Jonathan Bradley
STT HKBP Pematang Siantar
Gmail: jonathannbss@gmail.com
ABSTRAK
Teks Kejadian 32:22-32 adalah bagian penting dari sejarah para bapa leluhur yang
terdapat dalam Kitab Kejadian 12-36.Teks ini diredaksi oleh Yahwist, yang tampaknya
mengalami pengasingan dari Palestina ke negeri asing. Kondisi yang dialami oleh para leluhur
dan bangsa Israel mencerminkan keraguan akan penyertaan Yahweh di negeri asing, tetapi juga
harapan akan perlindungan dan kepulangan. Teks ini memiliki ciri genre narasi perjalanan
sejarah, dengan penyertaan Allah sebagai bentuk perjanjian-Nya dengan umat-Nya. Kejadian
32:22-32 terjadi dalam konteks penerimaan berkat dari Allah, yang melibatkan perjanjian antara
Allah dan keturunan bapa leluhur. Teks ini mengingatkan bangsa Israel tentang pengharapan,
jaminan, dan identitas unik mereka sebagai umat pilihan Allah. Allah yang hadir kepada Yakub
adalah yang sama yang memberikan janji kepada Abraham mengenai keturunannya yang akan
menjadi bangsa yang besar. Inilah asumsi awal penulis yaitu proses pembentukan bangsa
pilihan Allah. Allah menegaskan hak prerogatif-Nya untuk memilih suatu bangsa, dan dalam
hal ini, pilihannya jatuh pada bangsa Israel melalui Yakub. Dengan demikian, diasumsikan
bahwa pergumulan Yakub di tepi Sungai Yabok merupakan penggenapan janji Allah kepada
Bapa leluhur bangsa Israel (bangsa pilihan-Nya) yang berkelanjutan pada keturunannya.
I. Pendahuluan
Teks Kejadian 32:22-32 yang mengisahkan pergumulan Yakub dengan Allah di tepi
Sungai Yabok adalah sebuah narasi kuno yang memiliki relevansi yang mendalam dalam
konteks masa kini. Dalam teks ini, dapat dilihat seorang manusia, Yakub, yang bergumul
dengan seorang ‘laki laki’ yang diidentifikasi sebagai Allah lalu meraih berkat yang mengubah
hidupnya. Teks ini memunculkan beberapa pertanyaan penting yang bisa diaplikasikan dalam
konteks masa kini.
Hal utama dalam konteks teks ini pada masa kini, kita dapat mengidentifikasi
pergumulan Yakub dengan Allah sebagai representasi dari pergumulan manusia dengan
tantangan dan krisis dalam kehidupan. Seperti Yakub yang dihadapkan pada ketidakpastian
saat akan bertemu saudaranya Esau, manusia modern juga seringkali menghadapi pergumulan
dengan ketidakpastian, perubahan, dan tantangan yang kompleks. Pertanyaan muncul:
Bagaimana kita dapat bergumul dengan ketidakpastian ini? Bagaimana kita dapat mencari
berkat dan makna dalam situasi yang sulit?
Teks ini juga mengangkat tema perjanjian antara manusia dan Allah. Allah mengubah
nama Yakub menjadi Israel sebagai tanda perjanjian yang kuat antara keduanya. Ilustrasi yang
tergambar memberikan konsep berkat sebagai sesuatu yang diberikan oleh Allah sebagai hasil
dari pergumulan dan kesungguhan manusia. Hal yang perlu digarisbawahi yaitu pentingnya
teks Kejadian 32:22-32 dalam merenungkan tantangan dan pertanyaan-pertanyaan esensial
dalam kehidupan manusia saat ini. Melalui analisis teks ini, kita dapat mencari pemahaman
yang lebih dalam tentang hubungan manusia dengan Allah, perjanjian-perjanjian manusia
dalam hidup, dan arti sejati dari berkat dalam konteks kehidupan modern.
