Anda di halaman 1dari 9

PERNYATAAN SIKAP

Sehubungan dengan disebarluaskannya ajaran-ajaran dari Pdt. Dr. Erastus Sabdono (yang saat ini
menjabat sebagai Ketua Umum Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia,
Ketua Sinode Gereja Suara Kebenaran Injil, dan Ketua Sekolah Tinggi Teologi Ekumene) yang akhir-
akhir ini menimbulkan keresahan dan kegaduhan, baik di antara umat Kristen Indonesia maupun
masyarakat luas, melalui surat ini kami menyatakan:
1. Ajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono yang antara lain menyatakan ”Yesus bukan Allah/ Yahweh”,
”Yesus bukan juruselamat yang sebenarnya”, ”Yesus lebih rendah dari Allah dalam hakikat”,
secara esensial bertentangan dengan dan menyimpang dari ajaran Alkitab.

2. Ajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono tersebut memiliki kemiripan dengan beberapa ajaran yang
telah dinyatakan sebagai ajaran sesat/ bidat oleh konsili dan keputusan Gereja dari masa ke
masa.

3. Ajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono tersebut harus diwaspadai oleh semua umat Kristen di
Indonesia karena telah menjadi ancaman bagi kemurnian ajaran Alkitab. Kami menghimbau
umat Kristen Indonesia agar berpikir kritis dan tidak asal menerima ajaran-ajaran yang berbeda
dengan ajaran Alkitab tentang Yesus Kristus yang adalah Allah dan Juru Selamat.

4. Kami mendorong Gereja-gereja di Indonesia agar lebih serius memberikan pengajaran yang
sehat dan Alkitabiah agar jemaat tidak mudah dipengaruhi oleh ajaran-ajaran yang
menyimpang.

5. Kami mendorong Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen (Sekolah Tinggi Teologi) di Indonesia
agar bersatu dan secara serius memberikan perlawanan kepada ajaran-ajaran yang berbahaya
bagi umat Kristen di Indonesia.

6. Kami juga mendesak agar Pdt. Dr. Erastus Sabdono segera mengundurkan diri dengan sukarela
atau dinon-aktifkan dari jabatannya sebagai Ketua Umum Badan Musyawarah Perguruan Tinggi
Keagamaan Kristen Indonesia (BMPTKKI).
Kami lampirkan naskah ”TANGGAPAN TEOLOGIS atas Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono” sebagai
penjelasan lebih lengkap. Demikianlah pernyataan ini kami buat sebagai salah satu bentuk kasih
kepada Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus, Allah yang Esa serta kasih kepada umat Kristen Indonesia.
Kiranya Allah menjaga umat Kristen di Indonesia dari segala bentuk penyimpangan dan penyesatan.
17 Juli 2023
Kami yang menyatakan sikap:
1. STA Nusantara Malang 14. STT Internasional Harvest Semarang
2. STT Anderson Manado 15. STT Kharisma
3. STT Anugerah Misi Nias Barat 16. STT Misi Injili Indonesia Sintang
4. STT Bandung 17. STT Moriah
5. STT Berea Pontianak 18. STT Pelita Kebenaran Medan
6. STT Bineka Pematang Siantar 19. STT Periago Jakarta
7. STT Borneo Pontianak 20. STT Pokok Anggur Jakarta
8. STT Gamaliel 21. STT Pontianak
9. STT Gragion Cibubur 22. STT Rajawali Arastamar Indonesia Batam
10. STT Hagiasmos Mission Jakarta 23. STT Real Batam
11. STT Happy Family Surabaya 24. Asosiasi Apologis Indonesia (ASASI)
12. STT Harapan Indah Bekasi 25. Asosiasi Misiolog Indonesia (AMI)
13. STT Injili Indonesia Purwokerto

1
TANGGAPAN TEOLOGIS atas ajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono
I. PENDAHULUAN

1.1. Pengakuan Pdt. Dr. Erastus Sabdono: Risiko Memunculkan Perdebatan

Pada bagian pertama tentang pengajaran “LOGOS”, Pdt. Dr. Erastus Sabdono Sabdono (ES)
memulai dengan sebuah pengakuan:
“Apa yang kita bahas ini sangat beresiko memunculkan perdebatan. Tetapi mengingat
pentingnya pembahasan ini, maka mau tidak mau harus dikemukakan. Mengingat waktunya
sudah mendesak dimana orang percaya harus segera mencapai kesempurnaan sebagai
mempelai Kristus guna menyambut kedatangan Tuhan di akhir zaman, masalah pengenalan
akan Allah yang Esa atau Monotheisme Allah harus segera dibuka. Ini bukan masalah yang
boleh dianggap remeh.”1

1.2. Bermula Dari Corpus Delicti?

Ajaran ES sekarang bila ditelusuri kemungkinan besar bermula dari bukunya yang berjudul,
“Corpus Delicti”. Garis besar isi buku tersebut sebagai berikut:

1) Yesus sebagai Anak Allah terbukti mampu untuk taat kepada rencana Bapa-Nya. Ketaatan
ini tentu dengan penuh perjuangan sehingga Yesus dianugerahi kasih karunia Bapa. Jika
Yesus dapat hidup tak bercacat, maka para pengikut-Nya juga tidak memiliki alasan untuk
tidak hidup seperti Yesus.
2) Yesus adalah Anak Allah dari antara Anak-Anak Allah yang lain.
3) Ketaatan Yesus menjadi dasar bagi Allah (Bapa) untuk menghukum Anak Allah lainnya
(Lucifer) yang tidak taat. Dengan bukti bahwa Yesus taat, maka Allah memiliki dasar yang
kuat untuk menghakimi Lucifer.

