Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FRAKTUR MAHKOTA PADA GIGI PERMANEN DAN


TATALAKSANANYA

DISUSUN OLEH:

KARLA MONICA PRAENTA G991905031

PEMBIMBING :
Dr. Risya Cilmiaty AR, drg., M.Si., Sp.KG

KEPANITERAAN KLINIK/ PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA
2019

0
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu


Penyakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD
Dr. Moewardi Surakarta. Makalah dengan judul:

Fraktur Mahkota Pada Gigi Permanen Dan Tatalaksananya

Hari, tanggal : Senin, 2 September 2019

Oleh:

Karla Monica Praenta G991905031

Mengetahui dan menyetujui,


Pembimbing Referensi Artikel

Dr. Risya Cilmiaty AR, drg., M.Si., Sp.KG


NIP. 195807101986102001

1
BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur mahkota adalah konsekuensi paling umum dari cedera traumatis


yang terutama terjadi pada gigi anterior, terutama gigi seri rahang atas (karena
posisinya di lengkung), sedangkan gigi seri sentral rahang bawah lebih jarang
terlibat. Diperkirakan bahwa seperempat dari populasi menderita minimal satu
cedera traumatis gigi terkait dengan fraktur koronal gigi anterior sebelum usia 18
tahun, yang paling umum dikaitkan dengan jatuh, olahraga berdampak tinggi, dan
motorik. kecelakaan kendaraan (Sheridan et al., 2019)

Cidera gigi biasanya hanya menyerang satu gigi; namun, tipe trauma
tertentu seperti kecelakaan mobil dan cedera olahraga melibatkan banyak cedera
gigi. Salah satu opsi untuk mengelola fraktur gigi ketika fragmen gigi tersedia
dengan penyatuan kembali fragmen gigi yang patah dapat memberikan estetika
yang baik dan tahan lama karena bentuk anatomi, warna, dan tekstur permukaan
gigi asli dipertahankan. Ini juga mengembalikan fungsi yang positif dan
merupakan prosedur yang relatif sederhana. Kerjasama pasien dan pemahaman
perawatan adalah yang paling penting untuk prognosis yang baik. (Sheridan et al.,
2019)

Maka dari itu perlunya pemahaman lebih lanjut mengenai penyakit fraktur
mahkota pada gigi permanen yang akan dibahas secara mendalam pada makalah
ini.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Manusia memiliki 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen. Perkembangan
gigi dimulai sejak dalam kandungan sekitar 28 hari intra uterin. Gigi desidui
berkembang pada minggu ke-6 dan minggu ke-8 dan gigi permanen
berkembang pada minggu ke-20. Tahap mineralisasi gigi desidui dimulai sejak
masa intra uterin pada minggu ke-14 sedangkan gigi permanen mulai
termineralisasi setelah kelahiran.

Proses perkembangan gigi dibagi dalam 3 tahap, yaitu : tahap pra-


erupsi, tahap prafungsional (tahap erupsi), dan tahap fungsional. Mahkota
akan terbentuk lebih dahulu kemudian baru pembentukan akar. Mahkota dan
bagian akar dibentuk sebelum gigi tersebut erupsi. Proses erupsi gigi
permanen tidak terlepas dari proses seluler dan molekuler. Proses erupsi gigi
permanen selain gigi molar permanen melibatkan gigi desisui yaitu gigi
desidui tanggal yang akan digantikan oleh gigi permanen.

Secara anatomis gigi terdiri atas 2 bagian mahkota dan akar. Mahkota
gigi adalah bagian dari gigi yang dapat menonjol diatas gusi sehingga dapat
dilihat, sedangkan akar gigi adalah bagian dari gigi yang tertanam di dalam
tulang rahang dikelilingi (dilindungi) oleh jaringan periodontal. Mahkota
terlihat sepertiga dari gigi, sedangkan sisanya dua pertiga yang ditutupi dengan
gusi disebut akar. Gigi terdiri dari beberapa jaringan pembentuk. Secara garis
besar, jaringan pembentuk gigi ada 3, yaitu email, dentin, dan pulpa.