BAB II
LANDASAN TEORI
I.1 Etimologi
Menurut Lisowsky-Rost, nama "Yaaqob (Yakub)" muncul sebanyak 349 kali dalam PL,
sedangkan menurut Mandelkern sebanyak 345 kali.
Noth menggabungkan nama "Yakub" dengan 'eqeb, "tumit", karena Yakub memegang tumit
Esau saat ia dilahirkan. Kisah yang menceritakan pemberkatan Esau dan Yakub oleh ayah
mereka yang hampir buta, Ishak, menceritakan bagaimana Esau dicurangi dari berkat yang
seharusnya menjadi haknya sebagai anak sulung dan membuatnya berkata: "Ia memang pantas
dinamai Yakub, karena ia telah menipu (aqab) aku dua kali: ia mengambil hak kesulunganku,
dan lihatlah, sekarang ia mengambil berkatku" (Kej. 27:36).1 Berikutnya, Hos. 12:3, yang
menggabungkan kedua tradisi Kejadian namun dengan perspektif yang jelas-jelas negatif bahwa
Yakub "menipu (aqab) saudaranya di dalam rahim" digunakan oleh sang nabi untuk
mengancam penghakiman.
Akar kata "raah" ditemukan dalam bahasa-bahasa Semit Selatan, seperti Arab. Ini berkaitan
dengan konsep "melihat" dan memiliki berbagai turunan, termasuk "pandangan, penglihatan,
pemirsa, pengamat, gambar, bentuk, cakrawala, pandangan, pendapat, melihat, inspeksi, mimpi,
penampakan, cermin, pantulan, pelayanan mata, kemunafikan, penampil, dan pengamat."
Dalam bentuk kata kerja raah muncul sebanyak 1.303 kali dalam PL. Dari semua
kemunculan ini, 1.129 adalah bentuk qal.2
Akar kata Ibrani "brk" memunculkan bentuk-bentuk verbal dan nominal yang berkaitan
dengan "memberkati" atau "berkat". Selain itu, kata ini juga dikaitkan dengan kata kerja yang
berarti "berlutut" dan kata benda yang merujuk pada "lutut" (Kejadian 24:11, Mazmur 95:6, dan
Yesaya 45:23). Selain itu, ada kata benda yang diterjemahkan oleh kamus-kamus bahasa Ibrani
sebagai "kolam", "tempat penampungan air", atau "baskom" (Yesaya 7:3).3
1
G. Johannes Botterweck, dkk,. Theological Dictionary of The Old Testament Volume 6, (Michigan: William B.
Eerdmans Publishing Company, 1974), 188.
2
G. Johannes Botterweck, dkk,. Theological Dictionary of The Old Testament Volume 13, (Michigan: William B.
Eerdmans Publishing Company, 1974), 212.
3
David Noel Freedman, Anchor Bible Dictionary, (New York: Doubleday, 1992), 1143.
Berkah/berkat paling sering dipahami dalam hal manfaat yang disampaikan-kemakmuran,
kekuatan, dan terutama kesuburan. Namun, Faktor utama dari berkat adalah pernyataan
hubungan antara kedua belah pihak.4 Tuhan memberkati dengan sebuah manfaat atas dasar
hubungan tersebut. Berkat itu menyatakan hubungan positif antara para pihak, baik satu
individu atau kelompok.
Dibandingkan dengan Perjanjian Lama (PL), Perjanjian Baru (PB) kurang menekankan pada
konsep dan tindakan memberkati. Di dalam PB, kelompok kata yang berhubungan dengan akar
kata "eulog-" muncul sebanyak 68 kali. Kata kerja "eulogeo" adalah yang paling sering muncul,
yaitu sebanyak 41 kali, diikuti oleh kata kerja "eneulogeo" sebanyak 2 kali (dalam Kisah Para
Rasul 3:25 dan Galatia 3:8), kata kerja "kateulogeo" sebanyak 1 kali (dalam Markus 10:16),
kata benda "eulogia" sebanyak 16 kali, dan kata sifat "eulogetos" sebanyak 8 kali.5
Secara relatif, kelompok kata ini paling sering muncul dalam Injil Lukas, surat-surat Paulus
yang utama, dan Kitab Ibrani. Namun, Injil Yohanes menggunakan kata kerja "eulogeo" hanya
sekali (Yohanes 12:13) dalam sebuah kutipan dari Perjanjian Lama.