II. Penyimpangan Teologi ES

Berdasarkan video ES berjudul “LOGOS” (bagian 1 sampai 5), terdapat beberapa ajaran yang
disinyalir menyimpang dari Alkitab.

2.1. Monotheisme Murni: Yesus hanya sebagai anak Allah (salah satu anak)

ES memiliki konsep monotheisme murni.2 ES melihat bahwa istilah “Anak Allah” mengandung
pengertian bahwa Yesus sedari awal mengaku lebih rendah daripada Bapa karena hanya menyandang
gelar sebagai “Anak”.3 ES meyakini status lebih rendah ini tidak hanya disandang oleh Yesus ketika
menjadi manusia. Menurutnya, Yesus sendiri mengakui bahwa hanya Bapa yang paling tahu dan
berkuasa atas segala hal. Dengan kata lain, sejak awal dan sampai akhir Yesus sebagai Anak Allah akan
tetap lebih rendah dari Bapa. 4 Pandangan ini didasarkan pada beberapa ayat:

Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang
benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. (Yoh. 17:3 ITB).

namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala
sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya
segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup. (1 Kor. 8:6 ITB).

1
SEMINAR LOGOS #1 | Pdt. Dr. Erastus Sabdono | SK - 13 Juni 2023 | 18.30 WIB Link Youtube
https://www.youtube.com/watch?v=GiRmE_GA44k Frase yang dimaksud diucapkan pada menit 58-59
2
Menit 1:52:45
3
SEMINAR LOGOS #1 | Pdt. Dr. Erastus Sabdono | SK - 13 Juni 2023 | 18.30 WIB, menit 1:07:57-59. Di sini ES
membedakan istilah “Anak Allah” dan “Allah Anak”. Menurutnya, terkesan istilah “Anak Allah” lebih dapat diterima
4
Istilah “Anak Allah” yang dimaknainya secara berbeda oleh ES yang menekankan konsep monotheisme murni (satu Allah
yang tunggal), tentu dapat menimbulkan pemahaman yang keliru dan menimbulkan pertanyaan lanjutan, “Apakah Yesus
bukan Allah”?

2
Aku sendiri telah berfirman: "Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian.
Namun seperti manusia kamu akan mati dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas."
(Maz. 82:6-7 ITB)

Masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke
dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?
(Yoh. 10:36 ITB).

Dari beberapa ayat tersebut, ES meyakini dan mengajarkan bahwa Yesus tidak pernah menyamakan
diri-Nya dengan Allah. Dia hanya mengaku sebagai Anak Allah. Yesus selalu mengatakan bahwa ”Bapa
lebih besar dari Aku”.5 Allah adalah sumber kehidupan segala sesuatu, termasuk sebagai sumber
kehidupan Yesus Kristus.6 Ayat lain yang dipakai adalah Yohanes 5:26.7

Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya
Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. (Yoh. 5:26 ITB)

Tanggapan

1) ES melakukan pendekatan Kristologi dengan menyandera identitas Yesus Kristus


menggunakan pendekatan Proper. Akibatnya, ayat-ayat yang dianggap sebagai dasar utama
untuk membangun paham Monotheisme tersebut tidak memperbolehkan adanya Allah
lain selain Bapa.8 Pendekatan semacam ini ditolak oleh para Rasul sehingga walau mereka
orang Yahudi dengan konsep monotheisme yang kuat, mereka tetap dengan leluasa
mengakui dan menyatakan bahwa Yesus adalah Allah. Menyatakan Yesus adalah Allah
bukan hendak memberangus konsep monotheis. Jadi teks-teks tersebut tidak mengandung
masalah secara teologis jika memahami sistematika Kristologi secara utuh dan
menggunakan pendekatan yang benar ketika mendekati teks-teks Kristologi. Namun
dengan pendekatan ES memang akan menimbulkan masalah teologis.

2) ES memahami istilah ”Yesus sebagai Anak Allah” secara hurufiah, yaitu bahwa Allah
memang memiliki beberapa anak Allah.9 Sehingga pada akhirnya Yesus hanya dianggap
sebagai salah satu anak Allah. Istilah “Anak Allah” tidak pernah dipahami oleh orang Yahudi
dari perspektif biologis bahwa secara hurufiah Allah memiliki beberapa Anak Allah. Kaum
Yahudi justru memahami bahwa istilah “Anak Allah” mengandung arti ”sama dengan Allah”.

