Anda di halaman 1dari 76

Makalah Seminar Periodonsia

SCALING, ROOT PLANING, INSTRUMEN SONIC DAN ULTRASONIC

Newman, M., et al.2006.Carranza’s Clinical Periodontology.10th ed.Missouri :


Saunders Elsevier (BAB 51 oleh Anna M. Pattison and Gordon L. Pattison dan
BAB 54 oleh Carol A. Jahn)

Disusun oleh :
Stephanie Cecillia M 160112150093
Destia Utami Affandi 160112150072
Siti Mardhiyah 160112150073

Pembimbing:
drg. Nunung Rusminah, Sp. Perio (K)

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas seminar bagian Periodonsia.

Dalam penyusunan makalah ini penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam

penulisan makalah ini, baik dari segi penyusunan, pengetikan, maupun isi. Untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna peningkatan di kemudian

hari. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, 29 September 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB 51 SCALING DAN ROOTPLANING.........................................................1

1. PRINSIP SCALING DAN ROOTPLENING .................................................. 1

1.1 DEFINISI DAN ALASAN ........................................................................ 1

1.2 DETECTION
SKILLS
 ........................................................................... 4

1.3 TEKNIK SCALING SUPRAGINGIVA .................................................... 6

1.4 TEKNIK SCALING SUBGINGIVAL DAN ROOT PLANING .............. 7

1.5 SCALING ULTRASONIK...................................................................... 26

1.6 EVALUASI ............................................................................................. 31

2. PENGASAHAN INSTRUMEN .................................................................... 33

2.1 PENILAIAN KETAJAMAN INSTRUMEN .......................................... 34

2.2 TUJUAN PENAJAMAN ......................................................................... 35

2.3 SHARPENING STONES ........................................................................ 36

2.4 PRINSIP PENAJAMAN INSTRUMEN ............................................ 38

2.6 TEKNIK PENGASAHAN TANPA MENGGERAKAN BATU ASAH 53

2.7 TEKNIK TANPA MENGGERAKAN INSTRUMEN............................ 54

BAB 54 INSTRUMEN SONIK DAN ULTRASONIK......................................56

1. MEKANISME AKSI ................................................................................. 56

1.1 FREKUENSI ...................................................................................... 56

1.2 GERAKAN ......................................................................................... 57

1.3 ALIRAN AIR .......................................................................................... 57

iii
2. TIPE POWER INSTRUMEN .................................................................... 58

3.1 SCALER SONIK ..................................................................................... 58

3.2 SCALER ULTRASONIK ....................................................................... 59

4. EFIKASI DAN HASIL KLINIS ................................................................ 59

4.1 PLAK DAN KALKULUS .................................................................. 60

4.2 REDUKSI BAKTERI DAN PENGELIMINASIAN ENDOTOKSIN/

SEMENTUM ................................................................................................. 61

4.3 PENDARAHAN SAAT PROBING, KEDALAMAN PROBING, DAN

CLINICAL ATTACHMENT ........................................................................... 63

4.4 AKSES FURKASI................................................................................... 64

5. EFISIENSI ................................................................................................. 65

5.1 DESAIN TIP ............................................................................................ 65

5.2 WAKTU................................................................................................... 68

6. PERTIMBANGAN KHUSUS ................................................................... 69

6.1 PRODUKSI AEROSOL .......................................................................... 69

6.2 PEACEMAKER ...................................................................................... 70

7. PRINSIP INSTRUMENTASI.................................................................... 71

8. RINGKASAN ............................................................................................ 71

iv
BAB 51

SCALING DAN ROOTPLANING

1. PRINSIP SCALING DAN ROOTPLENING

1.1 DEFINISI DAN ALASAN

Scaling adalah suatu prosedur dimana plak dan kalkulus dieliminasi dari

permukaan supragingiva dan subgingiva gigi. Root planing adalah prosedur

pengambilan sisa kalkulus dan sementum pada akar gigi sehingga diperoleh

permukaan akar gigi yang halus, keras dan bersih.

Tujuan utama dari scaling dan root planing adalah untuk memperbaiki

kesehatan gusi secara menyeluruh dengan menghilangkan elemen yang dapat

menyebabkan inflamasi gusi (yaitu, plak, kalkulus, endotoksin) dari permukaan

gigi (Gambar 51-82). Pengaplikasian teknik intrumentasi yang baik dapat

mengurangi jumlah bakteri subgingiva secara keseluruhan yang dapat merubahan

komposisi plak subgingiva dari yang didominasi bakteri gram negatif aerob

menjadi bakteri gram positif fakultatif anaerob. Setelah dilakukan scaling dan root

planing secara menyeluruh, terjadi pengurangan spitochetes, batang motil, dan

pathogen putative seperti Actinobacillus actinomycetemcomitans, Porphyromonas

gingivalis , and Prevotella intermedia dan terjadi perubahan dalam mikrobiota yang

disertai dengan berkurangnya atau hilangnya peradangan klinis.

Scaling dan root planing bukan prosedur yang terpisah; semua prinsip dari

scaling berlaku juga untuk root planing. Perbedaan indikasi antara scaling dan

1
root planing biasanya berhubungan dengan derajat keparahan. Anatomi gigi

menentukan sejauh mana permukaan harus di scaling dan root planing

Plak dan kalkulus pada permukaan enamel memicu inflamasi gingiva.

Enamel secara keseluruhan memiliki permukaan yang halus dan rata, kecuali

bagian groove dan pit. Plak dan kalkulus biasanya menempel pada permukaan licin

enamel. Scaling dapat menghilangkan semua plak dan kalkulus dari enamel, serta

menghasilkan permukaan yang halus dan bersih.

Permukaan akar yang terkena plak dan kalkulus membutuhkan penanganan

yang berbeda. Deposit kalkulus pada permukaan akar sering melekat pada bagian

sementum yang tidak rata. Kalkulus subgingival mengandung bakteri dan

endotoksin karena itu harus dihilangkan seluruhnya. Ketika dentin terkena , bakteri

pada plak dapat menyerang tubulus dentin. Oleh karena itu, scaling saja tidak cukup

untuk membersihkannya, dan sebagian dari permukaan akar harus dihilangkan

untuk menghilangkan deposit ini. Zat-zat beracun terutama endotoksin biasanya

terdapat pada permukaan akan yang terkena plak dan disekitar poket. Bukti

menunjukkan bahwa zat-zat beracun hanya melekat pada superfisial akar dan tidak

menembus secara mendalam. Pengeliminasian sementum dalam jumlah banyak

tidak diperlukan untuk membuat akar bebas dari toksin dan sebaiknya dihindari.

Teknik instrumentasi dapat menyebabkan terbuka dentin, sepertinya pada daerah

dimana sementum yang tipis.

Scaling dan root planing bukan merupakan prosedur yang terpisah. Prosedur

ini termasuk dalam fase inisial dari tahapan perawatan. Setelah dilakukan analisis

secara cermat, jumlah kunjungan yang diperlukan harus diperkirakan. Pasien

2
dengan jumlah kalkulus yang sedikit dengan keadaan jaringan di sekitar gigi

relative sehat dapat dirawat dalam satu kali kunjungan. Kebanyakan pasien lain

memerlukan beberapa kali kunjungan untuk perawatan. Dokter gigi harus

memperkirakan jumlah kunjungan yang diperlukan berdasarkan jumlah gigi dalam

mulut pasien, tingkat keparahan inflamasi, jumlah dan lokasi kalkulus, kedalaman

dan aktivitas poket, adanya keterlibatan furkasi, dan dibutuhkannya anastesi lokal.

Keterampilan yang baik dalam scaling dan root planing sangat penting

untuk kesuksesan utama dari terapi periodontal. Dari semua prosedur klinis gigi,

scaling subgingiva dan root planing pada poket yang dalam adalah keterampilan

yang paling sulit dan harus dikuasai. Apabila instrumentasi tidak dapat pencapai

permukaan akar maka dibutuhkan bedah periodontal.

Gambar 
 51-82: Hasil perawatan tahap 1. A sampai F, Moderate

periodontitis kronis. A, Pasien dengan moderat kehilangan perlekatan sedang dan

kedalaman probe berkisar 4 sampai 6 mm. Gingiva nampak merah muda karena

fibrosis dan peradangan jauh di dalam poket periodontal. B, Tampilan dari lingual

sebelum perawatan, dengan peradangan lebih terlihat dan deposito kalkulus yang

3
tebal. C dan D, Bagian yang sama dengan peningkatan kesehatan gingiva yang

signifikan 18 bulan setelah scaling, root planing, dan terapi kontrol plak; pasien

kembali untuk kunjungan perawatan rutin. E dan F, Gambaran radiografi dari gigi

anterior rahang bawah. Radiografi dilakukan 18 bulan setelah tahap I terapi dan

perawatan menunjukkan tidak ada peningkatan kehilangan tulang.

1.2 DETECTION
SKILLS


Visual yang baik dan sensitifitas taktil sangat dibutuhkan untuk penilaian

awal tingkat dan sifat dari kalkulus dan akar sebelum melakukan scaling dan root

planing. Evaluasi yang benar dari hasil instrumentasi tergantung pada kemampuan

mendeteksi ini.

Pemeriksaan visual untuk kalkulus supragingival dan subgingival tepat

dibawah gingival margin tidak begitu sulit dibawah pencahayaan yang bagus dan

area yang bersih. Deposit ringan dari kalkulus supragingival seringkali sulit dilihat

ketika area kerja basah terkena saliva. Semprotan udara digunakan untuk

mengeringkan kalkulus supragingival sampai terlihat berwarna putih pucat. Udara

juga bisa diarahkan kedalam pocket dalam aliran yang stabil untuk memisahkan

marginal gingiva dari gigi sehingga deposit subgingival yang dekat ke permukaan

dapat terlihat.

Sensitifitas taktil pada area subgingival di poket, furkasi dan developmental

depresion lebih sulit diaplikasikan dibandingkan pemeriksaan visual pada area

supragingival. Eksplorer dan probe dipegang secara ringan namun stabil untuk

mendeteksi kalkulus subgingival dan permukaan yang tidak rata. Bagian depan ibu

4
jari dan jari-jari lainnya terutama jari tengah akan merasakan sedikit getaran melalui

gagang instrumen untuk merasakan permukaan akar yang tidak rata.

Setelah finger rest ditempatkan, ujung instrumen dengan hati-hati

dimasukkan subgingiva sampai ke dasar poket. Eksplorasi ringan dilakukan secara

vertikal pada permukaan akar. Ketika kalkulus ditemukan, ujung instrumen harus

dilanjutkan lebih ke apikal sampai akhiran kalkulus pada akar dirasakan. Jarak

antara ujung apikal dengan dasar dari pocket biasanya berkisar antara 0.2 to 1.0

mm. Ujung dari instrumen ditempatkan mendekati gigi dengan sudut yang sesuai

untuk menghindari terjadinya trauma. Pengekspolarasian pada permukaan proximal

gigi harus melewati area kontak untuk mendeteksi deposit interproksimal.

Teknik eksplorasi dan sensivitas taktil sangat penting, tetapi penilaian

secara visual untuk mendeteksi kalkulus juga diperlukan. Klinisi pada awalnya sulit

dalam mendeteksi kalkulus yang tipis dan jaringan sementum yang nekrotik.

Penemuan kalkulus tersebut secara klinis dimulai dengan margin, ketebalan

kalkulus, dan daerah yang retentif, serta kekasaran yang terasa seperti lapisan

lengket atau film yang menutupi permukaan gigi. Restorasi gigi yang Overhanging,

karies, dekalsifikasi, dan kekasaran permukaan akar akibat instrumentasi

sebelumnya biasanya ditemukan pada saat ekspolasi. Penemuan klinis tersebut

harus dikenali dan dibedakan dengan kalkulus subgingival. Karena itu diperlukan

pengalaman dan tingkat sensivitas taktil yang tinggi.

