Anda di halaman 1dari 4

Point 1

Gereja Berteologia

Pertanyaan pertama: Apa alasan Gereja untuk Berteologia?

Jawab : Karena kedua hal tersebut, Gereja dan Teologi, tidak dapat dipisahkan.

Arti dari Gereja (dan fungsi utama gereja) adalah suatu persekutuan orang-orang yang
dipanggil, percaya dan taat kepada Allah. Maka adalah suatu kewajaran bahkan suatu keharusan
bahwa gereja hanya berbicara dan terfokus kepada Allah. Kata teologi itu sendiri berasal dari
bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu teos yang berarti Allah, dan logos yang
berarti bercakap, berbicara, atau pembicaraan (ilmu). Maka keeratan keduanya tidak
dapat dipungkiri, yaitu bahwa wacana Gereja tidak bisa selain teologi. Gereja ada untuk
berbicara tentang Allah, yang bisa kita simpulkan bahwa gereja ada untuk berteologi. Hubungan
ini mengandung arti bahwa hasil dari keberadaan gereja adalah teologi. Teologi itu sendiri
merupakan manifestasi dari pengertian, pemahaman, dan penghayatan gereja tentang Allah,
panggilan-Nya, kehendaknya-Nya, dan pribadi-Nya. Dengan teologi, gereja menyatakan apa dan
siapa Allah, apa dan bagaimana panggilan-Nya, apa dan bagaimana kehendak-Nya, terhadap
yang bukan dari Allah. Dengan demikian, teologi menjadi alat dan sarana gereja untuk
menyatakan hal-hal tersebut. (Sumber : Buku Pro-eksistensi: kumpulan tulisan untuk
mengacu kehidupan bersama. Karya : S. Wismohadi Wahono.)

Pertanyaan kedua : Berikanlah contoh-contohnya!

Jawab: Beberapa contohnya, antara lain;

1. Pada tahun 1971, Gereja-gereja di Amerika Latin, lewat seorang pastor dari Peru,
bernama G. Gutierez membuat Teologi Pembebasan, yang menggerakkan pehatian
DWD (Dewan Gereja se-Dunia), sehingga banyak sekali gereja anggota DWD yang
mendapat pembaruan motivasi baru untuk gereja di belahan dunia. (Sumber : Buku Pro-
eksistensi: kumpulan tulisan untuk mengacu kehidupan bersama. Karya : S. Wismohadi
Wahono).
2. Pada tahun 1970, Gereja Calvinis, lewat seorang teolog bernama G.C. Berkouwer,
membuat suatu tradisi yang mempengaruhi gereja-gereja protestan yaitu Teologi
Sistematika, yang menegaskan bahwa gereja berhubungaan dengan iman, Firman Allah,
dan mimbar gereja itu sendiri, menjelaskan bahwa system yang saling terkait tersebut
bisa memberikan jawaban tentang Firman Allah secara kreatif. Pandangan ini membuka
pemikiran yang luas dalam kehidupan masyarakat gereja masa kini. (Sumber : Buku
Teologi Lintas Budaya. Karya : Daniel J. Adams).

3. Di tahun 1975, Gereja Metodis di Amerika, lewat seorang teolog mereka John. B. Cobb
Jr. menemukan Teologi Proses, mengubah suatu struktur filsafat proses, ke arah teologi
Kristen. Cobb mengakui bahwa memang kita tidak dapat mengatakan bahwa segala
sesuatu itu harus berada dalam proses. Dengan kata lain, fakta yang ada dalam proses pun
bukanlah sesuatu yang harus ditentukan untuk berubah. Namun demikian tidak ada aturan
yang tidak berubah di dalam proses dan bentuk-bentuk abstrak. Tetapi menjadi aktual
adalah bagian di dalam proses. Demikian pun pengalaman beragama, adalah juga sesuatu
yang selalu berada di dalam proses, sebab dunia yang kita diami pun adalah suatu medan
aktual dari proses itu. Ketika teologi proses menjadi bahan diskusi di kalangan teolog,
studi Cobb ini berkembang ke dalam berbagai lini kehidupan manusia [human affair].
Dari kerangka teologi proses itulah, Cobb menghasilkan Christ in a Pluralistic Age ~
sebuah studi bidang keagamaan yang secara cermat menilik ke dalam struktur dasar
kehidupan setiap agama ~ dari sana melihat pemahaman beragama mengenai karya
Tuhan di dalam setiap agama. Namun, prinsip teologi ini menuai banyak kontra dari
teolog-teolog lain. (Sumber : Buku Teologi Lintas Budaya. Karya : Daniel J.
Adams).