3) Pikiran ES mengalami pergeseran dalam memahami istilah “Anak Allah”. Jika pada awalnya
istilah “Anak Allah” dipahami sebagai istilah supranatural, maka sekarang Anak Allah yang
dimaksud adalah seperti manusia pada umumnya yang juga menyandang sebutan sebagai
“anak Allah”.10 Manusia seperti kita yang disebut sebagai “anak Allah” disejajarkan dengan
Yesus sebagai “Anak Allah”.11

4) Yesus menyandang sebutan sebagai Anak Allah karena hakekat-Nya yang sama dengan
Allah Bapa (Yoh. 5:17). Sedangkan manusia menyandang gelar sebagai anak Allah karena
diadopsi (diangkat). Yesus tidak hanya menyandang gelar sebagai Anak Allah, tetapi ”Anak
Tunggal Allah”. Istilah ”Anak Tunggal Allah” berarti hanya dalam Yesus seluruh kepenuhan
Allah dikenal. Maka ES telah keliru ketika Yesus sebagai Anak Allah disamakan dengan
malaikat-malaikat yang jatuh dalam dosa dan juga manusia.

5
SEMINAR LOGOS #1 | Pdt. Dr. Erastus Sabdono | SK - 13 Juni 2023 | 18.30 WIB, menit 1:08:16
6
ES berencana untuk membahas sebuah topik khusus tentang kehidupan Yesus yang bersumber dari Elohim dengan judul
“Apakah ada yang dimiliki Yesus yang tidak bersumber dari Bapa?”
7
Beberapa teks lain yang dikutip oleh ES sebagai dasar bahwa kehidupan Yesus berhutang budi kepada Bapa adalah Matius
10; Ibr 12:9-10; 2 Petrus 1:3.
8
ES menyampaikan bahwa dalam sesi lainnya akan membahas secara khusus topik tentang Monotheisme dengan puluhan
ayat Alkitab sebagai dasar rujukan
9
SEMINAR LOGOS #2 & #3 | Pdt. Dr. Erastus Sabdono | 24 Juni 2023 | 09.30 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=xprvZo3KkRQ menit 1:57:02. Teks yang digunakan sebagai salah satu dasar adalah
Ayub 1:6, bahwa Allah memiliki anak-anak Allah
10
SEMINAR LOGOS #2 & #3| Pdt. Dr. Erastus Sabdono | 24 Juni 2023 | 09.30 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=xprvZo3KkRQ menit 3:28:25
11
Dalam penjelasan lanjutannya, ES hanya membedakan cara kita hadir di dunia. Jika Adam diciptakan dari tanah, Yesus
langsung berbentuk daging dalam rahim manusia. Tetapi secara kualitas, kemanusiaan Yesus Kristus sama dengan manusia
yang lain
3
2.2. Yesus Bukan Sang Logos, Tapi Dipenuhi Logos Elohim Yahweh

ES menolak pemahaman “Yesus adalah Sang Logos”. Menurutnya, penggunaan istilah “Logos
menjelma menjadi Yesus” lebih bersifat pagan dimana dewa-dewa pada masa itu dapat menjelma
dalam bentuk-bentuk yang dapat dilihat dan dijamah oleh manusia. ES menyebut Logos yang
menjelma dalam Yesus menurut Yohanes 1 adalah mistis. Dia setuju bahwa Yesus adalah Logos tetapi
bukan Logos yang mistis seperti yang disajikan oleh Yohanes. Yesus hanyalah manusia biasa sejak
dilahirkan dan memiliki pertumbuhan yang wajar seperti saudara-saudara Yesus yang lain.
ES tidak sepakat dengan doktrin inkarnasi.12 ES mengatakan, “Salah satu kesalahan kekristenan
yang berlangsung berabad-abad adalah kesalahan tentang Logos dalam Yohanes 1. Banyak orang
mengasumsikan Logos menjelma menjadi manusia secara mistis. Hal ini dianggap mutlak bahwa Yesus
adalah penjelmaan dari Logos.”13 Pada Seminar LOGOS #2 & #3 kembali ditegaskannya bahwa orang
Kristen tidak sepatutnya secara mentah atau mistis mengartikan istilah “Logos menjadi manusia”
terjadi begitu saja.14

Tanggapan

1) Penolakan doktrin Inkarnasi akan memunculkan Kristologi yang sesat karena doktrin
Inkarnasi berasal dari Alkitab itu sendiri (Yoh.1:14). Jika Allah tidak berinkarnasi menjadi
manusia, maka pengakuan terhadap Yesus hanya akan sebatas “Manusia yang diurapi”,
“Pemimpin yang kharismatik”, “Mesias yang taat menderita”, dan sebutan-sebutan
manusiawi lainnya. Walaupun pada akhirnya ES mengakui bahwa ”Yesus adalah Tuhan”,
istilah ini memiliki pemaknaan yang berbeda dengan iman Kristen pada umumnya.

2) Pada Seminar LOGOS #2 & #3, ES sebenarnya sudah tepat dalam menerjemahkan istilah
“Logos” dalam Injil Yohanes (Yoh.1:1). Pada awal pembahasannya, istilah Logos dimaknai
secara historis dan juga berdasarkan studi etimologi kata15, bahwa “Logos” dalam budaya
Yahudi menunjuk kepada pribadi Allah sendiri. Tetapi “kai logos sarx egeneto” (Firman itu
menjadi manusia) di ayat 14 dikritik sebagai peristiwa mistis. Singkatnya, ES menolak Logos
yang menjadi manusia. Bagi ES, Yesus harus berjuang untuk menjadi Tuhan atau
Juruselamat yang suci. Tentu saja ide ini terdengar aneh karena Allah tidak perlu berjuang
untuk menjadi Juruselamat.