2.2 Terminologi
Dalam Kejadian 12:1-4, kata kunci "berkat" telah diidentifikasi sebagai istilah penting
yang menggambarkan seluruh sejarah Israel, mulai dari Abraham hingga kerajaan Daud. Kata
ini juga ditemukan dalam tradisi yang terkait dengan Yakub (Kej. 27:29) dan Israel, serta dalam
konteks "perjuangan untuk menerima berkat dari Allah." Namun, transformasi kata ini dimulai
dalam Kejadian 12 dan mencapai puncaknya dalam kalimat terakhir, "Melalui engkau, semua
bangsa di bumi akan diberkati." Ini menghubungkan berkat tersebut dengan generasi kedua
melalui hubungan silsilah Yakub (dan Esau) dengan Ishak (Kej 27).6
Selain itu, Kejadian 28:14 secara jelas mengacu pada perjanjian antara Yakub dan Laban
yang merupakan bagian penting dari narasi ini. Perjanjian ini memiliki peran penting dalam
membangun hubungan persahabatan antara Israel dan tetangga-tetangganya, bahkan
menciptakan model bantuan ekonomi yang didasarkan pada prinsip-prinsip Yakub.7
Yakub dalam kitab Ulangan. Nama "Yakub" tidak muncul dalam teks hukum Ulangan;
namun, nama ini muncul dalam pendahuluan dan kesimpulan, selalu dalam kombinasi dengan
4
Freedman, Anchor Bible Dictionary, 1142.
5
Colin Brown, Dictionary of New Testament Theology Vol. 2, (USA: Zondervan Publishing, 1975), 212.
6
Derek Kidner, Genesis An Introduction and Commentary, (Illionis, InterVarsity, 2019), 135.
7
Kidner, Genesis An Introduction and Commentary, 197.
dua nama lainnya, yaitu "Abraham" dan "Ishak." Ini jelas merujuk kepada sang bapa leluhur.
Dalam Ul. 9:27, para bapa leluhur disebut "hamba-hamba-Mu [YHWH],". Mereka digambarkan
dalam sudut pandang yang positif, berbeda dengan orang-orang yang memberontak. Hal ini
menunjukkan dua karakteristik Ulangan: kitab ini hanya mengatakan hal yang baik tentang para
bapa leluhur, dan membedakan mereka dengan Israel, karena mereka berasal dari era pra-Mesir
dalam sejarah Israel.8 Ulangan 29:(13) selanjutnya berbicara tentang perjanjian antara YHWH
dan Israel di tanah Moab, yang dijanjikan-Nya kepada bangsa itu dan yang disumpahkan-Nya
kepada para bapa leluhur, sebuah konsep yang tidak ditemukan di tempat lain dalam PL.