4. Gereja Taiwan (Tainan Teological University) , melalui seorang presbiterian yang


bernama C.S. Song, menciptakan Teologi Transposisi, yaitu perubahan konteks-barat ke
konteks-asia. Dengan banyaknya kebudayaan di daerah Asia, beliau menegaskan bahwa
gagasan tradisional, bangsa dan budaya harus mencakup pada satu gagasan, yaitu
gagasan keselamatan, penciptaan, dan pembebasan. (Sumber : Buku Teologi Lintas
Budaya. Karya : Daniel J. Adams).

5. Pada tahun 1979, Gereja-Gereja Korea membuat sebuah pemikiran teologi yang
dinamakan Teologi Minjung yang di perbaharui lagi oleh seorang teolog perempuan
disana bernama Chung Hyun Kung. Minjung itu bermakna rakyat yang menderita.
Teologi ini berbicara tentang perbuatan keaikan secara nyata kepada orang-orang yang
tertinda di sekitar kita. (Sumber : Buku Apa itu teologi? : pengantar ke dalam ilmu
teologi. Karya : Drewes B.f. & Julianus Mojau M).
Point 2
Gnostik Kristen

Gnostik itu sendiri adalah suatu gerakan sesudah atau sebelum Yesus. Namun, tidak ada teks-
teks Gnostik yang ditulis sebelum tahun 130 M. Para pemimpin dan sistem Gnostik, berawal di
daerah Nag Hammadi, Mesir, juga pada bapa-bapa gereja awal, seperti Ireneus dari Lyon, pada
abad ke 2. Bagi mereka, Allah Yesus Kristus tidak menciptakan dunia. Mereka mempercayai
anggapan mereka tentang adanya dewa-dewa, dalam konteks adanya allah yang lebih rendah
dari Allah Yesus Kristus, yang menciptakan dunia ini dari kesombongan, dan merasa sangat
sombong atas segala ciptaannya yaitu bumi ini. Allah yang rendah ini biasanya disamakan
dengan Yahweh pada kitab Perjanjian Lama. Bagi kaum ini, dunia adalah suatu penjara. Maka,
tujuan kaum Gnostik adalah pergi dari dunia yang fana dan jahat ini, menuju ke dunia transenden
yang lebih baik. Menurut mereka, manusia sudah lupa akan unsure ilahi yang ada dalam diri kita.
Kita hanya dapat menemukan kesejatian diri kita melalu gnosis, suatu pernyataan rahasia, yang
tidak ada di manapun. Menurut injil kebenaran (kitab mereka), kaum Gnostik yang sejati
mengetahui asal-usul dan tujuan mereka. Kaum ini mempunyai tafsiran yang berbeda dan
tersendiri dalam menafsirkan Firman Allah. Kaum ini juga mengasingkan diri mereka dari
kekerasan masyarakat.

Setelah itu, Clemens dari Aleksandria dan Origenes, mengembangkan pemahaman tentang
Gnosis positif ( Baca 1 Korintus 8 dan 2 Korintus 10 : 5). Bagi mereka, Gnostik Kristen adalah
pernyataan Allah yang diberikan kepada jiwa seseorang ketika dibaptiskan. Ini adalah suatu
pernyataan dalam mengenai Gnosis dalam makna Kristen. Para Kaum Gnostik yang
mencampurkan teologi dengan filsafat-filsafat orang yang tidak percaya kepada Tuhan sudah di
patahkan pendapatnya oleh Clemens dan Origenes, sebab banyak pernyataan mereka ini secara
langsung mengalahkan pemikiran-pemikiran filsafat Yunani di zaman itu.

(Sumber : Buku Penyataan Allah, Agama Dan Kekerasan. Karya : Leo D. Lefebure.

02/05/2014
UJIAN TENGAH SEMESTER
SOAL-SOAL DAN JAWABAN

SEJARAH GEREJA UMUM


Disusun oleh :
ROUFEN LOAN
13111443
DOSEN : BAPAK SUWONDO

Anda mungkin juga menyukai