Anda di halaman 1dari 16

ORASI ILMIAH

"One Going Renewal" Pembaharuan Terus Menerus


Disampaikan pada Wisuda STT Sunsugos
Jakarta, 31 Agustus 2019

Yang Saya hormati :


Saudara Ketua STT Sunsugos Jakarta dan Dosen STT Sunsugos Jakarta
yang kami kasihi dalam Yesus Kristus,Wisudawan/ti STT Sunsugos Jakarta
yang berbahagia serta seluruh Undangan dan hadirin yang berbahagia.
Syalooom..........
Mengawali Orasi Ilmiah ini, marilah kita panjatkan puji dan syukur serta
ungkapan terima kasih yang tak terhingga ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa
atas rahmat dan kasih yang dilimpahkan-Nya kepada kita sekalian, sehingga
kita dapat berkumpul di tempat ini dalam keadaan sehat dan selamat
sejahtera.

Wisuda adalah suatu peristiwa penting bagi suatu Lembaga pendidikan


Tinggi karena dengan demikian satu tahap proses pembelajaran telah selesai
dilaksanakan. STT Sunsugos Jakarta sebagai salah satu lembaga pendidikan
tinggi di Indonesia telah menunjukkan prestasi dalam melayani dan bersaksi,
baik di dalam gereja secara khusus maupun di tengah masyarakat Indonesia
secara umum.

Tema orasi ilmiah yang diangkat pada acara wisuda hari ini adalah
"One Going Renewal" Pembaharuan Terus Menerus dan saya mendasarkan
orasi ilmiah ini pada firman Tuhan yang terambil dari 2Kor. 4:16-18, “Sebab
itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin
merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.
Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami
kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari
pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang
kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah
sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.”

Bapak, Ibu serta hadirin yang berbahagia,

Dunia yang begitu penuh dengan keputusasaan, kecemasan, dan


ketakukan yang sering menghantui banyak orang, termasuk kita yang
ada di dalam pelayanan gereja, sekolah teologi dan bahkan setelah
menyelesaikan studi di STT Sunsogos Jakarta ini. Dalam teks ini,
Paulus memberi tahu kita bahwa dia telah menemukan rahasia untuk
tetap termotivasi untuk melakukan pekerjaan Tuhan. Dalam ayat 16,
Paulus berkata, “Sebab itu kita tidak tawar hati”. Secara harfiah, "kita
tidak berkecil hati". Paulus tahu rahasia untuk "tidak berkecil hati" dan
dia membagikan rahasia itu kepada kita dalam perikop ini.Sangat
mudah untuk kehilangan hati bukan? Sangat mudah untuk datang ke
tempat di mana Anda siap untuk menyerah, meletakkan beban Anda,
untuk berhenti begitu saja. Ungkapan prasa "tidak tawar hati” dalam
bentuk present tense. Paulus mengatakan "Aku tidak pernah tawar hati"!
Dia tidak membual. Dia membuat pernyataan fakta sederhana. Paulus
telah menemukan rahasia rohani yang memungkinkannya untuk
didorong bahkan di tengah-tengah keadaan yang akan membuat orang
lain patah semangat.

Kehidupan Paulus sama sekali tidak mudah. Dalam pelayanan


Rasul Paulus banyak sekali kesulitan, penderitaan hebat yang
dialaminya. Daftar penderitaan dan kesusahan Paulus tersebut dapat
kita baca dalam (2 Korintus 1:8; 2 Korintus 11: 23–29). Namun,
terlepas dari semua cobaan, kesengsaraan, dan beban itu, Paulus dapat
mengatakan: "Aku tidak pernah putus asa"!“Saya tidak pernah berkecil
hati. Saya tidak pernah mau menyerah. Saya selalu terdorong,
bersemangat, dan bersemangat untuk melanjutkan hidup dan
perjalanan hidup saya bersama Tuhan”.

Penderitaan adalah keadaan yang menyedihkan yang harus


ditanggung oleh seseorang. Atau dapat juga dikatakan perihal menderita
atau perihal menanggung. Penderitaan berasal dari kata derita, derita
berasal dari bahasa sansekerta, dhra yang berarti menahan atau
menanggung. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
derita artinya menanggung (merasakan) sesuatu yang tidak
menyenangkan. Dengan demikian merupakan lawan kata dari
kesenangan ataupun kegembiraan. (Supartono W, 2004 : 102).

Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin. Penderitaan
termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-
tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu
juga menentukan berat-tidaknya penderitaan yang dialami. Suatu
peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu
merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan
merupakan energi untuk membangkitkan bagi seseorang, atau sebagai
langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan akan dialami oleh semua manusia, hal itu sudah
merupakan risiko hidup manusia. Tuhan memberikan kesenangan atau
kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau
kesedihan yang kadang-kadang beraneka ragam supaya manusia sadar
bahwa Tuhan ada.

