Anda di halaman 1dari 36

MATERI KULIAH

SEJARAH GEREJA INDONESIA

DISIAPKAN

OLEH:
JOKO SEMBODO, S.PAK,M.TH

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI TORSINA


SURAKARTA

1
SILABUS

Mata kuliah : Sejarah Gereja Umum


Dosen : Joko sembodo, S.PAK,. M,Th
Bobot : 2 SKS

TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN


Mahasiswa memiliki pemahaman pengenalan perkembanagn gereja – gereja di
Indonesia sejak abad ke XVI sampai sekarang.

TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN


1. Mahasiswa mengenal wawasan, metode dan teknik perkulihan menyangkut
mata kuliah Sejarah Gereja Indonesia
2. Mahasiswa memahami lingkungan Indonesia ketika Injil masuk
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasikan sejaraha, kegiatan dan wujud Gereja
Roma Katholik di Indonesia abada XVI – XVII
4. Mahasiswa dapat menerangkan Zending oleh VOC, kegiatan kegiatannya dan
kebijakan-kebijakannya selama abad XVII – XVIII
5. Mahasiswa dapat mengemukan sejarah perkembangan dan PI oleh Indisce
Kerk di Indonesia selama abad XIX-XX
6. Mahasiswa dapat mengemukan lembaga Zending dan kegiatannya serta hasil
hasil pekerjaan Zending selama abada XIX – XX
7. Mahasiswa memahami sejarah gereja gereja di Indonesia (Protestan,
Pentakosta, Advent, Baptis, Rumpun kemah Injil, Bala Keselamatan, dsbnya)

METODE
1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Diskusi 4. Tugas

TUGAS
Meringkas buku dan presentasi (bentuk Pramen)

SISTEM PENILAIAN
1. Presensi 10%
2. Sikap dan aktifitas kelas 10%
3. Tugas 15%
4. Ujian Mid 25%
5. Ujian semester 40%

KEPUSTAKAAN
1. Berkhof, H. Dan Enklaar, I.H; sejarah Gereja, Jakart: BPK Gunung Mulia,
1986

2
2. Christian dejonge, pembimbing ke dalam sejarah Gereja, BPK Gunung
mulia, 1986
3. Charistian, de Jonge, Gereja Mencari Jawab , Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1993
4. Sizoo, A,Dr. Agustinus Hidup dan karyanya, Jakarta, Jakarta: BPK Gunung
Mulia
5. Lohse,B; Pengantar Sejarah Dogma Kristen , Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1989
6. Hale,I ,Jujur Terhadap Pielisme, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1993
7. Thomas Van Den End, Harta dalam Bejana, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1995
8. Tany lane, Runtut Pijar , Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993
9. Willem F,D , Drs.,M. Th, Riwayat Hidup Singkat Tokoh – tokoh dalam
Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia
10.Williem F,D, Drs.,M.Th, Kamus Sejarah Gereja , Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1993
11.Van den End, Th, Ragi Carita, 2 Jilid, Jakarta ;BPK Gunung Mulia, 1998

3
SEJARAH GEREJA INDONESIA

Pengertian Sejarah Gereja Indonesia

Tujuan mempelajari Sejarah Gereja Indonesia


- Untuk mengetahui sejarah perkembangan & penghidupan gereja-gereja di
Indonesia
- Untuk menghayati perjuangan hidup dari awal sampai sekarang perkembangan
& pertumbuhan gereja di Indonesia
- Mengerti peran dan tanggungjawab gereja di Indonesia
- Memperoleh pengetahuan luas tentang bermacam-macam gereja di Indonesia

Beberapa persoalan dalam mempelajari Sejarah Gereja Indonesia


Awal kekristenan
 Ketika saudagar Kristen Nestorian dari India datang ke Indonesia
 Tentang hal ini tidak ada kepastian, apalagi bekas jemaat yang didirikan
 Tidak ada kontinuitas dengan kristen masa kini
 Penemuan buku-buku di Mesir, tahun 1050, dituliskan mengenai gereja di
Asia (Pantai Barat, Sumatera Utara, ada beberapa gedung gereja)

 Kedatangan imam Portugis, abad 16 telah berdiri jemaat yang didirikan oleh
Pekabar Injil Katholik di Minahasa dan Nusa Tenggara Barat
 Ada banyak bukti sumber sejarah

 Kedatangan VOC

Pendapat Dr. Th. Van den End


1. Yang menentukan permulaan sejarah gereja adalah saat pelayanan baptisan
pertama adalah orang Indonesia
2. Dengan adanya orang-orang yang dibaptis berarti ada gereja
3. Sejarah Gereja Indonesia telah mulai abad ke 16
4. Kita tidak tahu dengan pasti waktu baptisan orang Indonesia yang pertama
5. Portugis menetap di wilayah Indonesia di Ternate, tahun 1522
6. Diduga baptisan pertama tidak lama setelah 1522

Pendapat Dr. Muller Kruger


1. Pangkal sejarah gereja di suatu daerah ditetapkan pada tanggal pembaptisan
sulung di daerah itu
2. Mereka orang Kristen yang pertama dan terhimpun dalam sebuah jemaat
merupakan bibit gereja
3. Jemaat pertama itu akan berkembang dan perkembangannya itu disebut sejarah
gereja

Bagaimana dengan Protestan atau VOC


1. Tidak usah dipersoalkan bahwa yang melayani baptisan pertama di Indonesia
adalah orang Roma Katholik
2. Roma Katholik membaptis dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus, dianggap
sah
4
Periodesasi
Menurut Dr. Muller Kruger
Dasar siapa Pelaku Pekabaran Injil ?
1. Tahun 1520 – 1605 - Katholik Roma
2. Tahun 1605 – 1800 - VOC
3. Tahun 1800 – 1904 - Lembaga-lembaga PI

Menurut Dr. Th Van den End


1. Tahun 1522 – 1800 - Sejarah Roma Katholik dan Protestan
2. Tahun 1800 – 1940 - Babak baru

KONTEKS INDONESIA KETIKA INJIL MASUK

1. Konteks Agama
Agama asli Indonesia adalah agama suku, disebut agama suku sebab agama
tersebut terikat kepada salah satu suku, setiap anggota suku harus menganut
agama itu, suku sama dengan persekutuan ibadah.

Unsur pokok agama suku


a. Mempunyai cerita-cerita/mitos asal-usul suku
b. Mempunyai adat aturan hidup yang mutlak
c. Anggota suku turut dalam ibadah terhadap nenek moyang
d. Tata masyarakat bersifat kolektif

Komparasi Corak Umum Agama Suku dan Kristen

AGAMA SUKU KRISTEN


1. Tidak ada garis pemisah antara 1. Ada garis pemisah yang tajam
ciptaan dan pencipta antara ciptaan dan pencipta
Contoh: Kepala suku, bintang, Contoh: Manusia dan ciptaan lain
benda langit bisa disembah tidak layak disembah

2. Jalan keselamatan, manusia dapat 2. Jalan keselamatan percaya pada


menjadi sempurna dengan Kristus
mengikut adat istiadat
3. Kehidupan manusia diatur oleh
3. Kehidupan manusia diatur oleh Allah.
adat Hukum Allah bukan “KUK” tetapi
manusia diberi kebebasan untuk
memilih ya atau tidak
4. Terbatas pada sukunya sendiri
4. Berlaku bagi semua / universal
5. Tidak ada perbedaan baik dan jahat
5. Ada pertentangan yang mutlak
antara baik dan jahat
6. Memandang masa lampau, karena
mempertahankan apa yang telah
5
diwariskan nenek moyang 6. Memandang masa depan

2. Sosial Ekonomi
a. Indonesia ada hubungan perdagangan dengan bangsa-bangsa lain
b. Ada jalan dagang melalui India, Persia, Mesir, dan Eropa. Pusat
perdagangan ada di Indonesia bagian Barat
3. Politik
a. Terjadi perubahan-perubahan dibidang politik
- Kerajaan Majapahit lenyap tahun 1478
- Sisanya lari ke Bali; kerajaan Blambangan – Hindu tahun 1599 lenyap
- Indonesia bagian Timur, Ternate dan Tidore memperluas kekuasaannya
b. Penyebab utama Perubahan Politik
Kedatangan Islam dan pedagang dari Persia terutama dari India Barat
(Gujarat)
c. Islam masuk Indonesia cara penyebarannya secara damai
- Memasuki istana-istana raja u/ perdagangan
- Menjalin hubungan pernikahan dengan keluarga kerajaan
d. Akibat Islam masuk ke Indonesia
Aceh menjadi mayoritas beragama Islam, pusat
Merambat ke Jawa dan Maluku
4. Budaya
Yang utama Hindu-Budha, di pulau Jawa dan Bali

ROMA KATHOLIK ABAD XVI – XVII

1. Agama-agama dari luar datang ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Portugis


dan Spanyol
Ciri-ciri Katholik
a. Bersifat Herarkis
- Kaum awam kurang mempunyai suara dalam gereja
- Gereja mempunyai organisasi yang rapih, sehingga sanggup
menyelenggarakan usaha misi yang sangat luas.
- Keseragaman dalam ibadah, bahasa dan liturgi (memakai bahasa Latin)
b. Tekanan atas sakramen
- Pelayanan sakramen lebih penting daripada Firman Tuhan, khususnya
baptisan (dianggap mutlak untuk keselamatan)
- Sakramen dianggap membawa pada iman
- Beriman adalah takluk pada kekuasaan gereja, bukan memahami tahluk
pada Firman Allah
- Katekisasi dan pembinaan jemaat agak diabaikan

6
- Tidak ada terjemahan Alkitab (baru pada abad 18, ada terjemahan dalam
bahasa Portugis)
c. Negara harus melayani Gereja
- Gereja menguasai seluruh kehidupan masyarakat
- Negara dianggap di bawah gereja
- Tugas negara adalah melayani gereja, melindungi iman Kristen dari
serangan musuh, mendukung penyiaran agama keluar
2. Orang-orang Barat datang ke Indonesia (Portugis)
Ideologi orang Portugis
a. Selain agama Katolik dikenal ada 2 agama lain:
- Agama Suku
- Agama Islam
*) kedua agama tersebut dianggap agama dari manusia, sedangkan
Katolik adalah agama wahyu
b. Setiap orang yang mau menerima agama mereka juga harus menerima
kebudayaan mereka
c. Menganggap Islam adalah musuh, karena dilatarbelakangi mereka lama
menjajah di Arab
d. Penyebaran wilayah sama dengan penyebaran iman

Alasan Portugis datang ke Indonesia


a. Alasan ekonomi
- Mereka menentukan jalan menuju kekayaan benua Hindia
- Menemukan jalan dagang secara langsung ke Asia
b. Alasan politik
- Ingin melemahkan bangsa Turki yang pada saat itu menguasai
perdagangan
- Jika bangsa Turki lemah dalam perdagangan, Turki tidak mau menyerang
Eropa
c. Alasan agama
- Orang Portugis ingin menyiarkan Agama ke Asia
- Menggunakan system PADROADO (bahasa Portugis yang berarti tuan
atau majikan)
- Sri Paus menghadiahkan Raja-raja, bangsa-bangsa Portugis, seluruh
daerah yang ditemukan rakyatnya
- Raja dapat mengurus daerahnya sendiri
- Raja membiayai seluruh pekerjaan gerejanya

CORAK PENJAJAHAN SPANYOL DAN PORTUGIS

7
SPANYOL PORTUGIS
1. Menjajah seluruh daerah yang 1. Hanya mendirikan beberapa
ditemukan benteng kecil di daerah jajahan
dan sekitarnya
2. Menetap di wilayah suku asli
yang beragama suku 2. Menetap di wilayah kediaman
Hasilnya seluruh daerah jajahan orang-orang Hindu, Budha, dan
Spanyol berhasil dikristenkan Islam
Hasilnya: hanya sedikit yang
masuk Kristen