5
1.3 TEKNIK SCALING SUPRAGINGIVA

Kalkulus yang terletak pada supragingiva secara umum lebih lunak dan

lebih mudah dibersihkan dibandingkan kalkulus subgingiva. Scaling kalkulus

supragingiva, dilakukan dengan instrumentasi pada daerah mahkota dan tidak

dibatasi oleh jaringan sekitarnya, sehingga adaptasi dan angulasi lebih mudah.

Scaling kalkulus supragingiva juga memungkinkan adanya visibilitas langsung dan

gerakan yang lebih bebas dibanding scaling kalkulus subgingival.

Kalkulus supragingiva biasanya dihilangkan dengan menggunakan sickle,

kuret, dan instrumen ultrasonic dan sonic. Hoe dan chisel jarang digunakan. Pada

teknik scaling supragingiva, sickle atau kuret dipegang dengan cara modified pen

grasp dan diberikan firm finger rest pada gigi yang berada di area yang berlawanan

dengan area kerja. Angulasi blade dengan permukaan gigi sedikit lebih kecil dari

90°. Cutting edge harus berada pada margin apikal kalkulus, dan ditarik ke arah

koronal secara vertikal atau obliq dengan tarikan yang cukup, kuat, dan

overlapping. Berhati-hatilah dalam penggunaan sickle karena ujungnya yang tajam

dapat merusak jaringan sekitar, sehingga adaptasi dengan permukaan gigi harus

baik. Permukaan gigi dievaluasi hingga bebas dari semua deposit supragingiva. Jika

ujung blade dapat diinsersikan dan ditarik dengan mudah, sickle mungkin dapat

digunakan sedikit di bawah free gingiva. Jika sickle digunakan dengan cara ini,

final scaling dan root planing dengan kuret harus selalu dilakukan.

6
1.4 TEKNIK SCALING SUBGINGIVAL DAN ROOT PLANING

Teknik scaling subgingiva dan root planing jauh lebih kompleks dan sulit

dilakukan dibandingkan scaling supragingival. Kalkulus subgingival biasanya lebih

sulit dieliminasi daripada kalkulus supragingiva dan sering menempel pada akar

yang tidak beraturan. Visibilitas dan aksesibilitas dapat terhalang karena

pendarahan yang mungkin terjadi, oleh karena itu sangat bergantung pada

sensitifitas taktil

Selain itu, dinding poket yang berhimpit dengan permukaan gigi akan

membatasi gerakan instrumentasi, oleh karena itu klinisi harus berhati-hati terhadap

jaringan lunak sekitar untuk mencegah terjadinya trauma. Dokter harus memahami

Morfologi dan anatomi gigi agar sensitivitas taktil selama intrumentasi dapat

diperoleh, sehingga adaptasi dan angulasi sesuai. Kuret lebih banyak digunakan

dokter untuk scaling subgingiva dan root planing karena keuntungan yang

diberikan oleh bentuknya. Desain kuret memungkinkan untuk dimasukan ke dasar

poket dan diadapasikan pada kontur gigi dengan trauma jaringan yang minimal.

Sickle, hoe, file, dan instrumen ultrasonik juga digunakan untuk scaling

kalkulus subgingiva. Beberapa file kecil (misalnya, file Hirschfeld) dapat

dimasukan kedasar poket untuk memecah deposit. File yang besar, hoes, sickles,

dan tips ultrasonik yang standar digunakan untuk supragingiva terlalu besar dan

tidak dapat dimasukan dengan mudah kedalam poket atau area dimana jaringan

fibrosis. Hoes dan files tidak dapat menghasilkan permukaan yang sehalus seperti

kuret. Hoes, files, dan tips ultrasonik standar semua lebih menyebabkan trauma

pada akar dan jaringan sekitarnya. Meskipun tips ultrasonik dirancang tipis agar

7
dapat dimasukan dengan mudah ke subgingiva untuk menscaling poket yang dalam

dan furkasi, alat tersebut digunakan dengan kekuatan yang lembut. Ketika scaling

dengan kekuatan yang lembut dilakukan pada kalkulus yang tebal, tips ultrasonik

yang tipis hanya mengurangi kalkulus tetapi tidak menghilangkannya.

Oleh karena itu, scaling dengan ultrasonik harus disertakan dengan

eksplorasi dan instrumetasi lebih lanjut dengan kuret bila diperlukan.

Scaling subgingiva dan root planing dilakukan dengan kuret universal atau

kuret Gracey dengan mengikuti prosedur dasar berikut. Kuret dipegang dengan

teknik modified pen grasp dan firm finger rest. Cutting edge diadaptasikan dengan

lembut pada gigi dimana tangkai bagian bawah disejajarkan dengan permukaan gigi

. Blade kemudian diinsersikan di bawah gingiva sampai ke dasar poket dengan

gerakan eksplorasi ringan. Bila cutting edge telah mencapai dasar poket, tarikan

kelateral dengan angulasi 45o dan 90o terhadap permukaan gigi. Kalkulus

dihilangkan dengan gerakan yang cukup, terkontrol, berulang, dan pergelangan

tangan yang cukup bertenaga. Cutting edge digerakan sampai tidak ada tahanan

akibat kalkulus. Gerakan root planing dilakukan dengan tekanan kearah lateral

sampai permukaan akar benar-benar halus. Intrumen harus dipegang dengan hati-

hati agar ujung blade dapat beradaptasi pada permukaan line angle gigi,

developmental depressions, dan semua kontur gigi. Gerakan instrumentasi yang

berlebih dan tidak terkontrol dapat menumpulkan instrumen.

8
Gambar 51-83: Prosedur scaling subgingiva. A, kuret dimasukan dengan bagian

dari pisau mengarah ke gigi. B, angulasi kerja (45-90 derajat) dibentuk didasar

poket.C, tekanan ke lateral yang dilakukan dan gerakan scaling dilakukan kearah

koronal.

Keberhasilan pembersihan kalkulus bergantung pada karakteristik kalkulus

dan gerakan inisial ketika root planing. Jika gaya yang berlebihan yang diberikan

berulangkali dapat menyebabkan goresan sehingga permukaan akar menjadi kasar.

Apabila gaya kelateral terlalu kuat, struktur permukaan akar akan terkikis.

Setelah prosedur scaling yang dilakukan kemudian dilakukan prosedur root planing

dengan gerakan yang ringan.

Pada saat scaling, kekuatan bisa dipusatkan pada sepertiga bagian bawah

blade (Gambar 51-69). Beberapa milimeter dari ujung blade, diposisikan di apikal

lateral kalkulus, dan disgerakan secara vertikal atau miring untuk memecah

kalkulus dari permukaan gigi. Tanpa menarik instrumen dari poket, blade digerakan

ke lateral untuk memecah kalkulus yang tersisa. Gerakan vertikal atau miring

dilakukan lagi, sedikit tumpang tindih dengan gerakan sebelumnya. Proses ini

dilakukan dalam prosedur scaling sampai seluruh deposit hilang

9
Gambar 51-84: Instrumentasi untuk menghilangkan kalkulus. A, Kalkulus

dihilangkan dengan cara menyeret tepi apikal atau lateral dengan ujung pemotong

svaler; pergerakan instrumen kearah vertikal akan menghilangkan kalkulus,

seperti yang terlihat pada gambar. B, Instrumen digerakan ke lateral dan bergerak

lagi ke tepi kalkulus, tumpang tindih dengan gerakan sebelumnya hingga batas

tertentu. C, Bagian akhir dari deposit yang dihilangkan.

Menarik tepi kalkulus yang besar dan kuat dengan seluruh panjang ujung

pemotong scaler tidak disarankan karena gaya yang didistribusikan tidak

dikonsentrasikan dengan baik. Tarikan lateral yang lebih besar diperlukan untuk

mengeliminasi seluruh deposit dalam satu gerakan. Satu kali gerakan biasanya tidak

cukup untuk mengeliminasi kalkulus seluruhnya. Ujung blade digunakan untuk

menelusuri permukaan deposit sehingga deposit dapat dieliminasi sedikit demi

sedikit.

Kesalahan yang umum terjadi ketika dilakukan instrumentasi pada

proksimal adalah sulitnya untuk mencapai daerah interproksimal. Daerah ini relatif

tidak dapat diakses, dan membutuhkan keterampilan instrumentasi yang lebih dari

permukaan bukal atau lingual. Hal tersebut akan efektif apabila bagian bawah tetap

10
paralel dengan sumbu panjang gigi (Gambar 51-85, A). Gerakan akan terhambat

karena ujung cenderung tersangkut di proksimal. (Gambar 51-85, dan C).

Jarak antara jari dan daerah kerja penting karena, (1) Finger rest atau titik

tumpu harus diposisikan agar tangkai bagian bawah instrumen paralel atau hampir

sejajar dengan permukaan gigi. Kesejajaran ini merupakan syarat dasar untuk

angulasi kerja yang optimal, (2) finger rest atau titik tumpu harus diposisikan agar

pergerakan pergelangan tangan operator dengan leluasa. Pada rahang atas posterior,

persyaratan ini dapat dipenuhi hanya dengan menggunakan tumpuan ekstraoral atau

sebaliknya. Ketika finger rest atau titik tumpu intraoral digunakan di daerah lain di

mulut, finger rest harus cukup dekat dengan wilayah kerja untuk memenuhi dua

persyaratan tersebut. Finger rest atau titik tumpuan yang diletakan terlalu jauh dari

wilayah kerja membuat dokter mengalami kesulitan dalam mendapatkan

kesejajaran dan angulasi yang tepat. Gerak pergelangan tangan yang efektif dapat

dicapai apabila finger rest berada pada titik tumpu.

Gambar 51-85: Posisi shank untuk scaling permukaan proximal. A, Posisi shank

yang benar, sejajar dengan sumbu panjang gigi. B, posisi shank salah, miring jauh

dari gigi. C, posisi shank salah, miring ke arah gigi

11
Posisi tubuh operator dan letak finger rest harus selalu disesuaikan untuk

mendapatkan kesejajaran dan keleluasaan gerakan pergelangan tangan. Contoh-

contoh yang ditunjukkan memberikan efisiensi maksimum untuk kenyamanan

dokter dan pasien. Berikut pendekatan dapat digunakan:


Gambar 51-86: Posterior Kanan Rahang Atas; aspek fasial

Posterior Kanan Rahang Atas; aspek fasial (Molar) (Gambar 51-86).

Posisi Operator : Posisi samping

Pencahayaan : Langsung

Penglihatan : Langsung (tidak langsung untuk permukaan distal molar).

Retraksi : Kaca mulut atau jari lainnya

Finger rest : Ekstraoral, telapak tangan. Punggung jari tengah dan jari

manis terletak pada lateral mandibula pada sisi kanan wajah.

12
Gambar 51-87: Posterior Kanan Rahang Atas: aspek fasial (Premolar)

Posterior Kanan Rahang Atas: aspek fasial (Premolar) (Gambar 51-87).

Posisi operator : Di sebelah atau di belakang pasien

Pencahayaan : Langsung

Penglihatan : Langsung

Retraksi : Kaca mulut atau jari lainnya

Finger rest : Intraoral, telapak tangan. Jari manis berada pada permukaan

oklusan gigi sebelahnya.

Gambar 51-88: Posterior Kanan Rahang Atas: aspek palatal

Posterior Kanan Rahang Atas: aspek palatal (Gambar 51-88).

Posisi operator : Di sebelah atau depan pasien

Pencahayaan : Langsung dan tidak langsung

13
Penglihatan : Langsung dan tidak langsung

Retraksi :-

Finger rest : Ekstraoral, telapak tangan. Punggung jari tengah dan jari

manis terletak pada lateral mandibula di sisi kanan wajah.

Gambar 51-89: Posterior Kanan Rahang Atas: Aspek palatal.