1. Email

Email adalah lapisan terluar yang melapisi mahkota gigi. Email


berasal dari epitel (ektodermal) yang merupakan bahan terkeras
pada tubuh manusia dan paling banyak mengandung kalsium fosfat
dalam bentuk Kristal apatit (96%).

3
Email merupakan jaringan semitranslusen, sehingga warna gigi
bergantung kepada warna dentin di bawah email, ketebaan email,
dan banyaknya stain pada email. Ketebalan email tidak sama, paling
tebal di daerah oklusal atau insisal dan makin menipis mendekati
pertautannya dengan sementum.

2. Dentin

Dentin merupakan komponen terbesar jaringan keras gigi yang


terletak di bawah email. Di daerah mahkota ditutupi oleh email,
sedangkan di daerah akar ditutupi oleh sementum. Secara internal,
dentin membentuk dinding rongga pulpa.

Dentin membentuk bagian terbesar dari gigi dan merupakan


jaringan yang telah mengalami kalsifikasi sama seperti tulang, tetapi
sifatnya lebih keras karena kadar garam kalsiumnya lebih besar
(80%) dalam bentuk hidroksi apatit. Zat antar sel organic (20%)
terutama terdiri atas serat-serat kolagen dan glikosaminoglikans,
yang disintesis oleh sel yang disebut odontoblas. Odontoblas
membentuk selapis sel-sel yang terletak di pinggir pulpa menghadap
permukaan dalam dentin.

Dentin peka terhadap rasa raba, panas, dingin, dan konsentrasi ion
hydrogen. Diperkirakan bahwa rangsangan itu diterima oleh serat
dentin dan diteruskan olehnya ke serat saraf di dalam pulpa.

3. Pulpa

Pulpa gigi adalah jaringan lunak yang terletak di tengah-tengah gigi.


Pulpa berisi pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe. Tugas dari
pulpa adalah mengatur nutrisi/makanan agar gigi tetap hidup,
menerima rangsang, membentuk dentin baru bila ada rangsangan
panas, kimia, tekanan, atau bakteri yang dikenal dengan dentin
sekunder.

4
Pulpa terdiri dari beberapa bagian, yaitu :

Ruang atau rongga pulpa, yaitu rongga pulpa yang terdapat pada
bagian tengah korona gigi dan selelu tunggal. Sepanjang kehidupan
pulpa gigi mempunyai kemampuan untuk mengendapkan dentin
sekunder, pengendapan ini mengurangi ukuran dari rongga pulpa.

Tanduk pulpa, yaitu ujung dari ruang pulpa.

Saluran pulpa atau saluran akar, yaitu rongga pulpa yang terdapat
pada bagian akar gigi. Pada kebanyakan kasus, jumlah saluran akar
sesuai dengan jumlah akar, tetapi sebuah akar mungkin mempunyai
lebih dari sebuah saluran.

Foramen apikal, yaitu ujung dari saluran pulpa yang terdapat pada
apeks akar berupa suatu lubang kecil.

Supplementary canal. Beberapa kar gigi mungkin mempunyai lebih


dari satu foramen, dalam hal ini, saluran tersebut mempunyai 2 atau
lebih cabang dekat apikalnya yang disebut multiple foramina /
supplementary canal.

Orifice, yaitu pintu masuk ke saluran akar gigi. Saluran pulpa


dihubungkan dengan ruang pulpa. Adakalanya ditemukan suatu akar
mempunyai lebih dari satu saluranpulpa, misalnya akar mesio-bukal
dari M1 atas dan akar mesial dari M1 bawah mempunyai 2 saluran
pulpa yang berakhir pada sebuah foramen apikal.