3. Misi di Maluku sampai tahun 1540 an


a. Keadaan Maluku ( tahun + 1500 )
- Perubahan agama, dulunya menganut agama suku (agama nenek moyang)
Abad ke 15 dikuasai Islam ada 4 kerajaan Islam (Ternate – menyebarkan
Islam, Tidore, Bacan, Jailolo)
- Perubahan Politis, dengan masuknya agama Islam menimbulkan
pertikaian antar kampung dan suku
- Perubahan Ekonomi
Orang-orang Portugis masuk Maluku melalui perdagangan, sehingga
disambut baik oleh orang-orang Ternate. Portugis diijinkan membangun
benteng yang akhirnya menjadi pusat misi
Jadi nasib orang Kristen tergantung hubungan baik orang Portugis dengan
Sultan Ternate
b. Hubungan orang Portugis dengan Sultan Ternate
- Segi ekonomi dan politik
Portugis dan sulta Ternate mempunyai keperluan bersama, yaitu
memperoleh monopoli rempah-rempah dan memperluas wilayah
kekuasaan
- Segi agama
Sulta Ternate tidak senang kemajuan misi di Ternate, yang masuk Kristen
menjadi sekutu Portugis
- Orang Portugis berlaku buruk (mabuk, memeras dan berzinah)
Akibatnya nama Eropa buruk dan merusak usaha misi
Fransiscus Xaverius di Maluku ( Tahun 1546-1547)
Latar Belakang
- Penginjilan lemah, orang-orang mulai malas
- Timbul pater-pater Serikat Yesus ( orang orang Yesuit)

8
- Muncul Kontra Reformasi adalah suatu pembaharuan dalam tubuh Gereja Roma
Katholik. Salah satu pembaharuan dari Kontra Reformasi adalah bahwa gereja
bukan suatu lembaga negara, bahwa gereja mepunyai metode metode dan tujuan
tersendiri.
- Salah satu kelompok kontra Reformasi adalah kelompok Yesuit
Biografi Fransiscus Xaverius
1. Lahir tahun 1506 dari keluarga bangsawan di Spanyol
2. Pendidikan teologi di Paris, murid dari Ignatius dari Layola
3. Anggota Serikat Yesuit 1534 – 1540

Kegiatan Fransiscus Xaverius di Asia


1. Dia bekerja di Goa, di tengah-tengah orang Portugis dan Indo Portugis yang
kehidupannya bobrok
2. Dia melayani orang-orang Pribumi
3. 2 tahun di India, kemudian pergi ke Sulawesi Selatan
4. Belajar bahasa Melayu dan Malaka
5. Bekerja di Ambon, Ternate, Halmahera, kemudian kembali ke Ambon
6. Berangkat ke Jepang
7. Meninggal di pulau kecil, lepas pantai Tiongkok, setelah gagal masuk ke
Tiongkok (tahun 1552)
8. Dinyatakan sebagai “Santo” (orang kudus) oleh Gereja Katholik Roma.

Metode Misi Fransiscus Xaverius


1. Setiap hari selama 2 jam ia menyelenggarakan PAK untuk anak dan dewasa
2. Mengajarkan rumusan pokok iman Kristen, pengakuan Iman rasuli, Doa Bapa
Kami, Salam Maria, dan 10 perintah Allah
3. Para jemaat menghafal dengan cara melagukan (dinyanyikan)
4. Pada malam hari Fransiscus Xaverius berkeliling di kampung membawa
lonceng kecil mengajak jemaat mendoakan orang-orang sakit dan jiwa-jiwa
yang belum bertobat
5. Di Ternate Fransiscus Xaverius menyusun katekismus berbentuk syair

Daya Tarik Fransiscus Xaverius


1. Disukai banyak orang, ramah
2. Dia pernah kehilangan salib di laut, ada kepiting raksasa yang
mengantarkannya
3. Dia pernah berdoa di daerah kering, dan datanglah hujan
4. Di Ambon dia pernah mengajak anak-anak untuk dibaptis (Ana Baptis)
5. Dia mengajak orang-orang untuk bertobat, untuk menggantikan profesi dia
sebagai pengajar
Agama Kristen di Maluku Utara (1547 sampai akhir abad ke 18)
Setelah Maja pahit luntur

9
1. Pusat misi di Ternate
2. Orang-orang Yesuit yang melaksanakan misi
3. Pada masa pemerintahan Sultan Hairun
Yang membangun kerajaan muslim
4. Ada hambatan dari orang pribumi, karena sultan Hairun adalah orang
pendatang. Pribumi mendukung Portugis, karena orang Islam (Hairun) jahat
kepada orang pribumi, orang Portugis berhasil mengkristenkan orang Pribumi

 Hasil
Akhirnya orang Kristen bertambah, dan orang Portugis semakin meluaskan
daerah, bagi misi semakin banyak orang yang tertarik menjadi Kristen
Suatu ketika terjadi krisis ekonomi, semua kekayaan Hairun dirampas
(cengkeh) sampai orang Islam dan tokoh-tokohnya ditangkap dan
dipenjarakan. Setelah dibebaskan mereka dendam pada orang Portugis dan
orang Kristen. Akhirnya orang-orang Portugis pergi, orang-orang pribumi
yang sudah Kristen dipersulit dalam hal ekonomi, pendidikan, ditindas dan
dipaksa masuk Islam.
Penganiayaan terbesar di Halmahera, banyak yang pindah agama karena
dipaksa. Ternyata misi tidak mati, masih ada kelompok yang bertahan,
berpindah ke daerah lain, dan membentuk desa-desa Kristen (47 desa baru
yang menjadi Kristen)
 Orang Belanda mendukung sulta Hairun
 Mereka akan menangkap orang-orang yang mendukung Portugis dan
menyerahkan pada sultan Hairun
 Motif yang dipakai berdagang
 Setelah itu orang Katolik (Portugis) tidak permisi lagi

Akibat pergulatan Belanda, Portugis dan Sultan Harun


1. Timbul jemaat-jemaat benteng (orang Kristen Cuma ada di benteng, diluar
benteng sudah tidak ada)
2. Orang-orang Kristen hanya orang-orang Eropa/bule, orang pribumi jarang
3. Jemaat Katolik hilang

Congolution: Kelompok Yesuit (Fx) tidak berhasil menanamkan gereja yang kuat
di Indonesia, karena Belanda lebih mengutamakan perdagangan daripada misi.

MISI DI MALUKU

MALUKU UTARA MALUKU SELATAN


Tokoh : Fransiscus Xaverius Tokoh : Utusan-utusan Fransiscus
(kel. Yesuit) Xaverius, Manuel (Kepala kampung
Hatiwi)

10
Wilayah : Ternate
Wilayah : Ambon
Metode : Jemaat di Benteng
Metode :
Hambatan : Sultan Hairun  Datang PI – pergi, kemudian
Fransiscus Xaverius berkunjung, ada
Hasil : Ternyata orang salah seorang utusan meninggal
Yesuit tidak berhasil membentuk dunia karena diracun pribumi
jemaat yang kuat  Membaptis dan mengangkat jadi
pendeta dan pergi lagi
 Fransiscus Xaverius di Ambon 15-
16 Bulan
Hambatan:
 Sultan Ternate menggunakan
kapal laut, membuat benteng
tahun 1588
 Sering terjadi perang saudara
bukan karena agama tetapi
kekuasaan, kampung dan suku

GEREJA DI MALUKU SELATAN PADA ZAMAN VOC (1605-1800)


Voc mengalahkan portugis

Tahun 1605-1800 => VOC merebut benteng Portugis di Banda dan Ambon
- Orang Kristen menjadi rakyat kompeni
- Orang Islam di Hitu = > menjadi sekutu VOC
*) Keuntungan kedatangan VOC => adanya perjanjian perdamaian antar
kampung / suku-suku

VOC (Vereenigde Ootindische Compagnie) adalah Kongsi Dagang atau


Perusahaan Hindia Timur Belanda yang berdiri pada tanggal 20 Maret 1602.
- Tujuan monopoli hak tunggal jual beli rempah rempah
- Tidak memjajah seluruh Maluku, tetapi menguasai daerah tersebut
- VOC jauh lebih kuat di banding Portugis.

Akibat bagi Pekabaran Injil


- VOC mendukung pemeliharaan orang orang Kristen dan PI di daerah yang
dikuasainya (di mungkinkan orang Kristen beribada/eksis)
- Zaman VOC agama Kristen berkurang di Maluku Utara tetapi berkembang di
Maluku Selatan
- Orang Kristen (GRK) dijadikan Protestan
- Tahun 1612 mendatangkan tenaga tenaga Pendeta
- Mendirikan sekolah sekolah dan guru – guru

11
- Tahun 1625 di bentuk Majelis Gereja
- Kekristenan mengalami perkembangan dengan pesat 16.000 menjadi (Voc
berkuasa melipat ganda menjadi) 33.000
- Berdiri gedung gedung gereja
- Ada ibadah => Tata ibadah mengikuti gereja gereja Belanda
( menyanyi, doa, Kotbah, doa menyanyi Lagi )
- Ada sakramen perjamuan kudus
- Kunjungan ke rumah
(Pdt. Wiltens => adalah pendeta pertama di Ambon)
- Tahun 1780 Kekristenan mengalami kemerosotan di Ambon

Gereja Di Sulawesi Utara Dan Sangir - Talaud (1536-1800)

Pada tahun 1560-an agama Kristen mulai masuk di Sulawesi Utara dan
kepulauan Sangir-Talaud. Penyebaran ini terjadi dengan baik tetapi mulai ada
persaingan antara orang-orang Portugis dan Orang Ternate, kemudian orang-orang
Spanyol dan orang-orang Belanda.

Latar Belakang Politik


Pada tahun 1563, Sultan Hairun bermaksud mengirim pasukan-pasukan
tentara ke Sulawesi Utara untuk menaklukan daerah itu, namun rencana ini di
ketahui oleh orang-orang Portugis yang tidak suka akan perluasan kekuasan sultan.
Orang-orang Portugis mulai bergerak maju duluan ke Sulawesi Utara dan di
damping oleh para Misionaris-misionaris asal Portugis. Mereka sampai di Menado
(Manado) pada bulan Mei 1563. Menado adalah Menado-lama yang terletak di
suatu pulau kecil lepas pantai Minahasa. Pulau ini merupakan pulau yang sudah
berkembang.
Mengapa? Karena di pulau ini organisasi politis sudah berupa kerajaan,
padahal di daerah-daerah Minahasa lainnya masih teratur secara Tradisional.

Kegiatan-Kegiatan Yang Dilakukan Para Misionaris Di Manado


Kedatangan para misionaris dan Pater Magellhaes  sangat di terima baik oleh
penduduk setempat dengan penuh gembira. Penduduk ingin sekali menerima
agama orang-orang Portugis, sehingga para Pater Magellhaes menggunakan
kesempatan ini dalam waktu dua minggu untuk mengajarkan pokok-pokok agama
kristen, sesuaikan dengan daya pengertian orang-orang pribumi.
Dengan demikian raja dan 1500 rakyatnya menerima Kristus dan memberi
diri untuk dibaptis beserta dengan raja pulau Siau yang pada saat itu sedang
berkunjung ke Manado. Raja Siau dibaptis di beri nama Jeronimo (nama Portugis).
Rakyat menyusul beberapa tahun kemudian. Peristiwa itu dikatakan sebagai
Permulaan Gereja Kristen di Minahasa dan di Sangir-Talaud.

Baptisan Di Beberapa Daerah Sulawesi Lainnya


1. Pater Magellhaes  di Kaidipan ( di pantai Utara daerah Gorantalo) membaptis
2.000 orang
2. Seorang misionaris membaptis seorang raja dari pulau Sangir bersama
rakyatnya
12
3. Raja Bolaang Mongondow ( raja kerajaan daratan Minahasa) meminta untuk di
baptis
4. Raja Gorantalo dan raja Banggai meminta diri di baptis namun para misionaris
menolak karena adanya pergolakan di Ternate.