Posterior Kanan Rahang Atas: Aspek palatal (Gambar 51-89)

Posisi operator : Di depan pasien

Pencahayaan : Langsung

Penglihatan : Langsung

Retraksi :-

Finger rest : Intraoral, telapak tangan, jari. Jari telunjuk tangan yang

tidak bekerja berada di permukaan oklusal dari gigi poserior

kanan rahang atas. Jari manis dari tangan yang bekerja pada

jari telunjuk tangan yang tidak bekerja.

14
Gambar 51-90: Anterior Rahang Atas: Aspek wajah

Anterior rahang atas: Aspek fasial (Gambar 51-90).

Posisi operator : Di belakang pasien

Pencahayaan : Langsung

Penglihatan : Langsung

Retraksi : Jari telunjuk dari jari yang tidak bekerja

Finger rest : Intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge pada

gigi sebelah.

Gambar 51-91: Anterior Rahang Atas: aspek fasial

Anterior Rahang Atas: aspek fasial (Gambar 51-91)

Posisi operator : Di depan pasien

15
Pencahayaan : Langsung

Penglihatan : Langsung

Retraksi : Jari telunjuk dari jari yang tidak bekerja

Finger rest : Intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan labial pada gigi sebelah

Gambar 51-92: Anterior Rahang Atas: aspek palatal

Anterior Rahang Atas: aspek palatal (Gambar 51-92).

Posisi operator : di belakang pasien

Pencahayaan : tidak langsung

Penglihatan : tidak langsung

Retraksi :-

Finger rest : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

perukaan oklusal pada gigi sebelah

16
Gambar 51-93 Posterior Kiri Rahang Atas: aspek fasial

Posterior Kiri Rahang Atas: aspek fasial (Gambar 51-93)

Posisi operator : Di samping atau belakang pasien

Pencahayaan : Langsung atau tidak langsung

Penglihatan : Langsung atau tidak langsung

Retraksi : Kaca mulut

Finger rest : Ekstraoral, telapak tangan. Permukaan depan dari jari

tengah dan jari manis pada lateral mandibula sebelah kiri.

Figure
5194

 


Gambar 51-94: Posterior Kiri Rahang Atas: aspek fasial

Posterior Kiri Rahang Atas: aspek fasial (Gambar 51-94)

17
Posisi operator :di samping atau belakang pasien

Pencahayaan : langsung atau tidak langsung

Penglihatan : langsung atau tidak langsung

Retraksi : kaca mulut

Finger rest : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal dari gigi sebelah.

Gambar 51-95 Posterior Kiri Rahang Atas: aspek palatal

Posterior Kiri Rahang Atas: aspek palatal (Gambar 51-95)

Posisi operator : Di depan pasien

Pencahayaan : Langsung

Penglihatan : Langsung

Retraksi :-

Finger rest : Intraoral. Jari manis pada incisal edge dari gigi anterior

rahang bawah atau permukaan fasial dari premolar rahang

18
bawah, diperkuat dengan jari telunjuk dari tangan yang tidak

bekerja

Gambar 51-96: Posterior Kiri Rahang Atas: aspek palatal

Posterior Kiri Rahang Atas: aspek palatal (Gambar 51-96)

Posisi operator : di depan pasien

Pencahayaa : langsung dan tidak langsung

Penglihatan : langsung dan tidak langsung

Retraksi :-

Finger rest : ekstraoral, telapak tangan. Permukaan depan dari jari tengah

dan jari manis pada permukaan lateral dari mandibula.

Tangan yang lainnya memegang kaca mulut sebagai

pencahayaan tidak langsung.

19
Gambar 51-97: Posterior Kiri Rahang Atas: aspek palatal.

Posterior Kiri Rahang Atas: aspek palatal (Gambar 51-97)

Posisi operator : Di samping atau depan pasien

Pencahayaan : Langsung

Penglihatan : Langsung

Retraksi :-

Finger rest : Intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal dari gigi sebelah

Gambar 51-98 Posterior Kiri Rahang Bawah: aspek fasial

Posterior Kiri Rahang Bawah: aspek fasial (Gambar 51-98)

Posisi operator : Di samping atau belakang pasien

20
Pencahayaan : Langsung

Penglihatan : Langsung atau tidak langsung

Retraksi : Kaca mulut atau jari telunjuk

Finger rest : Intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal dari gigi sebelah

Gambar 51-99: Posterior Kiri Rahang Bawah: aspek lingual

Posterior Kiri Rahang Bawah: aspek lingual (Gambar 51-99)

Posisi operator :di samping ataudepan pasien

Pencahayaan : langsung dan tidak langsung

Penglihatan : langsung

Retraksi : kaca mulut menahan lidah

Finger rest : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal dari gigi sebelah

21
Gambar 51-100: Amterior Rahang Bawah: aspek fasial

Amterior Rahang Bawah: aspek fasial (Gambar 51-100)

Posisi operator :Di depan pasien

Pencahayaan : Langsung

Penglihata : Langsung

Retraksi : Jari telunjuk dari tangan yang tidak bekerja

Finger rest : Intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal dari gigi sebelah

Gambar 51-101 Anterior Rahang Bawah: aspek fasial

Anterior Rahang Bawah: aspek fasial (Gambar 51-101)

Posiisi operator : Di belakang pasien

Pencahayaan : Langsung

22
Penglihatan : Langsung

Retraksi : Jari telunjuk atau jempol dari tangan yang tidak bekerja

Finger rest : Intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal gigi sebelah

Gambar 51-102: Anterior Rahang Bawah: aspek lingual

Anterior Rahang Bawah: aspek lingual (Gambar 51-102)

Posisi operator :di belakang pasien

Pencahayaan : langsung dan tidak langsung

Penglihatan : langsung dan tidak langsung

Retraksi : kaca mulut menahan lidah

Finger rest : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal gigi sebelah

23
Gambar 51-103: Anterior Rahang Bawah: aspek lingual

Anterior Rahang Bawah: aspek lingual (Gambar 51-103)

Posisi operator :di depan pasien

Pencahayaan : langsung dan tidak langsung

Penglihatan : langsung dan tidak langsung

Retraksi : kaca mulut menahan lidah

Finger rest : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal gigi sebelah

Gambar 51-104: Posterior Kanan Rahang Bawah: aspek fasial

Posterior Kanan Rahang Bawah: aspek fasial (Gambar 51-104)

24
Posisi Operator : Di sebelah atau depan pasien

Pencahayaan : Langsung

Penglihata : Langsung

Retraksi : Kaca mulut atau jari telunjuk dari tangan lainnya

Finger rest : Intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal gigi sebelah

Gambar 51-105: Posterior Kanan Rahang Bawah: aspek lingual

Posterior Kanan Rahang Bawah: aspek lingual (Gambar 51-105)

Posisi operator :di depan pasien

Pencahayaan : langsung dan tidak langsung

Penglihatan : langsung dan tidak langsung

Retraksi : kaca mulut menahan lidah

Finger rest : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal gigi sebelah

25
1.5 SCALING ULTRASONIK

1.5.1 INSTRUMEN

Instrumen ultrasonik telah digunakan sebagai tambahan yang penting dalam

metode instrumentasi konvensional selama bertahun-tahun. Tips ultrasonik yang

besar dan tebal, umumnya hanya cocok untuk scaling supragingiva, sedangkan tips

ultrasonik tipis dapat mengakses bagian subgingiva yang sebelumnya hanya dapat

diakses dengan instrumen konvensional. Penelitian sebelumnya menunjukkan

bahwa penggunaan instrumen ultrasonik meninggalkan permukaan yang kasar dari

pada kuret. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa instrumen ultrasonik dengan

tips lebih tipis menghasilkan permukaan akar yang halus atau lebih lembut daripada

kuret.

Instrumen ultrasonik terbukti lebih efektif dibandingkan instrumen

konvensional dalam mengurangi bakteri spirochetes dan motile rods pada

keterlibatan furkasi kelas II dan III. Dua penelitian in vitro menemukan bahwa

scaler ultrasonik dan sonik tidak membunuh bakteri patogen periodontal dengan

energi getaran yang dihasilkan, tetapi oleh karena adanya peningkatan suhu.

Penelitian in vitro lain menemukan Gracey Curvettes lebih efektif dibanding slim

ultrasonik dalam membersihkan saluran akar, jalan masuk furkasi, dan area furkasi

dari debris pada molar mandibula pertama.

Penggunaan instrumen ultrasonik dan instrumen konvensional ditentukan

berdasarkan kebutuhan pasien. Keberhasilan perawatan ditentukan oleh waktu

prosedur dan tingkat kebersihan permukaan akar. Dokter biasanya menggunakan

26
kombinasi ultrasonik dan instrumen konvensional untuk mencapai kebersihan yang

menyeluruh.

Getaran yang dihasilkan oleh instrumen ultrasonik sangat berguna dalam

menghilangkan deposit kalkulus yang berat dan stain. Deposit seperti itu dapat lebih

mudah dihilangkan menggunakan ultrasonik. Saat instrumen ultrasonik dapat

diaplikasikan dengan baik, maka trauma jaringan dan ketidaknyamanan pasca

terapi dapat diminimalkan. Instrumentasi ultrasonik biasanya sangat berguna pada

terapi inisial pada pasien dengan kondisi nyeri akut seperti necrotizing ulcerative

gingivitis. Perangkat scaling ultrasonik juga dapat digunakan untuk kuretase

gingival dan menghilangkan overhang serta kelebihan semen setelah penyemenan

alat ortodontik.

Salah satu kontraindikasi dalam penggunaan scaler ultrasonik dan sonik

adalah pada pasien pengguna cardiac pacemakers dalam waktu yang lama. Pasien

yang baru menggunakan pacemakers dapat ditangani dengan aman. Namun,

terdapat resiko akan meningkat jika pasien lemah secara medis atau alat ultra

ultrasonik yang digunakan rusak. Pasien dengan penyakit menular melalui udara

tidak boleh dirawat dengan alat ultrasonik ataupun sonik, karena semprotan air air

akan mengkontaminasi area perawatan. Langkah-langkah pengendalian infeksi

yang tepat harus dilakukan menggunakan jas lab, kacamata, masker dan sarung

tangan) dan dekontaminasi area kerja yang benar dilakukan setelahnya. Pengguaan

obat kumur antimikrobial selama 1 menit seperti chlorhexidine 0,12% secara

signifikan mengurangi jumlah bakteri. Pasien yang beresiko untuk penyakit

pernapasan tidak boleh dirawat dengan alat ultrasonik maupun sonik, termasuk

27
pasien imunosupresi maupun gangguan paru-paru kronis. Penggunaan ultrasonik

dan sonik pada bahan logam seperti implan titanium merupakan kontraindikasi

karena dapat tergores atau tercungkil, dan untuk bahan restorasi porselen karena

dapat fraktur atau lepas. Ultrasonik berbahan magnetostrictive dan piezoelectric

plastic-tipped yang tidak merusak implan titanium(Gambar 51-106). Plastic dan

teflon-coated sonic scaler tips juga telah dikembangkan untuk implan titanium dan

untuk deplaquing dan polishing subgingival permukaan akar.

Gambar 51-106 Tip ultrasonik untuk implan. A, Plastic Piezon Implant Insert

(EMS). B, Blue Plastic Magnetostrictive Insert (Tony Riso). C, D, dan E, Carbon

Composite Piezoelectric Inserts : PH1, PH2R, dan PH2L (Satelec).

1.5.2 TEKNIK

Instrumentasi ultrasonik digunakan dengan sentuhan ringan dan tekanan

ringan, menjaga tip sejajar dengan permukaan gigi dan bergerak dengan konstan.

Tips scaler diaplikasikan pada satu tempat terlalu lama membuat daerah yang kasar

permukaan akar atau gigi. Penggunaan daya yang rendah dan sedikit tekanan dapat

mengurangi kedalaman dan struktur gigi yang akan hilang. Akhiran dari instrumen

28
ultrasonik harus berkontak dengan kalkulus agar dapat dipecah dan dilepaskan.

Working tip harus berkontak dengan seluruh aspek permukaan akar untuk

menghilangkan plak dan toksin. Walaupun tip vibrasi ultrasonik panjangnya 10mm

atau lebih, tetapi hanya sebagian kecil yang dapat beradaptasi terhadap permukaan

akar.