3) ES mengubah pemaknaan “Logos yang menjelma menjadi manusia” dengan menyamakan


istilah “penjelmaan” dengan praktek pagan. Allah yang menjelma menjadi manusia
dianggap mirip dengan konsep agama pagan yang juga memahami dewa-dewi yang
menjelma menjadi manusia.16 Ada dua masalah di sini. Pertama, budaya pagan sebenarnya
telah eksis sejak zaman Abraham (wilayah Ur-Kasdim) dan terus berlanjut hingga zaman
Musa, zaman Daud, zaman Ezra, hingga pada zaman Rasul-Rasul. Tidak benar bahwa
budaya pagan baru hadir pada abad ketiga (atau setelah masa para rasul Yesus berakhir).
Kedua, konsep Inkarnasi bukan budaya pagan. Pada dasarnya, Inkarnasi berarti “Allah yang
menyatakan diri dalam bentuk daging”. Perhatikan bahwa dalam Perjanjian Lama, Allah
telah menyatakan diri dalam berbagai bentuk, yang disebut dengan istilah “Theophani”.17
Perbedaannya dengan inkarnasi adalah Theophani bersifat temporal, sedangkan Inkarnasi
bersifat Permanen. Maka konsep inkarnasi bukanlah budaya pagan, seperti yang diajarkan
oleh ES.

12
Istilah yang dikritik oleh ES adalah “menjelma”. Istilah ini tidak tepat karena Alkitab menggunakan istilah “en sarx” atau
“En Carne” atau dalam istilah yang lebih umum “inkarnasi”.
13
Menit 1:16-1:18
14
SEMINAR LOGOS #2 & #3| Pdt. Dr. Erastus Sabdono | 24 Juni 2023 | 09.30 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=xprvZo3KkRQ menit 1:02:03
15
SEMINAR LOGOS #2 & #3| Pdt. Dr. Erastus Sabdono | 24 Juni 2023 | 09.30 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=xprvZo3KkRQ menit 1:02:03; Bahwa dalam Perjanjian Lama, istilah Logos merupakan
terjemahan dari Bahasa Latin (Verbum) dan Aram (Memra)
16
SEMINAR LOGOS #2 & #3| Pdt. Dr. Erastus Sabdono | 24 Juni 2023 | 09.30 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=xprvZo3KkRQ menit 1:20:02
17
Misalnya Allah menyatakan diri kepada Musa dalam bentuk semak belukar. Allah memperkenalkan diri-Nya kepada
Abraham dalam bentuk manusia, dll
4
4) Konsep penjelmaan yang ditolak oleh ES pada akhirnya menghasilkan opini seolah-olah
keyakinan iman Kristen berbenturan dengan konsep Allah dalam Perjanjian Lama.18 Iman
Kristen yang beriman kepada Tritunggal dianggap mewarisi budaya pagan yang cenderung
polytheistik dan konsep ini bertolak belakang dengan konsep monotheisme dalam Alkitab,
baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam bahasa yang lain, ES menganggap bahwa
teologi Kristen saat ini cenderung dipengaruhi oleh teologi Bapa Gereja abad ketiga yang
telah dipengaruhi pagan.

ES tidak tepat memahami sejarah doktrin Kristen dan ajaran Kristen. Sejak Perjanjian Lama
hingga Perjanjian Baru dan sampai kepada masa Bapa-Bapa Gereja, ajaran Kristen selalu
didasarkan kepada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Konsep Allah yang Esa dari
Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru juga tidak pernah mengalami perubahan hingga
saat ini. Teolog Kristen juga tidak pernah menggunakan pendekatan pagan dalam
menafsirkan Alkitab.

5) ES menterjemahkan istilah “Logos yang menjelma” (bukan dalam bentuk pribadi) dengan
paradigma yang lain. ES memahami penjelmaan Logos dalam Yohanes dengan
membandingkan kisah Elia dengan Yohanes.1920 Pikiran dan keberanian Elia menular
kepada Yohanes. Jika Elia berani melawan Nabi Baal, maka Yohanes juga berani kepada
pemerintahan bengis Romawi. Spirit dari Elia dapat dilihat di dalam diri Yohanes atau
“penjelmaan keberanian” Elia dapat termanifestasi dalam diri Yohanes. Menurut ES, walau
spirit Elia terdapat dalam diri Yohanes, namun peristiwa ini tidak dapat disebut sebagai
penjelmaan dua pribadi secara mistis. Metode pendekatan yang digunakan oleh ES untuk
menjelaskan hakikat inkarnasi dengan analogi Elia-Yohanes tidak memiliki dasar biblika
yang logis. Akibatnya, ES pada akhirnya mengatakan bahwa Yesus itu bukan Logos itu
sendiri tetapi pribadi yang mengenakan kuasa Allah Bapa dalam logos Allah.21 Yesus bukan
Logos tetapi mengenakan Logos Bapa.22

6) ES memunculkan perbedaan makna pada bagian penjelasan selanjutnya.23 Jika pada


awalnya memahami Logos itu adalah Allah itu sendiri, pada Seminar LOGOS #3 ES
menjelaskan bahwa Logos itu hanyalah pikiran yang tidak berpribadi. Maka Logos yang
tidak berpribadi tidak mungkin tiba-tiba menjadi pribadi dalam peristiwa penjelmaan yang
mengandung mistisisme. ES pada akhrinya menyimpulkan bahwa Yesus hanya dihinggapi
oleh Kuasa dan Roh Allah.