Dalam Ulangan kita sering menemukan ungkapan "tanah yang dijanjikan Yahweh
dengan sumpah kepada nenek moyangmu, Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya
kepada mereka" (Ul. 6:10; 34:4 dan tanpa menyebutkan nama para leluhur secara individu
(6:18,23; 7:13). Dalam 1:8; 30:20, para leluhur juga digambarkan sebagai penerima tanah, yang
mungkin mencerminkan tradisi kuno.9
Yakub dalam Mazmur hampir sama dengan yang digambarkan oleh para nabi. Mazmur
105:9 dan seterusnya menyebutkan Abraham, Ishak, dan Yakub/Israel yang mengadakan
perjanjian dengan YHWH. Keturunan Yakub/Israel yang berkumpul untuk beribadah disebut
"seluruh keturunan Yakub/Israel" dalam Mazmur 22:23, dan mereka diingatkan untuk
bersyukur kepada YHWH atas perjanjian ini. Mazmur 105:6 menyebut mereka sebagai
"keturunan Abraham, hamba-Nya, anak-anak Yakub, yang dipilih-Nya," menunjukkan
kesetiaan YHWH kepada perjanjian dan sumpah-Nya kepada Israel. Mazmur 105:23 berbicara
tentang kedatangan Israel/Yakub ke Mesir, dengan ayat 24 menyebut mereka sebagai "umat-
Nya [YHWH]."10
Dalam Perjanjian Baru, nama "Yakub" digunakan untuk merujuk pada kedua bapa
leluhur Yakub dan ayah dari Yusuf (Matius 1:15, 16). Selain itu, penyebutan nama Yakub
dalam silsilah Matius dan Lukas (Matius 1:2, 15-16; Lukas 3:34), ada beberapa referensi
terhadap peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yakub oleh para penulis Perjanjian Baru. 11
Dalam Yohanes 4:5, 6, 12, ada referensi kepada sebidang tanah yang diberikan Yakub
kepada Yusuf, yang merupakan lokasi sumur Yakub (Kejadian 33:19; 48:22). 12 Stefanus, dalam
Kisah Para Rasul 7, juga membuat beberapa referensi tentang peristiwa-peristiwa dalam
8
Peter C. Craigie, The Book of Deuteronomy New International Commentary, (Michigan: Wm. B. Eerdmans
Publishing Co, 1976), 185.
9
G. Johannes Botterweck, dkk,. Theological Dictionary of The Old Testament Volume 6, (Michigan: William B.
Eerdmans Publishing Company, 1974), 207.
10
Nancy DeClaissé-Walford, Rolf A. Jacobson, Beth Laneel Tanner, The Book of Psalms New International
Commentary on the Old Testament, (Wm. B. Eerdmans Publishing Co, 2014), 772.
11
Brown, Dictionary of New Testament, 318-319.
12
J. Ramsey Michael, The Gospel of John, (UK: Wm. B. Eerdmans Publishing Co, 2010), 218.
kehidupan Yakub (ayat 8, 12, 14),13 sementara penulis kitab Ibrani menyebutkan Yakub dalam
Ibrani 11, terutama dalam konteks janji yang diberikan kepada Abraham (ayat 9) dan sebagai
contoh iman (ayat 21). Pengalihan hak kesulungan juga dikutip oleh penulis Ibrani (Ibrani
12:16, 17), yang menggunakan penjualan hak kesulungannya oleh Esau sebagai peringatan
untuk mendorong pembaca agar tidak menunda pertobatan.
Frasa "Allah Abraham, Ishak, dan Yakub" memang ditemukan dalam Perjanjian Baru,
dan frasa ini digunakan untuk menekankan hubungan yang hidup antara Allah dengan para bapa
leluhur. Yesus menggunakan formula ini untuk membela ajaran-Nya tentang kebangkitan, yang
menggambarkan bahwa Allah adalah Allah yang hidup (Matius 22:32; Markus 12:26; Lukas
20:37). Demikian pula, Petrus menggunakan ungkapan ini dalam Kisah Para Rasul 3:13 ketika
berbicara kepada orang-orang Yahudi, merujuk kepada Allah sebagai "Allah nenek moyang
kita" dalam hubungannya dengan para leluhur. Dalam Kisah Para Rasul 7:46, sebutan "Allah
Yakub" digunakan untuk menggambarkan Allah dan tampaknya dipengaruhi oleh bahasa yang
digunakan dalam Mazmur 132:5.14
Narasi kuno sering kali menggambarkan tindakan melihat Tuhan atau wajah Tuhan
dengan cara yang lugas, yang mencerminkan konsep Timur Dekat kuno tentang manifestasi
ilahi. Bahasa ini menyoroti realitas perjumpaan dan pentingnya penglihatan sebagai bukti dari
sebuah pengalaman. Frasa "melihat (wajah) Tuhan/Yahweh" digunakan untuk menandakan
perjumpaan langsung dan pribadi dengan Tuhan, yang menekankan sifat langsungnya. 15
Kehadiran Yahweh dapat dilihat dalam tindakan-tindakan-Nya. Berulang kali, Israel diingatkan
kembali akan tindakan penyelamatan Yahweh di masa lalu dan masa kini, untuk memperkuat
kepercayaan mereka kepada Yahweh: "Lihatlah kelepasan yang akan dilakukan Yahweh bagimu
pada hari ini"
Keluaran 24:9-11 adalah sebuah fragmen yang disisipkan ke dalam narasi teofani Sinai,
dengan versi terakhirnya menunjukkan bahwa ini merujuk kepada Israel. Dalam bagian ini,
tujuh puluh "pemimpin" Israel, yang identitasnya tidak disebutkan, melihat Tuhan Israel (ayat
10), dan Tuhan menahan diri untuk tidak menumpangkan tangan ke atas mereka (ayat 11).
