PENDAHULUAN
2. Klasifikasi
Klassifikasi menurut PELL & GREGORY Berdasarkan hubungan
letak gigi molar ketiga bawah terhadap ramus mandibula dan distal
molar kedua bawah :
1. Kelas I : Dimana terdapat ruangan yang cukup untuk ukuran
mesiodistal mahkota gigi molar ketiga bawah antara ramus
mandibula dan permukaan distal gigi molar kedua bawah.
2. Kelas II : Ruangan antara permukaan distal gigi molar kedua
bawah dan ramus mandibula lebih kecil dari ukuran mesiodistal
mahkota gigi molar ketiga bawah.
3. Kelas III : Semua gigi molar ketiga bawah terletak dalam ramus
mandibula.
Berdasarkan hubungan dengan dalamnya posisi gigi molar ketiga
dalam tulang rahang.
a. Posisi A : Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga terletak di atas
atau pada batas garis oklusal gigi rahang bawah.
b. Posisi B : Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga terletak di
bawah garis oklusal, tetapi masih di atas garis servikal dari gigi
molar kedua.
c. Posisi C : Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga terletak di
bawah garis servikal dari molar kedua
3. Etiologi
Terjadinya gigi impaksi dapat disebabkan oleh banyak faktor.
Menurut Berger, faktor-fator penyebab gigi impaksi antara lain:
Kausa lokal
Faktor lokal yang dapat menyebabkan
terjadinya gigi impaksi ialah:
1. Posisi gigi yang abnormal
2. Tekanan dari gigi tetangga pada gigi tersebut
3. Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut
4. Kekurangan tempat untuk gigi tersebut bererupsi
5. Gigi desidui persistensi (tidak mau tanggal)
6. Pencabutan prematur pada gigi
7. Inflamasi kronis penyebab penebalan mukosa di sekitar gigi
8. Penyakit yang menimbulkan nekrosis tulang, antara lain karena
inflamasi atau abses
9. Perubahan-perubahan pada tulang karena penyakit eksantem pada
anakanak
Kausa usia
Faktor usia juga turut berperan dalam menyebabkan terjadinya gigi
impaksi tanpa harus disertai kausa lokal, yaitu antara lain: kausa
prenatal (faktor keturunan dan miscegenation) dan kausa postnatal
(riketsia,anemia, tuberkulosis,sifilis kongenital ,gangguan kelenjar
endokrin, dan malnutrisi). Penyebab terjadinya mandibula sempit cukup
kompleks dan hal ini terutama disebabkan karena pertumbuhan tulang
yangkurang sempurna. Terdapat teori lain yang mengatakan bahwa
pertumbuhan rahang dan gigi mempunyai tendensi bergerak maju ke
arah depan. Bila pergerakan ini terhambat oleh sesuatu yang
merintanginya, bisa terjadi impaksi gigi. Sebagai contoh,
adanya infeksi, trauma, malposisi gigi, ataugigi susu yang tanggal
sebelum waktunya. (Lita & Hadikrishna, 2020)
4. Anatomi Fisiologi
Gigi adalah sekelompok organ keras yang ditemukan pada bagian
rongga mulut. Kita menggunakannya untuk mengunyah makanan
menjadi potongan-potongan kecil agar mudah diproses oleh tahap
selanjutnya pada sistem pencernaan manusia.
a. Anatomi gigi
Anatomi gigi dapat dibagi menjadi dua bagian utama: mahkota
dan akar. Dapat ditemukan diatas garis gusi, mahkota merupakan
bagian terbesar yang terlibat dalam proses mengunyah makanan.
Merujuk pada istilahnya, bagian mahkota memiliki banyak
“tonjolan” di atas permukaan untuk membantu dalam proses
mengunyah makanan. Di ba!ah garis gusi adalah wilayah yang
disebut akar, yang menjadi penyangga gigi ke bagian soket tulang
dan dikenalsebagai alveolus.Akar memiliki bentuk meruncing yang
menyerupai akar tanaman, dan masing-masing dari gigi memiliki
antara satu sampai tiga akar. Permukaan luar akar ditutupi oleh
tulangcampuran, seperti kalsium dan serat kolagen yang dikenal
sebagai cementum. Cementum menyediakan pegangan untuk sendi
periodontal yang menjadi jangkar dari daerah di sekitar akar
alveolus.
b. Lapisan
masing-masing organ gigi yang terdiri dari tiga lapisan yaitu pulpa,
dentin dan enamel
c. Pulpa
Pulpa adalah sebuah wilayah vaskular jaringan ikat lunak di
bagian tengah.pembuluh darah kecil dan serabut saraf memasuki
pulpa melalui lubang-lubang kecil di bagian ujung akar untuk
mendukung struktur luar sel-sel utama atau stem cells yang dikenal
sebagai odontoblas membentuk dentin gigi di bagian tepi pulpa.