Usaha-Usaha Yang Di Lakukan Oleh Para Misionaris


1. Akibat pergolakan di Ternate membuat misi gagal. Para misionaris tidak bisa
menginjil bertahun-tahun. Namun setelah tahun 1585 seorang pater sempat
mengunjungi daerah itu lagi. Agama kristen di Manado sudah lenyap dan
menjadi orang kafir di sebabkan serangan dari angkatan laut ternate.
2. Masuknya orang-orang Spanyol dengan merebut kembali Maluku Utara (1606)
dengan harapan untuk agama kristen tumbuh lagi. Tetapi pekerjaan misi
dirintangi oleh kematian. Banyak orang yang mengalami mati syahid. Sehingga
para misionaris mulai menyebarkan Injil ke daerah pengunungan (1619) dan
mengunjungi kampung-kampung (Tomohon dan Tandano). Awalnya berjalan
dengan baik namun masyarakat mengalami gagal panen dan menuduh para
misionarislah yang menyebabkan semuanya sehingga pasukan misi ditarik ke
Filipina.
3. Pada tahun 1628 badan misi barulah mendapat kesempatan setelah raja
bermimpi “ia didatangi oleh ayahnya untuk membangun sebuah gereja dan
pergi ke benteng Spanyol untuk meminta kedatanga misionaris agar
menyampaikan Injil lagi.
 
Perkembangan Pada Masa VOC
Orang-orang Belanda mulai melakukan kerja sama dengan penduduk setempat,
antara lain:
1. Kedua pihak membangun gudang penyimpanan cengkeh dan hal ini di pandang
baik oleh raja Minahasa
2. Tahun 1666 mereka membangun benteng di Menado
3. Tahun 1677 VOC mengadakan perjanjian dengan raja Siau tantang apa yang
pernah terjadi di Ambon
4. Tahun 1705 orang Kristen bertambah jumlah yang dulunya hanya 500 orang
kini telah menjadi 10.000 orang Kristen

Kunjungan Pendeta-Pendeta
1. Seorang pendeta yang berkunjung ke Menado dan kepulauan Sangir. Ia tinggal
di Menado selama dua minggu, berkhotbah enam kali dan menemukan
warisan-warisan sekolah yang didirikan oleh para misionaris orang Portugis
atau Belanda. Ia juga membaptis 16 orang anak, 25 orang yang kebanyakan
menghafal pokok-pokok Iman Kristen dalam bahasa Melayu.
2. Kunjungan ke Sulawesi Utara  mengikuti pola yang sudah berlaku sejak zaman
Xaverius. Orang diharapkan untuk menghafal pokok-pokok Iman kristen, ada
pelayanan baptisan tetapi sakramen perjamuan kudus kurang sering
dilayankan.
3. Pada tahun 1683 pendeta De Leeuw berkunjung ke Sangir. Ia berkotbah dalam
bahasa Sangir dan mempersiapkan suatu kitab katekimus dalam bahasa daerah
Sangir.
 
Gereja Mulai Mengalami Kelemahan
13
Kunjungan-kunjungan singkat yang dilakukan oleh para pendeta-pendeta.
VOC menentukan untuk menempatkan seorang pendeta di Menado dan Sulawesi
Utara, namun usaha itu tidak di wujudkan dan hal inilah yang membuat gereja
mengalami kelemahan karena tidak ada yang membimbing dan mendewasakan
jemaat.

Agama Kristen Pada Masa VOC


            Pada masa VOC kekristenan belum meresap disebabkan kurangnya
kedewasaan Iman, tidak ada pendeta atau misionaris yang menetap untuk
membimbing dan mengarahkan orang Kristen. Sehingga orang Minahasa dan
Sangir-Talaud masih mempercayai kepada berhala.

Jemaat Terlantar ( 1789-1817 )


Sejak tahun 1789 tidak ada lagi pendeta yang berkunjung ke Sulawesi Utara,
dan jemaat-jemaat terlantar sampai tahun 1817, ketika Joseph Kam datang dari
Ambon. Ia membawa semangat baru dan orang-orang baru.
Mula-mula perkembangan agama Kristen di Sulawesi Utara memberi
harapan baik. Namun bagi orang-orang Portugis-Spanyol maupun Belanda, di
daerah ini merupakan daerah-daerah pinggiran dan sering terdapat peperangan dan
banyak orang yang meninggal.
Akibatnya Gereja di Minahasa dan di Sangir-Talaud sangat lemah, bahkan
mengalami kelantaran pada masa VOC.

Gereja Di Nusa Tenggara Timur (1556-Permulaan Abad Ke-19)


PERTEMUAN SELANJUTNYA

Pada abad ke 16 pulau-pulau Nusa Tenggara Timur, khususnya Timor,


sudah mempunyai hubungan dengan dunia luar sebab kayu cendana yang banyak
terdapat di sana. Kayu itu laku sekali di India dan Tiongkok. Setelah orang-orang
Portugis menemukan jalan ke Timor, mereka dengan cepat dapat memperoleh
kedudukan dalam perdagangan cendana.
Sekitar tahun 1550 kapal-kapal mereka setiap tahun datang ke Timor untuk
mengangkut barang yang berharga. Salah satu pusat mereka ialah pulau Solor, di 
sebelah Timur pulau Flores.
            Sejarah gereja di Nusa Tenggara Timur mulai tahun 1556 di mana pada
tahun itu, Peter Antonio Taveira membabtis 5.000 orang di Timor, dan juga banyak
orang di Flores, yakni di Larangtuka dan sekitarnya. Peter Antonio Taveira ini
adalah seorang anggota ordo Dominika.
Untuk seterusnya daerah NTT akan merupakan wilayah kerja ordo ini (di
Maluku: orang-orang Yesuit, di Sulawesi Utara:  orang-orang Yesuit kemudian
Fransiska). 
Ada juga kegiatan orang-orang awam yang tinggal di daerah itu. Seorang
saudagar membaptis beberapa ratus orang di Flores.
Untuk menjamin kehidupan jemaat ini orang-orang Kristen baru dan pater-
pater mengambil dua tindakan. Mereka mengirim dua orang pemuda ke Malaka
agar mendapatkan pendidikan di sana. Di harapkan supaya mereka, setelah pulang
ke tanah air, dapat menjadi guru bagi bangsa mereka sendiri. Seorang pater
bertindak sebagai kepala negara yang kecil sekitar benteng itu;  seorang awam 
14
diangkat olehnya sebagai panglima. Juga di pulau Ende (di sebelah selatan Flores)
dibangun benteng di bawah pimpinan pater-pater.
            Menjelang akhir abad ke-16, orang-orang yang dibaptis sudah berjumlah
sekitar 25.000 jiwa, pusatnya ialah benteng di Solor. Di sebelah barat benteng itu
terdapat perkampungan orang-orang Portugis dan orang-orang asing yang
beragama Katolik, kira-kira 2.000 orang.
Di sebelah timur terdapat perkampungan orang-orang pribumi Katolik, kira-
kira 1.000 orang. Masing-masing kelompok itu mempunyai gereja sendiri dan
merupakan paroki tersendiri. Tetapi keduanya di layani dalam bahasa Portugis.
Ada suatu sekolah di desa-desa di luar benteng ada juga gedung-gedung gereja
yang sederhana, yang semuanya di beri nama orang-orang Santo dari Eropa.
Jemaat jemaat ini merupakan suatu masyarakat Kriten Portugis yang dalam segala
hal diurus oleh pater pater Dominikan.

Misi Terpukul (1592-1599)


            Usaha-usaha di atas tidak membawa hasil yang diharapkan. Kedua pemuda
yang dididik di Malaka itu murtad  setelah pulang ke kampung mereka. Orang-
orang Kristen  di Solor terbagi atas dua kelompok yang sudah dari zaman dahulu
saling memusuhi (golongan “ Demon” dan golongan “paji” Ulisiwa dan Ulilima di
Maliku).  Dengan adanya hubungan gereja, negara yang begitu erat sehingga
berakibat pada missi gereja. Jemaat yang paling besar menjadi murtad; jemaat-
jemaat lain dirusakkan dan beberapa pastor mati dibunuh. Pekerjaan jalan terus
tetapi jumlah orang Kristen sangat berkurang.

Serangan orang-orang belanda(1613 br)


Beberapa tahun kemudian Misi mendapatkan pukulan lagi dengan datangnya
orang-orang Belanda. Pada tahun 1613 mereka ini merebut benteng Solor.
Sebaliknya kelompok Demon beragama Katolik dan memihak kepada orang-orang
Portugis. Dalam masa berikutnya, VOC dan orang-orang Portugis memperebutkan
wilayah NTT. 
Keadaan di solor Flores selama abad ke-17 menyerupai keadaan di Maluku
setengah abad  sebelumnya, waktu pergumulan antara orang-orang Portugis
dengan Ternate. Apabila orang-orang Portugis menang, pekerjaan misi maju;
apabila orang-orang Belanda bersekutu  mereka yang Islam unggul maka misi
mengalami kemunduran.

Pater-pater penguasa-penguasa duniawi


Para Pater bertindak sebagai pemimpin masyarakat Kristen, hal ini
disebabkan karena pemerintah Portugis jauh di Malaka, kemudian malah di Goa
atau Macao. Mereka membangun benteng-benteng, memimpin pertahanan
terhadap serangan-serangan musuh dan malah pengusahakan perluasan kekuasaan
Portugis di NTT dengan kekerasan senjata maupun dengan cara  damai.
Pada masa orang-orang Portugis di mana-mana di usir oleh Belanda, mereka
di sudut Nusantara ini mempertahankan suatu “negara” Portugis dan suatu
pangkalan Gereja Katolik-Roma. “Ibu kota” mereka ialah Larantuka,  di ujung
Timur pulau Flores apabila orang-orang Belanda yang membeli kayu cendana,
mereka harus berurusan dengan “pembesar imam”  di situ. Perdagangan itu
menjadi sumber untuk membiayai pekerjaan Misi, karena orang tidak dapat
mengharapkan lagi bantuan dari luar. Tetapi ada keluhan bahwa cara hidup para
15
peter Dominikah adalah sesuai dengan kedudukan mereka sebagai penguasa-
penguasa duniawi:  mereka menjadi kaya  dan tidak mengindahkan lagi janji.
Sejarah paus-paus dalam Abad pertengahan terulang secara kecil-kecilan di NTT
pada abad ke-17.

Misi kembali ke Timor (th 1640 –an)


Salah seorang “pembesar imam” pada zaman itu ialah Peter Antonio De San
Jacinto. Dialah yang bagi agama Katolik merebut kembali kedudukan di pulau
Timor. Ia menjabat sebagai wakil uskup berarti pemimpin Misi, di larantuka.
“Berlimpah-limpahnya kayu cendana yang datang dari Timor, desas-desus
yang semakin keras tentang adanya emas dan tembaga di Timor, tentulah
menimbulkan pikiran untuk berusaha merebut Timor baik secara rohani maupun
secara politik”. Tetapi dari Sulawesi Selatan  datang menyerbu kota larantuka, dan
penduduk melarikan melarikan diri ke gunung. Lalu Peter Jacinto mengajak
mereka dan menguatkan hati mereka supaya maju dan berjuang,  sambil
menjanjikan kepada mereka bantuan  ilahi guna mencapai kemenangan”.  Dan
mereka pun mengalahkan pasukan-pasukan penyerang.  Mereka ini lantas
merajalela di Timor. Dan sang peter berangkat ke sana. Ia menemukan orang-orang
Timor yang tertimpa bencana dan “melukiskan bencana-bencana itu sebagai akibat
mereka jalan salah dalam agama”( mereka masih menganut agama nenek moyang).
Dengan demikian di sini juga terbentuk suatu “corpus christianum
Portugis””. Dalam abad ke-18 pemerintah Portugis menyerahkan kembali
kekuasaannya atas daerah Timor dan Flores. Dili mengganti Larantuka sebagai
pusat pemerintahan dan misi.
 
VOC Di Solor (1613 br)
            Orang-orang Belanda merebut benteng di Solor pada tahun 1613. Di sana
mereka menemukan ribuan orang Kristen , dan oleh karena itu mereka segera
mengirim dua orang pendeta. Bagi Gereja Protestan, Solor akan menjadi suatu
Ambon yang kedua. Tetapi ternyata perkembangan di Solor lain dari pada Maluku
tengah. Orang-orang Belanda telah mengizinkan dua pater Dominikan untuk tetap
tinggal di Larantuka.  Mereka ini berhasil memelihara orang-orang Kristen hingga
tetap Katolik. Pulau-pulau Nusa Tenggara bagi kompeni tidak sepenting Maluku
dari sudut Ekonomis. Akibatnya, pulau Solor cuma mendapat perhatian VOC 
secara tersentak-sentak, dan pekabaran injil di sana tidak dapat berkembang.