Pada umumnya manusia telah diberikan tanda atau wangsit


sebelumnya, hanya saja mampu atau tidak manusia menangkap atau
tanggap terhadap peringatan yang diberikanNya. Tanda atau wangsit
dapat berupa mimpi sebagai pemunculan untuk menyadarkan manusia
atau mengetahui melalui membaca koran, nonton televisi bahwa
terjadinya keadaan yang berupa penderitaan. Bagi manusia yang tebal
imannya dan peka terhadap keadaan yang akan terjadi maka manusia
akan cepat meresponi dengan menyadarkan diri untuk bertobat kepada
Tuhan dan bersikap pasrah akan keadaan yang akan datang.
Kepasrahan karena yakin bahwa kekuasaan Tuhan memang jauh lebih
besar dari dirinya, akan membuat manusia merasakan dirinya kecil dan
menerima keadaan itu apa adanya. Dalam kepasrahan akan
memperoleh suatu kedamaian dalam hatinya, sehingga secara
berangsur akan berkurangnya penderitaan yang dialaminya, intinya
adalah bahwa Tuhan tidak memberikan pencobaan kepada umatnya
yang melebihi dari kekuatannya.

Pada dasarnya, penderitaan adalah segala sesuatu yang


menyakitkan dan mengganggu. Dalam rancangan Allah, penderitaan
adalah sesuatu yang menuntut manusia supaya berpikir. Penderitaan
adalah alat yang dipakai oleh Allah untuk membuat seseorang menjadi
peka terhadap maksud Allah dalam hidup ini. Penderitaan bisa dalam
bentuk kanker atau sakit tenggorokan. Penderitaan bisa berbentuk sakit
penyakit atau kehilangan seseorang yang dikasihi. Penderitaan bisa
berbentuk kegagalan hidup atau kekecewaan dalam pekerjaan atau
dalam studi. Penderitaan bisa berbentuk gosip yang beredar ditempat
pekerjaan atau digereja.

Dalam bahasa Yunani kata penderitaan disebut Paskho (Paskho)


Arti kata dasar dari kata paskho adalah mengalami. Kata ini dalam
sastra Yunani hampir seluruhnya dipakai secara jelas untuk pengalaman
yang serba tidak menyenangkan (Mat.27:19); Lukas 13:2 menyebutnya
“Peponthaisin Peponthaisin artinya mengalami nasib yang kurang
menyenangkan (Parlaungan Gultom, 1987:16).

Meskipun ada saat-saat ketika kita menghadapi masalah dan


penderitaan, marilah kita maju dan berkata seperti Paulus “Aku tidak
pernah putus asa dan tawar hati”. Saya percaya bahwa tempat itu
tersedia untuk semua orang anak-anak Tuhan. Saya percaya tempat itu
tersedia untuk Anda!
Bapak, Ibu serta hadirin yang terkasih,

Paulus selanjutnya, berkata "meskipun manusia lahiriah kita


merosot". Alasan mengapa begitu mudah bagi kita untuk mengeluh dan
tawar hati adalah karena manusia lahiriah kita itu lemah dan semakin
merosot. "Manusia lahiriah" mengacu pada bagian kedagingan kita. Ini
meliputi tubuh dan pikiran. Hasil penuaan dalam tubuh dan dosa di
dalam pikiran mengakibatkan kita kehilangan sukacita, harapan, dan
kedamaian hati dan pikiran.Kita diberitahu di sini bahwa "manusia
lahiriah" adalah "merosot". Kata "merosot" berarti "membusuk,hancur".

Alasan kita begitu mudah untuk "tawar hati" adalah karena


"manusia lahiriah" kita sedang "dihancurkan, dirusak, dihancurkan"
setiap hari. “Jadi kita tidak berkecil hati. Meskipun manusia lahiriah kita,
tubuh kita, otak kita, paru-paru kita, hati kita, otot kita, dan tulang kita
sedang terbuang, dihancurkan, dimakan habis, dan sedang musnah ”.

Penderitaan yang dialami oleh manusia disebabkan dua faktor,


yaitu eksternal dan internal (dari luar dan dari dalam), penderitaan
disebabkan karena sakit penyakit, kemiskinan dan bencana alam.
Artinya bahwa penderitaan manusia secara umum ada kaitannya
dengan alam semesta dan manusia itu sendiri. Penyakit adalah keadaan
tidak normal pada tubuh atau minda yang menyebabkan
ketidakselesaian, disfungsi, atau tekanan/ stres. Stres adalah suatu
perasaan ragu akan kemampuan untuk mengatasi sesuatu, suatu
anggapan bahwa persediaan yang ada tidak dapat memenuhi
permintaan yang dibuat. Ini merupakan reaksi pada tubuh manusia yang
akan mengancam stabilitas tubuh yang normal. (Dwight L. Carlson,
2004 :11-12). Penyakit ini juga bisa disebabkan karena kuman, bakteria,
virus dan racun. Seperti yang diutarakan oleh seorang dokter bahwa:

Organisme-organisme penyakit terdiri bakteri, virus atau parasit.


Seseorang yang pilek itu disebabkan oleh virus. Miskipun virus ini
mudah menular, tetapi virus ini agak lemah dan dapat dikalahkan
oleh antibodi seseorang. Bakteri pneumonia lebih ganas dan dapat
menyebabkan infeksi yang serius pada tubuh manusia. Tetapi
yang paling ganas adalah virus Ebola. Virus ini sangat cepat sekali
berkembang dan menyerang semua organ dan jaringan tubuh.
Kebanyakan dari kasus ini menyebabkan kematian” (Daniel E.
Fountain 2003:97).

