DISUSUN OLEH:
PEMBIMBING :
Dr. Risya Cilmiaty AR, drg., M.Si., Sp.KG
0
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
1
BAB I
PENDAHULUAN
Cidera gigi biasanya hanya menyerang satu gigi; namun, tipe trauma
tertentu seperti kecelakaan mobil dan cedera olahraga melibatkan banyak cedera
gigi. Salah satu opsi untuk mengelola fraktur gigi ketika fragmen gigi tersedia
dengan penyatuan kembali fragmen gigi yang patah dapat memberikan estetika
yang baik dan tahan lama karena bentuk anatomi, warna, dan tekstur permukaan
gigi asli dipertahankan. Ini juga mengembalikan fungsi yang positif dan
merupakan prosedur yang relatif sederhana. Kerjasama pasien dan pemahaman
perawatan adalah yang paling penting untuk prognosis yang baik. (Sheridan et al.,
2019)
Maka dari itu perlunya pemahaman lebih lanjut mengenai penyakit fraktur
mahkota pada gigi permanen yang akan dibahas secara mendalam pada makalah
ini.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Manusia memiliki 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen. Perkembangan
gigi dimulai sejak dalam kandungan sekitar 28 hari intra uterin. Gigi desidui
berkembang pada minggu ke-6 dan minggu ke-8 dan gigi permanen
berkembang pada minggu ke-20. Tahap mineralisasi gigi desidui dimulai sejak
masa intra uterin pada minggu ke-14 sedangkan gigi permanen mulai
termineralisasi setelah kelahiran.
Secara anatomis gigi terdiri atas 2 bagian mahkota dan akar. Mahkota
gigi adalah bagian dari gigi yang dapat menonjol diatas gusi sehingga dapat
dilihat, sedangkan akar gigi adalah bagian dari gigi yang tertanam di dalam
tulang rahang dikelilingi (dilindungi) oleh jaringan periodontal. Mahkota
terlihat sepertiga dari gigi, sedangkan sisanya dua pertiga yang ditutupi dengan
gusi disebut akar. Gigi terdiri dari beberapa jaringan pembentuk. Secara garis
besar, jaringan pembentuk gigi ada 3, yaitu email, dentin, dan pulpa.
1. Email
3
Email merupakan jaringan semitranslusen, sehingga warna gigi
bergantung kepada warna dentin di bawah email, ketebaan email,
dan banyaknya stain pada email. Ketebalan email tidak sama, paling
tebal di daerah oklusal atau insisal dan makin menipis mendekati
pertautannya dengan sementum.
2. Dentin
Dentin peka terhadap rasa raba, panas, dingin, dan konsentrasi ion
hydrogen. Diperkirakan bahwa rangsangan itu diterima oleh serat
dentin dan diteruskan olehnya ke serat saraf di dalam pulpa.
3. Pulpa
4
Pulpa terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
Ruang atau rongga pulpa, yaitu rongga pulpa yang terdapat pada
bagian tengah korona gigi dan selelu tunggal. Sepanjang kehidupan
pulpa gigi mempunyai kemampuan untuk mengendapkan dentin
sekunder, pengendapan ini mengurangi ukuran dari rongga pulpa.
Saluran pulpa atau saluran akar, yaitu rongga pulpa yang terdapat
pada bagian akar gigi. Pada kebanyakan kasus, jumlah saluran akar
sesuai dengan jumlah akar, tetapi sebuah akar mungkin mempunyai
lebih dari sebuah saluran.
Foramen apikal, yaitu ujung dari saluran pulpa yang terdapat pada
apeks akar berupa suatu lubang kecil.
5
Gambar 1. Anatomi gigi
1. Empat gigi depan (gigi insisivus) Bentuknya seperti sekop dengan tepi
yang lebar untuk menggigit, hanya mempunyai satu akar. Gigi insisivus
atas lebih besar daripada gigi yang bawah.
2. Dua gigi kaninus yang serupa di rahang atas dan rahang bawah. Gigi ini
kuat dan menonjol di “sudut mulut”. Hanya mempunyai satu akar.
3. Empat gigi pre-molar/gigi molar kecil Mahkotanya bulat hampir
seperti bentuk kaleng tipis, mempunyai dua tonjolan, satu di sebelah pipi
dan satu di sebelah lidah. Kebanyakan gigi pre-molar mempunyai satu
akar, bebrapa mempunyai dua akar.
4. Enam gigi molar Merupakan gigi-gigi besar di sebelah belakang di
dalam mulut digunakan untuk menggiling makanan. Semua gigi molar
mempunyai mahkota persegi, seperti blok-blok bangunan. Ada yang
mempunyai tiga, empat, atau lima tonjolan. Gigi molar di rahang atas
6
mempunyai tiga akar dan gigi molar di rahang bawah mempunyai dua
akar.