Zending di Timor (1614,1617 br)


Pendeta pertama di Solor telah berusaha juga untuk menghubungi raja
kupang di Timor. Raja ini telah berunding dengan orang-orang Portugis tentang
peralihan agama, dan ia melanjutkan pembicara-pembicara itu dengan penguasa-
penguasa yang baru.
Walaupun orang-orang belanda di izinkan membangun benteng di Kupang,
dan tinggal di sana untuk seterusnya. Pada tahun 1670 dikirim lagi seorang pendeta
untuk menetap di Kupang. Tidak lama kemudian Ia meninggal. Tahun 1687
dikirim penggantinya Ia juga meninggal dalam waktu yang singkat.

16
Perluasan antara orang-orang Timor
Pada tahun-tahun 1670-an satu dua raja minta agar pengikut-pengikut
mereka di baptis. Untuk sementara waktu jumlah orang-orang Kristen masih kecil,
tidak melebihi 50-80 orang, termasuk anak-anak yang sudah di baptis juga orang-
orang belanda dalam benteng. Mereka di layani seorang penghibur orang-orang
sakita yang di tinggal di benteng; Hanya pada kunjungan-kunjungan itu sakramen-
sakramen di layankan delapan kali antara tahun 1688-1730.

Guru-guru pribumi
Pada tahun 1688 penghibur orang-orang sakit yang berdinas di benteng
menyerang  ke pihak Portugis. Dalam keadaan orang mengangkat seorang guru
pribumi, yang bernama Paulus (Paulus Kupang) menjadi pemimpin jemaat.
Pekerjaannya sederhana, karena orang-orang bukan pendeta tidak di perbolehkan
memakai bakat-bakat dan karunia-karunia mereka sendiri. Tetapi guru ini
menjalankan tugasnya dengan baik  sehingga Ia di angkatnya menjadi penghibur
orang-orang sakit. Tetapi sekurang-kurangnya statusnya menjadi sama dengan
sekelompok pekerja orang-orang Belanda. Setelah Ia meninggal (1716), seorang
guru dari Ambon mengganti dia. Namanya Amos Thenu, dan tentang dia orang
mencatat bahwa ia dapat berbicara bahasa Belanda dengan sangat baik. Sesudah
dia, jemaat di layani kembali oleh penghibur-penghibur orang-orang sakit
berkembangsaan Belanda.

Pertumbuhan dalam abad ke-18


Dalam abad ke-18, jumlah orang-orang Kristen di bagian Timor yang di
kuasai orang-orang Belanda akhirnya mulai naik: Dari 84 orang pada tahun 1719
-460 sepuluh tahun kemudian dan 1300 orang pada tahun 1953.  Pada tahun-tahun
1740-an juga ada gerakan masal kepada agama Kristen, dengan dipelopori oleh
salah seorang raja mereka.
Perkembangan inilah yang menyebabkan pimpinan gereja mengambil
keputusan untuk sekali lagi mengutus seorang pendeta ke kupang. Jemaat di Timor
di layani secara teratu selama sepuluh tahun (1753-1763).

Peristiwa Penfui
Dalam abad ke-18 suatu peristiwa Yang menunjukan kepada kita betapa
corak  berpikir dalam lingkungan portugis-Katolik sama dengan corak berpikir
dalam lingkungan belanda protestan. Pada tahun 1749, orang-orang Portugis
hendak menyerang Kupang dengan pasukan tentara yang kuat. Tetapi penghibur
orang sakit yang pada waktu itu bertugas dalam benteng, mengumpulkan seluruh
penduduk Kupang orang-orang Kristen, orang-orang Belanda, Merdeka, orang-
orang Roti sawu dan beberapa orang Timor. Di tempat itu berbicara dengan penuh
semangat dan dengan bernubuat ia menyampaikan cerita Gedeon yang di ambil
dari kitab Hakim-hakim 7:9 Ia mendorong para pendengarnya dengan kata-
kata:’jangan takut, percayalah kepada Allah Tuhan akan menyertai kamu asalkan
kamu tidak bimbang dan lari’’’. Dan menurut laporannya, ketika mereka
menyerang orang-orang portugis, bala tentara itu dalam sekejap mata menjadi
kacau balau, “satu massa manusia yang berkelahi  dan tidak lagi mengetahui siapa
lawan dan kawan. Tuhan membuat pedang yang seorang yang di araahkan kepada
yang lain Hakim-hakim 7:22. Yang pasti ialah bahwa kemenangan ini membuat

17
wibawa orang-orang Belanda naik di antara suku-suku setempat, dan dengan
demikian juga wibawa agama mereka yang justru pada tahum-tahun itu meluas.

Akhir zaman VOC


Dalam parohan kedua abad je-18, khususnya sesudah tahun 1770, VOC
tidak sanggup lagi untuk sungguh-sungguh memperhatikan ribuan orang Kristen
baru.  Tahun 1770 tidak ada lagi pendeta yang menetap di kupang dan kunjungan-
kunjungan pendeta mulai berkurang sehingga agama Kristen belum betul-betul
meresap dalam kehidupan masyarakat.
 
 
JEMAAT KRISTEN

- Ibadah diadakan secara terpisah pisah di beberapa kelompok tersendiri,


dilayani olerh kelompok itu sendiri.
Alasan :
 Kendala bahasa
 Pengaruh negatif orang orang Portugis asli
*) Terpisah menurut bahasa

- Tata Ibadah sama dengan tata ibadah yang di Eropa (khususnya Belanda),
antara lain
 Votum / Salam
 Nyanyian jemaat
 Pembacaan dasa titah
 Doa
 Baca Alkitab
 Kotbah
 Nyanyian jemaat (Perjamuan suci)
 Persembahan
 Doa
 Nyanyian
 Berkat (Doa Berkat)

- Terjemahan Brouwerius (1668)


Perjanjian Baru lengkap dalam bahasa Melayu (bahasa Melayu rendah =>
penguasaan bahasa lemah)
- Terjemahan Leijdecker ( 1733)
Memakai bahasa Melayu tinggi => Banyak mengandung bahasa Arab dan
Persia
*) Sulit dipahami dan di mengerti
Terjemahan ini dipakai oleh VOC sampai abad 20

- Pengembalaan
Gereja Roma Katolik => Fransiskus Xaverius
 Mengunjungi rumah jemaat
 Mengunjungi orang orang sakit
 Pengakuan iman rasuli

18
 Doa
 Baca Alkitab
 Petugas Missi terbatas dan kurang efektif

Gereja Kristen Protestan


 Kunjungan yang berhubungan dengan Sakramen Perjamuan
 Para penghibur orang sakit bertugas mendamping orang orang sakit di
rumah sakit
*) Hanya dapat dilakukan oleh gereja ayang memiliki Pendeta dan Majelis
*) Diluar pusat PI di lakukan oleh guru dan Pendeta

- Ada disiplin Gereja

Kesimpulan:
 Ibadah tidak memakai bahasa ibu mereka sendiri, melaikan dalam bentuk
bentuk impor dari Belanda.
 Alkitab hanya tersedia dalam bahasa Melayu
 Orang Kristen Indonesia tidak pernah ikut sakramen perjamuan kudus
 Tenaga pengembalaan atau yang melayani orang asing, kurang tenaga pribumi
yang berpendidikan.
 Displin gereja tidak dilaksanakan dengan sungguh sungguh, (khususnya bagi
penguasa yang melanggar)
 Orang Kristen pada masa itu belum dapat menjadi kesaksian yang kuat ke luar

Perubahan perubahan di Indonesia dan Di Eropa

Sebelum mengambarkan sejarah gereja di Indonesia pada abad ke 16 sampai abad


18, kita dapat meilhat kedua pihak yang bertemu dalam sejarah iayu orang
Indonesia dan orang Eropa. Pada abad ke 19 keadaan di Indonesia mengalami
perubahan yang cukup besar terutama:
1. Bidang agama, sebelum abad ke 15 mayoritas agama suku dan agama Hindu,
setelah abad 15 sebagian besar menganut agama Islam. Abad 18 sebagian besar
penduduk Indonesia sudah memeluk agama Islam (Perluasan agama Islam)
2. Bidang politik, Belanda memandang beberapa daerah sebagai wilayah
jajahannya (Perluasan kekuasaan Belanda)
3. Ketiga sikap terhadap penjajah, sejaka abad ke 16 mulai terjadi perlawanan
terhadap orang asing seperti (Perang Diponegoro di Jawa Tengah 1825-1830)
dan Perang Aceh (1873-1903), dan di daerah daerah lain, hal ini berpengaruh
dalam Pekabaran Injil. Agama Kristen sebagai agama orang Eropa , “agama
Belanda”.
4. Setelah VOC bubar tahun 1799, Pemerintah Belanda mulai mengurus daerah
yang dikuasai di Indonesia secara langsung. Tahun 1864 parlemen Belanda
menentukan kebijaksanaan politis di Indonesia. Hal ini juga yang mepengaruhi
agama Kristen dan penyiarannya di Indone sia.
5. Abad ke 18 di Eropa sudah timbul perubahan perubahan. Muncul Pencerahan
( salah satu ajarannya manusia harus berani berdiri sendiri, bebas dari semua
kuasa yg kepadanya ia takluk, seperti thd alam, adat istiadat, kebiasaan yang
berlaku dalam masyarakat dsbnya) dan Pietisme/Revival (aliran yang ingin

19
membaharui gereja, setiap oang kristen harus benar benar menghayati iman
mereka), nanti kedua hal ini punya peran dalam penyebaran Injil di Indonesia.

Gereja Protestan di Hindia Belanda (Indonesia)

- Tahun 1814 Joseph Kam bersama 2 rekannya tiba di Indonesia


- Ia pendeta pertama yang berhasil diutus diutus dari negeri Belanda ke
Indonesia.
- Ia diutus oleh badan Lembaga perkabaran injil.
- Di Indonesia di disuruh pemerintah bekerja di jemaat jemaat yang sejak jama
VOC telah diasuh oleh negara, kemudian hari di namakana Gereja Protestan di
Indonesia (GPI)
- Selama abad ke 19 dan awal abad 20, kegiatan kegiatan yang dilakukan orang
Kristen Protestan di Indonesia berlangsung dalam rangka 2 wadah besar:
 Gereja Protestan di Indonesia (GPI) meliputi orang kristen
berkebangsaan Eropa dan orang Kristen yang tinggal di Indonesia
 Lembaga lembaga P.I yang melakukan kegiatan zending di sejumlah
daerah lain.

- Pada awalnya kebijaksanaan pemerintah penjajah (Hindia Belanda) mengaku


sebgai pemerintahan Kristen, mereka hanya mengakui satu gereja saja. Hal ini
berubah sekitar tahun 1800 di nama di Eropa terjadi revolusi, dan berdirilah
pemerintahan baru yang berdasarkan azas azas pencerahan. Negara tidak lagi
campur tangan lagi dalam soal agama dan bersifat”netral”. Cita cita pencerahan
yang luhur itu ternyata tidak sesuai dengan kenyataan penjajahan.

- Tahun 1807 pemerintah menyatakan bahwa untuk selanjutnya di daerah daerah


jajahan berlaku kebebasan beragama. Tidak ada lagi gereja negaga, bahkan
negara tidak akan lagi memihak agama kristen. Ada 2 kenyataan yang
menghambat pelaksanaannya secara penuh:
 Masih terdapat sejumlah jemaat warisan VOC, pemerintah tidak bisa
melepaskan jemaat jemaat itu begitu saja.
 Pemerintah sadar bahwa orang yang beragama Islam lebih memusuhi
kekuasaan orang Belanda dari pada orang kristen. Maka sebaiknya
daerah daerah yang masih beragama sku masuk kristen. Bukan Islam.
- Pertimbangan pertama mendorong pemerintah untuk menciptakan Gereja
Protestan di Indonesia, pertimbangan ke dua menentukan sikap pemerintah
terhadap lembaga lembaga pekabaran Injil.
- Pada permulaan abad 19 keadaan jemaat Kristen di Indonesia tidak lah baik.
Pendeta tinggal beberapa orang saja, jumlah anggota jemaat mundur. Hanya di
Maluku agama Kristen mempunyai akar yang kuat, tetapi selama 13 tahun
jemaat Ambon tidak mempunyai pendeta. Hal ini diakibatkan karena perang
dan gereja di Belanda tidak sanggup membantu baik uang maupun tenaga.

