Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FILSAFAT ILMU

Pendekatan Ilmu Bedah Mulut dan Maksiofasial

dalam Pengambilan Wisdom Tooth

OLEH:

Redy Pristanto Putra (021728016303)

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2019
LATAR BELAKANG

Ilmu Bedah Mulut dan Maksiofasial merupakan salah satu cabang ilmu
kedokteran gigi yang mempelajari tentang kelainan pada rongga mulut yang
memerlukan pendekatan secara bedah. (Schuurs AHB., 1988)
Perkembangan dan pertumbuhan gigi geligi seringkali mengalami gangguan
erupsi. Gigi dengan gangguan letak salah benih akan menyebabkan kelainan
pada erupsinya, baik berupa erupsi di luar lengkung yang benar atau bahkan
terjadi impaksi. Frekuensi gangguan erupsi terbanyak terjadi pada wisdom tooth
baik di rahang atas maupun di rahang bawah. Dalam banyak kasus, hal ini
memerlukan pendekatan secara bedah (drg. Istiati Soehardjo, 1996)
Wisdom tooth adalah gigi geraham bungsu atau gigi molar tiga dari seri gigi
geraham atau molar pada lengkung rahang. Dalam Kamus Bahasa Indonesia
Online, wisdom tooth didefinisikan sebagai gigi geraham bungsu karena gigi ini
merupakan gigi yang terakhir erupsi atau tumbuh pada saat usia 16-18 tahun.
Wisdom tooth rahang bawah impaksi dapat mengganggu fungsi pengunyah dan
sering menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa
resorbsi patologis gigi yang berdekatan, terbentuknya kista folikular, rasa sakit
neuralgik, perikoronitis, bahaya fraktur rahang akibat lemahnya rahang dan gigi
anterior berdesakan akibat tekanan gigi impaksi ke anterior. Dapat pula terjadi
periostitis, neoplasma, komplikasi sistemik, dan komplikasi lokal. (Hasyim dan
Raimud D., 1992)
Erupsi wisdom tooth atau gigi molar tiga umumnya akan selesai pada
usia 20-24 tahun. Namun, satu atau beberapa gigi molar tiga mengalami
kegagalan erupsi pada 1:4 orang dewasa. Menurut beberapa penelitian
longitudinal, gigi yang terlihat mengalami impaksi pada usia 18 tahun memiliki
kesempatan sebesar 30-50% untuk erupsi sempurna pada usia 25 tahun. Dalam
serangkaian penelitian di Swedia, prevalensi impaksi ditemukan sebesar 45,8%.

TUJUAN

1. Mengetahui etiologi terjadinya impaksi pada wisdom tooth rahang


bawah,
2. Mengetahui masalah-masalah lokal dan sistemik yang ditimbulkan
wisdom tooth rahang bawah
3. Mengetahui penatalaksanaan dan komplikasi yang mungkin dijumpai.

MANFAAT

.Pembahasan mengenai Wisdom tooth atau yang sering kita kenal dengan
sebutan gigi geraham bungsu ini merupakan penyampaian Informasi dan
Edukasi untuk langkah – langkah preventif, dan agar keadaan ini bisa ditangani
dengan tepat.