2.3. Yesus hanya utusan: bukan Juruselamat yang sebenarnya

Yesus yang dikuasai Logos dari Theos berimplikasi bahwa Yesus hanya dihinggapi kuasa dan
Roh Bapa. Penghinggapan ini dimaksudkan supaya Yesus melakukan tugas-tugas tertentu yang
diberikan oleh Allah Bapa. ES banyak mengutip ayat dari Alkitab24 untuk membuktikan bahwa Yesus
hanyalah pelaksana tugas dari Bapa, termasuk bahwa Yesus bukan Juruselamat.

18
SEMINAR LOGOS #2 & #3 | Pdt. Dr. Erastus Sabdono | 24 Juni 2023 | 09.30 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=xprvZo3KkRQ menit 1:21:04
19
SEMINAR LOGOS #2 & #3| Pdt. Dr. Erastus Sabdono | 24 Juni 2023 | 09.30 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=xprvZo3KkRQ menit 1:41:02
20
SEMINAR LOGOS #4 | Pdt. Dr. Erastus Sabdono | SK - 27 Juni 2023 | 18.30 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=pSrtiz1IaKA Menit 1:22:03
21
SEMINAR LOGOS #2 & #3| Pdt. Dr. Erastus Sabdono | 24 Juni 2023 | 09.30 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=xprvZo3KkRQ menit 1:42:02
22
Logos yang menjadi manusia (Yesus) menurut Yohanes dianggap ES sebagai penjelmaan yang mistis dan menolak ide
semacam ini. Pernyataan ini bahkan diulang berkali-kali dalam pengajarannya. Bagi ES, Yesus menjadi Logos penuh
dengan perjuangan seperti manusia yang bergumul untuk sempurna. Pertama; pandangan ini seolah-olah Yesus perlu
berjuang untuk menjadi Tuhan. Kedua; Alkitab secara tegas menyatakan bahwa sejak awal kehadiran Yesus sebagai manusia
adalah benih dari Roh Kudus yang berkualitas ilahi. Benih Roh Kudus dapat berarti bahwa sejak awal kualitas keberadaan
Yesus merupakan kualitas ilahi yang tanpa perlu diperjuangkan. Ketiga; istilah mistis tidak tepat karena konotasi yang
dimunculkannya bernada negatif. Peristiwa Logos menjadi manusia lebih tepat digunakan sebagai peristiwa supranatural
karena seorang wanita mengandung seorang anak tanpa adanya pembuahan sel telur.
23
SEMINAR LOGOS #2 & #3| Pdt. Dr. Erastus Sabdono | 24 Juni 2023 | 09.30 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=xprvZo3KkRQ menit 2:20:23
24
SEMINAR LOGOS #2 & #3| Pdt. Dr. Erastus Sabdono | 24 Juni 2023 | 09.30 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=xprvZo3KkRQ menit 2:59:02. Misalnya Lukas 2:52 tentang kemanusiaan Yesus yang
bertumbuh secara normal. Atau Kisah Rasul 5:31, Allah yang menentukan Yesus sebagai Juruselamat. Kisah Rasul 13:23,
5
Tanggapan

1) Teks-teks yang digunakan oleh ES adalah teks kemanusiaan Yesus Kristus berkaitan dengan
fungsi dan peranan Yesus sebagai manusia yang mencakup sebagai Imam, Nabi, Guru,
Mesias, Pembuat Mujizat, termasuk Juruselamat. Teks ini harusnya tidak dapat digunakan
untuk membuktikan bahwa Yesus bukan Juruselamat. Yang perlu dipahami adalah bahwa
dalam budaya Yahudi, setiap gelar dan fungsi-fungsi kemesiasan harus memiliki legitimasi
keilahian, termasuk gelar dan fungsi kemesiasan Yesus Kristus. Seperti otoritas para Nabi
dalam Perjanjian Lama memiliki sumber, maka otoritas kemesiasan Yesus juga perlu
dinyatakan kepada khalayak ramai.

2) Jika Juruselamat itu adalah Allah (Bapa) sendiri, apakah itu berarti Allah sendiri yang mati?
Jika tidak, apakah Allah hanya menggunakan Yesus sebagai korban tetapi predikat sebagai
Juruselamat dirampok oleh Allah Bapa?

3) Teks yang digunakan oleh ES lebih bersifat historis dari orang ketiga. Misalnya Petrus yang
hendak menceritakan kepada orang Israel supaya bertobat karena Allah telah
membangkitkan seorang sebagai penyelamat. Teks semacam ini mirip dengan pola Nabi-
Nabi dalam Perjanjian Lama yang hendak menegaskan bahwa orang-orang yang melakukan
tugas ilahi merupakan orang yang diurapi. Teks dalam Alkitab tidak secara eksplisit
mengatakan bahwa Allah adalah Juruselamat dan Yesus hanya eksekutor. Premis ini
disimpulkan sendiri oleh ES.

