Tema orasi ilmiah yang diangkat pada acara wisuda hari ini adalah
"One Going Renewal" Pembaharuan Terus Menerus dan saya mendasarkan
orasi ilmiah ini pada firman Tuhan yang terambil dari 2Kor. 4:16-18, “Sebab
itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin
merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.
Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami
kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari
pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang
kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah
sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.”
Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin. Penderitaan
termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-
tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu
juga menentukan berat-tidaknya penderitaan yang dialami. Suatu
peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu
merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan
merupakan energi untuk membangkitkan bagi seseorang, atau sebagai
langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan akan dialami oleh semua manusia, hal itu sudah
merupakan risiko hidup manusia. Tuhan memberikan kesenangan atau
kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau
kesedihan yang kadang-kadang beraneka ragam supaya manusia sadar
bahwa Tuhan ada.
Kedua, miskin moral. Kata moral berasal dari bahasa Latin moralis
yang merupakan terjemahan dari bahasa Yunani ethikos ethikos. J. S.
Badudu menjelaskan bahwa moral adalah akhlak, budi pekerti. Kalau
seseorang telah rusak moralnya, maka tidak bisa lagi membedakan
yang baik dan yang buruk. Moral juga berarti kondisi mental yang dapat
menentukan apakah orang masih dapat bertahan dari bujukan iblis,
mempunyai keberanian atau tidak, masih patuh pada disiplin atau tidak.
Moralis ialah orang yang selalu mempertahankan moral, akhlak yang
baik, hidup berpegang pada moral dan selalu menghargai yang baik. (J.
S. Badudu, 1996 : 908).
Kemiskinan moral artinya ialah bahwa seseorang telah menjadi
tidak bermoral lagi atau menjadi tidak etis, karena pikirannya tertutup
terhadap hal-hal yang baik tetapi penuh dengan pikiran-pikiran yang
jahat (Kej.6:5). Ada keterkaitan antara moral dan etika. Menurut J.L.Ch.
Abineno istilah etika dipakai dalam berbagai-bagai hubungan, kelakuan,
norma-norma, tindakan dan perbuatan seseorang, benar atau tidak
benar. (J.L. Ch. Abineno, 1996: 1).
Apa artinya ini? Ini berarti Anda perlu diberi makan oleh Firman
Tuhan setiap hari, Anda perlu berdoa kepada Bapa setiap hari. Anda
membutuhkan persekutuan orang-orang kudus setiap hari. Pergi ke
gereja seminggu sekali, atau sebulan sekali tidak akan menyelesaikan
pekerjaan. Anda membutuhkan pasokan segar setiap hari! Tidak heran
jika begitu banyak "keputusasaan"! Mereka tidak melakukan investasi
dalam "pembaruan" pada "manusia batiniah" "hari demi hari".
Kita pergi ke dokter, makan obat-obatan kami, dan merawat tubuh
kita, yang akan "binasa". Namun, kita tidak memperhatikan manusia
rohani kita supaya diperbaharui dari sehari ke sehari, Itulah sebabnya
kita “tawar hati”! Kita “putus asa ” karena kita memusatkan perhatian kita
pada segala sesuatu kecuali satu hal yang paling berarti dalam hidup
kita. Kita tidak memikirkan hubungan kita dengan Tuhan dan untuk
"memperbarui" pada "manusia batiniah" "hari demi hari".
Jika Anda adalah anak Allah, tidak ada yang terjadi dalam hidup
Anda yang tidak berarti. Segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari
rencana Bapa untuk mengembangkan Anda sebagai anak-Nya. Hanya
pengingat: Tuhan tidak menyelamatkan Anda untuk membuat Anda
bahagia. Dia tidak menyelamatkan Anda untuk memberkati Anda. Dia
menyelamatkan Anda untuk membuat Anda seperti Yesus. Itulah tujuan
kekal-Nya. Beginilah cara Paulus mengatakannya,”Kita tahu sekarang,
bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah.Sebab semua orang yang
dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk
menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu,
menjadi yang sulung di antara banyak saudara.