Aerosol yang diproduksi saat instrumentasi sonik dan ultrasonik

mengandung patogen pada udara dan darah yang berpotensi menyebabkan infeksi.

Pneumococci, staphylococci, a-hemolytic streptococci dan Mycobacterium

tuberculosis merupakan bakteri yang ditemukan pada aerosol dental. Aerosol juga

menjadi perantara patogen antara klinisi dan pasien dengan banyak virus, meliputi

virus herpes simplex, virus hepatitis, virus influenza, cold viruses, virus Epstein-

Barr dan cytomegalovirus. Perhatian khusus ditujukkan pada patogen yang bukan

berasal dari pasien tapi berasal dari saluran air pada dental unit yang terkontaminasi

atau dari alat ultrasonik. Patogen seperti Pseudomonas sp dan Lefionella

pneumophila yang terdapat pada air dental unit dapat berpindah kepada pasien

melalui ultrasonik scaler. Aerosol dari instrumen ultrasonik selalu mengandung

darah dan menetap di udara selama ±30 menit pada daerah perawatan dan area

kerja diluar daerah perawatan. Pasien yang tidak terlindungi dapat lebih rentan

terhadap infeksi dari aerosol dibanding klinisi yang menggunakan alat pelindung

seperti masker, sarung tangan, kacamata, dan jas lab. Pembersihan high-speed,

sebelum prosedur menggunakan klorheksidin, flushing pada handpiece dan saluran

air atau sumber air steril, disinfeksi permukaan lingkungan dan ventilasi yang

cukup serta alat penyaringan udara dengan high-efficiency particulate air (HEPA)

29
filter merupakan tindakan pencegahan yang penting untuk meminimalisir potensi

bahaya dari aerosol ultrasonik.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, alat ultrasonik digunakan

dengan tata cara berikut :

1. Pembersihan unit ultrasonik menggunakan disinfektan dengan baik.

Gunakan handpiece ultrasonik yang steril, dapat disterilkan pada autoclave,

atau pembersihan handpiece dengan disinfektan. Lapisi unit ultrasonik atau

tombol kontrol dan handpiece dengan barier dari plastik atau latex. Alirkan

air pada saluran air dan handpiece selama 2 menit untuk mengurangi jumlah

bakteri pada saluran. Gunakan filter pada saluran air atau air yang steril

sebisa mungkin.

2. Instruksikan pasien berkumur selama 1 menit dengan obat kumur

antimikrobial seperti klorheksidin 0,12% untuk mengurangi kontaminasi

aerosol.

3. Dokter dan perawat harus menggunakan google dan masker untuk proteksi

dan pembersihan high-speed untuk meminimalisir kontaminasi aerosol saat

instrumentasi

4. Nyalakan unit, pilih alat, pasang pada handpiece, kemudian atur tombol

kontrol air untuk menghasilkan sedikit semprotan air pada ujung kerja.

Aspirasi yang cukup dibutuhkan untuk membuang air yang terakumulasi

dalam mulut. Pengaturan kecepatan getaran harus dimulai dari rendah

kemudian disesuaikan, tidak lebih tinggi dari yang dibutuhkan untuk

mengeliminasi kalkulus. Kecepatan yang sedang hingga tinggi dapat

30
menyebabkan kerusakan pada akar saat ujungnya tidak sejajar dengan

permukaan akar.

5. Instrumen dipegang seperti pulpen atau dengan modified pen grasp, dan

finger rest atau fulkrum ektraoral harus dilakukan untuk menghasilkan

sentuhan featherlike. Tumpuan ekstraoral harus berada pada gigi maksila.

Untuk gigi mandibula, dapat menggunakan tumpuan intraoral maupun

ekstraoral.

6. Gunakan gerakan overlapping yang pendek, pelan, vertikal, horizontal

ataupun oblique. Working tip tetap beradaptasi dengan permukaan gigi

ketika melewati deposit. Tekanan lateral yang besar tidak dibutuhkan

karena getaran dari instrumen yang melepaskan kalkulus.

7. Ujung kerja harus tetap dalam gerakan konstan, dan tip harus tetap sejajar

dengan permukaan gigi atau tidak melebihi sudut 15o untuk mencegah

tergores atau terbentuk groove pada permukaan gigi.

8. Instrumen harus diganti secara periodik untuk memungkinkan aspirasi air.

Permukaan gigi harus diperiksa secara berkala dengan sonde.

9. Permukaan akar yang irreguler harus dihilangkan dengan kuret sharp

standard atau mini-bladed jika diperlukan.

1.6 EVALUASI

Keberhasilan skeling dan root planing dievaluasi saat prosedur dilakukan

dan selanjutnya setelah jaringan lunak sembuh.

31
Segera setelah instrumentasi, permukaan gigi harus diperiksa secara visual

dengan hati-hati dengan pencahayaan yang optimal dan dengan bantuan kaca mulut

serta udara bertekanan. Permukaan juga harus diperiksa dengan sonde dan probe.

Permukaan subgingival harus keras dan halus. Tingkat kebersihan dari kalkulus

dibutuhkan untuk kesehatan jaringan lunak sekitarnya, tetapi diperlukan pula

kehalusan akar. Namun, kehalusan permukaan akar menunjukkan bahwa kalkulus

telah diambil seluruhnya.

Walaupun kehalusan permukaan merupakan kriteria dalam mengevaluasi

keberhasilan scaling dan root planing secara langsung, tetapi evaluasi yang utama

adalah respon jaringan. Evaluasi klinis mengenai respon jaringan lunak terhadap

scaling dan root planing, meliputi probing, tidak boleh dilakukan lebih awal dari 2

minggu setelah perawatan. Pembentukan epitel kembali pada luka akibat

instumentasi membutuhkan waktu 1 hingga 2 minggu. Perdarahan gingiva saat

probing akan tetap terjadi selama 1 sampai 2 minggu, walaupun kalkulus telah

dihilangkan seluruhnya karena luka jaringan lunak belum mengalami pembentukan

epitel. Jika setelah itu masih terjadi perdarahan maka hal itu dikarenakan inflamasi

yang persisten akibat sisa deposit yang tidak dihilangkan saat prosedur inisial atau

kontrol plak. Perubahan klinis yang membaik setelah prosedur perawatan terjadi

dalam beberapa minggu atau bulan. Untuk itu, evaluasi jangka panjang perlu

dilakukan sebelum menentukan apakah dibutuhkan perawatan lebih lanjut atau

bedah.

Klinisi terkadang menemukan beberapa akar yang masih kasar setelah

scaling dan root planing. Jika prosedur perawatan telah dilakukan dengan benar,

32
kekasaran tersebut mungkin bukan karena kalkulus. Karena menghilangkan

kalkulus saja telah terbukti dapat memicu kesehatan jaringan, maka akan lebih tepat

dalam kasus tersebut tidak perlu menghaluskan dengan sempurna dan reevaluasi

respon jaringan (setelah 2 atau 4 minggu). Hal ini dilakukan untuk mencegah

instrumentasi berlebih dan hilangnya struktur akar yang berlebih saat

menghaluskan permukaan. Jika jaringan kembali sehat setelah 2 atau 4 minggu,

tidak perlu dilakukan root planing. Jika jaringan mengalami inflamasi, dokter harus

menentukan penyebab terjadinya apakah akibat akumulasi plak atau adanya sisa

kalkulus dan apakah perlu dilakukan root planing.

2. PENGASAHAN INSTRUMEN

Prosedur perawatan periodontal tidak akan efisien jika instrumen yang

digunakan tumpul. Instrumen yang tajam akan memecah lebih tepat dan cepat

dibandingkan instrumen yang tumpuk. Ketika prosedur perawatan periodontal

dilaksanakan, instrumen yang tumpul harus dipegang lebih kuat dan ditekan

dibanding instrumen yang tajam. Hal ini akan mengakibatkan pengurangan

sensitivitas taktil serta kemungkinan instrumen tergeser. Oleh karena itu, agar

waktu efisien dan prosedur perawatan dilakukan dengan benar dokter harus mampu

menajamkan instrumen agar cutting edge dari instrumen tajam. Keterampilan ini

membutuhkan pengalaman dan kehatu-hatian agar hasil yang dicapai sempurna.

33
2.1 PENILAIAN KETAJAMAN INSTRUMEN

Bagian cutting edge dari instrumen terdiri dari angular junction pada dua

permukaan blade. Contohnya cutting edge pada kuret, terdiri dari permukaan fasial

blade bertemu dengan permukaan lateral blade (Gambar 51-107).

Gambar 51-107 Cutting edge pada kuret terdiri dari angular junction pada

permukaan fasial dan lateral instrumen

Setelah instrumen digunakan, logam pada cutting edge bisa menjadi aus,

dan angular blade menjadi tumpul (Gambar 51-108). Cutting edge menjadi

permukaan yang bundar bukan lancip. Itu alasannya kenapa instrumen yang tumpul

lebih tidak efisien dan membutuhnya tekanan yang lebih saat digunakan.

34
Gambar 51-108 Cutting edge pada kuret yang tumpul berbentuk bundar

Penilaian ketajaman dapat dilihat secara visual dan taktil melalui:

1. Ketika instrumen yang tumpul berada dibawah cahaya, permukaan bundar

dari cutting edge memantulkan cahaya dan akan tampak bidang yang terang

pada cutting edge (Gambar 51-109). Sudut pada cutting edge instrumen

yang tajam, sebaliknya, tidak memantulkan cahaya pada permukaannya.

Gambar 51-109 Pantulan cahaya dari cutting edge pada instrumen yang

tumpul tampak garis terang.

2. Penilaian ketajaman taktil dilakukan dengan menggoreskan instrumen

melewati batang akrilik yang disebut dengan “sharpening test stick”.

Instrumen yang tumpul tidak akan menggores akrilik seperti yang

dihasilkan oleh instrument yang tajam.

2.2 TUJUAN PENAJAMAN

Tujuan dari penajaman instrumen adalah memperbaiki instrumen agar

memiliki cutting edge yang baik, tipis dan linear. Hal ini dapat dilakukan dengan

menggerinda permukaan blade hingga angular junction memiliki sudut yang tajam.

35
Teknik penajaman dilakukan untuk menghasilkan cutting edge yang tajam tanpa

merubah bentuk aslinya. Untuk menjaga bentuk asli, operator harus mengerti lokasi

dan arah cutting edge dan sudut antar permukaan yang membentuknya. Jika bentuk

asli berubah maka akan mengurangi efektifitasnya.

2.3 SHARPENING STONES

Sharpening stones dapat berasal dari deposit mineral alami atau diproduksi

secara artifisial. Permukaan batu dibuat dari kristal abrasif yang lebih tajam

dibandingkan logam instrumen untuk bisa menajamkannya. Coarse stones memiliki

partikel lebih besar dan memotong dengan cepat, sehingga digunakan pada

instrumen yang tumpul. Finer stones memiliki partikel yang lebih kecil sehingga

digunakan untuk proses akhir penajaman dan instrumen yang sedikit tumpul.

Oilstones India dan Arkansas adalah contoh batu abrasif alami. Batu carborundum,

ruby, dan keramik dibuat secara sintetik (Gambar 51-110).

36
Gambar 51-110 Sharpening stones. Atas ke bawah, flat India stone, flat

Arkansas stone, cone-shaped Arkansas stone, ceramic stone.

Sharpening stones dapat diklasifikasikan berdasarkan metode

penggunaannya.

2.3.1 MOUNTED ROTARY STONES

Batu ini dipasang pada metal mandrel dan digunakan pada motor-driven

handpiece. Batu ini dapat berbentuk silinder, kerucut atau cakram. Batu ini pada

umumnya tidak dianjurkan untuk pemakaian rutin karena (1) sulit untuk

mengontrol dengan tepat dan dapat merusak bentuk dari instrumen, (2) cenderung

untuk mengauskan instrumen dengan cepat, dan (3) dapat menghasilkan panas

gesekan yang cukup besar, yang mungkin mempengaruhi instrumen.