2.4. Yesus Sebagai Tuan

Untuk menghormati Yesus Kristus, ES menyebutkan bahwa Yesus sebagai satu-satunya


Penguasa. Elohim Yahweh (Bapa) menyerahkan semua kekuasaan sebagai tuan kepada Yesus Kristus.25
Dalam konteks Yesus sebagai Tuhan, ini paralel dengan pemahamannya bahwa Yesus bukanlah Allah
yang menjadi manusia. Yesus bukan Allah tetapi mendapat gelar sebagai “Tuhan” dari Bapa. Dalam
konteks pembahasan ini, ES mirip dengan Arius26 bahwa Yesus lebih rendah dari Bapa.

2.5. Yesus bukan Alfa & Omega: Bukan Juruselamat, Bukan Gembala

Dalam konteks kehadiran Yesus Kristus di bumi, ES menolak bahwa Yesus adalah Alfa dan
Omega (yang awal dan yang akhir).27 Yesus hanya menyandang gelar “yang awal dan yang akhir”. Jadi,
Alfa dan Omega yang dimaksud oleh kitab Wahyu adalah Bapa, bukan Yesus Kristus. Alfa dan Omega
menunjuk kepada eksistensi Allah, sedangkan istilah “yang awal dan yang akhir” mengacu kepada
kebangkitan Yesus Kristus. Keyakinan ini didasari bahwa Elohim Yahweh adalah satu-satunya Allah
yang kekal yang mengawali segala sesuatu dan mengaruniakan kehidupan kepada Yesus Kristus,
utusan Allah.

Tanggapan

1) ES menolak doktrin kekekalan (Pra-Eksistensi) Yesus Kristus (Yoh.1:1; 8:58-59; Mikh.5:1-3,


dll).

2) Jika mengikuti alur pikiran ES, tentu akan sulit untuk memahami istilah-istilah teologis
dalam Alkitab yang mencerminkan pra-eksistensi Yesus seperti “turun dari Surga”, “Yesus
datang ke dunia”, “Yesus kembali ke tempat semula Ia berada”, dan istilah lainnya.

Allah yang membangkitkan Juruselamat, atau Yohanes 14:9-10 Yesus mengerjakan pekerjaan dari Bapa. Kisah Rasul 2:22;
Allah menentukan Yesus sebagai Juruselamat
25
SEMINAR LOGOS #4| Pdt. Dr. Erastus Sabdono | SK - 27 Juni 2023 | 18.30 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=pSrtiz1IaKA Menit 1:29:27
26
SEMINAR LOGOS #2 & #3| Pdt. Dr. Erastus Sabdono | 24 Juni 2023 | 09.30 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=xprvZo3KkRQ menit 1:02:00. Walau ES tidak mengaku sebagai pengikut Arius dan
merasa tidak pernah bertemu dengan Arius atau membaca bukunya, tetapi dalam pengajarannya, ES sepakat dengan ide
subordinasi
27
SEMINAR LOGOS #2 & #3| Pdt. Dr. Erastus Sabdono | 24 Juni 2023 | 09.30 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=xprvZo3KkRQ menit 1:12:03
6
3) ES akan dipaksa oleh penafsirannya bahwa predikat “Alfa dan Omega” harusnya hanya milik
Bapa sebagai satu-satunya Allah. Nantinya, hipotesa atau presuposisi tersebut akan
mengoreksi teks-teks tentang pra-eksistensi Yesus Kristus.28

4) Yesus hanya boleh menyandang predikat “yang awal dan yang akhir” dalam pengertian
bahwa Yesus yang pertama bangkit. Pikiran ini mirip dengan Saksi-Saksi Yehuwa yang
menafsirkan Yesus sebagai yang sulung (termasuk sulung dalam hal kebangkitan). Tentu
keyakinan ini bertolak belakang dengan Alkitab karena cukup banyak orang yang bangkit
sebelum Yesus. Bahkan jika ini dikaitkan dengan kenaikan Yesus, beberapa orang telah naik
ke Surga sebelum Yesus.

2.6. Menolak Konsili

ES mengkritisi rumusan-rumusan konsili. Menurutnya, banyak teolog tersandera karena


rumusan-rumusan konsili. Dia berujar, “Mereka memandang bahwa rumusan konsili memiliki
kesejajaran dengan Alkitab. Seolah-olah segala doktrin yang berbeda dengan konsili adalah bidat”.29
Bagi ES, pendapat semacam ini mengkhianati Alkitab. Roh Kudus dianggap tidak diijinkan untuk
berbicara lagi karena semua teolog sudah tersandera dengan premis-premis konsili.

Tanggapan
1) Konteks kehadiran Konsili berkaitan erat dengan masifnya kehadiran ajaran sesat pada
abad ketiga hingga keenam. Jika ES menolak rumusan konsili, apakah itu berarti beliau
sedang setuju dengan pandangan bidat yang sedang ditolak oleh Konsili?

2) Konsili adalah rapat besar yang penting karena rumusan-rumusan yang dihasilkan
merupakan penggalian dari kebenaran Firman Tuhan. ES menggiring opini seolah-olah
rumusan Konsili hanya dibuat oleh sekumpulan manusia dan terkesan tidak menggunakan
Alkitab sebagai dasar untuk merumuskan azas-azas teologi di dalamnya.

3) Peserta yang hadir dalam Konsili adalah Murid dari para Rasul yang bukan saja mengerti
sejarah tetapi merupakan bagian dari pelaku sejarah. Rumusan Konsili dibuat secara
bersama-sama oleh seluruh perwakilan Gereja pada saat itu. Tentu ini sangat berbeda
dengan teologi ES yang berdasar pemikiran dan pengalaman pribadinya.