- Gereja Protestan di Indonesia pada saat itu


 Diikat dan diperalat oleh negara

20
 Tidak memiliki tata gereja dan pengakuan iman sebagaimana layaknya
di miliki suatu gereja
 Tidak memberi suara kepada orang orang Indonesia yang berada
didalamnya dan secara resmi tidak mengaku bertanggungjawab atas
mereka yang masih diluar.

Dengan demikian GPI meneruskan keadaan yang berlaku pada zaman VOC,
khususnya sesudah tahun 1643, keadaan ini berlangsung terus sampai abad ke
20.
Namun pada zaman itu terdapat orang orang yang tidak mau dikurung (Joseph
Kam, Anthing, dll) oleh peraturan peraturannya. Mereka secara khusus
mencurahkan perhatiannya kepada orang orang Indonesia yang belum
mengenal Kristus. Mereka di jiwai semangat Pietisme.

LEMBAGA LEMBAGA PEKABARAN INJIL

- Pada abad 18 di Eropa muncul alairan baru yaitu Pencerahan dan


Pietisme/rivival, Berdiri dan bentuknya GPI dapat dipandang sebagai hasil
pengaruh pencerahan. Tetapi Pietisme/revival pun juga berpengaruh dalam
sejarah gereja di Indonesia, yakni melalui pekerjaan lembaga lembaga
pekabaran Injil.
- Abad ke 16 dan 17 gereja gereja Protestan belum maksimal dalam
melaksanakan pekabaran Injil.
- Pada abad ke 18 minat terhadap zending lebih besar berkat pengaruh Pietisme
dan revival. Salah satu gerakan ini adalah di Halle (Jerman) yang anatar lain
mengutus Ziegenbalg ke India selatan (1706). Pusat lain ialah jemaat Herrnhut
(saudara saudara dari Moravia) yang didirikan sekitar tahun 1725 di Jerman di
bawah pimpinan Von Zinzendorf.
- Orang orang Herrnhut pergi PI ke segala penjuru bahkan ketempat yang paling
sulit dan bahaya. Pada tahun 1743 ada yang datang di Indonesia tetapi mereka
ditolak oleh VOC karena gaya gaya mereka yang tidak cocok dengan suasana
gereja yang statis.

Lembaga lembaga Pekabaran Injil


1. Di Inggris, Baptist Missionary Society 1792
2. Di Inggris, London Missionary Society 1792
3. Di Belanda, Nederlands Zendelinggenootshap (NZG, 1797)
4. Di Belanda, Nederlandse Zendingsvereniging (NZV, 1859) dan lembaga
utusan utusan Injil lainnya
5. Di Jerman, Rheinische Missionsgesellschaft (RMG, 1828)
6. Di Indonesia Orang Kristen yang tidak puas dgn PGI membentuk Lembaga
Alkitab (1814), serta lembaga PI di Batavia (1815), di Suabaya (1815) dan
tempat lainnya. Dan ada perseorangan yang mempraksai kegiatan PI (Misalnya
Janicke dan Gossner di Jerman dan Heldring di Nederland.

21
Ciri ciri Lembaga Pekabaran Injil
1. Kebanyakan lembaga lembaga tersebut tidak mengikatkan diri kepada gereja
tertentu.
2. Yang diutus adalah orang orang yang sederhana dan mau bekerja keras
3. Yang diutus mengerti betul tentang pertobatan, pengenalan akan Kristus

Disini sering kendala dalam hal kebudayaan, para zending berusaha memasukan
peradaban dari barat (Eropa dan Indonesia, peadaban Barat dan peradaban Timur)

Bagaimana hubungan Zending dengan pemerintah Hindia Belanda ?? Secara


hukum hubungan ini diatur dalam Aturan Pemerintah (Regeringsreglement, 1854)
aturan ini menegaskan kebebasan beragama, tetapi dalam peratuiran tersebut orang
yang melakukan PI di Indonesia harus mendapatkan ijin dari pemerintah Hindia
Belanda.
Hal ini sering kali dipakai untuk mepersulit malah melarang usaha PI di daerah
daerah tertentu. Untuk daerah yang beragama suku pemerintah memberi dukungan,
tujuan zending dipakai sebagai alat untuk mendukung penjajahan.

Catatan : Hubungan anatara lembaga lembaga PI dengan pemerintah kolonial tidak


pernah menjadi rukun seratus persen

JEMAAT JEMAAT DI JAWA SAMPAI SAAT PIMPINAN DI AMBIL


ALIH OLEH ZENDING
( + 1830-1860 )

Sampai abad ke 18 sebagaian besar Pulau Jawa dikuasai orang orang Belanda
secara langsung
VOC bubar pada tahun 1799

Belanda berkuasa tahun 1816


- Belanda mengadakan tanam paksa (penjajahan)
- Lembaga – lembaga Zending tidak diberi ijin, bahakan sering menghalangi
rintangan dan hambatan
- Agama
 Abad ke 16 pulau Jawa sudah diislamkan
 Budaya sebelum Islam datang, masih dipertahankan
 Adat istiadat sangat kuat (khususnya di pedesaan)
 Kebatinan masih ada dalam masyarakat ( Jatim & Jateng )
 Tahun 1815 => orang Kristen terdapat pada golongan orang –orang bukan
Jawa (seperti orang Indonesia Timur)

22
 Orang Kristen terdapat di sekitar pantai utara (Surabaya, Semarang, Batavia
(Jakarta))
 Orang Kristen ada di pedusunan, biasanya para pengusaha.
 Orang Kristen tidak terpanggil PI
(Contoh jemaat Depok => dilarang bergaul dengan desa tetangga yang
beragama Islam)
 Gereja (GPI) tidak melakukan PI dan tidak mengijinkan lembaga PI dari
Eropa untuk PI
 Pekabaran Injil dilakukan oleh perorangan
Contoh:
- Bapa Emde (1851) di Surabaya
- Coolen (1830) Ngoro
- Ny Philips (istri pengusaha) (1850) di Jawa Tengah
- Mr Anthing (1850) Batavia
- Paulus Tosari (1813-1882)
- Tunggul Wulung (1803-1884)
- Sadrach (1840-1924)
J. Emde (1774-1850)
- Seorang Pietis dari Jerman
- Menetap di Surabaya, bekerja sebagai tukang arloji
- Dikunjungi Joseph Kam => membangkitkan jiwa missi
- Mendirikan perkumpulan PI (1815)
- Mengadakan kumpulan keagamaan di rumahnya
- Meminta kepada Brucker menterjemahkan Perjanjian Baru ke bahasa Jawa
- Terjemahan selesai dicetak pada tahun 1831 => disita pemerintah
- Di penjara karena melakukan PI
- Kurang mendapat sambutan dari kalangan Jawa
Coolen (1775 – 1873)
- Warga negara Belanda, ibunya bangsawan Jawa
- Mewarisi tradisi kebudayaan jawa seperti: Wayang, Gamelan (musik), tari-
tarian Jawa.
- Punya jiwa sosial
- Menerima orang jahat dan membimbing untuk memperbaiki diri => “Ilmu
Kristen”
- Pada hari minggu ibadah di pendopo rumahnya
- Tidak ada sakramen
- Gaya Jawa
Kelompok Wiung
- Desa Wiung, terletak tidak jauh dari Surabaya
- Ada kelompok orang taat beragama
- Berkumpul di rumah pak Dasimah (seorang Modin)

23
- Satu anggota kelompok mendapat buku dari perempuan keturunan Eropa. Isi
buku tersebut : “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus (Markus 1:1)
awalnya tidak suka akan isinya, kemudian menjadi pokok pembicaraan dalam
kelompoknya.
- Tahun 1834 => seorang anggota kelompok bertemu dengan kyai yang telah
berguru dengan Coolen. Rapal = Kedua belas pasal Iman
- Pak dasimah pergi ke Ngoro => “Toyo Wening, Air Jernih (hidup)
- Pekabaran Injil melalui Wayang.

Perbedaan Emde dan Coolen

Emde Coolen
- Orang-orang kota - Wujud Jawa
- Biasanya PRT (pembantu org - Derajat sama
Belanda) - Pendekatan dengan budaya Jawa
- Dibaptis
- Adat istiadat Eropa
Potong rambut
pakai celana
melepas keris
tidak boleh nonton wayang
mendengar gamelan, selamatan
dsbnya

Pekabaran Injil dan Gereja gereja di Jawa Tengah tahun 1870-an


Keadaan umum
- Sebagian besar penduduk beragama Islam, khususnya di bagian Utara
- Tradisi kejawwen masih kokoh khusus di bagian selatan
- Dalam abad ke 20 memiliki fasilitas pendidikan yang sudah maju

- Injil paling pertamna dibawa oleh orang Eropa lalu oleh orang pribumi
disampaikan kepada teman teman sebangsanya, tanpa campur tangan lembaga
lembaga.
- Kristen di Jawa bersifat sinkretisme sehingga memerlukan bimbingan dari
pihak orang luar
- Ada tiga badan gereja yang memiliki corak khas dan ternyata sulit bersatu
(sending kontinental (Kalangan Kristen tradisional di Eropa), Gereja Roma
Katholik dan golongan Protestan (Amerika) seperti Pentakosta dan Adventis.
- DoopSgezinde Zendingsvereniging (DZV) perhimpunan PI menonit dari negeri
Belanda, ciri khas:
 menjauhi politik dan budaya, menentang pemakaian kekerasan (tidak
masuk tentara)
 mementingkan otonomi jemaat jemaat tersendiri

24
 mempertahankan disiplin gereja yang ketat
 baptis sesudah dewasa (sesudah sidi)

- Utusan pertama DZV adalah P. Jansz (1820-1904)


- Guru SD di Belanda meminta diutus ke Jawa
- Bulan Desember 1851 tiba di Semarang
- Diberi tanah oleh pemilik tanah di Cumbring dekat Jepara untuk
mendirikan sekolah dan mengabarkan Injil kepada buruh perkebunan
berjumlah 7.000 orang.
- Tuan Eropa beranggapan bahwa Injil harus semacam obat penenang bagi
buruhnya., ketika pemberitaan bahwa P. Janzs berwatak lain, hubungan
mereka terputus.
- Tahun 1864 P. Jansz menetap di Jepara, bbrp tahun kemudian dia bentrok
dengan pemerintah karena sehelai selebaran berbahasa Jawa yang
bertemakan: “Kerajaan Allah sudah dekat, Bertobatlah dan percaya
kepada Injil” di anggap sebagai gangguan keamanan dan ketertiban.
- Akibatnya:
 Ijin PI di caut oleh pemerintah dan bupati Jepara dan Pati, tetapi ia
melanjutkan pekerjaannya karena campur tangan dr pemerintah
Belanda
 Hubungan dengan NZG agak buruk karena perbedaan paham
mengenai baptisan anak-anak, yang paling konflik dan merugikan
pekerjaannya ialah dengan Tunggul Wulung.
 Tahun 1854 tokok Kristen (Tunggul Wulung) mendatangi Janzs minta
dibaptis, karena dipandang Iman Kristen Tunggul Wulung terlalu
unsur kejawen sehingga permintaannya di tolak.
- Tunggul Wulung dibaptis oleh Jellesma di Mojowarno, dan menetap di
daerah yang sama denga Janzs dan tidak setuju jika pengikutnya yang
jauh lerbih banyak dimasukan ke dalam kawanan domba zendeling.
Pengikutnya lebih banyak dari pada orang dibatis Jansz, dan diberi
julukan “orang Kristen Londo” karena diharuskan meninggalkan
kebiasaan kebiasaan Jawa seperti menonton wayang, ketoprak, dan lain
lain.
- Meski menghadapi perlawan P. Jansz tetap menghasilkan karya, ha;l
tersebut dapat dilihat dengan hasil karya PI yang di lakukan oleh NZV di
Jawa Barat (Metode PI Jansz dapat dilihat di Buku Ragi Carita 2 Hal.
232-233)

GITJ berdiri Sendiri


- Tahun 1925 para zendeling menganggap bahwa jemaat Margorejo sudah
matang untuk berdiri sendiri di bawah pimpinan seorang pendeta Jawa. Tetapi
masih belum bisa berdiri sendiri secara keuangan.
- Tahun 1940 sebagian tenaga DZV bangsa Jerman ditawan akibat serangan
Jerman ke Belanda, dengan peristiwa ini gereja didorong untuk secepatnya
menjadi dewasa.
- Pada tanggal 30 Mei 1940 hasil musyawarah jemaat terbentuklah “Patunggilan
Pasamuwan Kristen Tata Indjil Ing Karesidenan Pati, Kudus, dan Djepara
(Persekutuan Jemaat Kristen berdasarkan Injil dst..)