TINJAUAN TEORITIS

A. Filosofi Wisdom Tooth


Wisdom tooth adalah gigi geraham bungsu atau gigi molar tiga dari seri
gigi geraham atau molar pada lengkung rahang. Dalam Kamus Bahasa Indonesia
Online, wisdom tooth didefinisikan sebagai gigi geraham bungsu karena gigi ini
merupakan gigi yang terakhir erupsi atau tumbuh pada saat usia 16-18 tahun.
Periode ini merupakan suatu masa saat seseorang telah dianggap dewasa dan
mulai bijaksana, dari sinilah istilah wisdom ini muncul. (Djoko Micni, 2008)
Filosofi Jawa menyebut istilah khusus untuk gigi molar ketiga mandibula yaitu
bam wekas atau geraham terakhir. Orang Jawa meyakini bila bam wekas atau
geraham terakhir tersebut keluar, berarti pamornya telah pecah. Ekspresi ini
dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat kematangan fisik seseorang remaja.
(Soelistiono, 2010)
Gigi molar ketiga juga memiliki makna khusus dalam filosofi tibet,
tumbuhnya gigi molar ketiga merupakan syarat tercapainya hubungan gigi – gigi
yang teratur, harmonis, seimbang, sehingga kesempurnaan secara keseluruhan
juga dapat dipertahankan. Filosofi – filosofi tersebut pada kenyataannya bertolak
belakang dengan kenyataan pada kehidupan sehari – hari di mana gigi molar
ketiga sering dianggap sebagai pembawa masalah. Gigi molar ketiga dapat
menyebabkan gangguan keharmonisan alat pengunyahan dan status kesehatan
umum dan seringkali menyebabkan komplikasi pada individu yang
bersangkutan. Gigi molar ketiga dari segi perawatan gigi biasanya
mempengaruhi rencana dan perawatan dalam semua bidang kedokteran gigi dan
merupakan faktor utama dilakukannya operasi gigi. (Tetsch & Wilfried, 1992)
Erupsi wisdom tooth atau gigi molar tiga umumnya akan selesai pada
usia 20-24 tahun. Namun, satu atau beberapa gigi molar tiga mengalami
kegagalan erupsi pada 1:4 orang dewasa. Menurut beberapa penelitian
longitudinal, gigi yang terlihat mengalami impaksi pada usia 18 tahun memiliki
kesempatan sebesar 30-50% untuk erupsi sempurna pada usia 25 tahun. Dalam
serangkaian penelitian di Swedia, prevalensi impaksi ditemukan sebesar 45,8%.
Impacted wisdom tooth atau gigi molar tiga yang impaksi sering dijumpai pada
penderita dari kalangan usia 20-30 tahun. Insiden pencabutan wisdom tooth ini
diestimasi terjadi pada 4:1000 orang di Inggris dan Wales, menjadikan operasi
pencabutan ini sebagai 10 teratas perawatan pasien dan prosedur harian bagi
para dokter ahli bedah mulut. Dalam sebuah laporan tahun 1994, daftar pasien
dalam daftar tunggu operasi di Swedia sempat mencapai 90%. Namun angka
operasi pencabutan ini semakin berkurang, mungkin disebabkan karena
pengarahan yang baik sejak dini. (Thomas B Dodson dan Srinivas M Susarla,
2009).
Gigi dinyatakan impaksi apabila setelah mengalami pembentukan akar
sempurna, gigi mengalami kegagalan erupsi ke bidang oklusal. Berdasarkan
teori filogenik, gigi impaksi terjadi karena proses evolusi mengecilnya ukuran
rahang sebagai akibat dari perubahan perilaku dan pola makan pada manusia.
(Tetsch P. dan Wagner W., 1982)

Gambar 1: Wisdom Tooth atau Gigi Geraham Bungsu atau Gigi Molar Tiga
B. Etiologi Terjadinya Impaksi pada Wisdom Tooth Rahang Bawah
Menurut WebMD (2010), penyebab terjadinya impaksi pada wisdom
tooth rahang bawah ialah
1. Penggunaan gigi dalam pengunyahan yang tidak maksimal
2. Posisi gigi tetangga atau gigi molar kedua yang tidak normal
3. Kepadatan tulang atau jaringan lunak berlebih yang menutupinya.
Pada kebanyakan kasus, rahang seringkali tidak cukup besar untuk
menampung wisdom tooth ini sehingga tidak dapat tumbuh sepenuhnya atau
tetap berada di bawah gusi atau di dalam tulang. Keadaan inilah yang disebut
impaksi Impaksi adalah suatu keadaan di mana gigi mengalami hambatan dalam
arah erupsinya atau tumbuhnya, sehingga tidak dapat mencapai posisi yang
seharusnya.
(Dr. D’Rozario, 2010)

Gambar 2: Impaksi Wisdom Tooth

Impaksi wisdom tooth (gigi geraham bungsu) rahang bawah dapat timbul
dalam berbagai posisi, bisa benar-benar terperangkap dan berada dalam gusi atau
tulang, sehingga tidak nampak bila dilihat dalam mulut. Atau bisa juga sudah
menembus gusi tapi hanya tumbuh separuh jalan. Arahnya bisa horizontal,
miring dengan mahkota ke arah gigi molar dua atau sebaliknya, atau malah
menghadap ke arah dalam atau ke luar rahang. (Medis A-Z, 2010)
Gambar 3: Berbagai Posisi Impaksi Gigi Bungsu