4) Teolog Kristen tidak pernah menyejajarkan kualitas kehadiran Konsili dengan Alkitab karena
pada hakekatnya terdapat berbagai pendapat mengenai hasil-hasil rumusan Konsili. Pada
umumnya teolog Kristen hanya mengakui Alkitab yang memiliki kebenaran absolut.
Keberadaan Konsili berposisi membantu untuk mengkonfirmasi adanya ajaran sumbang
yang harus dilawan dan ditolak serta hal apa saja yang dilakukan oleh para pemimpin
Gereja saat itu ketika menghadapi ajaran tersebut.

5) Jika ES menganggap bahwa rumusan Konsili menggantikan kebenaran Alkitab,30 tentu saja
ini mengandung cacat argumen. Rumusan Konsili dan teologi tidak pernah mengkudeta
ajaran Alkitab karena setiap ajaran harus beriringan dengan Firman Tuhan.

2.7. Semua Teologi Boleh berkembang?

Teologi berkembang? Tentu saja ya. Tetapi bukan dalam pengertian istilah “teologi belum
selesai”31 yang dimaksud ES. Teologi tentu saja berkembang dalam isu dan tantangannya yang bisa
berbeda setiap zaman. Teologi boleh berkembang dalam isunya tetapi tidak boleh berubah secara
prinsip. Jika teologi berubah secara prinsip, maka dasar Alkitab yang digunakan patut diragukan telah
mengalami perubahan atau paling tidak pendekatan yang digunakan mengalami pergeseran.

28
Misalnya Yesaya 9:5 yang ditafsirkan secara berbeda oleh ES
29
Menit 1:40:05
30
Menit 1:44:24
31
Menit 1:47:12
7
Tanggapan

1) Teologi dapat berkembang dalam hal sarana. Dunia berubah dengan segala dinamikanya
dan Roh Kudus juga secara aktif dalam memberi pencerahan kepada orang percaya. Tetapi
hal-hal ini tidaklah menjadi alasan untuk mengubah doktrin Kristen dasar/ esensial yang
bersumber dari Alkitab. Upaya menjadi relevan dengan dunia bukan berarti memodifikasi
iman Kristen guna mencocokkannya dengan pandangan tertentu.

2) ES seperti membenturkan banyak hal ketika merumuskan dogmanya. Rumusan Konsili


digunakan sebagai tameng untuk menafsirkan Alkitab secara bebas.32 Misalnya penafsiran
tentang Logos yang menjadi manusia (Yoh.1:1-14) yang ditafsirkan ES secara berbeda.
Konsili tidak pernah membuat rumusan teologi Inkarnasi karena Alkitab telah terang
benderang menjelaskan teologi Inkarnasi, bahwa Allah datang ke dunia dalam daging
(Yoh.1:1-14; Fil.2:6-7; dll).

3) ES menolak premis-premis (dasar berpikir) yang telah ada dan diakui oleh Gereja berabad-
abad. ES menggunakan premisnya sendiri sebagai dasar berpikir ketika merumuskan
teologianya. Salah satu premisnya dapat ditemukan dalam bukunya yang berjudul “Corpus
Delicti”.

2.8. Eksplorasi Alkitab secara Bebas

Eksplorasi Alkitab dapat dilakukan dengan bebas. Menurut ES, Alkitab dapat ditafsrikan secara
bebas di bawah pimpinan Roh Kudus tanpa disandera oleh premis-premis tertentu. Termasuk doktrin-
doktrin yang dipandang sudah final dan dijadikan sebagai landasan berpikir untuk menarik kesimpulan
dalam berlogika.33 Atas keyakinan ini, maka pada Seminar LOGOS #1, ES menolak penafsiran Kristen
tradisional yang berusia ribuan tahun tentang penafsiran Logos sebagai Theos. Menurutnya,
penafsiran jenis ini mengakibatkan orang Kristen menyejajarkan Logos dengan Theos sehingga
menimbulkan kebingungan.34 Maka menurutnya, Yesus tidak secara otomatis menjadi Logos, karena
Dia perlu berjuang.

Dengan adanya eksplorasi Alkitab dengan bebas, ajaran jaman dulu bisa saja efektif pada
zamannya tetapi tidak lagi zaman sekarang.35 Menurutnya, Roh Kudus masih berkarya hingga sekarang
sehingga kita bisa saja mengoreksi ajaran-ajaran Gereja setelah masa Rasul yang bisa saja mengalami
atau menerima pengaruh dari budaya pagan.

Ekplorasi Alkitab dengan bebas menurut ES perlu dipikirkan ulang.36 Mengeksplorasi Alkitab
perlu memperhatikan metode pendekatan yang benar karena Alkitab ditulis dalam budaya tertentu
yang menuntut pendekatan khas. Setiap bagian kitab ditulis dengan latar belakang yang berbeda
sehingga memahami kitab-kitab tersebut tentu tidak dapat dilakukan secara bebas.