25
- Pada tahun 1956 mana Patunggilan di ubah menjadi “Gereja Injili di Tanah
Jawa”

Zending Salatiga
- Zending Salatiga melayani di daerah Jawa Tengah Utara, bentuk kerjasama
antara Ermelo dan Neukirchener Mission.
- Kedatangan utusan Injil didahului dengan munculnya jemaat Kristen Jawa
berkat kegiatan orang swasta yakni nyony6a Le Jolle istri seorang pegawai
pekebunan dekat Salatiga, bersama dengan seorang jemaat Mojowarno,
bernama Petrus Sedoyo., Ia menyebarkan injil ditengah buruh perkebunan.
- Zending Salatiga mempunyai ciri ciri umum zending pietis tetapi dengan warna
khas. Mereka tidak mau bergantung kepada pengurus tanah air secara
keuangan maupun secara organisasi. Mereke menekankan otonomi jemaat-
jemaat (Kongregasionalisme) dan mementingkan penyebaran Injil seluas
mungkin. ( mulai dari Salatiga, Tegal, samapai ke Bojonegoro)

Penyebaran Injil di Jawa Tengah Selatan


- Dimulai oleh ny Philips di Banyumas dan diteruskan oleh Sadrach
(sebelumnya Sadrach berada di lingkungan Tunggul Wulung) metode yang
dipakai dalam penyiaran ajaran Kristen dalam bentuk kejawen atau lebih
tepatnya dihayati dan diungkapkannya imannya sebagai seorang Jawa tulen.
(model kekristenan spt Sadrach banyak yang menolak)
- Satu satunya utusan zending yang mau menerima Sadrach adalah J. Wilhelm
(1881-1892), Sadrach bersedia untuk membiarkan Wilhelm membimbing
jemaat jemaat dalam hal korohanian dan organisasi.
- Tahun 1890 an terjadi peristiwa yang mempengaruhi perkembangan agama
Kristen di Jawa Tengah:
1. NGZV menganggap Sadrach sesat (Sinkritisme) dan tidak dipekenankan
lagi menjadi pemimpin jemaat Kristen di Jawa. Terakhir Sadrach
mencari hubungan dengan Gereja Kerasulan dan diangkat sebagai rasul
untuk pulau Jawa.
2. Tahun 1894 NGZV menyerahkan karya zending yang
diselenggarakannya di jawa Tengah kepada ZGKN (Zending der
Gereformeerde Kerkem in Nederland). Dan mulai tahun 1900 PI mulai
mancar
- Azas-azas Zending Pietis pada abad ke 19
1. Tujuan PI ialah kemuliaan Allah
2. Yang menjalankan PI ialah jemaat setempat (bukan kelompok/sahabat
Zending)
3. Utusan utusan haruslah pelayan firman yang berpendidikan akademis dan
yang berhak penuh penuh di dalam gereja
4. Usaha zending tidak pertama tama diarahkan kepada orang per orang
tetapi kepada bangsa /suku
5. Orang masuk kristen secepatnya mungkin dikumpulkan menjadi jemaat
yang setingkat dengan jemaat induk di Belanda.
6. Akhirnya zending Gereformeerd mengadakan perbedaan tajam antara
pelayanan Firman (pengabaran Injil), pelayanan bidang kesehatan,
pendidikan, dll

26
Ciri-ciri Zending Gereformeerd
- Sesuai dengan suasana Gereja Rereformeerd di negeri Belanda sendiri, ZGKN
relatif lebih cepat bersedia mengakui kelompok kelompok orang Kristen baru
sebagai jemaat yang sungguh sungguh berdiri.
- Tata ibadah dan pengakuan iman , jemaat Jawa mendapat cap Gereformeerd.
- Ditanamkan tradisi memakai kitab Mazmur dan nyanyian gereja.
- Formulir formulir dibaca pada pelayanan sakramen dan cdara merayakan sama
dengan di negeri Belanda.
- Di Jawa Tengah Katekimus dinyatakan sebagai pedoman untuk menjelaskan
dasar gereja yaitu: Alkitab, Pelayanan Firman diharuskan menandatangani tata
gereja tahun 1932.

Gereja Kristen Jawa (GKJ)


- Lahirnya Gereja Kristen Jawa (GKJ) berlangsung secara berangsur angsur.
Mulai tahun 1900 (Purworejo) lalu tahun 1911 (Glonggong, didaerah
Kebumen) jemaat demi jemaat dinyatakan berdiri sendiri, berarti diangkat
majelisnya, sehingga seterusnya paling tidak secara formal tidak lagi dibawah
zending.
- Tahun 1926 guru Sopater ditahbiskan menjadi pendeta Jawa yang pertama.
Pada tahun 1938 sudah ada 13 orang pendeta.
- Pendidikan khusus para penghantar jemaat sudah ada sejak 1906, tahun 1925
sudah ada kursus teologia dalam bahasa Belanda, yang kemudian ditingkatkan
karena calon siswa harus berijazah MULO atau sekolah pendidikan guru.
- Antara tahun 1906 – 1929 pendidikan teologi berada ditangan Dr.D. Bakker,
dalam tahun 1920 an jemaat di sana sini mengadakan parat rapat bersama yang
pada tahun 1927 mendapat status klasis.
- Pada tahun 1931 ke 31 jemaat yang sudah berdiri sendiri berkumpul
mengadakan sinode pertama. Dengan demikian lahirkan Pasamoewan
Gereformeerd Djawi Tengah (Gereja Gereformeerd Jawa Tengah) beberapa
tahun kemudian sebutan “Gereformeerd” menjadi “Kristen” Kejadian GKJ itu
berbeda peristiwa serupa didaerah lain.
- Jemaat yang belum mempunyai majelis tetap berada di bawah perwalian
zending, tetapi satu demi satu jemaat itu masuk ke dalam tubuh gereja itu.
- Sebelum tahun 1940 GKJ meluas sampai Sumatera Selatan, tahun 1938 sinode
GKJ menerima daerah Lampung sebagai lapangan PI
- Sejak tahun 1905 di daerah tersebut tinggal sebagian besar transmigran dari
Jawa Pdt. J.S Hardjowasito merintis pekerjaan di tengah mereka sebagai utusan
GKJ.
- Tahun 1952 berdiri klasis Sumatera Selatan GKJ.
- Gereja di Lambung berkembang terus dan meluas ke daerah daerah lain di
Sumatera bagian selatan. Pada tahun 1987 gereja ini berdiri sendiri dengan
nama Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS).
- Perang dunia II membawa persoalan bagi GKJ, GKJ tidak mendapat pelayanan
tenaga bangsa Jerman, sampai tahun 1940 tidak ada tenaga Eropa yang di
tawan. Sebaliknya tahun 1942/1943 mereka semua di tawan oleh tentara
Jepang.
27
- Berkat organisasi yang rapi dan mandiri yang nyata, penahanan pendeta
pendeta bangsa Belanda tidak membawa kesulitan seperti di tanah Jawa
Tengah Utara.
- Berbeda dengan GKJW sesudah perang GKJ bersedia kembali menerima
tenaga pembantu dari Belanda, tetapi harus ada berjanji tidak akan melakukan
kegiatan dikalangan bukan Kristen dan tidsak ikut campur soal soal intern
(Perjanjian Kwitang, 1947).
- GKJ lebih dari induknya Belanda bersedia untuk kerjasama dengan gereja lain,
menjadi anggota Dewan Gereja se-Dunia (1948) dan DGI (1950) mendukung
STT Jakarta (1954) dan menyetujui penyatuan Sekolah Teologi di Yogya yaitu
“Bale Wiyata” milik GKJW.
- Tahun 1964, GKJ membuka jabatan bagi wanita.

Gereja Kristen Indonesia ( GKI ) di Jawa Tengah


- Di Jawa Tengah sama seperti di Jawa Barat, di kalangan orang Tionghoa
penyebaran agama Kristen bertolak dari salah satu dari mereka yakni: Khouw
Tek San di Purbolinggo. Ia menjadi kristen setelah mendengar pemberitaan
Gan Kui dan tahun 1866 ia di baptis.
- Dan pula pengaruh dari PI Metodis di Jabar dan Jatim.
- ZGKN sama seperti zending Salatiga, mengutakan pekabaran injil ke orang
Jawa, tetapi ada pula sejumlah orang Tionghoa yang masuk Kristen.
- ZGKN tidak mendirikan jemaat jemaat tersendiri bagi orang Tionghoa karena
menolak pemisahan orang Kristen menurut ras (suku), tetapi orang Kristen
Tionghoa membentuk kelompok kelompok sendiri juga , tetapi berdasarkan
asas bahasa (Melayu).
- Karya pekabaran Injil di kalangan orang Tionghoa ditanggung oleh jemaat
jemaat Gereformeerd bangsa Eropa di Jawa Tengah. Golonga Tionghua tidak
sekuat di Jabar, tahun 1936 dikumpulkan menjadi klasis tersendiri.
- Sesudah perang dunia (1945) klasis ini bergabung dengan klasis yang telah
berdiri di Jawa Tengah Utara menjadi satu gereja, pada tahun 1956 mengambil
nama Gereja Kristen Indonesia Jawa Tengah.
- Gereja Gereformeerd di jakarta (Kwitang) dan di Bandung (1958) bergabung
dengan gereja tersebut.
- Pada tahun 1988 GKI Jabar dan GKI Jatim meleburkan diri dalam GKI.

GEREJA KRISTEN MURIA INDONESIA (GKMI)


- Di Jawa Tengah bagian utara terdapat pula jemaat jemaat Tionghoa lahir dari
karya DZV (Mennonite), jemaat tersebut mulai berdiri sejak permulaan abad
ke 20.
- Jemaat Kudus yang pertama berdiri sendiri tahun 1927, pada tahun 1939
jemaat jemaat Tionghua di sekitar gunung Muria membentuk satu klasis, dan
praktek segera fungsi sebgai gereja tersendiri.
- Tahun 1958 di ganti menjadi Gereja Kristen Muria Indonesia, nama “Muria”
sebagai nama tambahan yang mengacuke warisan Mennonite yang mau
dipelihara. GKMI bersedia untuk bergabung dengan GKI Jateng.
- Tahun 1958, GKMI menerima pengakuan iman yang merupakan saduran
pengakuan iman Mennonite Generasl Conference di AS, Sadurananya

28
mencerminkan perkembangan golongan Mennonite di Indonesia. (Catatan;
Mennonite ada larangan bersumpah)

Perkabaran Injil dan Gereja di Sumba

Latar belakang
- Pulau Sumba sampai pertengahan abad ke-19 belum mengalami pengaruh
Belanda. Daerahnya terbagi atas sejumlah besar kerajaan. Dalam paroan kedua
abad ke-19, keadaan di Sumba Timur kacau dan kurang aman, sedangkan
daerah Sumba Barat agak tenang.
- Kedua daerah itu berbeda pula dalam hal bahasa dan kebudayaan. Di antara
orang Sumba asli tidak menganut agama Islam, namun ia menyakini agama
suku mereka sendiri yang  juga di sebut agama “Marapu”, yang artinya, (Dewa,
roh).
- Adapun juga tiga tingat tanda perbedaan yang tajam antara susunan
masyarakat, yaitu: Para pembesar, orang merdeka, dan kaum budak. 