Virus adalah salah satu istilah yang dipakai dalam ilmu


kedokteran. Virus adalah makhluk sub-mikroskopis, yang berkembang
baik dalam sel atau jaringan makhluk hidup. (Widodo 2001:740). Virus
ini dapat menyerang manusia melalui sel-sel darah. Jika virus ini sudah
menyerang dan merambat ke tubuh (manusia) maka seseorang akan
jatuh sakit. Virus juga dapat menyerang manusia melalui pernafasan
(hidung) atau melalui udara yang dihirup. Begitu juga bakteri, dalam
Kamus Besar Indonesia bakteri adalah:

Makhluk hidup yang terkecil bersel tunggal terdapat dimanan-


mana dapat berkembang biak dengan kecepatan luar biasa
dengan jalan membelah diri, ada yang berbahaya ada yang tidak,
dapat menyebabkan peragian, pembusukan, dan penyakit; benih
penyakit. Kuman bekerja sebagai pembawa dan penyebab
penyakit. Apabila manusia luka maka luka itu akan dapat terinfeksi
kalau kuman sudah masuk, sehingga menimbulkan sakit penyakit
pada tubuh manusia” (Dwi Adik, 2001 : 69).

Selain dari pada itu juga ilmu kedokteran telah mengindentifikasi


beberapa kelainan fisik pada tubuh manusia yang menimbulkan
penyakit.

Pertama kelenjar endokrin, penyakit tiroid adalah kelaianan pada


kelenjar endrokrin sering dikaitkan dengan penyebab kelelahan
pada tubuh manusia. Biasanya orang yang menderita penyakit ini
akan merasa lesu, melambatnya kemampuan untuk berbicara, dan
kulitnya menjadi kasar. Kedua, infeksi. Infeksi dapat menyebabkan
kelelahan pada tubuh manusia. Penyakit ini disebabkan oleh agen
penular bernama spirochete (bakteri berbentuk spiral) yang
disebarkan oleh ekor kutu. Di sekeliling gigitan kutu tersebut
terdapat sebercak luka berwarnah merah yang nantinya akan
melebar, luka tersebut bersih pada bagaian tengahnya dan korban
akan merasa gejala flu. Ketiga, anemia. Penyakit anemia dapat
menyebabkan kelelahan pada tubuh manusia khusus pada wanita
yang sedang mengalami menstruasi. Anemia adalah (penyakit)
kekurangan kadar hemoglobin di dalam darah; kekurangan butir-
butir darah merah. Keempat, faktor bawaan penyebab kelelahan.
Variasi yang normal muncul dalam berbagai aspek kehidupan
manusia baik lingkungan sosial maupun masyarakat seperti
berambut hitam, cokelat, berbadan tinggi, pendek dan juga tingkat
kederdasan seseorang (IQ) yang sangat berbeda-beda.
Perbedaan ini akan menimbulkan rasa kelelahan/ sakit pada tubuh
ketika seseorang memperbandingkan kemampuannya dengan
kemampuan orang lain. (Dwight L. Carlson, 2004:115-120).
Selanjutnya penderitaan rupa kemiskinan, secara etimologis
kemiskinan berasal dari kata ”miskin” yang artinya tidak berharta benda
dan serba kekurangan. Kementerian Sosial dan Badan Statistik,
mendefinisikan kemiskinan dari perspektif kebutuhan dasar. Kemiskinan
sebagai ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar
minimal untuk hidup layak (Nurhadi, 2007 : 13). Lebih lanjut Nurhadi
menyebutkan kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di
bawah garis nilai standar kebutuhan minimum baik untuk makanan dan
non-makanan yang disebut garis kemiskinan (povertyline) atau batas
kemiskinan (povertytresshold).

Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, arti miskin ialah


tidak memiliki harta benda dan kekurangan dalam segala hal. (Peter
Salim dan Yenny Salim, 1991 : 986). Dari sudut pandang disiplin ilmu
sosiologi, kemiskinan berarti suatu keadaan di mana seseorang tidak
sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf hidup kelompok
dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya
dalam kelompok tersebut. (Soerjono Soekanto, 1994 : 406). Menurut
The International Standar Bible Encyclopedia, istilah miskin terdapat
dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yaitu anaw, ebyon, dal, ras,
misken. Kata miskin dikaitkan dengan kehidupan jasmani ekonomi dan
status sosial yang rendah, yaitu penes, ptokhos, penikhros penes,
ptokhos, penikhros. (D. E. Holwerda, 1986 : 906).

Jadi, kemiskinan adalah masalah sosial yang sifatnya global dan


telah menjadi problema sosial baik bagi masyarakat moderen maupun
masyarakat tradisional. Menurut Ginandjar Kartasasmita, kemiskinan
dapat didefinisikan sebagai situasi serba kekurangan yang terjadi bukan
karena dikehendaki oleh si miskin, melainkan karena tidak dapat
dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. (Ginanjar Kartasasmita,
1994 : 5). Robert Chamber menggunakan istilah integrated poverty
(kemiskinan yang terpadu) untuk kemiskinan yang melingkari orang-
orang miskin, yaitu kemiskinan itu sendiri (poverty), fisik yang lemah
(physical weakness), kerentanan (vulnerability), keterisolasian
(isolation), dan ketidakberdayaan (powerlessness) yang merupakan
suatu ketidak beruntungan (disadvantages) yang dialami orang orang di
negara berkembang. Pendapat Chambers diungkapkan kembali oleh
Loekman Soetrisno dalam seminar tentang Peningkatan Kesejahteraan
Umat melalui Pemberantasan Kemiskinan yang diselenggarakan oleh
Majelis Ulama Indonesia pada tahun 1993. (Majelis Ulama Indonesia,
1993 : 36). Kemiskinan adalah keadaan miskin di mana seseorang atau
satu keluarga mempertahankan hidupnya dalam tingkat yang sangat
minim. Kemiskinan dapat juga dilihat dari ilmu filsafat yang bermakna
ganda di mana ruang lingkup ilmu filsafat cukup luas dalam menelusuri
segenap aspek kehidupan umat manusia (miskin jasmani, miskin moral,
miskin ilmu, dan miskin spiritual). Berdasarkan paparan di atas maka
saya menguraikan tiga hal tentang kemiskinan dalam hidup manusia:

Pertama, miskin jasmani. Ginanjar Kartasasmita menjelaskan


bahwa orang miskin terbelit di dalam lingkaran ketidak berdayaan.
Rendahnya pendapatan mengakibatkan rendahnya konsumsi gizi yang
selanjutnya mempengaruhi kondisi kesehatan. Kesehatan yang buruk
menyebabkan produktivitas kerja yang rendah. Rendahnya pendapatan
menyebabkan pula terbatasnya kemungkinan untuk mendapatkan
pendidikan yang lebih baik. Pada gilirannya rendahnya pendidikan
menyebabkan terbatasnya lapangan kerja yang bisa dimasuki untuk
memperoleh nafkah. (Ginanjar Kartasasmita : 7). Dalam pandangan
sekuler penderitaan itu bukan saja berkaitan dengan kesehatan tetapi
juga dalam hal kemiskinan. Pada umumnya kemiskinan adalah
gambaran dari sebuah penderitaan. (Sumardjo, 2001 : 48). Pandangan
ini banyak dianut oleh kaum kapilistik yang bertujuan memiliki harta dan
kekayaan sebanyak-banyaknya. Kelompok ini berpendapat bahwa hidup
itu untuk memiliki harta benda. (Ibid : 49).

Asumsi ini beranggapan bahwa kekayaanlah yang menciptakan


kebahagiaan. Orang yang tidak memilki harta adalah orang-orang yang
dikategorikan sebagai orang yang menderita sebab kebutuhan tidak
tercukupi. Di pihak lain kaum sosialisme berpendapat bahwa bukan
kekurangan atau kemiskinan saja yang membuat seseorang menderita
tetapi menyangkut hati atau perasaan yang tertekan. Kaum sosialisme
adalah golongan yang gemar memberi atau beramal. Penekanan
kelompok ini adalah hidup dalam kebersamaan. (Sumardjo : 51). Orang
dapat mencapai kebahagian apabilah ada kebersamaan, tolong-
menolong, bantu membantu, cinta-mencintai. Menurut pandangan ini
bahwa kebahagiaan itu terletak dalam pemberian dan penerima.

Kedua, miskin moral. Kata moral berasal dari bahasa Latin moralis
yang merupakan terjemahan dari bahasa Yunani ethikos ethikos. J. S.
Badudu menjelaskan bahwa moral adalah akhlak, budi pekerti. Kalau
seseorang telah rusak moralnya, maka tidak bisa lagi membedakan
yang baik dan yang buruk. Moral juga berarti kondisi mental yang dapat
menentukan apakah orang masih dapat bertahan dari bujukan iblis,
mempunyai keberanian atau tidak, masih patuh pada disiplin atau tidak.
Moralis ialah orang yang selalu mempertahankan moral, akhlak yang
baik, hidup berpegang pada moral dan selalu menghargai yang baik. (J.
S. Badudu, 1996 : 908).
Kemiskinan moral artinya ialah bahwa seseorang telah menjadi
tidak bermoral lagi atau menjadi tidak etis, karena pikirannya tertutup
terhadap hal-hal yang baik tetapi penuh dengan pikiran-pikiran yang
jahat (Kej.6:5). Ada keterkaitan antara moral dan etika. Menurut J.L.Ch.
Abineno istilah etika dipakai dalam berbagai-bagai hubungan, kelakuan,
norma-norma, tindakan dan perbuatan seseorang, benar atau tidak
benar. (J.L. Ch. Abineno, 1996: 1).

Ketiga, miskin spiritual. Kemiskinan spiritual dari sudut pandang


iman Kristen berawal dari keragu-raguan terhadap Firman Allah,
sehingga iman menjadi lemah dan hidup semakin jauh dari anugerah
Allah. Agama-agama monoteisme atau agama Samawi melarang umat
Allah melanggar hukum-hukum-Nya, seperti menyembah ilah-ilah lain.
Tetapi kenyataan dalam hidup sehari-hari, masih di jumpai bahwa
masyarakat mulai dari pedesaan sampai ke istana lebih mempercayai
paranormal. Bahkan almarhumah Putri Diana mempunyai penasihat
spiritual, demikian pula mantan Ibu Negara Nancy Reagan mempunyai
sahabat juru ramal. Surya juga melaporkan bahwa terdapat puluhan
paranormal di sekitar mantan presiden Sukarno dan Suharto. (Harian
Surya, 1998 : 1, 6, 10).