Seorang ahli bernama Ricketts (1980) menyatakan bahwa evolusi


manusia menyebabkan berkurangnya ukuran rahang yang berhubungan dengan
kondisi dan kebiasaan diet atau makanan. Jadi ukuran rahang manusia cenderung
makin kecil sehingga kasus wisdom tooth rahang bawah yang impaksi cenderung
meningkat. Berdasarkan hasil penelitian dengan membandingkan orang zaman
purba dan orang modern, dikatakan bahwa orang zaman purba terbiasa makan
makanan yang keras sehingga penggunaan gigi dalam pengunyahan sangat
maksimal, hal ini yang merangsang pertumbuhan tulang rahang yang lebih besar,
sehingga memberikan lebih banyak ruang untuk gigi bungsu. Sedangkan saat ini,
kebanyakan orang lebih sering makan makanan yang lunak. (Ima Nurhikmah,
2010)

C. Masalah-Masalah Sistemik dan Lokal yang Ditimbulkan oleh Wisdom


Tooth Rahang Bawah yang Impaksi
1. Masalah-masalah sistemik yang umumnya timbul pada wisdom tooth rahang
bawah yang impaksi, yaitu:
a. sakit kepala
b. telinga berdengung
c. sakit leher
d. rematik
e. kencing manis
f. gangguan jantung
g. gangguan pada kulit
h. badan cepat lelah
(drg. Djoko Micni,SpBM,FICOI dan drg. Yeanne Rosseno, 2010)
Dengan adanya masalah-masalah sistemik tersebut di atas, maka wisdom
tooth rahang bawah mulai dicurigai sebagai penyebab, sehingga penderita
dirujuk ke dokter gigi. (drg. Djoko Micni,SpBM,FICOI dan drg. Yeanne
Rosseno, 2010)

Gambar 4: Masalah Sistemik yang Timbul Akibat Erupsi Wisdom Tooth Rahang Bawah

2. Masalah-masalah lokal yang timbul akibat erupsi atau tumbuhnya wisdom


tooth
rahang bawah yang impaksi adalah
a. Karies gigi. Wisdom tooth rahang bawah yang tumbuh ke arah gigi molar
dua dengan posisi mahkota yang miring dan bersandar pada mahkota gigi
molar dua, menyebabkan sisa makanan dan plak mudah menumpuk di
tempat tersebut. Oleh karena itu, gigi-gigi tersebut akan lebih mudah
terkena karies akibat sulitnya pembersihan pada daerah tersebut. (Medis
A-Z, 2010)

b. Rasa sakit dan kerusakan pada gigi molar dua karena tertekan wisdom
tooth. (Medis A-Z, 2010)
Gambar 5: Wisdom Tooth Rahang Bawah Mendesak Gigi Molar Dua

c. Berjejalnya gigi lain dalam lengkung rahang. Karena pada saat wisdom
tooth rahang bawah bergerak untuk tumbuh, gigi-gigi lain akan terdorong
dan adanya sedikit perubahan posisi yang disebabkan oleh gerakan
wisdom tooth tersebut. (Medis A-Z, 2010)
d. Perikoronitis atau peradangan di sekitar mahkota gigi. Perikoronitis
terjadi pada tahap erupsi saat folikel gigi terbuka dan berkontak dengan
cairan rongga mulut. Pada wisdom tooth rahang bawah yang hanya
tumbuh sebagian di atas gusi, akan menyebabkan mudah masuknya
makanan ke celah gusi dan berkumpulnya bakteri di tempat tersebut. Ini
akan menyebabkan terjadinya infeksi pada gusi, sehingga tampak adanya
pembengkakan gusi pada daerah tersebut, rasa sakit, dan bau mulut.
Bahkan pada infeksi yang cukup berat dapat menyebabkan kesulitan
dalam membuka mulut. (Medis A-Z, 2010)

Gambar 6: Impaksi Wisdom Tooth Rahang Bawah Menyebabkan Perikoronitis


Gambar 7: Impaksi Wisdom Tooth Rahang Bawah Menyebabkan Perikoronitis

e. Kista. Pada beberapa kasus, wisdom tooth rahang bawah yang dibiarkan
dalam keadaan impaksi dapat menyebabkan terbentuknya kista dan
menyebabkan kerusakan yang lebih luas pada rahang dan gigi
tetangganya. (Medis A-Z, 2010)

Gambar 8: Impaksi Wisdom Tooth Rahang Bawah Menyebabkan Terbentuknya Kista

f. Tumor atau Karsinoma.