7
f. Luksasi : pergeseran gigi, mencangkup konklusi, subluksasi, luksasi
lateral, luksasi ekstruksi, dan luksasi intrusi
g. Intrusi / esktrusi
8
Andreasen juga mengklasifikasikan injuri pada tulang pendukung
dan injuri pada mukosa mulut. Menurut Andreasen dalam bukunya
Patologi Gigi Geligi Kelainan Jaringan Keras Gigi, secara garis besar
fraktur gigi digolongkan menurut penyebabnya sebagai berikut:
a. Fraktur Spontan
b. Fraktur Traumatik
a) Fraktur Mahkota
9
jenis ini, pada beberapa kasus fraktur yang terjadi tidak
membentuk suatu patahan, namun hanya berupa garis retak saja
yaitu sekitar 10-13%. Retak biasa mencapai dentin hingga
pulpa.
Pada jenis fraktur ini, bagian besar mahkota dan tulang gigi
patah sehingga pulpa terbuka dan mengalami pendarahan
kapiler. Rasa sakit biasanya timbul pada saat mengunyah dan
jika terjadi perubahan suhu. Sekitar 4% penderita fraktur gigi
mengalami fraktur jenis ini.
B. Epidemiology
Fraktur mahkota dengan paparan pulpa mewakili 18% hingga 20% dari
trauma gigi sebagian besar terjadi pada gigi permanen muda.
10
paparan email gigi terhadap suhu ekstrim, tambalan pada gigi, gigi pasca
rawatan endodontik dan kesalahan dokter gigi.
1. Trauma
Cedera olahraga, kecelakaan sepeda motor, kecelakaan industry,
dan kekerasan dalam rumah tangga merupakan penyebab potensial
trauma. Olahraga melibatkan kontak fisik yang merupakan
penyebab umum fraktur dental, seperti bola basket dan sepakbola.
Olahraga tanpa kontak fisik seperti berkuda dapat menyebabkan
fraktur dental. Olahraga tanpa kontak fisik seperti berkuda terdapat
menyebabkan fraktur dental. Benturan atau trauma, baik berupa
pukulan langsung terhadap gigi atau berupa pukulan tidak langsung
terhadap mandibula, dapat menyebabkan pecahnya tonjolan-
tonjolan gigi, terutama gigi-gigi posterior. Selain itu, tekanan
oklusal yang berlebihan terutama terhadap tumpatan yang luas dan
tonjol-tonjolnya tak terdukung oleh dentin dapat pula
menyebabkan fraktur. Keparahan fraktur bisa hanya sekedar retak
saja, pecahnya prosesus, atau sampai lepasnya gigi yang tidak bisa
diselamatkan lagi. Trauma secara langsung kebanyakan mengenai
gigi anterior, dan karena arah pukulan mengenai permukaan labial,
garis retakannya menyebar ke belakang dan biasanya menyebab
fraktur horizontal atau miring. Pada fraktur yang lain, tekanan
hampir selalu mengenai permukaan oklusal, sehingga fraktur pada
umumnya vertical
2. Kebiasaan buruk
Kebiasaan buruk yang sering menjejaskan kualitas gigi. Sebagai
contoh, banyak orang menggunakan gigi mereka sebagai alat
pembuka botol dan kemasan plastik atau mencabut label harga
pada baju. Kebiasaan ini dapat menyebabkan efek traumatis pada
gigi, melemahkan tepi gigi bahkan bisa menyebabkan maloklusi.13
Menggigit pensil atau pulpen juga merupakan kebiasaan yang
paling sering dilakukan oleh banyak orang. Sama halnya dengan
mengunyah es batu, menggigit benda keras bisa menyebabkan
11
email gigi mengalami penipisan dan fraktur. Apalagi, dilanjut
dengan kebiasaan mengunyah batu es terutama sehabis meminum
minuman dingin. Bentuknya yang keras dan temperatur dingin dari
batu es, sebenarnya dapat mengikis email dan menyebabkan fraktur
gigi
3. Kehilangan sebagian besar struktur gigi
Kehilangan bagian email dan dentin gigi umumnya disebabkan
oleh kondisi karies yang meluas. Gigi yang mengalami karies yang
meluas akan mengurang kekuatan gigi untuk menahan daya untuk
kegiatan harian terutama mengunyah yang menyebabkan gigi lebih
rentan fraktur.