2.3.2 UNMOUNTED STONES

Unmounted stone tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran. Dapat

berbentuk persegi panjang dengan permukaan rata atau grooved, dan berbentuk

silinder dan kerucut. Unmounted stone dapat digunakan dalam 2 cara : instrumen

dipegang dan dipertahankan agar tidak bergerak sementara batu digoreskan ke

instrumen, atau batu dipegang dan pertahankan agar tidak bergerak sementara

instrumen dilewatkan ke batu.

37
2.4 PRINSIP PENAJAMAN INSTRUMEN

1. Pilih batu yang cocok untuk instrumen agar instrument menjadi tajam, pilih

bentuk dan tingkat abrasifnya tepat

2. Gunakan batu yang sudah disterilisasi jika instrumen yang akan ditajamkan

tidak disterilisasi lagi sebelum digunakan pada pasien.

3. Letakan instrumen pada sudut yang tepat terhadap sharpening stone agar

tidak mengubah bentuk aslinya.

4. Pertahankan posisi yang stabil, pegangan yang kuat pada instrumen dan

sharpening stone. Hal ini untuk memastikan angulasi yang tepat tetap

terjaga selama mengontrol gerakan penajaman. Seluruh permukaan

instrumen dapat dikurangi dengan rata, dan cutting edge dibevel dengan

benar.

5. Hindari tekanan berlebih. Tekanan yang besar menyebabkan batu akan

menggerinda permukaan instrumen dengan cepat.

6. Hindari membentuk ledge pada instrumen yang akan diasah.

7. Lakukan lubrikasi pada batu saat penajaman. Hal ini meminimalisir

terhalanginya permukaan abrasif dari sharpening stone oleh partikel logam

yang dihilangkan dari instrumen. Hal ini juga mengurangi panas akibat

friksi. Minyak digunakan untuk batu alami dan air untuk batu sintetik.

8. Tajamkan alat ketika instrumen mulai terasa tumpul. Instrumen yang sudah

terlalu tumpul tidak akan efisien dan butuh tekanan lebih saat digunakan,

mempersulit kontrol. Selain itu, menajamkan alat tersebut akan

membutuhkan pengurangan logam yang banyak untuk menghasilkan

38
cutting edge yang tajam. Hal tersebut akan mengurangi efektif dari

instrumen.

2.5 PENAJAMAN INSTRUMEN SECARA SPESIFIK

2.5.1 KURET UNIVERSAL

Beberapa teknik dapat menghasilkan kuret yang tajam. Sudut yang harus

dicapai saat menajamkan instrumen adalah 70o hingga 80o antara permuka fasial

dan lateral blade (Gambar 51-111). Desain tersebut paling efektif saat root planing

dan mengeliminasi kalkulus (Gambar 51-112, bagian kiri). Cutting edge kurang

dari 70o sudah cukup tajam namun tipis (Gambar 51-112, bagian tengah). Hal ini

akan membuat instrumen cepat aus dan tumpul. Cutting edge 90o atau lebih

membutuhkan tekanan lateral yang lebih besar untuk mengeliminasi deposit

(Gambar 51-112, bagian kanan). Pengeliminasian kalkulus dengan instrumen

seperti itu biasanya tidak sempurna, dan root planing tidak efektif.

39
Gambar 51-111 Sharpening stone membentuk sudut 100 hingga 110 derajat

dengan permukaan fasial blade, sudut 70 hingga 80 derajat antara permukaan

fasial dan lateral otomatis terbentuk.

Gambar 51-112 Kiri, Penajaman kuret yang tepat yaitu 70 hingga 80 derajat

antara permukaan fasial dan lateral. Tengah, kuret telah ditajamkan sehingga salah

satu cutting edge kurang dari 70 derajat. Bentuk edge sudah cukup tajam, tapi

mudah tumpul. Kanan, salah satu cutting edge dari kuret yang sudah ditajamkan

90 derajat. Tekanan lateral yang lebih besar dibutuhkan untuk mengeliminasi

deposit.

Teknik berikut ini dianjurkan karena akan membentuk cutting edge dengan

sudut 70o sampai 80o yang efektif secara konsisten.

2.5.1.1 MEMPERTAJAM PERMUKAAN LATERAL

Sudut yang harus dibentuk antara blade dan permukaan batu sebesar 100o-

110o (lihat gambar 51-111), agar cutting edge bersudut 70o-80o. Hal ini didapatkan

dengan menempatkan bagian depan blade sejajar dengan lantai, serta lengan tangan

disangga oleh tubuh untuk memberi dukungan.

40
Gambar 51-112: Kiri, kuret yang telah dipertajam dengan benar memiliki sudut

70o-80o antara permukaan depan dan lateral. Tengah, kuret yang telah dipertajam

sehingga salah satu sisi permukaan cutting edge bersudut kurang dari 70 derajat.

Permukaan ini cukup tajam namun dapat menjadi tumpul dengan mudah. Kanan,

salah satu permukaan cutting edge kuret telah dipertajam menjadi 90 derajat.

Gambar 51-113: Dengan menggenggam menggunakan telapak tangan, operator

memegang kuret universal sehingga permukaan depan pisau pararel terhadap

lantai. Batu membentuk sudut 100-110 derajat terhadap permukaan depan pisau.

1. Letakkan batu asah pada permukaan lateral kuret, sehingga terbentuk

sudut 100-110 derajat antara bagian depan blade dengan batu (gambar

41
51-113, lihat juga gambar 51-111)

2. Pengesahan instrumen dimulai dari cutting edge sampai ke ujung

instrumen, dengan tekanan ringan dan konsisten keatas dan kebawah.

Pastikan untuk tetap mempertahankan sudut 100-110 (gambar 51-11)

3. Untuk mencegah bagian ujung kuret menjadi lancip diperlukan

penajaman bagian sekelilig ujung instrument agar membentuk

membulat.

4. Ketika batu digerakkan pada permukaan cutting edge, selesaikan setiap

bagian dengan gerakan turun ke arah bagian cutting edge, sehingga

tidak membentu ledge.

5. Mempertajam kuret terkadang dapat membuat permukaan lateral

menjadi datar. Hal ini dapat diperbaiki dengan menggerinda secara

perlahan permukaan lateral dan bagian belakang instrumen, menjauh

dari permukaan cutting edge, setiap kali instrumen dipertajam.

6. Permukaan cutting edge lawan dapat dipertajam dengan cara yang

sama.

Gambar 51-114: Kiri, kuret yang belum dipertajam dilihat dari arah atas

permukaan pisau. Tengah, kuret yang dipertajam dengan benar, mempertahankan

42
sudut yang membulat. Kanan, kuret yang dipertajam dengan tidak benar,

menghasilkan sudut yang runcing.

Gambar 51-115: Kiri, angulasi sulit untuk dikontrol ketika mempertajam

permukaan blade dan seringkali menghasilkan bevel yang tidak diharapkan.

Kanan, mempertajam permukaan depan dapat menurunkan efektifitas blade.

2.5.1.2 MEMPERTAJAM BAGIAN DEPAN BLADE

Penajaman dapat dilakukan dengan menggerakkan batu silinder atau konus

seukuran genggaman tangan, maju-mundur sepanjang permukaan depan pisau.

Batu serupa yang dipasang pada handpiece dapat digunakan pada permukaan depan

blade dengan batu berotasi ke arah ujung. Metode ini tidak disarankan untuk

penggunaan rutin karena alasan sebagai berikut:

1. Sudut antara instrumen dan batu sulit untuk dipertahankkan, dan

menyebabkan bevel pada blade tidak terbentuk dengan benar.

2. Mempertajam permukaan depan blade dapat menipiskan cutting edge. Hal

tersebut dapat menimbulkan resiko blade patah atau bengkok saaat

digunakan. (gambar 51-115, kanan)

3. Mempertajam permukaan depan blade dengan batu genggam

menggunakan gerakan maju-mundur menghasilkan ledge yang

43
mempengaruhi ketajaman pisau.

2.5.2 KURET SPESIFIK (GRACEY)

Selain kuret universal, terdapat kuret Gracey yang memiliki sudut 70o-80o

antara permukaan depan dan lateral blade. Teknik khusus untuk mempertajam kuret

universal dapat digunakan untuk mempertajam kuret Gracey. Namun, beberapa

karakteristik unik yang membedakan kuret Gracey dengan kuret universal harus

dipahami untuk menghindari distorsi bentuk instrumen selama penajaman

(perhatikan pembahasan sebelumnya).

Seperti sebelumnya dijelaskan, kuret Gracey memiliki blade tidak tegak lurus

terhadap gagang seperti kuret universal, namun memiliki kelengkung sudut 70o.

Kuret Gracey dapat dibedakan berdasarkan kelengkung pada cutting edge. Ketika

dilihat dari atas depan blade, permukaan cutting edge kuret universal memanjang

berada dalam satu garis lurus dari gagang hingga ke ujung, yang dapat digunakan

untuk scaling dan root planning. Permukaan cutting edge sebuah kuret Gracey,

berada dalam satu lengkung dari gagang sampai ke ujung instrumen, dan hanya

permukaan cutting edge yang berukuran lebih besar dan berada paling luar yang

digunakan untuk scaling dan rootplaning.

44
Gambar 51-116: A, Permukaan kuret universal dengan sudut 90 derajat terhadap

gagang. B, Permukaan depan kuret Gracey membentuk sudut 70 derajat terhadap

gagang.

Gambar 51-117: Permukaan cutting edge kuret universal meluas lurus dari gagang

ke ujung. Permukaan cutting edge kuret Gracey melengkung halus dari gagang ke

ujung. Hanya bagian luar permukaan cutting edge yang besar pada sebelah kanan

yang digunakan untuk scaling dan perlu dipertajam.

Dengan memperhatikan poin-poin tersebut, kuret Gracey dapat dipiertajam

dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pegang kuret supaya posisi depan blade pararel terhadap lantai. Karena

bentuk blade yang melengkung, handle dari instrumen tidak tegak lurus

dengan lantai seperti kuret universal (gambar 51-118).

2. Periksa sisi permukaan yang akan dipertajam. Ingat bahwa hanya satu

permukaan cutting edge yang digunakan, sehingga hanya sisi tersebut

yang harus dipertajam (gambar 51-119, kiri). Gunakan batu pada sisi

lateral sehingga sudut antara bagian depan blade dengan batu sebesar

100-110 derajat.

45
3. Lekukan pengasahan dengan gerakan pendek, atas-bawah, dimulai dari

handle hingga ke akhiran blade dan ujung yang melengkung. Lanjutkan

dengan gerakan pengasahan ke bawah.

4. Sesuaikan bentuk kelengkung dengan memutar batu saat mengasah dari

handle ke ujung. Apabila batu tertahan pada suatu area selama

pengasahan blade dapat menjadi datar (gambar 51-119, kanan).

5. Periksa ketajaman sebagaimana yang sebelumnya telah dijelaskan.

Lanjutkan menajamkan apabila diperlukan.

Gambar 51-118: Perhatikan ketika kuret Gracey digenggam dalam posisi

mengasah yang benar, pegangannya tidak tegak lurus terhadap lantai karena sudut

dari offset-blade. Batu bertemu dengan pisau pada sudut 100-110 derajat.

Bandingkan posisi ini dengan posisi ketika mengasah kuret universal, seperti

ditunjukkan pada gambar 51-113.

46
Gambar 51-119: Kuret Gracey sebelah kiri telah dipertajam dengan tepat untuk

mempertahankan kurva simetris pada sisi luar cutting edge. Pada kuret sebelah

kanan, batu pengasah digunakan terlalu lama pada satu tempat, sehingga membuat

salah satu sisi cutting edge menjadi datar.