d. Dentim
Disekitar pulpa adalah bagian dentin koma merupakan bagian
yang keras terbentuk dari lapisan jaringan mineral titik struktur
dentin jauh lebih keras dibandingkan dengan struktur Apa karena
adanya serat kolagen dan hidrosiapatit yakni mineral kalsium fosfat
dan merupakan salah satu bahan yang paling kuat yang ditemukan
di alam struktur lapisan dentin memiliki pori-pori sehingga
memungkinkan nutrisi dan bahan-bahan yang diproduksi di pulpa
menyebar ke bagian lain dari Gigi.
e. Enamel
Enamel adalah lapisan luar dari bagian mahkota. Enamel adalah
substansi yang paling keras yang terdapat dalam tubuh dan dibuat
secara eksklusif oleh hydro hidrosiapatit. (Siagian, 2013b)
5. Fisiologi
Setiap benih gigi diselubungi oleh kantung yang akan menghilang
apabila erupsi berlangsung normal. Pada gigi impaksi totalis, kantung
tersebut dapat mengalami degenerasi kistik, menjadi kantung patologis
berisi cairan, disebut kista dentigerous atau kista folikular. Pembesaran
kista pada rahang mengakibatkan destruksi tulang. Kista juga akan
menghuni dan membuat rongga luas dalam tulang. Hal itu akan
menimbulkan asimetri wajah, dan dapat pula menyebabkan fraktur
rahang patologis. Kista dentigerous yang terbentuk oleh impaksi totalis
gigi bungsu atas, bahkan dapat dengan bebas mengisi sinus maksilaris,
menembus dinding lateral sinus sehingga menimbulkan benjolan pada
pipi.
Kista dentigerous bahkan dapat berkembang menjadi tumor yaitu
ameloblastoma. Ameloblastoma dapat membesar, merupakan massa
jaringan fibrous yang padat dan mendesak gigi geligi di sekitarnya
sehingga lengkung rahang berubah. Mengingat sifat neoplasma tersebut
yang secara klinis ganas pada daerah yang terbatas, diperlukan
perawatan radikal berupa reseksi rahang (blok/parsial/total), sekaligus
odontektomi gigi bungsu yang impaksi totalis tersebut. (Rahayu, 2014)
6. Patofisiologi
Masalah yang sering dikeluhkan oleh mereka dengan gigi molar ketiga
impaksi yaitumerasa kurang nyaman melakukan hal-hal yang
berhubungan dengan ronggamulut.Tanda-tanda umum dan gejala
terjadinya gigi impaksi ialah:
a. Inflamasi, yaitu pembengkakan di-sekitar rahang dan warna
kemerahan pada gusidisekitar gigi yang diduga impaksi.
b. Resorpsi gigi tetangga karena letak be-nih gigi yang abnormal
c. .Kista (folikuler).
d. Rasa sakit atau perih disekitar gusi atau rahang dan sakit kepala
yanglama(neuralgia).
e. Fraktur rahang (patah tulang rahang).
7. Manifestasi Klinis
1.Gigi hanya muncul sedikit di permukaan gusi
2. Nyeri pada rahang
3. Sakit kepala berkepanjangan
4. Gusi bengkak dan kemerahan di sekitar gigi terpendam
5. Kesulitan membuka mulut
6. Kelenjar leher membengkak
7.Sakit gigi saat menggigit, terutama di bagian yang mengalami
impaksi gigi
8. Komplikasi
Komplikasi Gigi Bungsu Impaksi Gigi bungsu impaksi, dapat
terjadi tanpa gejala atau hanya menimbulkan rasa nyeri tumpul pada
rahang, yang menyebar sampai ke leher, telinga dan daerah temporal
(migrain). Hal itu terjadi akibat penekanan gigi pada nervus alveolaris
inferior yang terletak didekatnya.Gigi impaksi yang tidak ditangani
dengan baik, dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti karies
dentis,infeksi dan pembentukan kista atau tumor.
Pada saat pengambilan M3 dapat terjadi komplikasi berupa:
1. Perdarahan karena pembuluh darah terbuka
2. Kerusakan pada gigi M2 karena trauma alat
3. Rasa sakit
4. Parestesi pada lidah dan bibir
Dalam literatur dikatakan bahwa 96 % pasien dengan trauma pada
n.alveolaris inferior dan 87 % pasien dengan trauma pada n.
ligualis akan sembuh secara spontan ( Dym & Ogle, 2016)
5. Trismus karena iritasi syaraf
6. Infeksi/peradangan
7. Biasanya disertai dengan pembengkakan, dapat ditanggulangi
dengan membuka jahitan, irigasi dengan larutan antiseptik dan
diberi antibiotik
8. Fraktur mandibula
9. Dry socket
10. Emfisema : pembengkakan yang timbul karena terjebaknya udara
di dalam jaringan lunak akibat penggunaan bor high speed.