4. Suhu esktrim
Orang yang mepaparkan email gigi kepada suhu ekstrim seperti
makan makanan panas kemudian minum air es. Perlakuan ini
melemahkan email gigi dan memudahkan terjadi fraktur gigi
5. Gigi tambalan
Salah satu kebiasaan yang terjadi fraktur adalah ketika gigi
mempunyai tambalan yang besar. Kekuatan gigi yang rendah
disebabkan oleh bahan tambalan gigi yang tidak sama kuat
dibandingkan dengan email atau dentin, dapat menimbulkan resiko
gigi menjadi fraktur.
D. Gambaran Klinis
1. Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa
Fraktur ini akan membuat jaringan pulpa terlihat. Biasnya pulpa yang
terbuka ini membuat gigi sering sensitive danmeningkatkan resiko
terinfeksi karena jaringan pulpa terbuka untuk flora normal. Pada berbagai
kasus fraktur, akar bisa ikutserta dalam fraktur mahkota yang akan menjadi
fraktur mahkota dan akar
12
Gambar 3. Fraktur dentin dengan pulpa terbuka
2. Fraktur mahkota tanpa terbukanya pulpa
Fraktur ini melibatkan lapisan dentin dan email tanpa melibatkan
terbukanya pulpa. Ketika dentin terbuka maka gigi akan lebih sensitif
terhadap suhu dan makanan.
E. Diagnosis
13
Penegakan diagnosis dari fraktur mahkota pada gigi permanen dapat
ditegakkan melalui pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang berupa
foto radiologi (foto rontgent) untuk melihat sampai mana batas fraktur pada
gigi tersebut.
Gambar 6. (a) Fraktur email ; (b) Fraktur dentin tanpa terbukanya pulpa
; (c) Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa ; (d) Fraktur akar
F. Penatalaksanaan
Tatalaksana dari fraktur mahkota dapat dibedakan berdasarkan jenis frakur
mahkotanya, antara lain :
1. Fraktur email
Jika fragmen gigi tersedia, dapat direkatkan ke gigi. Dilakukan kontur
atau restorasi dengan resin komposit tergantung pada luas dan lokasi
fraktur. Jika fraktur gigi primer terkandung dalam permukaan enamel
saja, maka area fraktur gigi dapat dihaluskan dengan handpiece gigi
dan pemolesan bur atau dibiarkan tidak diobati jika situs fraktur halus
untuk disentuh. Hal ini tidak memerlukan perhatian segera kecuali ada
tepi tajam yang menyebabkan cedera jaringan lunak. Gigi harus
dimonitor untuk tanda-tanda nekrosis pulpa sampai pengelupasan.
2. Fraktur mahkota tanpa terbukanya pulpa
Jika fragmen gigi masih tersedia, dapat direkatkan pada gigi. Kalau
tidak, lakukan perawatan sementara dengan menutupi dentin yang
terbuka dengan bahan gigi yang berwarna seperti gigi seperti glass-
Ionomer atau restorasi yang lebih permanen menggunakan bonding
14
agent dan resin komposit, atau bahan restorasi gigi yang diterima
lainnya. Tempatkan dasar kalsium hidroksida dan tutup dengan bahan
seperti ionomer kaca.
3. Fraktur mahkota gigi dengan terbukanya pulpa
Pada pasien muda dengan gigi yang belum matang dan masih
berkembang, akan bermanfaat untuk mempertahankan vitalitas pulpa
dengan pembatasan pulpa atau pulpotomi parsial. Perawatan ini adalah
pilihan pada pasien muda dengan gigi yang benar-benar terbentuk.
Kalsium hidroksida adalah bahan yang cocok untuk ditempatkan pada
luka pulpa dalam prosedur tersebut. Pada pasien dengan perkembangan
apikal dewasa, perawatan saluran akar biasanya merupakan
pengobatan pilihan, meskipun capping pulp atau pulpotomi parsial
juga dapat dipilih. Jika fragmen gigi tersedia, dapat direkatkan ke gigi.
Jika gigi dirawat, maka perlu dipantau adanya tanda-tanda nekrosis
pulpa sampai pengelupasan. Dengan fraktur mahkota yang parah, akar
mungkin juga terlibat. Ekstraksi gigi diindikasikan jika fraktur meluas
ke permukaan akar.
G. Prognosis
Prognosis dari fraktur mahkota baik. Secara jangka panjang gigi dengan
fraktur mahkota email-dentin ditentukan oleh respons pulpa terhadap cedera
yang berkelanjutan. Tujuan dari penanganannya adalah untuk meminimalkan
peradangan pulpa dengan mencapai segel dentin yang efektif. Ini membatasi
masuknya bakteri dan meningkatkan prognosis jangka panjang. Tidak ada
bahan yang dapat secara identik mereproduksi estetika alami dan kontur
struktur gigi. Penggunaan konvensional komposit berbasis resin dapat
meningkatkan estetika.
15
BAB III
SIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
17