Penyembahan berhala, praktik okultisme adalah bentuk


kemiskinan spiritual bagi anak-anak Tuhan dan itu dijelaskan secara
mendalam oleh J. Verkuyl dan Kurt Koch.

Bentuk bentuk penyembahan berhala ialah pemujaan kepada


arwah nenek moyang, meminta pertolongan arwah, ilmu sihir, ilmu
tenung (mantik), dan ilmu ramal. Ilmu sihir dibagi menjadi sihir
hitam dan sihir putih. Ilmu tenung dibagi menjadi mantik inspiratif,
kronomantik, geomantik, mantik astrologis, dan horoskop modern”
(J. Verkuyl, 1978 : 21-66).

Kurt Koch menyebut semuanya itu sebagai “The Devil’s Alphabet”


dan diurai lebih rinci lagi yaitu perzimatan, anthroposofi, astrologi,
magis, penyembuhan mistis, ramalan keberuntungan, kekebalan,
hipnotis, numerologi, spiritisme, perdukunan, telepati, pendulum,
ramalan kartu dan lain-lainnya. (Kurt Koch, 1972 : 15-47).

Bagian terakhir yang menyebabkan penderitaan yaitu bencana


alam, apalagi di Indonesia sangat rentan dengan hal itu. Coba kita
pahami terkait bencana alam itu.
Bencana alam adalah salah satu faktor yang dapat membuat
perubahan terhadap kehidupan sosial masyarakat di sekitarnya.
Kehidupan sosial masyarakat merupakan bagian yang tidak
terlepas dari pengaruh alam. Apabila terjadi bencana, maka sistem
sosial yang berada di sekitarnya akan mengalami dampak
tersebut. (Soerjono Soekanto, 1993 : 29).

Akibat yang ditimbulkan dari terjadinya bencana alam, tentu


menimbulkan kerugian bagi kehidupan masyarakat seperti rusaknya
rumah yang dimiliki oleh masyarakat, rusaknya fasilitas umum,
hilangnya harta benda bahkan sampai menimbulkan korban jiwa yang
sangat banyak. Rusaknya rumah masyarakat akibat dari bencana alam,
sehingga masyarakat pindah ketempat pengungsian dengan persediaan
fasilitas hidup yang terbatas atau mengungsi ketempat saudara yang
jaraknya cukup jauh dari tempat kejadian.

Selain itu, akibat yang timbul dari terjadinya bencana alam di


bidang pendidikan, sehingga merusakkan fasiltas atau sarana
pendidikan yang ada seperti gedung sekolah, peralatan belajar dan
sebagainya. Kondisi tersebut tentu sangat berpengaruh terhadap
terbatasnya pemberian layanan pembelajaran dari sekolah kepada
peserta didik.

Penghancuran "manusia lahiriah" ini berasal dari kutukan Allah


karena dosa. Dunia berada di bawah kutukan kesia-siaan, kesakitan,
penderitaan, dan kematian (Roma 8: 22–23), tetapi kita bersyukur
Kristus Yesus yang sudah mati bagi dosa-dosa kita telah mengalahkan
kematian itu pada waktu Dia bangkit dari kematian pada hari yang
ketiga, sehingga kita dapat berkata, ”kami dianiaya, namun tidak
ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami
senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya
kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.Sebab kami,
yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena
Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami
yang fana ini. Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup
giat di dalam kamu. (2 Korintus 4”:8-12)

Bapak, Ibu serta hadirin yang terkasih,

Lalu apa yang sebenarnya kita perlukan? Yang kita perlukan


adalah datang kepada Tuhan, yang menyempurnakan iman kita dan
yang sanggup memberi kekuatan sekalipun kita diserang dari luar dan
dari dalam kita tidak akan tawar hati dan putus asa. Paulus membagikan
rahasianya menjaga hati bahkan ketika hidup berbalik melawannya.
Mari kita periksa rahasia yang luar biasa ini karena kita membutuhkan
bantuan yang diberikannya kepada kita juga.

Rahasia untuk kita dibaharui secara terus menerus sehingga kita


tidak akan putus asa dan tawar hati, Setidaknya ada tiga hal yang perlu
kita perhatikan, yaitu: yang pertama, kita diberi kekuatan/ dibaharui
setiap hari Paulus mengingatkan kita "manusia lahiriah" akan "merosot",
tetapi "manusia batiniah kita diperbarui dari hari demi hari". Manusia
duniawi, yang meliputi tubuh dan pikiran, merosot setiap hari. Setiap
hari, pikiran dan tubuh diserang oleh efek dosa dan orang berdosa.
Sebagai hasil dari serangan konstan pada "manusia luar" itu "merosot".

Tetapi, sementara "manusia lahiriah" semakin lemah dan semakin


dekat ke kuburan, "manusia batiniah" itu "diperbarui" "hari demi hari".
Kata "memperbaharui" berarti "merenovasi". Setiap hari, "manusia
batiniah" diberikan kekuatan baru untuk menghadapi cobaan hari itu.
Yesus berkata seperti ini: “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari
besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan
sehari cukuplah untuk sehari."(Matius 6:34).