5
Gambar 1. Anatomi gigi

Gigi permanen berjumlah 32 yang terdiri atas 4 gigi incisivus, 2


kaninus, 4 premolar, dan 6 molar pada masing – masing rahang. Waktu erupsi
gigi permanen ditandai dengan erupsinya gigi molar pertama permanen rahang
bawah pada usia 6 tahun. Bentuk-bentuk gigi permanen terdiri atas :

1. Empat gigi depan (gigi insisivus)  Bentuknya seperti sekop dengan tepi
yang lebar untuk menggigit, hanya mempunyai satu akar. Gigi insisivus
atas lebih besar daripada gigi yang bawah.

2. Dua gigi kaninus yang serupa di rahang atas dan rahang bawah. Gigi ini
kuat dan menonjol di “sudut mulut”. Hanya mempunyai satu akar.
3. Empat gigi pre-molar/gigi molar kecil  Mahkotanya bulat hampir
seperti bentuk kaleng tipis, mempunyai dua tonjolan, satu di sebelah pipi
dan satu di sebelah lidah. Kebanyakan gigi pre-molar mempunyai satu
akar, bebrapa mempunyai dua akar.
4. Enam gigi molar  Merupakan gigi-gigi besar di sebelah belakang di
dalam mulut digunakan untuk menggiling makanan. Semua gigi molar
mempunyai mahkota persegi, seperti blok-blok bangunan. Ada yang
mempunyai tiga, empat, atau lima tonjolan. Gigi molar di rahang atas

6
mempunyai tiga akar dan gigi molar di rahang bawah mempunyai dua
akar.

Gambar 2. Gigi permanen

Sedangkan fraktur gigi adalah hilangnya atau lepasnya fragmen dari


satu gigi lengkap yang biasanya disebabkan oleh trauma atau benturan
(Pagadala and Tadikonda, n.d.)(ADA, 2019). Fraktur gigi dapat dibagi dari
berbagai macam klasifikasi. Klasifikasi gigi menurut WHO memakai
klasifikasi dengan nomor kode yang sesuai dengan klasifikasi jenis penyakit
internasional (International Classification of Dissease) sebagai berikut :
a. Fraktur email : fraktur pada email, fraktur tidak menyeluruh /
retak pada email

b. Fraktur mahkota yang melibatkan email dan dentin tanpa


terbukanya pulpa : fraktur sederhana yang mengenai email dan
dentin, pulpa tidak terbuka.

c. Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa : fraktur yang rumit


yang mengenai email dan dentin disertai pulpa yang terbuka.

d. Fraktur akar : fraktur akar hanya menganai sementum, dentin,


pulpa. Sebutan lain adalah fraktur akar horizontal

e. Fraktur mahkota – akar : fraktur yang mengenai email, dentin, dan


sementum akar. Bisa disertai atau tidak disertai dengan terbukanya
pulpa

7
f. Luksasi : pergeseran gigi, mencangkup konklusi, subluksasi, luksasi
lateral, luksasi ekstruksi, dan luksasi intrusi

g. Intrusi / esktrusi

h. Avulsi : pergesean gigi secara menyeluruh

i. Injury lain, seperti laserasi jaringan lunak

Klasifikasi lain menurut Ellis dan Davey (1970) adalah : \

a. Ellis I : Fraktur hanya email atau hanya melibatkan sedikit


dentin.

b. Ellis II : fraktur mengenai jaringan dentin tetapi pulpa


belum terkena.

c. Ellis III : fraktur gigi yang mengenai dentin dan pulpa


sudah terkena.

d. Ellis IV : fraktur karena trauma sehingga gigi menjadi non


vital, dapat atau tanpa disertai hilangnya struktur mahkota gigi.

e. Ellis V : fraktur karena trauma yang menyebabkan


terlepasnya gigi tersebut.

f. Ellis VI : fraktur akar gigi tanpa atua diserta hilangnya


struktur mahkota gigi.

g. Ellis VII : pindahnya tempat gigi tanpa disertai fraktur akar


maupun mahkota.