Dalam upayanya mengkritisi Konsili dan pengajaran Gereja yang ortodoks, ES sering
mengucapkan istilah “Back to the Bible”. Hal ini dapat dilihat sebagai usaha menggiring opini seolah-
olah pengakuan iman Kristen pada zaman dahulu tidak berdasar pada Alkitab. Tentu saja para Bapa
Gereja menggunakan Alkitab sebagai dasar utama ketika memproklamasikan butir-butir keyakinan
Kristen di hadapan para bidat. Yang patut dipertanyakan adalah metode pendekatan atau
hermeneutika ES yang dipengaruhi oleh dogma dan pengalamannya tentang “pentingnya perjuangan
untuk menjadi kudus seperti Yesus”.

Sejak awal ES telah memiliki kecenderungan memahami Yesus sebagai manusia yang berjuang
untuk kudus hingga pada akhirnya diberi gelar sebagai Tuhan oleh Allah (Bapa). Dengan pemikiran ini,
maka konsekuensi logisnya adalah Yesus bukan Allah atau tidak setara dengan Allah. Untuk
mensinkronkan keyakinan ini, maka teks-teks tentang Keilahian Yesus dievaluasi atau ditafsir kembali
dengan pemaknaan yang berbeda.

32
SEMINAR LOGOS #2 & #3| Pdt. Dr. Erastus Sabdono | 24 Juni 2023 | 09.30 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=xprvZo3KkRQ menit 1:13:54
33
Menit 1:34:26
34
Menit 1:21:23
35
Menit 1:36:26
36
Menit 1:34:26
8
Misalnya Yohanes 1:1. Terjemahan umum yang kita pahami adalah “Pada mulanya adalah
Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yoh. 1:1 ITB). Frase “Pros
Ton Theon” yang diterjemahkan “Bersama-sama dengan Allah” oleh ES dikoreksi dengan terjemahan
yang lebih tepat yaitu “Dengan Firman-Nya” dalam arti bahwa tidak ada dua pribadi dalam ayat
tersebut.37

Tanggapan

1) Terjemahan “Pros” yang dipilih LAI dengan “Bersama-sama” sudah tepat karena dapat
diterima secara gramatikal.
2) Terjemahan apapun yang dipilih, tetap saja kata “Logos” dan “Theos” memiliki dua
pengertian karena kedua kata berbeda makna.
3) Hermeneutika ES pada hakikatnya bukan bertujuan menafsirkan kata “Pros” tetapi hendak
mengeliminasi status “Logos” yang kekal bersama “Theos”. Mengapa semangat ini begitu
kuat? Kembali kepada pemahaman awal ES, bahwa tidak mungkin ada sosok lain yang
setara dengan Theos/Allah (Bapa). Maka tidak mungkin “Logos” (Yesus) bersama dengan
“Theos” dalam kekekalan. Akibatnya kata “pros” harus diartikan secara berbeda.

2.9. Terus Berubah ke Arah Mana ?

Atas eksplorasi Alkitab yang bebas ini, pada akhirnya ES sendiri mengakui bahwa
pengajarannya sudah berubah.38 Buku-buku yang ia terbitkan lima atau sepuluh tahun lalu berbeda
dengan yang ia ajarkan sekarang. ES dengan tegas menyampaikan bahwa telah mengalami perubahan
paradigma dan doktrin. Ia meminta agar buku Tritunggal dan Kristologi yang ia tulis dulu ditarik karena
tidak lagi sesuai dengan keyakinannya yang sekarang. Analogi yang digunakannya, “ibarat rumah,
pondasi telah dibongkar. Yang dibongkar bukan hanya jendela atau pintu”.39

III. Kesimpulan

Berdasar dari pembahasan ajaran-ajaran ES di atas, terlihat jelas bahwa ajaran ES telah
mengalami penyimpangan yang makin jauh dari keyakinan Iman Kristen yang ortodoks. Dikarenakan
ajaran tersebut disebarluaskan di media sosial (youtube) yang bisa diakses oleh siapapun, maka ajaran
tersebut telah menimbulkan keresahan dan kegaduhan baik di kalangan umat Kristen maupun
masyarakat. Oleh karena itu, tanggapan ini ditulis untuk mencegah dampak negatif yang lebih luas
lagi.
Kami menyadari bahwa tanggapan ini masih belum lengkap dan dapat dilengkapi lagi oleh
rekan-rekan Teolog yang lain. Kami berharap tanggapan ini paling tidak membuat para pembaca untuk
waspada terhadap ajaran apapun yang berbeda dengan pengajaran dasar Alkitab yang telah diterima
Gereja secara umum. Dengan demikian, harapan kami umat Kristen di Indonesia tidak mudah
terpengaruh dengan ajaran-ajaran yang menyimpang dari kebenaran.
Selain itu, tanggapan ini hendak menegaskan bahwa walaupun posisi ES sebagai Ketua
BMPTKKI, namun tidak semua anggota BMPTKKI menerima dan setuju dengan pengajaran ES. Semoga
Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus selalu menjagai umat-Nya dari ajaran-ajaran sesat.

Naskah Tanggapan ini ditulis oleh Dr. Pangeran Manurung, M. Th

37
Menit 1:56:20
38
Menit 1:38:26
39
SEMINAR LOGOS #2 & #3| Pdt. Dr. Erastus Sabdono | 24 Juni 2023 | 09.30 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=xprvZo3KkRQ menit 1:08:03
9

Anda mungkin juga menyukai