Pada kasus yang sangat jarang, tumor dapat tumbuh dan menyebabkan
kerusakan tulang rahang apabila tumor tersebut berkembang lebih besar.
(IOSC, 2009)

D. Diagnosis Impaksi Wisdom Tooth (Gigi Geraham Bungsu) Rahang


Bawah
1. Pemeriksaan Klinis
Adanya wisdom tooth rahang bawah yang impaksi dapat diketahui
karena adanya keluhan, namun tidak semua wisdom tooth rahang bawah
yang impaksi menimbulkan keluhan. Untuk mengetahui ada atau
tidaknya wisdom tooth rahang bawah yang impaksi dapat diketahui
dengan pemeriksaan klinis, meliputi: (Nurul Fadilah Rery, dkk., 2010)
a. Keluhan
Keluhan yang ditemukan dapat berupa:
1) Perikoronitis
Perikoronitis dengan gejala-gejala seperti:
a) rasa sakit di region tersebut
b) pembengkakan
c) bau mulut
d) pembesaran limfenode submandibular
2) Karies pada gigi tersebut
dengan gejala: pulpitis, abses alveolar yang akut. Apabila
wisdom tooth mendesak gigi tetangganya, dapat terjadi periodontitis.
b. Pemeriksaan Ekstra Oral
Pada pemeriksaan ekstra oral yang menjadi perhatian adalah:
1) Adanya pembengkakan
2) Adanya pembesaran limfenode (KGB)
3) Adanya parestesi
c. Pemeriksaan Intra Oral
Pada pemeriksaan intra oral yang menjadi perhatian adalah:
1) Keadaan gigi, erupsi atau tidak
2) Adanya karies, perikoronitis
3) Adanya parestesi
4) Warna mucosa bukal, labial dan gingival
5) Adanya abses gingival
6) Posisi gigi tetangga, hubungan dengan gigi tetangga
7) Ruang antara gigi dengan ramus (pada molar tiga mandibula)
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan adalah
pemeriksaan radiografik panoramik untuk melihat posisi gigi molar.
(drg. Djoko Micni,SpBM,FICOI dan drg.Yeanne Rosseno, 2010)
Kalsifikasi wisdom tooth rahang bawah terjadi mulai umur 9
tahun dan mahkota gigi selesai terbentuk umur 12-15 tahun. Jadi wisdom
tooth rahang bawah sudah dapat dilihat melalui rontgen pada umur 12-15
tahun walaupun gigi tersebut belum tumbuh. (drg. Djoko
Micni,SpBM,FICOI dan drg.Yeanne Rosseno, 2010)

Gambar 9: Rontgen Pasien Menunjukkan Adanya Wisdom Teeth

E. Penatalaksanaan Wisdom Tooth (Gigi Geraham Bungsu) Rahang Bawah


1. Pre Operatif
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pasien sebelum
melakukan operasi pencabutan wisdom tooth rahang bawah: (John E
Griffin, Jr. DMD, 2004)
 Pasien perlu menentukan jadwal operasi dengan dokter gigi
terlebih dahulu sebelum melakukan operasi.
 Pasien dan dokter gigi membahas tentang resiko-resiko yang
dapat timbul akibat operasi sebelum pelaksanaan operasi
dilakukan dan pasien perlu menandatangani informed consent.
 Pasien tidak dianjurkan untuk mengemudi setelah selesai
menjalankan operasi karena efek samping (rasa sakit) yang
dirasakan post operasi dapat mengganggu konsentrasi pasien saat
mengemudi.
 Pasien dianjurkan untuk tidur yang cukup pada malam hari
sebelum operasi.
 Pasien tidak dianjurkan untuk makan dan minum setelah tengah
malam di malam sebelum melakukan operasi. Jika pasien perlu
minum obat, pasien dianjurkan untuk minum dengan sedikit air.
 Pasien dianjurkan untuk tidak memakai contact lens dan pakaian
yang tidak nyaman.
2. Operatif
Pencabutan wisdom tooth rahang bawah yang impaksi dapat
dilakukan antara umur 12-18 tahun atau setelah gigi molar kedua
tumbuh. Persiapannya dilakukan rontgen foto sebelum dilakukan
pencabutan. Pencabutan biasa dilakukan dengan cara odontektomi atau
operasi pengangkatan gigi. Pencabutan gigi geraham bungsu pada usia
12-18 tahun dikenal dengan pencabutan preventif dan ini sangat
dianjurkan mengingat pada usia tersebut akar gigi masih pendek
sehingga memudahkan operasi dan mempercepat waktu penyembuhan
dan menghindari terkenanya saraf pada rahang. (drg. Djoko
Micni,SpBM,FICOI dan drg.Yeanne Rosseno, 2010).