h. Ellis VIII : fraktur mahkota disertai dengan perubahan tempat


gigi yang bersangkutan

i. Ellis IX : khusus untuk gigi decidui, di mana trauma akan


menyebabkan kerusakan gigi tersebut

8
Andreasen juga mengklasifikasikan injuri pada tulang pendukung
dan injuri pada mukosa mulut. Menurut Andreasen dalam bukunya
Patologi Gigi Geligi Kelainan Jaringan Keras Gigi, secara garis besar
fraktur gigi digolongkan menurut penyebabnya sebagai berikut:

a. Fraktur Spontan

Merupakan jenis fraktur yang diakibatkan oleh adanya tekanan


pengunyahan. Pada hal ini elemen-elemen email gigi mengalami atrisi
dan aus karena adanya gesekan pada saat mengunyah. Keadaan ini bisa
menyebabkan gigi mengalami fraktur. Fraktur spontan lebih sering
terjadi pada gigi molar satu bawah.

b. Fraktur Traumatik

Fraktur traumatik terjadi akibat adanya benturan keras yang bersifat


tibatiba. Fraktur traumatik biasanya tidak terjadi pada bayi dibawah
umur 1 tahun karena pengaruh aktivitas yang dilakukannya. Penyebab
fraktur yang sering terjadi adalah benturan akibat kecelakaan atau
karena dipukul. Berdasarkan bagian yang mengalami fraktur, fraktur
traumatrik dibedakan menjadi fraktur mahkota dan fraktur akar.
Fraktur mahkota merupakan jenis fraktur yang terjadi pada bagian
email hingga ke bagian tulang gigi dengan atau tanpa patahnya
sebagian elemen. Dalam hal ini, yang termasuk dalam jenis fraktur ini
adalah jenis fraktur Ellis 1 dan Ellis 2. Fraktur mahkota juga dapat
dibagi menjadi:

a) Fraktur Mahkota

Fraktur mahkota merupakan jenis fraktur yang terjadi pada


bagian email hingga ke bagian tulang gigi dengan atau tanpa
patahnya sebagian elemen. Dalam hal ini, yang termasuk dalam
jenis fraktur ini adalah jenis fraktur Ellis 1 dan Ellis 2. Fraktur
mahkota juga dapat dibagi menjadi: a. Infraksi Mahkota: Pada

9
jenis ini, pada beberapa kasus fraktur yang terjadi tidak
membentuk suatu patahan, namun hanya berupa garis retak saja
yaitu sekitar 10-13%. Retak biasa mencapai dentin hingga
pulpa.

b) Fraktur Mahkota Tanpa Komplikasi

Merupakan fraktur yang terjadi pada sebagian email, dan dentin.


Fraktur ini biasanya terjadi pada gigi anterior dan patah pada
bagian sudut mesial maupun sudut distal. Biasanya jenis fraktur
ini tidak menimbulkan rasa sakit, namun apabila fraktur terjadi
hingga mencapai dentin, maka rasa sakit akan terasa terutama
pada saat makan maupun karena perubahan suhu. Rasa sakit
pada saat mengunyah juga bisa terjadi karena jaringan
periodontal juga mengalami kerusakan.

c) Fraktur Mahkota dengan Komplikasi

Pada jenis fraktur ini, bagian besar mahkota dan tulang gigi
patah sehingga pulpa terbuka dan mengalami pendarahan
kapiler. Rasa sakit biasanya timbul pada saat mengunyah dan
jika terjadi perubahan suhu. Sekitar 4% penderita fraktur gigi
mengalami fraktur jenis ini.

B. Epidemiology

Fraktur mahkota dengan paparan pulpa mewakili 18% hingga 20% dari
trauma gigi sebagian besar terjadi pada gigi permanen muda.