2.5.3 KURET GRACEY DENGAN EXTENDED-SHANK DAN KURET

GRACEY DENGAN MATA PISAU KECIL

Kuret Gracey yang memiliki handle yang panjang, seperti kuret After Five,

dipertajam dengan cara yang sama seperti kuret Gracey standar. Walaupun handle

akhir lebih panjang 3 mm, ukuran blade dan bentuknya sangat serupa, sehingga

dengan demikian tidak terdapat perbedaan dalam teknik pengasahan.

Kuret Gracey dengan cutting blade yang kecil, seperti kuret Mini Five atau

Gracey Curvettes, juga dapat dipertajam dengan teknik sama. Ukuran blade ini

hanya setengah panjangnya dari blade Gracey, namun sudut antara permukaan

depan dan lateral juga masih 70-80 derajat. Tetapi, harus diperhatikan untuk tidak

mempertajam terlalu sering atau berlebihan di sekitar ujung kuret ini, supaya

mencegah pemendekan berlebihan dari blade.

47
2.5.4 SICKLE SCALER

Ada dua tipe sickle scaler, yaitu sickle lurus dan curved sickle. Pada sickle

lurus permukaan depan blade datar dari handle sampai ke ujung, sementara pada

curved sickle, permukaan depan sedikit melengkung (gambar 51-120). Namun,

sickle lurus dan curved memiliki gambaran pemotongan melintang yang serupa.

Sebagaimana kuret, sudut antara bagian depan dan lateral sickle adalah sebesar 70-

80 derajat. Ketika batu asah digunakan secara tepat pada permukaan lateral untuk

mempertahankan sudut ini, sudut antara bagian depan pisau dan permukaan batu

adalah 100-110 derajat. Dengan memperhatikan hal tersebut, sickle scaler dapat

ditajamkan dengan cara yang sama dengan kuret, kecuali sickle memiliki ujung

tajam dan lancip yang tidak boleh dibuat membulat.

Gambar 51-120: Permukaan depan pisau pada sickle lurus berbentuk datar dari

handle sampai ujung (kiri), sementara pada curved sickle permukaan depan pisau

berbentuk sedikit melengkung (kanan).

48
Gambar 51-121: Pada kuret, ujung dari sickle scaler memiliki sudut 70-80 derajat

di antara permukaan depan dan lateral blade.

Batu besar dan datar juga dapat digunakan untuk mempertajam sickle. Batu

ini diposisikan pada meja atau kabinet dengan tangan kiri. Sickle dipegang di

tangan kanan dengan teknik modified-pen grasp dan diasah pada batu dengan sudut

100-110 derajat antara permukaan depan blade dan batu. Keempat jari diletakkan

pada pinggir batu untuk stabilisasi. Tangan kanan kemudian mendorong dan

menarik sickle sepanjang permukaan batu. Untuk menghindari terbentuknya wire

edge atau leidge, instrumen harus ditarik dalam satu arah, untuk memastikan bahwa

angulasi yang tepat selalu dipertahankan.

2.5.5 CHISEL DAN HOE

Chisel memiliki satu permukaan cutting edge yang lurus dan tegak lurus

terhadap tangkai instrumen. Bagian depan permukaan cutting edge bersambungan

dengan tangkai instrumen, baik segaris lurus dengan tangkainya atau sedikit

melengkung. Bagian ujung blade memiliki bevel sebesar 45 derajat untuk

membentuk permukaan pemotong.

49
Gambar 51-122: Batu besar dan datar dapat digunakan untuk mempertajam blade.

Batu diposisikan pada permukaan datar. Arah pengasahan searah dengan keempat

jari pada tangan kanan.

Gambar 51-123: Ketika seluruh bevel pada chisel berkontak dengan batu asah,

sudut antara instrumen dengan batu sebesar 45 derajat. Permukaan cutting akan

terasah dengan benar apabila sudut tersebut dipertahankan sementara instrumen

ditarik sepanjang batu.

Untuk mempertajam chisel, posisikan batu asah pada permukan datar. Pegang

instrumen dengan teknik modified pen grasp. Posisikan finger rest dengan jari

ketiga dan keempat terhadap tepi dari batu asah. Jika seluruh permukaan bevel

berkontak dengan batu, sudut 45 derajat antara permukaan bevel dan permukaan

depan blade dapat dipertahankan, dan desain instrumen tidak akan berubah (gambar

50
51-123 dan 51-124).

Tekanan yang diberikan harus cukup dan konsisten, dengan tangan dan

lengan diposisikan stabil dan jari bersandar pada tepi batu, lalu dorong instrumen

sepanjang permukaan batu asah. Kurangi tekanan dengan perlahan, dan tarik

instrumen kembali ke tempat mulai. Ulangi gerakan pangasahan tersebut sampai

didapatkan permukaan cutting edge yang tajam. Periksa ketajaman sebagaimana

sebelumnya yang telah dijelaskan. Periksa instrumen secara teliti untuk memastikan

bahwa tidak terjadi perubahan bentuk.

Gambar 51-124: Chisel juga dapat dipertajam pada batu asah yang datar dan tidak

bergerak.

Gambar 51-125: Back-action chisel dan hoe dipertajam dengan gerakan menarik.

51
2.5.6 BLADE PERIODONTAL

Terdapat dua tipe utama blade periodontal. Yang termasuk dalam tipe

pertama adalah scalpel sekali pakai (disposable) yang sebelumnya telah dikemas,

dipertajam, dan disterilkan oleh pabrik. Blade ini tidak perlu dipertajam ketika

tumpul, namun langsung dibuang dan diganti.

Blade periodontal tipe kedua dapat digunakan kembali dan harus dipertajam

ketika sudah tumpul. Blade paling umum dari tipe ini adalah blade gingivektomi

dengan permukaan datar (contohnya pisau Kirkland #15K dan 16K) dan blade

interproksimal berujung lancip dan kecil.

2.5.6.1 BLADE GINGIVEKTOMI DENGAN PERMUKAAN DATAR

Blade ini memiliki permukaan yang datar dan lebar, yang tegak lurus dengan

gagang bawah instrumen. Permukaan cutting edge berbentuk lengkung memanjang

disekeliling permukaan luar blade dan membentuk bevel pada permukaan depan

dan belakang blade.

Ketika pengasahan instrumen ini, hanya bevel pada permukaan belakang

yang perlu dipertajam. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menarik blade

sepanjang batu asah yang rata atau dengan memegang instrumen diam dan menarik

batu sepanjang blade.

52
Gambar 51-126: Blade gingivektomi dengan permukaan datar seperti blade

Kirkland memiliki permukaan cutting edge yang meluas di sekeliling seluruh

blade. Seluruh permukaan cutting edge ini harus dipertajam.

Gambar 51-127: Dua permukaan pemotong pada blade interproksimal dibentuk

oleh bevel pada permukaan depan dan belakang blade

2.5.6.2 BLADE INTERPROKSIMAL

Blade interproksimal memiliki dua permukaan cutting edge yang berbentuk

lurus dan menyatu pada ujung blade yang lancip dan tajam. Seluruh bagian blade

ini tegak lurus terhadap gagang instrumen (gambar 51-127).

Seperti blade gingivektomi, hanya bevel permukaan belakang blade

interproksimal yang perlu dipertajam. Hal ini dapat dilakukan dengan menarik

instrumen sepanjang batu yang diam atau dengan memegang instrument secara

stabil dan menggerakkan batu.

2.6 TEKNIK PENGASAHAN TANPA MENGGERAKAN BATU ASAH

Posisikan batu asah yang rata pada permukaan datar. Pegang instrumen

dengan teknik modified-pen grasp dan letakkan bevel pada permukaan belakang

53
blade pada permukaan batu asah. Dengan tekanan yang cukup, tarik instrumen ke

arah operator (gambar 51-128 dan 51-129). Lepaskan tekanan secara perlahan-

lahan dan kembalikan pada posisi semulai. Mulai pada satu sisi permukaan cutting

edge, dan lanjutkan di sekeliling blade dengan sedikit memutar gagang instrumen

antara jempol dan jari pertama dan kedua. Selesaikan setiap bagian blade dengan

gerakan menarik untuk mencegah terbentuknya wire-edge. Periksa ketajaman

seperti yang sebelumnya telah dijelaskan.

2.7 TEKNIK TANPA MENGGERAKAN INSTRUMEN

Pegang instrumen dengan telapak tangan. Pertemukan permukaan yang rata

dari batu asah dengan bevel pada permukaan belakang blade (gambar 51-130).

Mulai pada salah satu sisi permukaan cutting edge, dan dengan tekanan yang cukup,

tarik batu maju dan mundur sepanjang instrumen. Untuk menghindari pembentukan

wire-edge, selesaikan setiap bagian dengan gerakan mendekat ke arah permukaan

cutting edge. Lanjutkan di sekeliling permukaan cutting edge secara perlahan

memutar instrumen dan batu dengan tetap berkontak satu sama lain.

Gambar 51-128: Blade gingivektomi dapat dipertajam dengan batu asah yang rata.

Instrumen dipegang dengan teknik modified-pen. Keempat jari memandu arah

54
pengasahan saat instrumen digerakan antar jari-jari supaya seluruh bagian blade

dapat ditajamkan.

Gambar 51-129: Blade interproksimal dapat dipertajam dengan batu asah yang

rata. Blade digerakkan ke arah operator.

Gambar 51-130: Blade interproksimal juga dapat dipertajam dengan batu

seukuran genggaman tangan. Instrumen digenggam oleh telapak tangan, dan batu

dikenakan pada seluruh sisi cutting edge.

55
BAB 54

INSTRUMEN SONIK DAN ULTRASONIK

Sejak dahulu, dokter melakukan scaling dan root planning dengan instrumen

konvensional seperti kuret. Prosedur ini membutuhkan keterampilan, waktu dan tenaga

yang lebih. Akhir-akhir ini, beberapa scaler sonic dan ultrasonic telah dikembangkan.

Sejauh ini, sebagian besar penggunaannya terbatas hanya pada debridement supragingival

karena tips scaler yang besar. Namun, instrumen yang tipis dengan tips seperti probe telah

hadir sehingga lebih efisien terutama untuk poket periodontal yang dalam serta untuk

minimalisir kelelahan operator selama prosedur perawatan. Maka dari itu, scaler sonik dan

ultrasonik sekarang telah digunakan sebagai instrumen perawatan untuk mengeliminasi

biofilm dan kalkulus subgingival.

1. MEKANISME AKSI

Karakteristik yang dimiliki scaler sonik dan ultra sonik berpengaruh pada cara

kerjanya. Karakterisitik ini meliputi frekuensi, gerakan dan aliran air. Laju aliran air

berperan dalam efikasi scaler sonik dan ultrasonik.

1.1 FREKUENSI

Frekuensi diartikan sebagai jumlah pergerakan maju mundur sebuah tips selama

satu siklus dalam arah gerakan orbital, elliptiv, atau linear. Contohnya, frekuensi 25.000

(25K) sama dengan tip bergerak 25.000 kali per detik, dan frekuensi 30.000 (30K) sama

dengan tip bergerak 30.000 kali per detik. Hanya bagian aktif tip dapat mengangkat debris

keras dan lunak. Frekuensi yang lebih tinggi menghasilkan area aktif tip yang lebih kecil.

56
Tip bekerja pada frekuensi 30K akan memiliki area tip aktif 4,2mm, dan tip 25K memiliki

aarea 4.3mm. Area kerja tip scaler sonik belum ditentukan.

1.2 GERAKAN

Gerakan adalah jarak maksimum tip bergerak selama satu siklus. Amplitudo adalah

satu setengah kali jarak dari gerakan. Tombol pengatur pada unit ultrasonik mengatur

panjang gerakan tip selama satu siklus. Pengaturan tenaga yang tinggi akan menghasilkan

pola gerakan yang lebih panjang, dan pengaturan tenaga yang lebih rendah memberikan

pola gerakan lebih pendek.