(Rahayu, 2014)
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Teknik Panoramic : Teknik ini memberi gambaran radiografi dari
kedua rahang dan jaringan disekitarnya secara menyeluruh dalam
satu film. kegunaannya untuk perawatan orthodonsiperkiraan lesi-
lesi pada tulang, perkiraan molar ketiga dan lain-lain.
b. Foto oklusal : untuk mengetahui benda asing di dalam tulang rahang
dan Batu di dalam saluran glandula saliva mengetahui tempat yang
tepat dari akar gigi, gigi super numeri dan Gigi impaksi. (Siagian,
2013b)
2. Kontraindikasi
a. Pasien yang tidak menghendaki giginya dicabut
b. Pasien yang gigi molar ketiganyadiperkirakan akan erupsi secara
normaldan dapat berfungsi dengan baik
c. Pasien dengan riwayat penyakit sistemik dan resiko komplikasi
dinilaitinggi
d. Kemungkinan besar akan terjadi kerusakan pada struktur
pentingdisekitarnya atau kerusakan tulang pendukung yang luas
(Lita & Hadikrishna, 2020)
penyakit terminal.
2. Intra Anestesi
a. Pengkajian Intra Anestesi
- Persiapan pasien
- Persiapan alat anestesi
- Persiapan obat-obatan anestesi
- Pelaksaanaan anestesi
- Monitoring tanda-tanda vital pasien
- Monitoring respon dan frekuensi nafas pasien
b. Analisa Data
Data analisa seperti data subjek dan objek digunakan untuk
membuat diagnosa, tujuan, perencanaan, implementasi dan evaluasi
post anestesi.
c. Diagnosa, Tujuan, Perencanaan/implementasi dan Evaluasi intra
anestesi
1) Dx : Hipotermia berhubungan dengan suhu ruangan operasi
Tujuan : Individu akan mempertahankan suhu tubuh dalam
batas normal
Hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentan normal (36,7 ̊C-37,5 ̊C)
b. Tidak ada perubahan warna kulit
c. Tidak ada rasa menggigil dan akral teraba normal
Rencana tindakan :
a. Berikan selimut
b. Pantau tanda tanda vital
c. Pelihara suhu/temperatur lingkungansekitar/ ruangan
d. Berikan cairan intravena/transfusi yang Hangat (Pasang Blood
Warmer )
Evaluasi :
a. Tanda-tanda vital pasien dalam batas Normal
b. Suhu atau temperatur ruangan dalam keadaan normal
c. Suhu tubuh pasien dalam batas normal
3. Post Anestesi
a. Pengkajian Post Anestesi
1. Penilaian pasien dengan skala aldert score
2. Monitor keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien
3. Pantau status respirasi bersihan jalan nafas pasien
b. Analisa Data
Data analisa seperti data subjek adan objek digunakan untuk
membuat diagnosa, tujuan, perencanaan, implementasi dan evaluasi post
anestesi.
c. Diagnosa, Tujuan, Perencanaan dan Evaluasi Post Anestesi
1) Dx : Nyeri akut post op berhubungan dengan luka tindakan
operasi ditandai dengan mengeluh nyeri pada daerah
operasi.
Tujuan : Individu akan menyatakan berkurangnya nyeri setelah
diberikan tindakan pereda nyeri yang memuaskan
Kriteria hasil :
a. Pasien menyatakan nyeri berkurang dari skala 3-1
b. Ekspresi wajah tenang dan nyaman.
Rencana tindakan:
a. Kaji nyeri dengan PQRST
b. Pantau luka post operasi
c. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut
d. Ajarkan tentang tindakan pereda nyeri non invasif
e. kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pereda nyeri
Evaluasi :
a. Nyeri berkurang
b. Ekspresi wajah pasien tenang dan nyaman tidak menunjukkan
tanda kesakitan
c. Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal
d. Pola nafas pasien teratur
Lita, Y. A., & Hadikrishna, I. (2020). Klasifikasi impaksi gigi molar ketiga
melalui pemeriksaan radiografi sebagai penunjang odontektomi. Jurnal
Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia
Hasyim, D., Samodro, R., Sasongko, H., & Leksana, E. (2012). Jurnal
Anestesiologi Indonesia. Jurnal Anestesi.