C. Etiologi dan Faktor Risiko


Penyebab fraktur gigi benturan atau trauma pada gigi yang
menimbulkan disrupsi atau kerusakan email, dentin, atau keduanya. Faktor
lain yang dapat menyebabkan fraktur gigi terutama pada mahkota gigi
antara lain kebiasaan buruk, kehilangan sebagian besar struktur gigi,

10
paparan email gigi terhadap suhu ekstrim, tambalan pada gigi, gigi pasca
rawatan endodontik dan kesalahan dokter gigi.
1. Trauma
Cedera olahraga, kecelakaan sepeda motor, kecelakaan industry,
dan kekerasan dalam rumah tangga merupakan penyebab potensial
trauma. Olahraga melibatkan kontak fisik yang merupakan
penyebab umum fraktur dental, seperti bola basket dan sepakbola.
Olahraga tanpa kontak fisik seperti berkuda dapat menyebabkan
fraktur dental. Olahraga tanpa kontak fisik seperti berkuda terdapat
menyebabkan fraktur dental. Benturan atau trauma, baik berupa
pukulan langsung terhadap gigi atau berupa pukulan tidak langsung
terhadap mandibula, dapat menyebabkan pecahnya tonjolan-
tonjolan gigi, terutama gigi-gigi posterior. Selain itu, tekanan
oklusal yang berlebihan terutama terhadap tumpatan yang luas dan
tonjol-tonjolnya tak terdukung oleh dentin dapat pula
menyebabkan fraktur. Keparahan fraktur bisa hanya sekedar retak
saja, pecahnya prosesus, atau sampai lepasnya gigi yang tidak bisa
diselamatkan lagi. Trauma secara langsung kebanyakan mengenai
gigi anterior, dan karena arah pukulan mengenai permukaan labial,
garis retakannya menyebar ke belakang dan biasanya menyebab
fraktur horizontal atau miring. Pada fraktur yang lain, tekanan
hampir selalu mengenai permukaan oklusal, sehingga fraktur pada
umumnya vertical
2. Kebiasaan buruk
Kebiasaan buruk yang sering menjejaskan kualitas gigi. Sebagai
contoh, banyak orang menggunakan gigi mereka sebagai alat
pembuka botol dan kemasan plastik atau mencabut label harga
pada baju. Kebiasaan ini dapat menyebabkan efek traumatis pada
gigi, melemahkan tepi gigi bahkan bisa menyebabkan maloklusi.13
Menggigit pensil atau pulpen juga merupakan kebiasaan yang
paling sering dilakukan oleh banyak orang. Sama halnya dengan
mengunyah es batu, menggigit benda keras bisa menyebabkan

11
email gigi mengalami penipisan dan fraktur. Apalagi, dilanjut
dengan kebiasaan mengunyah batu es terutama sehabis meminum
minuman dingin. Bentuknya yang keras dan temperatur dingin dari
batu es, sebenarnya dapat mengikis email dan menyebabkan fraktur
gigi
3. Kehilangan sebagian besar struktur gigi
Kehilangan bagian email dan dentin gigi umumnya disebabkan
oleh kondisi karies yang meluas. Gigi yang mengalami karies yang
meluas akan mengurang kekuatan gigi untuk menahan daya untuk
kegiatan harian terutama mengunyah yang menyebabkan gigi lebih
rentan fraktur.
4. Suhu esktrim
Orang yang mepaparkan email gigi kepada suhu ekstrim seperti
makan makanan panas kemudian minum air es. Perlakuan ini
melemahkan email gigi dan memudahkan terjadi fraktur gigi
5. Gigi tambalan
Salah satu kebiasaan yang terjadi fraktur adalah ketika gigi
mempunyai tambalan yang besar. Kekuatan gigi yang rendah
disebabkan oleh bahan tambalan gigi yang tidak sama kuat
dibandingkan dengan email atau dentin, dapat menimbulkan resiko
gigi menjadi fraktur.