Gambar 10: Akar Gigi Wisdom Tooth Rahang Bawah yang Masih Pendek
Gambar 11: Wisdom Tooth Rahang Bawah yang Mulai Tumbuh

3. Post Operatif (Perawatan)


Setelah operasi wisdom tooth rahang bawah, pasien akan
mengalami pembengkakan 3-4 hari yang merupakan reaksi normal dari
tubuh untuk penyembuhan. Pasien tidak perlu khawatir karena
pembengkakan yang tidak disertai demam bukan merupakan gejala
infeksi dan pembengkakan ini akan hilang tanpa meninggalkan bekas.
(drg. Djoko Micni, SpBM, FICOI dan drg. Yeanne Rosseno, 2010)
Pasien yang menjalani operasi gigi geraham bungsu cukup
mendapat antibiotika, analgetik atau penahan sakit dan obat anti
inflamasi atau anti radang. Selama pembengkakan, pasien dapat makan
(lunak), beraktivitas sehari-hari seperti sekolah atau bekerja. Setelah satu
minggu benang jahitan dapat dibuka dan obat sudah dapat dihentikan.
(drg. Djoko Micni, SpBM, FICOI dan drg. Yeanne Rosseno, 2010)
Dengan demikian pencabutan wisdom tooth rahang bawah
merupakan tindakan yang bijaksana untuk mencegah komplikasi yang
lebih buruk dan kekhawatiran akan efek operasi tidak akan terjadi sebab
dilakukan pada usia yang tepat. (drg. Djoko Micni, SpBM, FICOI dan
drg. Yeanne Rosseno, 2010)

F. Komplikasi Post Odontektomi


Keluhan yang umumnya dirasakan pasien post Odontektomi ialah rasa
sakit, edema, dan pendaharan. Keluhan-keluhan ini adalah normal, akan tetapi
apabila berlebihan, perlu ditinjau lagi apakah termasuk morbiditas yang biasa
ataukah komplikasi. (Dhini, 2010)
Tanpa memandang pengalaman dokter gigi, kesempurnaan persiapan dan
keterampilan, komplikasi masih bisa terjadi pada situasi perawatan tertentu.
Karena itu komplikasi tertentu kadang-kadang tidak terhindarkan, namun harus
dapat ditangani. (Nurul Fadilah Rery,dkk., 2010)
Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi post Odontektomi wisdom
tooth di rahang bawah:
a. Fraktur mandibula
Fraktur mandibula immediate atau late jarang terjadi namun tergolong
sebagai komplikasi utama. Komplikasi tersebut terjadi jika tulang
tidak cukup kuat untuk menahan tekanan yang digunakan.
Berkurangnya kekuatan tulang dapat disebabkan oleh atrofi fisiologis,
osteoporosis, atau proses patologis, dapat juga terjadi akibat
pembedahan.
b. Pendarahan, terlukanya arteri alveolaris inferior
c. Operasi tidak bersih sehingga dapat menjadi kista yang berlanjut
menjadi tumor dan dapat juga menyebabkan osteomyelitis
d. Trauma pada gigi molar dua
e. Terlukanya nervus alveolaris inferior sehingga terjadi parestesi.
(Nurul Fadilah Rery,dkk., 2010)
PENUTUP
Penatalaksanaan wisdom tooth rahang bawah yaitu dilakukan pencabutan
dengan cara Odontektomi. Namun dalam pelaksanaan pembedahan ini, para
dokter gigi harus mempertimbangkan komplikasi-komplikasi yang mungkin
terjadi post Odontektomi sehingga pelaksanaannya harus dilakukan dengan
tepat.
Pada akhirnya, terlepas dari tujuan mulia dokter gigi untuk mencegah terjadinya
masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh gigi impaksi dengan jalan
pembedahan untuk mengambil gigi tersebut, perlu dipertimbangkan apa yang
menjadi keinginan pasien ,terutama berkaitan dengan kemungkinan efek yang
ditimbulkan oleh pengambilan impaksi. (Erasmus, 1999).
Suatu penelitian tentang pandangan pasien di Swedia dan Wales terhadap
kemungkinan efek yang ditimbulkan oleh pengambilan gigi impaksi
menunjukkan bahwa pasien lebih memilih untuk tetap mempertahankan gigi
molar ketiga yang impaksi, daripada menjalani operasi pengambilan gigi.
(Liedholm dkk, 2005)
*enelitian ini memperkuat tren masa kini yaitu bahwa mempertahankan gigi
molar ketiga impaksi yang asimptomatik adalah pendekatan yang paling tepat
khususnya bila dipandang dari kacamata pasien. Akan tetapi perlu diingat juga
bahwa tidak adanya gejala klinis (asimptomatik) bukan berarti tidak adanya
penyakit (Fernandez, 2005)
DAFTAR PUSTAKA