Gagasan penderitaan dalam Perjanjian Baru mendapat nilai


istimewa dalam hubungannya dengan salib Kristus. Hal itu terungkap
dalam khotbah Yesus tentang pentingnya untuk memikul salib, yang
didasarkan pada kehendak Allah. Yesus sendiri memberi teladan untuk
itu, seperti yang terungkap dalam ketaatan-Nya untuk mati demi
kehendak Bapa. Pemahaman ini membawa konsekuensi logis, yakni
bahwa semua murid Kristus diundang untuk memikul salib dalam
kehidupannya sehari-hari. Seruan ini berlaku untuk semua orang dan
dalam semua bentuk penderitaan. Kandungan makna memikul
penderitaan untuk mengikuti Yesus ini adalah untuk menunjukkan
bahwa penderitaan bukan tujuan akhir hidup seorang murid Kristus.
Partisipasi dalam salib Kristus hendak menegaskan bahwa dengan
mengambil bagian dalam salib Kristus setiap murid Kristus mengambil
bagian juga dalam kemulian Kristus. (Petrus Maria Handoko, 59).

Penderitaan dalam konteks Teologi penciptaan tidak dapat


dilepaskan dengan persoalan dosa dan kebebasan manusia.
(Kirchberger, 17) Manusia diciptakan seturut citra Allah dan itu
terungkap dalam kebebasannya. Akan tetapi, manusia memilih untuk
mengikuti kehendak pribadinya dan melangkah ke luar dari panggilan
dasariahnya untuk terarah kepada Allah. Sikap manusia yang memilih
mengikuti kehendaknya sendiri membawa manusia kepada dosa. Dosa
merupakan realitas putusnya relasi manusia dengan Allah. Karena
kehendaknya sendiri manusia merusak relasinya dengan Allah sehingga
keberadaannya merupakan keberadaan yang terarah kepada
penghancuran relasi dengan Allah, diri sendiri, sesama dan alam.
Manusia, karena pilihannya yang demikian menghasilkan penderitaan.
Sebab dengan tidak hidup menurut rencana dia diciptakan manusia
menghakimi dirinya diri sendiri. Dan sikap seperti ini lambat laun
merusak hidup dan kebahagiaan manusia. (Kirchberger, 99).

Jatuhnya manusia dalam dosa membuat manusia hidup dalam


realitas kemalangan atau penderitaan. Sebab dengan dosa manusia
melawan Allah yang sejak awal menciptakan manusia dalam keadaan
yang baik. (Ibid, 99).

Dosa membuat manusia kehilangan gambar Allah yang mencintai.


Dosa membuat manusia tidak sanggup melihat Allah dalam
hakikiatnya yang terdalam sebagai cinta. Manusia menolak
memandang Allah sebagai dasar hidupnya. Lebih lanjut, hilangnya
gambaran Allah sebagai penjamin dan dasar hidupnya membawa
kepada konsekuensi pada gambaran Allah dalam hubungannya
dengan penderitaan. Akibat dosa manusia tidak sanggup melihat
Allah dalam kepenuhan cinta-Nya.” (Kirchberger, 25).

Meski demikian, Allah yang menciptakan manusia dan mencintai


manusia tidak luruh dalam gambaran keliru manusia. Allah yang dalam
kedalamannya mencintai manusia dan menghendaki manusia hidup
dalam kebahagiaan. Dengan demikian, manusia harus memahami
bahwa dalam konteks penderitaan, Allah sesungguhnya bukanlah Allah
yang murka terhadap manusia. Sebaliknya, dalam konteks penderitaan
Allah merupakan Allah yang berbelas kasih, Allah yang mencinta.
(Kierchberger: 99).

Puncak dari pernyataan belaskasihan Allah adalah dalam


perutusan sang Putra, Yesus Kristus. Kristus hadir dan
mematahkan semua gambaran manusia yang negatif terhadap
Allah. Dalam karyanya Yesus telah menyembuhkan orang berdosa
dan menderita akibat dosa (Mk.2:5, Mat.9:2, Luk.5:2). Sikap Yesus
ini hendak menunjukkan suatu gambaran yang positif tentang
Allah yang disapa-Nya sebagai Bapa. (Ibid, 48).

Yesus ingin menampilkan Allah sebagai Bapa yang mengasih


manusia dan mendekati manusia serta ingin berdamai dengan manusia.
Allah dalam Kristus adalah Allah yang berbelas kasihan. Allah
menampilkan diri sebagai Allah yang mencintai. Melalui Kristus, Allah
mengundang manusia untuk sungguh melihat bahwa dalam
penderitaan, Allah adalah Allah yang ingin menyelamatkan.

Kehadiran Kristus seperti ini membuka horizon baru bagi


penderitaan manusia, bahwa Allah tidak pernah meninggalkan
manusia. Terhadap manusia yang menderita dan berdosa, Tuhan
tetap menampilkan diri sebagai Allah yang baik, meskin manusia
memilih menjauh dari Allah. Seluruh sikap Yesus ingin
memperlihatkan sikap Allah Bapa yang baik dan positif terhadap
semua orang dan menampilkan Allah yang hendak memperbaiki
dan memulihkan situasi manusia yang menekan dan
menyusahkan mereka. (Ibid, 85).