1.3 ALIRAN AIR

Scaler ultrasonik didesain sebagai alat yang diatur secara manual atau

otomatis (Gambar 54-1). Kedua tipe tersebut memiliki tombol pengaturan air yang

berfungsi mengatur volume air yang disalurkan ke dalam tip. Scaler ultrasonik

dengan pengaturan manual memiliki tiga tombol kontrol pada panel depan yaitu water,

tuning, dan power. Scaler ultrasonik dengan pengaturan otomatis memiliki dua tombol

kontrol, yaitu water dan power, yang mempertahankan frekuensi untuk tetap stabil.

57
Gambar 54-1: Alat ultrasonik magnetostrictive dengan tombol pengatur untuk power dan

water.

Adanya air memberikan tiga efek fisiologis yang meningkatkan keberhasilan scaler

sonik dan ultrasonik: aliran akustik, getaran akustik, dan kavitasi. Aliran akustik adalah

aliran cairan satu arah yang disebabkan oleh gelombang ultrasonik. Turbulensi akustik

dibentuk saat gerakan tip menyebabkan pendingin untuk berakselerasi, menghasilkan efek

berputar yang intens. Turbulensi ini berlanjut hingga muncul kavitasi. Kavitasi adalah

pembentukan gelembung pada air karena tingginya turbulensi. Gelembung pecah dan

mengasilkan gelombang syok pada cairan, membentuk gelombang syok selanjutnya

sepanjang air. In vitro, kombinasi aliran akustik, turbulensi akustik, dan kavitasi telah

terbukti mengganggu mikroflora.

2. TIPE POWER INSTRUMEN

Power scaler terbagi dalam dua jenis: sonik dan ultrasonik. Unit sonik menempel

pada dental unit karena membutuhkan udara yang bertekanan; alat ini bekerja dengan

frekuensi 2000 hingga 6500 siklus per detik (spd). Alat ultrasonik umumnya merupakan

unit yang berdiri sendiri dengan tenaga generator elektrik. Jenis paling utama dari alat

scaler ultrasonik adalah magnetostrictive dan piezoelectric; keduanya berkerja dengan

jangkauan frekuensi 18.000 hingga 50.000 spd.

3.1 SCALER SONIK

Scaler sonik adalah scaler yang digerakan udara yang mana frekuensinya

menghasilkan getaran tip. Alat tersebut memerlukan udara berkecepatan tinggi atau rendah

dari dental unit. Air disalurkan melalui pipa yang sama untuk menyalurkan air menuju

58
handpiece. Tip scaler sonik memiliki diameter yang besar dan desain yang universal. Pola

gerakan tip scaler sonik berbentuk elliptic dan orbital yang dapat mengadaptasikan tip ke

seluruh permukaan gigi.

3.2 SCALER ULTRASONIK

3.2.1 Piezoelectric

Disk keramik diletakkan pada handpiece dengan teknologi piezoelectric. Alat

tersebut berubah dimensinya saat energi listrik diberikan pada tip. Tip piezoelectric

bergerak dalam pola linear, sehingga terdapat dua permukaan tip yang aktif. Desain dan

bentuk tip tersedia dalam bebagai macam dengan menggunakan kunci untuk memasukkan

tip ke dalam handpiece.

3.2.2 Magnetostrictive

Metal stacks yang berubah dimensi saat energi listrik diberikan menghasilkam

tenaga pada scaler magnetostrictive. Getaran berjalan dari Metal stacks ke penghubung tip,

dan membuat getaran pada tip. Tip bergerak dalam pola gerakan elliptic atau orbital; yang

menghasilkan 4 permukaan kerja. Tip magnetostrictive diletakan pada handpiece.

4. EFIKASI DAN HASIL KLINIS

Hasil klinis telah banyak dievaluasi dari penggunaan instrumen power-driven.

Sebuah tinjauan sistematis literatur tentang perbandingan efikasi antara penggunaan mesin

dan debridement manual subgingiva dalam penatalaksanaan periodontitis kronis tidak

menemukan adanya perbedaan dalam keberhasilan debridement subgingival menggunakan

ultrasonik / sonik scaler dibandingkan instrumen manual pada gigi dengan akar tunggal.

Hasil yang signifikan untuk gigi berakar multiple tidak dapat ditentukan karena kurangnya

data. Sebuah studi oleh American Academy of Periodontology menemukan perbedaan hasil

59
antara sonic, magnetostrictive, dan piezoelectric scalers. penggunaan power driven atau

instrumen tangan menunjukkan hasil yang serupa pada pengurangan kedalaman probing

dan perdarahan saat probing dibandingkan dengan hanya instrumentasi tangan.

4.1 PLAK DAN KALKULUS

Secara tradisional, instrumen power driven digunakan untuk mengelimiasi

kalkulus subgingiva yang berat. Dengan munculnya desain tips yang baru, tindakan

deplaquing dari permukaan akar dan scaling subgingiva dapat secara efektif dilakukan

dengan instrumen power-driven. Clifford et al menemukan bahwa kedua alat ultrasonik

dan microultrasonic secara efektif dapat mengeliminasi plak di perbatasan apikal .

Meskipun belum signifikan, studi menunjukkan bahwa tip microultrasonic dapat

mengeliminasi plak di perbatasan apikal yang lebih baik terutama pada poket yang lebih

besar dari 7 mm. Demikian juga, Gagnot et al. menemukan bahwa miniinserts ultrasonik

lebih efektif dalam mencapai zona plak apikal daripada kuret. Garnick dan Dent

menunjukkan bahwa baik instrumentasi konvensional dan instrumentasi ultrasonik dapat

mengeliminasi plak sama baiknya.

Pengeliminasian kalkulus secara menyeluruh merupakan hal yang penting dan

kunci keberhasilan scaling dan rootplaning. Permukaan akar yang sudah halus dan

mengkilat tidak memerlukan tindakan tersebut, dan sekarang tampak bahwa beberapa

bagian akar yang kasar masih dapat ditoleransi. Kedua instrumen sonic dan ultrasonik telah

terbukti efektif dalam mengeliminasi kalkulus hampir mirip dengan instrumentasi

konvensional. Busslinger et al. menemukan bahwa instrumentasi dengan tangan dan

instrumentasi dengan ultrasonik baik menggunakan magnetostrictive atau piezoelektrik

sama-sama efektif dalam pengeliminasian kalkulus. Demikian pula, Patterson et al.

menemukan bahwa scaler sonic dan ultrasonik dapat mengambil jumlah kalkulus yang

60
sama. Pernyataan bahwa instrumen powerdriven dapat mengambil kalkulus yang lebih

banyak dari instrumen konvensional masih belum dikonfirmasi. Penelitian telah

menunjukkan bahwa apapun jenis instrumentasi dapat mengeliminasi semua kalkulus.

Beberapa studi menunjukkan bahwa instrumen konvensional menghasilkan permukaan

akar yang lebih halus.

4.2 REDUKSI BAKTERI DAN PENGELIMINASIAN ENDOTOKSIN/

SEMENTUM

Tiga puluh tahun yang lalu, masyarakat masih percaya dengan adanya "hipotesis

bakteri nonspesifik" dan percaya bahwa permukaan akar yang halus masih memerlukan

pengeliminasian endotoksin. Paradigma ini sekarang terbalik. Bakteri patogen spesifik

telah diidentifikasi sebagai faktor risiko dalam penyakit periodontal, dan pengeliminasian

endotoksin serta pemeliharaan sementum merupakan upaya yang harus dilakukan.

Penggunaan instrumen power driven memiliki peran penting dalam mencapai tujuan

tersebut.

Hal tersebut juga menyatakan bahwa instrumen power driven dapat mengeliminasi

biofilm, bakteri, dan kalkulus melalui tindakan mekanis. Instrumen ultrasonik yang

menggunakan kecepatan tinggi merupakan suatu tindakan yang dapat menghasilkan

aktivitas cavitational dan microstreaming yang dapat memfasilitasi gangguan bakteri

dalam biofilm subgingiva. Beberapa penelitian in vitro telah menunjukkan bahwa aktivitas

cavitational dan microstreaming dapat meningkatkan efikasi kebersihan dan mengurangi

plak.

Dua kelompok mempelajari aktivitas antimikroba dari skala ultrasonik pada

bakteri patogen gram negatif in vitro. O'Leary et al. menemukan bahwa 5 menit dari

aktivasi ultrasonik dapat membunuh bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans dan

61
Porphyromonas gingivalis secara signifikan. Namun, para peneliti mengakui bahwa

adanya peningkatan suhu yang disebabkan oleh "sonikasi" mungkin yang membuat

pengurangan jumlah bakteri tersebut. Sebaliknya, Schenk et al. menemukan bahwa baik

sonic atau ultrasonik scaler mampu membunuh A. actinomycetemcomitans atau P.

gingivalis.

Penelitian secara in vivo umumnya menunjukkan bahwa instrumentasi

konvensional, scaler sonic, dan scaler ultrasonik sama – sama dapat mengurangi bakteri.

Leon dan Vogel, yang menemukan bahwa instrumentasi ultrasonik pada furkasi kelas II

dan kelas III lebih efektif dalam pengurangan bakteri dan menjaga kondisi bakteri pada

tingkat yang sehat lebih lama daripada instrumentasi konvensional. Renvert et al.

menunjukkan bahwa baik debridemen akar gigi dengan scaler ultrasonik atau osseus flap

surgery dapat mengeliminasi A. actinomycetemcomitans. Oosterwaal et al. mempelajari

sampel plak subgingiva setelah scaling menggunakan instrumen ultrasonik atau

konvensional dan menemukan bahwa keduanya dapat mengurangi mikrobiota subgingiva

ke tingkat yang konsisten dan meningkatkan kesehatan periodontal.

Beberapa peneliti telah menggunakan chlorhexidine sebagai bahan irigasi selama

instrumentasi dan menemukan bahwa hal itu tidak mengurangi bakteri pathogen di

subgingiva dibandingkan dengan air. Demikian pula, Grossi et al. membandingkan air,

chlorhexidine, dan povidone-iodine dan menemukan bahwa semua memberikan hasil yang

sama.

Beberapa penelitian in vitro menyelidiki pengeliminasian endotoksin dari

permukaan akar dengan instrument ultrasonic. Kebanyakan hal tersebut ditemukan sangat

efektif dalam mengurangi endotoksin di permukaan akar gigi. Smart et al dan Chiew et al

menemukan bahwa penggunaan tekanan ringan dengan alat ultrasonik akan efektif

62
mengeliminasi endotoksin dan mempertahankan struktur akar. Checchi dan Pelliccioni

membandingkan ultrasonik dengan instrumentasi konvensional dan menemukan keduanya

mampu mendetoksifikasi permukaan akar. Sebaliknya, Nishimine dan O'Leary

menemukan bahwa instrumen konvensioal lebih efektif daripada scaler ultrasonik dalam

mengurangi endotoksin permukaan akar.

Beberapa penelitian mengenai jenis instrumentasi mana yang meninggalkan

permukaan akar tetap halus masih berkontrovensi. Ritz et al. mengukur adanya kehilangan

substansi pada gigi insisif rahang bawah setelah yang memiliki jarak apicocoronal lebih

dari 6 mm menggunakan scaler ultrasonik, scaler sonic, instrumen konvensional , dan fine-

grit diamond bur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa scaler ultrasonik dapat

mengeliminasi substansi gigi setidaknya, 11,6 mikrometer, dibandingkan 93,5 mikrometer

untuk scaler sonic, 108,9 mikrometer untuk instrumentasi konvensional, dan 118,7

mikrometer untuk finegrit diamond bur. Demikian pula, Jacobsen et al. menunjukkan

bahwa kedua instrumentasi kovensional dan instrumentasi sonic menghasilkan grooves

yang besar, sedangkan scaler ultrasonik tidak. Jotikasthira et al. juga menemukan bahwa

scaler sonic meninggalkan kekasaran lebih dari sebuah scaler ultrasonik. Sebaliknya,

Schlageter et al. menemukan bahwa instrumen konvensional menghasilkan permukaan

yang halus lebih baik dari instrumen sonic atau ultrasonic. Hunter et al. melaporkan temuan

serupa.

