnosa
Impaksi dapat diperkirakan secara klinis apabila gigi antagonisnya sudah
erupsi dan hampir bisa dipastikan apabila gigi yang terletak pada sisi yang
lainnya erupsi. Pada kasus tertentu, gigi impaksi tidak dapat terlihat secara klinis
tetapi dapat menyebabkan gangguan pada daerah rongga mulut seperti rasa sakit,
resorbsi gigi yang berdekatan dan abses (Bianto, 2011).
Dental radiogram ini mernegang peranan yang pentjng dalam
menegakkan diagnosis yang secara klinis tidak terlihat, merencanakan perawatan
dan mengevaluasi hasil perawatan. Untuk menunjang ini, diperlukan radiogram
yang dibuat dengan teknik yang tepat (Kresnanda, 2014).

E. Penatalaksanaan
Pertumbuhan rahang yang kurang sempurna atau ketidak seimbangan antara
besarnya gigi dan besarnya rahang. Keadaan ini dapat menyebabkan maloklusi,
sebab gigi molar ketiga adalah gigi terakhir bererupsi dan tidakmendapatkan
ruangan yang cukup pada lengkung rahang, pengeluaran gigi molar ketiga hampir
selalu diindikasikan sebelum perawatan orthodonti untuk merawat maloklusi oleh
karena letak gigi yang berdesakan. Erupsi sebagian atau impaksi, Erupsi yang
tertahan juga merupakan prophylactic gigi molar ketiga, utamanya bila
operkulum di atas mahkota gigi selalu terkena trauma dan adanya hypertrophy
gingival ( Bianto, 2011).
Menurut Pederson (1996) ada 6 tahap untuk pencabutan gigi molar ketiga rahang
bawah impaksi yaitu:
1. Sedasi persyaratan pertama untuk keberhasilan pembedahan gigi impaksi
adalah pasien yang rileks dan anastesi lokal yang efektif atau pasien yang
teranastesi dengan baik.Pemberian sedatif oral tertentu pada sore hari sebelum
dan satu jam sebelum pembedahan merupakan teknik yang bisa diterima.
2. Desain flap, ada pendapat bahwa persyaratan kedua untuk pembedahan
impaksi adalah flap yang didisain dengan baik dan ukurannya cukup.
3. Pengambilan tulang,pengambilan tulang mandibula terutama dilakukan dengan
bur dan dibantu dengan irigasi saluran saline.
4. Pemotongan yang terencana, gigi yang impaksi biasanya dipotong-potong
5. Tindakan sesudah pencabutan gigi, sesudah gigi impaksi berhasil dikeluarkan
dengan baik, sisa-sisa folikel dibersihkan seluruhnya.
6. Instruksi pasca bedah,tekankan perlunya meminum obat analgesik sebelum
rasa sakit timbul.
7. Tindakan lanjut, kontrol dilakukan pada saat melepas jahitan, biasanya hari ke
empat dan kelima setelah operasi.
F. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d. agen cedera biologi
2. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan
mengunyah makanan
3. Gangguan harga diri b.d stigma berkenan dengan kondisi
4. Kurang pengetahuan b.d kurang terpapar informasi mengenai penyakit resiko
infeksi b.d trauma kulit
DAFTAR PUSTAKA

Ruslin, M. 2013. Ondontektomi : Penatalaksanaan Gigi Impaksi Departemen Bedah


Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi,Universitas Hasanuddin :
PT GAKKEN Mansjoer, Arif dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. (fk).
Media Aesculapius.
Nurarif, Huda. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis berdasarkan penerapan diagnosa
Nanda, NIC, NOC dalam berbagai kasus. Yogyakarta : Mediaction
Prawirohardjo Sarwono. 2010. Ilmu Kandungan Yayasan Bina Pustaka. Jakarta: PT
Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Wilkinson Judith M. 2007. Diagnosis Keperawatan NIC dan
NOC. Jakarta. EGC.
Yonika, Austin. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Gangguan Sistem
Reproduksi: Mioma Uteri Di Bangsal Dahlia Rsud Pandan Arang
Boyolali. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta

REFERENCE
https://www.studocu.com/id/document/poltekkes-kemenkes-palu/keperawatan/lp-
impaksi-gigi/27880219 Diakses tanggal 25 maret 2023

Anda mungkin juga menyukai