Dhini. Komplikasi Langka Akibat Pembedahan Gigi Molar


Tiga.http://doktergigimuda.com/?p=16

Dodson BT dan Susarla SM. 2009. Impacted wisdom teeth.:


http://clinicalevidence.bmj.com/ceweb/ conditions/orh/

D’Rozario, R. Wisdom Teeth.http://www.omfsurgeon.com.au/wisdom.htm

Hasyim dan Raimud D. Keberhasilan tindakan bedah gigi molar tiga bawah
impaksi dengan modifikasi flap: pengalaman klinik. Semarang: Kumpulan
Makalah Ilmiah Kongres PDGI XVIII. 1992. h.192. http://www.usu.ac.id/

IOSC. Pembuangan Gigi Bungsu.


http://www.iosc.com.sg/id/id_wisdom_tooth_removal

John E Griffin. Jr., Wisdom Teeth.


http://www.ofsc.info/public/procedures/wisdom_teeth.html

Medis A-Z. Gigi & Mulut Impaksi Molar Tiga.


http://klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/19/ impaksi-molar-tiga#dua

Micni, Djoko. Wisdom Tooth (Gigi Geraham Bungsu). Diakses: pada 2 Oktober
2010 pukul 15.00 http://www.dentiadental.com/2010/articles/ wisdom-
tooth-gigi-geraham-bungsu/

Micni, Djoko dan Rosseno, Yeanne. Gigi Geraham Bungsu, Perlukah Dicabut?.:
http://www.dentiadental.com/articles/gigi-geraham-bungsu-perlukah-
dicabut/

Nurhikmah, Ima. Gigi Geraham Bungsu.


http://ummusilmi.blogspot.com/2010/07/gigi-geraham-bung su.html

Rery NF, Izzati N, Irawan A, Sastia R, Yuniar M, Fatimah F, Zoraya SI,


Valentina W, Iskantiwi MS, Paramitha SD, Delpinia T, dan Hemilia I.
2010. Gigi Impaksi: http://www.scribd.com/doc/27547187/Bab-II-
Pembahasan-Gigi-Impaksi-Kelompok-i-Bedah-Mulut-Kedokteran-Gigi-
Unsri

Schuurs AHB. 1988. Patologi gigi geligi: Kelainankelainan jaringan keras gigi.
Sutatmi Suryo, editor. Gebitspathologie: afwijikingen van de
hardetandweefsels. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 1993.
h.125-28. http://digilib.undip.ac.id/pustaka/index.php

Soehardjo, Istiati. Hubungan antara molar ketiga impaksi dengan imunilogik


psikoneurotik dan psikoneuroimunologik. Majalah Ilmiah KG, FKG
USAKTI 1996; 2 (Edisi Khusus Foril V): 630. dalam: http://top-
pdf.com/impaksi.html

Soelistiono. Gigi Geraham Bungsu Sebabkan Gangguan Keharmonisan Alat


Pengunyah. http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=1121

Tetsch P. dan Wagner W. 1982. Pencabutan gigi molar ketiga. Agus Djaya,
editor. Operative extraction of wisdom teeth. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 1992. h. 1-130. http://opac.unpad.ac.id/result.aspx?
letter=Pclue=penerbit&&fm_p=703

WebMD. Dental Health and Wisdom Teeth. http://www.webmd.com/oral-


health/guide/wisdom-teeth

Anda mungkin juga menyukai