4.3 PENDARAHAN SAAT PROBING, KEDALAMAN PROBING, DAN

CLINICAL ATTACHMENT

Hasil klinis yang diharapkan dari scaling dan root planing adalah berkurangnya

perdarahan dan kedalaman probing dan bertambahnya clinical attachment. Dalam

membandingkan power driven scaler dengan instrumen konvensional, kedua jenis

63
instrument tersebut menunjukkan hasil yang sama untuk pengurangan perdarahan saat

probing, kedalaman probing dan peningkatan clinical attachment. Badersten et al.

menemukan bahwa baik instrumentasi konvensional dan instrumen ultrasonik mampu

mengurangi perdarahan dan kedalaman saku pada individu dengan periodontitis moderate

(4-7 mm) dan periodontitis severe (hingga 12 mm). Demikian juga, Boretti et al. mengamati

bahwa terjadi peningkatan yang sama pada clinical attachment baik pada instrumentasi

konvensional dan scaler ultrasonik. Kocher et al. menemukan bahwa kedua jenis

instrumentasi dapat mengurangi perdarahan saat probing dan kedalaman saku. Demikian

pula, dalam dua studi terpisah, Loos et al. menemukan bahwa kedua instrumen sonic dan

ultrasonic efektif dalam mengurangi penurunan clinical attachment dan perdarahan pada

probing hingga 2 tahun lamanya.

4.4 AKSES FURKASI

Furkasi merupakan salah satu tantangan terbesar untuk scaling. Pada kebanyakan

kasus, akses yang tersedia ke furkasi lebih sempit daripada akses yang harus dicapai oleh

instrumen secara konvensional. Oleh karena itu, power driven scalers telah

direkomendasikan sebagai sarana untuk meningkatkan akses saat scaling area furkasi. Leon

et al menunjukkan bahwa scaler ultrasonik memberikan hasil yang sama baiknya dengan

scaler manual dalam mengurangi bakteri di furkasi kelas I tetapi lebih efektif dalam kelas

II dan III. Dalam dua studi terpisah, Sugaya et al menemukan bahwa tip ultrasonik khusus

dirancang untuk furkasi yang lebih efektif dalam mengeliminasi bakteri baik pada furkasi

kelas II atau furkasi dengan kedalaman probing horisontal lebih besar dari 2 mm. Patterson

et al menemukan bahwa kedua tip ultrasonik dan sonik sama – sama mampu untuk

mengeliminasi kalkulus di furkasi.

64
5. EFISIENSI

Instrumen sonik dan ultrasonik memiliki potensi untuk membuat scaling

dan root planing lebih ringan, lebih efisien, dan lebih "ergonomis." Modifikasi

desain tip tersebut memungkinkan adanya akses yang mudah dibeberapa area kerja

termasuk furkasi. Desain tersebut, lebih ramping serta bekerja secara efektif pada

pengaturan daya yang rendah, sehingga meningkatkan kenyamanan pasien. Tip

Sonik dan ultrasonik dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk scaling dan

root planing dibandingkan dengan cara konvensional.

5.1 DESAIN TIP

Di waktu lampau, tip ultrasonik memiliki gambaran sebagai tip besar, sulit

untuk beradaptasi, dan paling efisien untuk kalkulus supragingiva yang berat. Tip

saat ini berukuran lebih kecil dan dibuat untuk daerah dan penggunaan tertentu.

Terdapat jenis tips yang dapat digunakan untuk berbagai kegunaan, dari

mengeliminasi kalkulus supragingiva berat sampai debridement poket periodontal.

Tip berdiameter besar dengan desain universal digunakan untuk mengeliminasi

deposit yang besar dan keras (Gambar 54-2); biasanya direkomendasikan

menggunakan daya yang tinggi. Tip berdiameter kecil digunakan untuk area

tertentu pada permukaan gigi. Desain tip lurus sangat ideal untuk merawat pasien

dengan gingivitis yaitu untuk deplaquing (Gambar 54-3). Instrumen contra-angled

memungkinkan akses dan adaptasi yang lebih baik dengan morfologi akar (Gambar

54-4 dan 54-5). Alat ini didesain untuk digunakan dengan daya yang rendah dan

65
bahkan dapat digunakan untuk sondasi. Desain contra-angled dan grip yang lebih

besar akan meningkatkan kenyamanan dan ergonomi (Gambar 54-6)

Gambar 54-2 Tip ultrasonic dengan desain universal.

Gambar 54-3 Tip Microultrasonic dengan desain tip lurus,

66
Gambar 54-4 Tip Microultrasonic

dengan desain daerah spesifik (contra-angle kanan)

Penelitian menunjukkan bahwa tip baru yang berukuran kecil secara klinis

sama efektifnya seperti instrumen konvensional. Beberapa studi telah menemukan

bahwa jenis tip ini memberikan akses apikal yang lebih baik. Tip didesain khusus

untuk daerah furkasi dan debridement pada keterlibatan furkasi kelas II dan III. Tips

berlapis diamond didesain untuk mengeliminasi kalkulus yang banyak pada poket

yang sedang sampai dalam.

Gambar 54-5 Tip Microultrasonic

67
dengan desain spesifik area (contra-angle kiri).

Gambar 54-6 Tip Ultrasonic

dengan pegangan yang besar dan nyaman.

5.2 WAKTU

Salah satu keuntungan menggunakan instrumen ultrasonik adalah waktu

yang lebih efisien untuk scaling dan root planing, serta lebih menguntungkan bagi

operator dan pasien. Beberapa peneliti telah menemukan bahwa scaler sonic dan

ultrasonik membutuhkan waktu lebih sedikit dibandingkan scaler konvensional.

Copulos et al. menyatakan bahwa waktu scaling setiap gigi dengan scaler ultrasonik

adalah 3,9 menit dibandingkan 5,9 menit untuk scaler konvensional. Kocher dan

Plagmann menyatakan bahwa diamond-coated sonic scaler digunakan untuk

debridasi daerah furkasi selama bedah flap dengan waktu perawatan setengah kali

lebih cepat dibandingkan scaler konvensional. Jotikasthira et al. membandingkan

scaler sonic dan ultrasonik dan menyatakan bahwa scaler sonic memerlukan waktu

68
yang lebih singkat dibandingkan dengan scaler ultrasonik, sedangkan Loos et al.

menyatakan scaler ultrasonik lebih cepat.

6. PERTIMBANGAN KHUSUS

Terdapat berbagai pendapat mengenai potensi bahaya menggunakan scaler

sonic meliputi adanya produksi aerosol yang terkontaminasi dengan darah,

gangguan neurologis yang disebabkan oleh getaran, gangguan pendengaran, dan

gangguan jantung. Studi mengenai gangguan neurologis dan kerusakan

pendengaran tidak dispesifikasikan untuk penggunaan sonic atau ultrasonik.

Aerosol sekitar rongga mulut lebih mudah terkontaminasi sehingga pasien dengan

penyakit infeksi dianjurkan dirawat dengan scaler konvensional. Scaler

Magnetostrictive dapat menimbulkan beberapa masalah untuk pasien dengan

gangguan jantung, dan penggunaannya harus dihindari pada kelompok pasien

tersebut.

6.1 PRODUKSI AEROSOL

Barnes et al. menyatakan bahwa aerosol dihasilkan oleh penggunaan in vivo

dari scaler ultrasonik pada jaringan periodontal yang terkontaminasi dengan darah

dan kontaminasi yang terjadi tidak berhubungan dengan tingkat peradangan. Gross

et al. membandingkan scaler sonic, magnetostrictive, dan ultrasonik piezoelektrik

dan tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam jumlah aerosol yang

dihasilkan. Demikian pula, Rivera-Hidalgo et al, membandingkan pit ultrasonik

dengan focused-spray dan standard-spray, menemukan bahwa masing-masing tip

69
memproduksi kontaminasi aerosol dengan jumlah yang sama. Huntley et al.

menemukan jumlah kontaminasi aerosol yang lebih besar pada restorasi crown

dengan scaler sonic dan ultrasonik dibandingkan dengan scaler konvensional.

Posedur universal precaution dapat meminimalkan kontaminasi dari jumlah

aerosol yang dihasilkan. Harrel dan Molinari merekomendasikan tiga tingkat

pertahanan dalam pengurangan kontaminasi dari aerosol gigi:

(1) Barier pelindung diri, seperti masker, sarung tangan, dan kacamata

pelindung atau google;

(2) Irigasi rutin dengan antiseptik;

(3) Pembersihan highspeed dan instrumen

Klinisi harus menangani semua pasien dengan mematuhi pedoman Centers for

Disease Control and Prevention (CDC) untuk pengendalian infeksi. Pembersihan high-

speed, alat pengurangan kontaminasi aerosol yang menempel pada scaler ultrasonik, dan

irigasi antiseptik telah terbukti mengurangi kontaminasi aerosol. Harrel et al. menyatakan

bahwa pembersih highspeed secara signifikan mengurangi kontaminasi aerosol. Rivera-

Hidalgo et al. menunjukkan hasil yang sama dengan alat pengurangan kontaminasi aerosol

yang melekat pada handpiece ultrasonik. Fine et al. menunjukkan bahwa irigasi sebelum

prosedur perawatan dengan menggunakan obat kumur antiseptik secara signifikan dapat

mengurangi jumlah bakteri yang hidup pada aerosol gigi.

6.2 PEACEMAKER

Model yang baru dari peacemaker sebagian besar memiliki insulasi bipolar

titanium yang melindungi unit dari efek alat sonic. Namun, Miller et al. menyatakan

aliran darah dari atrium dan ventrikel dihambat oleh gangguan elektromagnetik

70
yang dihasilkan oleh scaler ultrasonik magnetostrictive. Sebuah scaler sonic juga

telah diuji tetapi tidak menghasilkan efek yang sama.

7. PRINSIP INSTRUMENTASI

Teknik scaling dengan instrumen ultrasonik berbeda dari instrumen scaler

konvensional. Teknik modification pen grasp digunakan untuk penggunaan scaler

ultrasonik dengan titik tumpuan ekstraoral. Titik tumpuan ekstraoral

memungkinkan operator untuk memegang dengan ringan serta akses dan

penglihatan yang lebih mudah ke dalam rongga mulut. Titik tumpuan alternatif

menggunakan finger rests di rahang lawan adalah alternatif yang dapat dilakukan.

Tekanan ringan diperlukan pada alat listrik. Tip digerakkan dalam pola

gerakan berfrekuensi. Peningkatan tekanan oleh klinisi pada tip akan menurun

efikasi klinis. Instrumentasi sonik/ultrasonik akan mengeliminasi deposit dari

koronal sampai apikal. Pola gerakan ini memungkinkan tip untuk bekerja dengan

optimal untuk pengeliminasian deposit dengan cepat dan efektif. Gerakan

deplaquing harus digunakan bila tujuannya adalah pengeliminasian biofilm dan

debris lunak untuk merawat inflamasi gingiva. Gerakan ini mengakses setiap

milimeter persegi permukaan gigi selama deplaquing menggunakan alat ultrasonik

karena gerakan lateral yang terbatas pada subgingiva .

8. RINGKASAN

Scaler listrik telah hadir dan menjadi alat tambahan yang penting untuk

mengeliminasi kalkulus supragingiva yang berat dan alat yang dapat digunakan

71
untuk semua keperluan scaling: deplaquing, scaling supragingiva, dan scaling

subgingiva. Hasil klinis yang diperoleh sama dengan hasil dengan instrumen

konvensional. Keuntungan dari menggunakan instrumen listrik ini adalah akses

yang lebih baik pada daerah subgingiva dan furkasi serta peningkatan efisiensi

waktu yang dibutuhkan untuk scaling. Scaler listrik menghasilkan aerosol lebih

banyak daripada instrumen konvensional, tapi universal precautions yang sesuai

akan meminimalkan risiko kontaminasi atau infeksi bagi pasien dan klinisi.

72

Anda mungkin juga menyukai