Awal mula agama Kristen di Sumba


- Awal mula agama Kristen di Sumba nerupakan hasil upaya Residen Esser di
Kupang bersama dengan raja Sawu, ia mengatur transmigrasi sejumlah orang
Sawu ke Sumba.
- Dengan kehadiran mereka berharap agar peperangan dan perampokan budak
berkurang.
- Pada tahun 1881, NGZV mengutus seorang zendeling bernama J.J. van Alphen
ke Sumba.
- Ia mendesakkan lembaga-lembaga zending agar memulai perkabaran Injil di
Sumba supaya hati orang Sumba bisa berubah.
- Van Alphen menetap di tengah orang Sawu di Melolo sejak 6 september 1881
dengan harapan bahwa tempat itu bisa menjadi pangkalan perkabaran Injil di
kalangan orang Sumba asli.

Hambatan-hambatan
1. Orang Sumba tidak mau mendengarkan Injil.
2. Orang Sumba bermusuhan dengan orang Sawu.
3. Salah seorang missionaris harus mengasuh  jemaat orang Sawu sambil
menjalin hubungan dengan orang Sumba.

- Sementara itu misi pun menetap di Sumba, tetapi mundur lagi karena hasil
usahanya kurang. (mulai lagi secara resmi 1931).
- Pada tanggal 30 september 1907, setelah dua kali rumah zendeling di bakar, di
buka pos pertama dalam lingkungan orang Sumba asli.
- Itupun pekerjaan paling lancar di Sumba Barat. Selama masa pertama,
pendidikan sekolah merupakan cabang karya zending yang paling penting,
disebabkan kebijakan pemerintah, yang menyerahkan bidang itu kepada
zending.
- Untuk sementara masyarakat Sumba masih mengadakan perlawanan sengit,
berkali-kali rumah seorang Pendeta dan gedung sekolah dibakar, hal itu tidak
membuatnya merasa putus asa, ia tetap mengabarkan injil.

29
- Lalu dengan kerinduan hatinya zending mendatangkan Guru-guru dari Ambon,
Rote dan Sawu, untuk dibimbing agar mengabarkan Injil kepada setiap orang
dalam maupun orang luar sekolah.

- Zending Gereformeerd bermaksud hendak menciptakan prasarana bagi Gereja


yang mandiri. Akan tetapi di Sumba proses ini tidak berlangsung dengan cepat
seperti di Jawa Tengah.
- Pada tahun 1931 jemaat Melolo memanggil seorang guru Injil agar menjadi
pendetanya. Akan tetapi, dua pendeta utusan menyatakan kepada guru Injil
tersebut bahwa Melolo belum matang secara rohani dan financial.
- Dengan demikian di tengah-tengah kesusahan, kehidupan jemaat-jemaat
berlangsung terus, dengan dipimpin oleh guru-guru Injil dan pendeta Sumba.
- Dan adanya perang dunia II mempercepat proses kearah kemandirian Gereja.
- Pada permulaan tahun 1946, para pendeta zending kembali ke Sumba dan
untuk sementara mereka mengambil alih pimpinan. Namun, perkembangan di
Sumba terdorong oleh kejadian di dalam Gereja Indonesia Timur pada
umumnya.

- Dalam rangka persiapan Konferensi Gereja-gereja di Indonesia Timur di


Malino jemaat-jemaat di sumba turut diundang.
- Itulah yang menjadi Sinode pertama Gereja Kristen Sumba (GKS Januari
1947).
- GKS yang mandiri meneruskan kerjasama dengan zending Gereformeerde
Kerken.
- Dalam proses yang berlangsung sekitar 10 tahun, peranan para pendeta zending
beerubah dari pemimpin menjadi pembantu dan penasehat. Dalam tahun-tahun
1960-an dan 1970-an, GKS dan zending mengupayakan memajukan pertanian
di Sumba yang merupakan daerah minus itu,antara lain melalui Pusat Latihan
Petani Kristen (1966). 

Tantangan-tantangan
- Zending tidak mau mengasingkan Orang Kristen dari masyarakatnya, tetapi
membiarkan mereka tetap tinggal di kampungnya.
- Walaupun persekutuan kampung yang pada hakikatnya bersifat religius itu
masih kuat sekali, lebih-lebih di pulau Sumba yang terpencil dan kurang
pengaruh oleh modernisasi.
- Di pihak lain, upacara-upacara yang di adakan oleh persekutuan kampung itu
merupakan godaan besar bagi mereka. Apalagi daging dari kurban itu di antar
ke rumah-rumah mereka. Para zendeling tidak sepakat mengenai hal itu.
- Tetapi mereka merasa sulit untuk menjelaskan larangan menerima daging itu
sedemikian rupa, hingga bagi orang Kristen larangan itu menjadi perkara hati
dan tidak merupakan hukum yang mematikan.
- Dalam hal inipun para zendeling sendiri tidak seratus persen sepakat, dan
ternyata sulit untuk menyakinkan orang Sumba tentang kekeliruan perkawinan
poligami. Terhadap pemukulan gong dan tari-tarian tradisional, zending
mengambil sikap hati-hati, dan hal-hal itu diperbolehkan kecuali kalau ada
hubungan langsung dengan penyembahan dewa.

30
- Lalu bagaimana jika mereka tidak ikut serta dalam upacara itu? Ia harus berani
meninggalkan kebiasannya walaupun itu sulit, namun hal itu harus di
hilangkan dari sedikit-sedikit dari kebiasaan adat itu.

Perpecahan
- Kedua persoalan diatas merupakan tantangan bagi gereja dan menimbulkan
perpecahan. Sebagian besar orang Kristen Sumba Timur mengikuti dia. Ketika
pendeta tersebut diberhentikan oleh klasis di Nederland yang telah mengutus
dia, maka mereka memisahkan diri dari jemaat-jemaat zending dan membentuk
jemaat-jemaat sendiri.
- Pada tahun 1953 berlangsunglah perpecahan dalam lingkungan Gereja itu,
sehingga berdirilah dua gereja bebas.
- Dengan demikian Gereja Kristen Sumba menghadapi pula tantangan dari pihak
misi, yang pada tahun 1931 kembali ke Sumba dan menangani pekerjaan
secara besar-besaran. Sumba merupakan daerah yang sulit bagi zending, karena
di sebabkan adanya faktor kesukuan (Sumba-Sawu). 

GERAKAN PENTAKOSTA DI INDONESIA


 
- Gereja-gereja Pantekosta di Indonesia berasal dari gerakan Pentakosta yang
timbul di Amerika Utara sekitar tahun 1906.
- Gerakan ini awalnya muncul dalam Gerakan Methodis yang berkeinginan
untuk kembali kepada kegairahan dan kesederhanaan yang menekankan
kembali kepada pertobatan secara mendadak yang menjadi cita-cita dalam
kebangunan Methodis dan kesempurnaan Kristen seperti yang dianjurkan
dalam Teologi Wesley.
- Dalam perkembangnya penganut gerakan ini keluar dari Gereja Methodis dan
membentuk organisasi tersendiri.
- Pada tahun 1900 salah seorang tokoh gerakan tersebut, Ch. F. Parham
mengembangkan 3 pokok ajaran yang kemudian hari menjadi ciri gerakan
Pentakosta pada umumnya, yaitu tekanan pada:
 Eskatologi
 baptisan dengan Roh
 karunia-karunia Roh, khususnya karunia lidah, sebagai tanda seseorang
telah menerima baptisan Roh.
 
- Gerakan ini dengan cepat menyebar ke seluruh wilayah Amerika Serikat dan
negara-negara lain.
- Menurut data, pada tahun 1972 pengikut aliran Pentakosta di seluruh dunia
sudah mencapai 20 juta orang.
- Gereja Pentakosta mempunyai ciri-ciri yang sama di seluruh dunia, antara lain:
kebaktian yang serba bebas, pemakaian Alkitab secara “spontan”, tak
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, pembangunan jemaat melalui kegiatan
kebangunan rohani yang meliputi dorongan untuk bertobat dan hidup suci, dan
anggapan bahwa dalam lingkungan jemaat perlu ada karunia lidah dan karunia
kesembuhan sebagai tanda-tanda kesucian.

31
- Sesuai watak gerakan Pentakosta yang bersifat spontan dan tidak memiliki
organisasi yang ketat, gerakan itu secara tidak terencana masuk ke Indonesia
dibawa oleh pedagang asal Inggris, J. Barnhard yang kemudian menetap di
Temanggung, Jawa Tengah.
- Dari Temanggung, gerakan ini menyebar ke beberapa kota di Jawa, seperti
Cepu dan Surakarta.
- Mulai tahun 1922, ajaran Pentakosta dibawa ke sana oleh Cornelius E.
Groesbeck dan Richard van Klaveren, yang diutus oleh Bethel Temple dari
Seatle, Amerika Serikat.
- Pada tahun 1923, tepatnya pada tanggal 19 Maret 1923 di Cepu
berdiri Vereninging De Pinkstergemeente In Nederlandsch Oost Indie (Jemaat
Pentakosta di Hindia Timur Belanda).
- Dan pada tanggal 30 Maret 1923, badan tersebut mendapat SK Gubernur
Hindia Belanda dengan Badan Hukum No. 2924, tertanggal 4 Juni 1923 di
Cipanas, Jawa Barat, serta diakui sebagai Kerkgenootscap (Badan
Gereja) dengan Beslit No. 33, Staatblad No. 368. 
- Perkembangan selanjutnya, gerakan ini dengan cepat menyebar dari Surabaya
ke seluruh Jawa Timur, Sumatera Utara, Minahasa, Maluku dan Irian.

- Pada tahun 1937 jemaat tersebut berganti nama menjadi De Pinksterkerk in


Nederlands Oost Indie (Gereja Pentakosta di HTB), dan sejak tahun 1942
mulai disebut Gereja Pentakosta di Indonesia (GPdI).
- Para pemimpin kemudian membentuk Pinksterconvent (Sidang
Pentakosta) semacam badan pengurus yang bersifat longgar, sesuai dengan
gagasan Pentakosta mengenai organisasi gereja yang
berjiwa kongregasionalistis.
- Seiring dengan kemajuan organisasi tersebut, ketidakcocokan di antara
pengurus mulai nampak, dengan pokok persoalannya antara lain:
a. Ajaran Yesus Only yang menganggap Nama Yesus meliputi tiga pribadi
Trinitas, sehingga pembaptisan cukup kalau dilakukan dalam nama Yesus
saja. Ajaran ini dibawa masuk dari Amerika Serikat oleh van Gessel.
b. Ada tidaknya hak seorang perempuan untuk memegang kedudukan
kepemimpinan dalam gereja.
c. Hubungan antara jemaat setempat dengan organisasi pusat, misalnya
dalam hal milik gereja.
d. Prestise suku atau individual.
 
Keempat faktor tersebutlah yang menyebabkan terjadinya rentetan perpecahan
sehingga menyebabkan jumlah gereja Pentakosta dari 1 nama gereja menjadi 25
nama gereja. Ini dapat dilihat dari beberapa pendeta yang keluar memisahkan diri
dari organisasi gereja Pentakosta dan mendirikan gereja baru, seperti:
a.   J. Thiessen pada tahun 1923 keluar dan mendirikan Pinksterbeweging,
kemudian dikenal dengan nama Gereja Gerakan Pentakosta (GGP).
b.   M.A. van Alt pada tahun 1931 keluar dan mendirikan De Pinkerster
Zending, kini dikenal dengan nama Gereja Utusan Pentakosta (GUP).
c.   F. van Akoude pada tahun 1931 keluar dan mendirikan Gemeente van God,
kemudian hari dikenal dengan nama Gereja Sidang Jemaat Allah.