D. Gambaran Klinis
1. Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa
Fraktur ini akan membuat jaringan pulpa terlihat. Biasnya pulpa yang
terbuka ini membuat gigi sering sensitive danmeningkatkan resiko
terinfeksi karena jaringan pulpa terbuka untuk flora normal. Pada berbagai
kasus fraktur, akar bisa ikutserta dalam fraktur mahkota yang akan menjadi
fraktur mahkota dan akar

12
Gambar 3. Fraktur dentin dengan pulpa terbuka
2. Fraktur mahkota tanpa terbukanya pulpa
Fraktur ini melibatkan lapisan dentin dan email tanpa melibatkan
terbukanya pulpa. Ketika dentin terbuka maka gigi akan lebih sensitif
terhadap suhu dan makanan.

Gambar 4. Fraktur dentin tanpa pulpa terbuka


3. Fraktur email
Pada fraktur yang hanya melibatkan lapisan email maka kecil resiko untuk
membuat gigi sensitif. Hanya saja pada fraktur yang membuat sudut yang
tajam di gigi dapat mengiritasi lidah / bibir.

Gambar 5. Fraktur email

E. Diagnosis

13
Penegakan diagnosis dari fraktur mahkota pada gigi permanen dapat
ditegakkan melalui pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang berupa
foto radiologi (foto rontgent) untuk melihat sampai mana batas fraktur pada
gigi tersebut.

Gambar 6. (a) Fraktur email ; (b) Fraktur dentin tanpa terbukanya pulpa
; (c) Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa ; (d) Fraktur akar

F. Penatalaksanaan
Tatalaksana dari fraktur mahkota dapat dibedakan berdasarkan jenis frakur
mahkotanya, antara lain :
1. Fraktur email
Jika fragmen gigi tersedia, dapat direkatkan ke gigi. Dilakukan kontur
atau restorasi dengan resin komposit tergantung pada luas dan lokasi
fraktur. Jika fraktur gigi primer terkandung dalam permukaan enamel
saja, maka area fraktur gigi dapat dihaluskan dengan handpiece gigi
dan pemolesan bur atau dibiarkan tidak diobati jika situs fraktur halus
untuk disentuh. Hal ini tidak memerlukan perhatian segera kecuali ada
tepi tajam yang menyebabkan cedera jaringan lunak. Gigi harus
dimonitor untuk tanda-tanda nekrosis pulpa sampai pengelupasan.
2. Fraktur mahkota tanpa terbukanya pulpa
Jika fragmen gigi masih tersedia, dapat direkatkan pada gigi. Kalau
tidak, lakukan perawatan sementara dengan menutupi dentin yang
terbuka dengan bahan gigi yang berwarna seperti gigi seperti glass-
Ionomer atau restorasi yang lebih permanen menggunakan bonding

14
agent dan resin komposit, atau bahan restorasi gigi yang diterima
lainnya. Tempatkan dasar kalsium hidroksida dan tutup dengan bahan
seperti ionomer kaca.
3. Fraktur mahkota gigi dengan terbukanya pulpa
Pada pasien muda dengan gigi yang belum matang dan masih
berkembang, akan bermanfaat untuk mempertahankan vitalitas pulpa
dengan pembatasan pulpa atau pulpotomi parsial. Perawatan ini adalah
pilihan pada pasien muda dengan gigi yang benar-benar terbentuk.
Kalsium hidroksida adalah bahan yang cocok untuk ditempatkan pada
luka pulpa dalam prosedur tersebut. Pada pasien dengan perkembangan
apikal dewasa, perawatan saluran akar biasanya merupakan
pengobatan pilihan, meskipun capping pulp atau pulpotomi parsial
juga dapat dipilih. Jika fragmen gigi tersedia, dapat direkatkan ke gigi.
Jika gigi dirawat, maka perlu dipantau adanya tanda-tanda nekrosis
pulpa sampai pengelupasan. Dengan fraktur mahkota yang parah, akar
mungkin juga terlibat. Ekstraksi gigi diindikasikan jika fraktur meluas
ke permukaan akar.