Puncak karya penyelamatan Allah dalam Kristus terungkap dalam


Salib Kristus. Melalui penderitaan di salib, Allah dalam diri Putranya
menyingkapkan cintanya yang terdalam bagi manusia yang menderita
akibat dosa dengan cara memilih mengorbankan Putra-Nya. Allah
memilih jalan menderita di Salib untuk mengangkat manusia dari dosa
dan penderitaannya. (Kirchberger, 104). Apa yang terungkap di sini
adalah bahwa penderitaan manusia dalam salib Kristus tidak memiliki
tujuan di dalam dirinya sendiri. Dengan demikian, di dalam dirinya
manusia memiliki harapan akan berakhirnya penderitaan. (Paul Budi
Kleden, 2006 : 90-98). Lebih jauh, penerimaan akan salib berbuah pada
pembaharuan gambaran akan Allah.

Lewat Salib Kristus, Allah hendak mengungkapkan bahwa


gambaran manusia akan Allah sebagai musuh sesungguhnya tidak
beralasan. Dosa yang telah mengaburkan gambaran manusia tentang
Allah yang ingin membalaskan kejahatan dengan hukuman direstorasi
oleh Kristus melalu salibnya. (Kirchberger, 106).

Namun, restorasi yang dibuat oleh Allah lewat penderitaan Kristus


Putranya tidak berhenti pada pembaharuan akan gambaran Allah.
Dengan memilih menderita dalam Putra-Nya, Allah hendak membangun
kembali persahabatan dengan manusia seperti sebelum manusia
berdosa. Bahkan Allah dalam Kristus yang menderita hendak mengatasi
maksud-Nya semula menciptakan manusia. Allah sekarang tidak hanya
hendak menciptakan sesuatu yang mengagumkan seperti saat Allah
menciptakan dunia dan manusia, tetapi membaharuinya secara lebih
mengagumkan.
Salib Kristus yang menjadi tanda pembaharuan di sini dengan
demikian memiliki makna dan nilai silih. Tetapi silih yang dimaksud
di sini bukan dalam tataran pemahaman teori silih dari Anselmus.
Teori ini menjelaskan bahwa karena dosa manusia, Allah menjadi
marah dan tersinggung. Untuk memulihkan hubungan dengan
Allah, manusia harus membayar denda. Namun manusia yang
fana dan terbatas ini tidak sanggup untuk membayar silih atas
dosa-dosanya itu. Karena itu, Putra Allah menjadi manusia untuk
membayar silih atas nama manusia, dan sebagai Putra Allah,
Yesus mampu membayar silih yang tak terbatas dengan hidup-
Nya yang terbatas. (Ibid,97).

"Manusia batiniah" "diperbarui" setiap hari, tetapi kita perlu


memahami bahwa ini bukan minuman sekali pakai yang menjamin
kekuatan dan pembaruan kita setiap hari. Tuhan menawarkan air
mancur yang dapat kita minum setiap hari. Minum dari air mancur yang
Dia tawarkan menjanjikan kepada kita bahwa "manusia batiniah" akan
"diperbarui, direnovasi, dan disegarkan" hari demi hari, bahkan ketika
"manusia luar" semakin lemah dan semakin lemah. Jadi, setiap hari
memiliki kesulitannya sendiri.

Sebagai Ilustrasi: Mobil hidupmu tidak dimaksudkan untuk berjalan


dengan bensin kemarin. Anda perlu mengisi ulang tangki setiap
hari.Metabolisme spiritual Anda tidak dapat bertahan pada makanan
kemarin. Anda perlu makan makanan segar hari ini. Dosis spiritual yang
membawa kesembuhan ke hati Anda kemarin tidak akan membantu
kesehatan Anda hari ini. Anda membutuhkan dosis segar untuk penyakit
sehari-hari.Tidak ada bahan bakar spiritual yang dirancang untuk
menjalankan mobil Anda selama sepuluh tahun.Tidak ada satu pun
makanan spiritual yang akan memberdayakan hidup Anda selama
berbulan-bulan."Manusia batiniah" "diperbarui" hari demi hari. Ia
diperbarui oleh bahan bakar segar, oleh makanan segar, oleh obat
segar!

Apa artinya ini? Ini berarti Anda perlu diberi makan oleh Firman
Tuhan setiap hari, Anda perlu berdoa kepada Bapa setiap hari. Anda
membutuhkan persekutuan orang-orang kudus setiap hari. Pergi ke
gereja seminggu sekali, atau sebulan sekali tidak akan menyelesaikan
pekerjaan. Anda membutuhkan pasokan segar setiap hari! Tidak heran
jika begitu banyak "keputusasaan"! Mereka tidak melakukan investasi
dalam "pembaruan" pada "manusia batiniah" "hari demi hari".
Kita pergi ke dokter, makan obat-obatan kami, dan merawat tubuh
kita, yang akan "binasa". Namun, kita tidak memperhatikan manusia
rohani kita supaya diperbaharui dari sehari ke sehari, Itulah sebabnya
kita “tawar hati”! Kita “putus asa ” karena kita memusatkan perhatian kita
pada segala sesuatu kecuali satu hal yang paling berarti dalam hidup
kita. Kita tidak memikirkan hubungan kita dengan Tuhan dan untuk
"memperbarui" pada "manusia batiniah" "hari demi hari".

Kedua, tidak ada penderitaan yang bertahan lama. Perhatikan


baik-baik bahasa yang digunakan Paulus di sini. Dia mengatakan
"penderitaan ringan kita, yang hanya sesaat ..." Paulus mengatakan
bahwa "tekanan" yang ia alami "mudah". Dalam Roma 8:18 “Sebab aku
yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan
dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” Tidak ada yang
kita hadapi di sini "layak untuk dibandingkan dengan kemuliaan" yang
akan kita alami kelak.