32
d.   Pdt. D. Sinaga pada tahun 1941 keluar dan mendirikan Gereja Pentakosta
Sumatera Utara (GPSU) atau dikenal dengan nama GPdI-Sinaga.
e.    Pdt. Tan Hok Tjwan pada tahun 1946 keluar dan mendirikan Sing Ling Kau
Hwee yang kini dikenal dengan nama Gereja Isa Almasih (GIA).
f.    Pdt. Renatua Siburian pada tahun 1948 keluar dan mendirikan Gereja
Pentakosta Sumatera Utara atau dikenal GPdI Siburian.
g.    Pada tahun 1951 beberapa pendeta keluar dan mendirikan Gereja Sidang
Jemaat Pentakosta.
h.    Pdt. T.G. van Gessel dan H.C. Senduk pada tahun 1952 keluar dan
mendirikan Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS).
i.     Pada tahun 1957 GBIS pecah dan Pdt. G. Sutopo dan Ing. Yuwono
mendirikan Gereja Bethel Tabernakel (GBT).
j.     Pdt. Ishak Lew keluar pada tahun 1959 dan mendirikan Gereja Pentakosta
Pusat Surabaya (GPPS).
k.    Pada tahun 1960 GBIS pecah lagi dan Pdt. A. Parera mendirikan Gereja
Nazareth Pentakosta (GNP).
l.     Pdt. Karel Sianturi dan Pdt. Sianipar pada tahun 1966 keluar dan
mendirikan GPSU atau dikenal dengan nama GPdI-Sianturi.
m.   Pdt. Korompis keluar pada tahun 1966 dan mendirikan Gereja
Pentakosta  Indonesia (GPI).
n.    Pada tahun 1967 para pemimpin gereja-gereja  Pentakosta di Surabaya dan
Timor keluar dan mendirikan Gereja Pentakosta Elim (GPE).
o.    Pada tahun 1969 GBIS pecah lagi dan Pdt. H.L. Senduk mendirikan Gereja
Bethel Indonesia (GBI) dan Pdt. Jacob Nahuway mendirikan GBI Mawar
Saron.
p.    Pada tahun 1970 Gereja Bethel Tarbernakel pecah dan Ing. Yuwono
mendirikan Gereja Pentakosta Tarbernakel (GPT).
 
- Meskipun perpecahan demi perpecahan terjadi, namun mereka tetap berafiliasi
pada satu nama yaitu Pentakosta, sehingga timbul inisiatif untuk menyatukan
kembali sikap dan pandangan gereja-gereja beraliran Pentakosta.
- Hal ini diwujudkan dengan berdirinya Dewan Kerjasama Gereja-gereja
Kristen Pentakosta Seluruh Indonesia DKGKPSI) dan Persekutuan Pentakosta
Indonesia (PPI). Tetapi pada tanggal 10 September 1979, kedua organisasi
tersebut membubarkan diri dan bergabung menjadi satu wadah dengan
nama Dewan Pentakosta Indonesia (DPI).
- Pada Musyawarah Besar (Mubes) I DPI yang diadakan pada tahun 1984,
terpilih sebagai Ketua Umum adalah Pdt. W.H. Bolang.
- Dan pada Mubes II DPI berhasil memilih Pdt. A.H. Mandey sebagai Ketua
Umumnya.
- Dan Pada Mubes DPI III di Caringin, Bogor, terpilih sebagai Ketua Umumnya
adalah Pdt. M.D. Wakkary.
- Hingga saat ini ada sekitar 58 Sinode/organisasi Gereja beraliran Pentakosta
yang bergabung dalam DPI.
 
- Meskipun sudah mengalami perpecahan beberapa kali, namun GPdI tetap
merupakan gereja Pentakosta yang terbesar di Indonesia.  

33
- Di antara Gereja-gereja Pentakosta yang terbesar lainnya terdapat Gereja
Bethel Indonesia dan Gereja Sidang Jemaat Allah.
- Ada beberapa gereja Pentakosta yang sudah masuk menjadi anggota
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), seperti Gereja Isa Almasih,
Gereja Bethel Injil Sepenuh, Gereja Pentakosta Pusat Surabaya, dan Gereja
Gerakan Pentakosta.
- Jumlah anggota seluruh gereja Pentakosta di Indonesia lebih kurang dua juta.
Hal ini berarti, bahwa Gerakan Pentakosta meliputi 10% seluruh umat Kristen
di Indonesia. [disarikan dari: Majalah Penginjilan Indonesia “KABAR BAIK”
No. 13 Th.III Oktober-November 1996 dan van den End & Weitjens, Ragi
Carita 2: Sejarah Gereja di Indonesia 860-1n-sekarang, Jakarta, BPK Gunung
Mulia, 1993]
 
BEBERAPA CATATAN :
- Aliran Pentakosta di Indonesia sering disebut juga Pantekosta - adalah sebuah
gerakan di kalangan Protestanisme yang sangat menekankan peranan karunia-
karunia Roh Kudus. 
- Pentakosta berbeda dengan orang karena mereka lebih menekankan
pengalaman rohani pribadi.
- Orang Pentakosta memiliki pandangan dunia yang trans-rasional.
- Meskipun mereka sangat memperhatikan ortodoksi (keyakinan yang benar),
mereka juga menekankan ortopati (perasaan yang benar)
dan ortopraksis (refleksi atau tindakan yang benar).
- Salah satu ciri paling utama yang membedakan Pentakostalisme adalah
penekanannya pada karya Roh Kudus.Bahasa Roh yang juga dikenal dengan
glossolalia, adalah bukti atau tanda dari baptisan Roh Kudus.
- Beberapa gereja Pentakosta utama juga meyakini bahwa mereka yang tidak
berbahasa
Roh belum menerima berkat yang mereka namakan baptisan Roh Kudus.

Secara ringkas, Gereja Pentakosta memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:


a. Sangat menekankan keyakinan akan peranan Roh Kudus dan karunia-karunia
Roh Kudus di dalam kehidupan sehari-hari para pengikutnya.
b. Pembaharuan infrastruktur ibadah, antara lain lagu-lagu rohani yang digunakan
lebih modern dibandingkan dengan lagu-lagu lama yang bernuansa Gregorian.
c. Gereja tidak mengizinkan peran kaum perempuan dalam pelayanan
membawakan Firman Tuhan saat ibadah dimana di dalamnya ada pria dewasa
kecuali pada sekolah minggu atau kebaktian wanula dan kebaktian lainnya
dimana di dalamnya tidak terdapat pria dewasa.
d. Desakralisasi hubungan antara imam dan jemaat yang lebih ditekankan pada
nilai kekeluargaan, sehingga jauh dari kesan kesenjangan tingkat kerohanian.
Sejarah Gereja-gereja Dari Rumpun Baptis

- Aliran Baptis timbul di Inggris + tahun 1600


- Ciri khasnya adalah penolakan terhadapa baptisan anak dan hubungan erat
gereja dengan negara.

34
- Dirintis oleh John Smyth tahun 1608/9, ia adalah pendeta Inggris yang
merantau ke Amsterdam.
- Buku yang terkenal adalah “Perjalanan Seorang Musafir” ditulis sewaktu
dipenjara pada tahun 1660 -1672.
- Tahun 1792 William Carey mendirikan Baptist Missionary Society peristiwa
ini menandai sejarah usaha Pekabaran Injil modern.
- William Carey mendirikan pusat PI Baptis di Calcutta (India), dari sini PI
meluas sampai Asia Tenggara termasuk Indonesia.
- Tahun 1813-1857 ada 20 ututusan Injil baptis yang ada di Indonesia, antara
lain: Nathaniel Ward dan Richard Burton yang mengadakan perjalanan
melintasi pulau Sumatera, yang pada waktu itu belum dipetakan, Ia berhasil
menerobos sampai danau Toba. (Catatan: Ward bertahan sampai kematiannya
menjelang tahun 1850)
- Anak William Carey yang bernama Yabez Carey bekerja di Ambon selama
tahun 1814-1818.
- Pemerintah Belanda tidak suka dengan kegiatan orang asing (misi dr Inggris)
sehingga banyak utusan missi dari Inggris yang kembali ke India.
- Di Semarang Gottlob Bruckner menterjemahkan Perjanjian Baru ke dalam
bahasqa Jawa dan dengan demikian mencetuskan gerakan menuju agama
Kristen di Wiung.
- Sesudah kematian Gottlob Bruckner (th 1857) tidak ada lagi kegiatan Baptis di
Indonesia.
- Tahun 1950 utusan Konvensi Baptis Selatan (South-ern Baptis Convention)
dari Amerika Serikat harus meninggalkan Tiongkok krn kaum Komunis
mengambil alih kekuasaan, tahun 1951 mereka alihkan ke Indonesia
- Konvensi Baptis Selatan (KBS) merupakan golongan baptis terbesar di dunia.
- Dalam ajaran KBS bersifat ortodoks, dan tidak bergabung dengan Dewan
gereja gereja se dunia
- PI nya berpusat di Jawa, dengan sebuah Senimari Teologi di Semarang (1954),
sebuah rumah sakit di Kediri (1955), lembaga Literatur Baptis di Semarang.
- Sesudah tahun 1965 karya PI berkembang dan pada tahun 1971 jemaat jemaat
Indonesia melembagakan dengan nama Gabungan Gereja Baptis Indonesia
(GGBI)

Bala Keselamatan (Salvation Army)

- Bala Keselamatan (Salvation Army) didirikan pada tahun 1878 di London oleh
William Booth (1829-1912)
- Pada awalnya Booth pendeta gereja Metodis di Inggris (Gereja ini terlalu giat
mengadakan kampanye PI dan terlalu banyak berurusan dengan pada
gelandangan, pemabuk, pelacur dll), hal ini yang menjadi alasan Booth
keluar !!
- Tiga tahun kemudian Booth mendirikan lembaga PI yang melakukan
kampanye dengan tenda dan berpindah pindah, baru pada Tahun 1878
organisasi ini dirombak menjadi “The Salvation Army” (Bala
Keselamatan/BK) yang disusun menurut pola militer.

35
- Booth menjadi jendral, para pekerja purna waktu lain disebut kolonel, kapten
dan seterusnya.
- Dalam waktu singkat organisasi ini berkembang sampai ke seluruh dunia.
- Di Bala Keselamatan Pekabaran Injil dan kegiatan sosial terjalin.
- Mereka yang bertobat harus menempuh hidup yang baru (a.l. tidak minum
alkohol).
- Bala Keselamatan tidak bermaksud menjadi gereja disamping gereja gereja
lain, maka tidak ada pelayanan sakramen.
- Bala Keselamatan mendirikan cabang di Belanda, cabang ini pada gilirannya
menjadi induk Bala Keselamatan di Indonesia. Pada tahun 1894 dua perwira di
utus ke Jawa mereka menetap di Purworejo, beberapa tahun kemudian pindah
ke Semarang.
- Tahun 1903 membuka pusat latihan buat perwira perwira bangsa Indonesia
(sejak tahun 1950, terdapat pusat latihan di Jakarta). Dan pusat latihan orang
tuna wisma, serta Koloni Salib Putih di Salatiga. Dan membuka koloni yang
sama di lembah Palu (Sulteng)
- Bala Keselamatan juga mendirikan beberapa rumah sakit kusta dan rumah sakit
umum.
- Salah satu perintis karya di Sluteng adalah Letnan Kolonel Leonard Woodward
bersama istri (1917-1949), metode yang dipakai adalah: mendirikan sekolah
dan rumah sakit, mendidik anak daerah menjadi guru, dan akhirnya
menyerahkan pekerjaannya kepada mereka. Tidak ada pelayanan baptisan
kepada orang yang masuk Kristen dan dalam ibadah jemaat tidak ada perayaan
perjamuan.
- Tiap jemaat di sebut “Korps”. Setiap hari Minggu pagi diadakan kebaktian di
sebut “kebaktian kesucian” dan kebaktian Minggu malam disebut “kebaktian
tebusan”
- Ada majalah internasional “War Cry” di indonesia berjudul “Berita
Keselamatan”

36

Anda mungkin juga menyukai