G. Prognosis
Prognosis dari fraktur mahkota baik. Secara jangka panjang gigi dengan
fraktur mahkota email-dentin ditentukan oleh respons pulpa terhadap cedera
yang berkelanjutan. Tujuan dari penanganannya adalah untuk meminimalkan
peradangan pulpa dengan mencapai segel dentin yang efektif. Ini membatasi
masuknya bakteri dan meningkatkan prognosis jangka panjang. Tidak ada
bahan yang dapat secara identik mereproduksi estetika alami dan kontur
struktur gigi. Penggunaan konvensional komposit berbasis resin dapat
meningkatkan estetika.

15
BAB III
SIMPULAN

Gigi permanen berjumlah 32 yang terdiri atas 4 gigi incisivus, 2 kaninus, 4


premolar, dan 6 molar pada masing – masing rahang. Gigi permanen dapat
mengalami fraktur dibagian mahkota atau akar atau dibagian keduanya.
Fraktur mahkota gigi adalah hilangnya atau lepasnya fragmen dari
mahkota gigi mulai dari bagian email, dentin, ataupun hingga pulpa yang biasanya
disebabkan oleh trauma atau benturan. Hal yang dapat menyebabkan gigi fraktur
antara lain trauma, kebiasaan buruk, kehilangan struktur sebagian besar gigi, suhu
ekstrim maupun adanya gigi tambahan. Fraktur mahkota gigi terdiri atas fraktur
email, fraktur mahkota tanpa terbukanya pulpa, dan fraktur mahkota dengan
terbukanya pulpa.
Penanganan dari fraktur gigi mahkota bergantung pada jenis fraktur yang
terlibat. Prinsipnya adalah fragmen gigi yang patah apabila fragmen masih
tersedia dapat direkatkan kembali di tempat asalnya. Apabila ada fragmen sisa
yang membentuk tepi yang tajam maka perlu adanya kontur atau restorasi dengan
resin komposit. Apabila fragmen gigi yang patah hilang maka dapat dilakukan
penutupan dentin yang terbuka menggunakan bahan gigi yang berwarna seperti
gigi (glassionomer / bonding agent / resin komposit / bahan gigi yang lain).
Apabila fraktur gigi mencapai ke pulpa, perawatan saluran akar biasanya
merupakan pengobatan pilihan meskipun capping pulp atau pulpotomi parsial
juga dapat dipilih. Gigi yang fraktur harus dirawat dan perlu dipantau adanya
tanda-tanda nekrosis pulpa sampai pengelupasan. Dengan fraktur mahkota yang
parah, akar mungkin juga terlibat. Ekstraksi gigi diindikasikan jika fraktur meluas
ke permukaan akar.

16
DAFTAR PUSTAKA

Azzaldeen A. 2019. Anterior Esthetic Restorations Using Direct Composite


Restoration; a Case Report Vol 2. Issue 1. 3Department of Pediatric
Dentistry, 123 Argus Street, 10441 Athens, Greece
Gutlerrez F. 2013. Management and Followup of Complicated Crown Fractures
in Young Patients Treated with Partial Pulpotomy. Hindawi Case Report
Volume2013. ArticleID597565. http://dx.doi.org/10.1155/2013/597563
Internal Association of Dental Traumatology (IADT). 2012. Dental Trauma
Guidelines.
Mamoun John and Donato Napoletano. Cracked tooth diagnosis and treatment:
An alternative paradigm. doi: 10.4103/1305-7456.156840

Martha Ann Keels. 2019. Management of Dental Trauma in a Primary Care


Setting. The Section On Oral Health. Pediatrics. DOI:
10.1542/peds.2013-3792
Olsburgh S. 2002. Crown fractures in the permanent dentition: pulpal and
restorative considerations. Dent Traumatol 2002;18:103:115.
Panchal D. 2019. A case report of uncomplicated crown fracture: tooth fragment
reattachment. British Dental Journal Volume 227 No 4.

17

Anda mungkin juga menyukai