Dia mengatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah


“duniawi”. Itu hanya di sini untuk waktu yang singkat, dan itu akan
berlalu. Tapi, apa yang tidak bisa kita lihat, hal-hal yang menjadi milik
kita di Surga, bersifat abadi. Kita akan mengeluh selama beberapa hari
di sini, tetapi kita akan bersukacita untuk usia yang tak ada habisnya di
sana. Kita akan merasakan sakit di sini untuk sementara tetapi kita
akan mengalami kemuliaan-Nya di sana selamanya.

Rahasia untuk "tidak kehilangan hati" adalah mempertahankan


perspektif yang tepat. Mintalah Tuhan untuk membantu Anda
mengalihkan pandangan dari apa yang dapat Anda lihat dan untuk
membantu Anda melihat melampaui dunia ini menuju kemuliaan yang
menanti di hadirat-Nya.

Ketiga, Segala sesuatu yang kita hadapi dalam hidup memiliki


makna. Paulus memberi tahu kita bahwa "kesengsaraan" kita "bekerja
untuk kita". Itu pernyataan yang luar biasa! Ketika sesuatu terjadi dalam
hidup kita, kita sering melihat mereka berpikir itu tidak ada artinya. Kita
bertanya-tanya bagaimana segala sesuatu yang menyakitkan, tidak
masuk akal, tragis, dapat memiliki makna apa pun. Tapi itu benar!

Bapak, Ibu serta hadirin yang terhormat,

Jika Anda adalah anak Allah, tidak ada yang terjadi dalam hidup
Anda yang tidak berarti. Segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari
rencana Bapa untuk mengembangkan Anda sebagai anak-Nya. Hanya
pengingat: Tuhan tidak menyelamatkan Anda untuk membuat Anda
bahagia. Dia tidak menyelamatkan Anda untuk memberkati Anda. Dia
menyelamatkan Anda untuk membuat Anda seperti Yesus. Itulah tujuan
kekal-Nya. Beginilah cara Paulus mengatakannya,”Kita tahu sekarang,
bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah.Sebab semua orang yang
dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk
menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu,
menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Ketika kanker datang dan menghabiskan hidup Anda, itu tidak


berarti; Ketika hatimu hancur dan impianmu hancur, itu tidak berarti;
Ketika orang yang Anda cintai meninggal di tangan sopir yang mabuk,
itu tidak ada artinya; Ketika mobil itu gagal secara mekanis dan
seseorang yang Anda cintai meninggal, itu tidak ada artinya; Bapak/Ibu,
ketika Anda bergumul dengan masalah dalam pelayanan, itu tidak
berarti; Orang tua, ketika Anda berjuang dengan anak-anak Anda dan
keputusan mereka, itu tidak ada artinya; Ketika tragedi kehidupan ini
menumpuk pada Anda satu demi satu dan Anda hancur, lelah, dan
babak belur, itu tidak ada artinya!

Tidak, semua ini “bekerja untuk kita”! Demi keuntungan Anda!


Suatu hari, ketika hidup ini berakhir dan Anda melangkah keluar dari
waktu dan menuju keabadian, Anda akan merasa lega dari
"kesengsaraan ringan saat ini", dan tertelan dalam "kemuliaan yang jauh
lebih berat dan abadi. Akhirnya kita akan bersyukur bahwa sekalipun
manusia lahiriah kita semakin merosot tetapi manusia batiniah kita akan
dibaharui dari sehari ke sehari sehingga kita tidak perlu “berkecil hati”
atau putus asa. Kita seperti "bejana tanah". Kita lemah, dan kita
membutuhkan kekuatan yang ada di luar diri kita jika kita ingin berdiri.
Kekuatan itu berasal dari Tuhan.

Hiduplah dalam kebenaran di dalam Yesus Kristus. Kita adalah


seorang musafir. Anda hanya orang yang melewati dunia ini dalam
perjalanan pulang. Sepanjang jalan, Anda akan menjadi kecewa,
dikalahkan, dan berkecil hati, tetapi Anda tidak harus "kehilangan hati".
Tuhan dapat dan akan membantu Anda melakukan perjalanan pulang
dengan kemuliaan di jiwa Anda, jika Anda akan terus mengawasi Dia,
dan bukan pada apa yang Anda lihat.

Dengan demikian di akhir orasi ilmiah ini saya tegaskan bahwa


“kepercayaan pada Tuhan memberikan kekuatan kepada orang beriman
untuk bertahan tidak hanya dalam suka, tetapi duka (baca: penderitaan),
sehat atau sakit, keberhasilan atau kegagalan. Lugasnya, kepercayaan
pada Tuhan bisa memberikan kebebasan (baca: pembaharuan) kepada
lahir batin manusia dari aneka ketidakmanusiawinya.”

Akhirnya saya sampaikan “Selamat untuk Winisuda Sekolah


Tinggi Teologi Sunsugos Jakarta. Kepada sivitas akademik kiranya terus
berkarya bagi Tuhan dan sesama. Terima kasih Tuhan Memberkati.

Thamrin, 26 Agustus 2019

Dr. Yan Kristianus Kadang, MM.

Anda mungkin juga menyukai