Perjumpaan dengan Allah ini membangun hubungan yang unik antara kepercayaan dan
perlindungan.16
13
Eckhard Schnabel, Acts, (Michigan: Zondervan, 2012), 485.
14
Brown, Dictionary of New Testament, 320.
15
G. Johannes Botterweck, dkk,. Theological Dictionary of The Old Testament Volume 13, (Michigan: William B.
Eerdmans Publishing Company, 1974), 229.
16
Carol Meyers, Exodus, (USA: Cambridge University Press, 2005), 207.
Para nabi juga berbicara kepada Israel di masa kini: "Angkatlah matamu, hai Yerusalem,
dan lihatlah mereka yang datang dari utara" (Yer. 13:20; bdk. 4:21; 7:21). "Semua orang akan
melihat, bahwa Aku, Yahweh, telah menyalakan api" (Yeh. 21:4[20:48], dengan ra'â
menggantikan yāda dalam formula pengakuan; bdk. 39:21). Akhirnya, Israel sendiri mengalami
penghakiman ilahi secara langsung (Yer. 44:2; bdk. Mzm. 74:9; 88:15; Im. 3:1).17
Allah seringkali memungkinkan seseorang untuk melihat atau memahami sesuatu dalam
berbagai teks. Contohnya, Allah memberi Yakub umur panjang sehingga dia bisa melihat Yusuf
dan anak-anaknya lagi (Kejadian 48:11). Allah juga menunjukkan kepada Firaun apa yang akan
terjadi (Kejadian 41:28) dan membantu Yeremia memahami rencana musuh-musuhnya
(Yeremia 11:18). Bahkan, dalam Mazmur 71:20, Allah membantu pemazmur untuk memahami
banyak kesulitan dan bencana.18
Dalam janji yang dicatat dalam Kej. 12:1, penekanannya adalah pada jaminan
bimbingan Allah dalam perjalanan Abram dari tanah kelahirannya ke tanah yang dijanjikan (Ul.
1:33).19 "Janganlah kamu melihat negeri itu" berarti penolakan untuk masuk dan memiliki (Yos
5:6 untuk generasi padang gurun; Ul 34:4 untuk Musa).
Kata “melihat” dalam PB adalah εἶδον (LXX) dengan kata dasar “ὁράω” yang berarti
melihat (51x), memperhatikan (5x), menyaksikan (1x), merasakan (1x).
Dalam Perjanjian Baru, kata "melihat" sering digunakan untuk menyampaikan ekspresi
ketertarikan “memandang”, cinta, atau keprihatinan secara langsung. Contohnya termasuk
ketika Yesus "memandang" dengan kasih kepada orang muda yang kaya (Markus 10:21), atau
ketika Dia "memandang" tajam kepada murid-murid-Nya dalam percakapan-pertemuan penting
(Markus 10:27; Matius 19:26). Dalam situasi lain, seorang hamba perempuan yang mencurigai
hubungan Petrus dengan Yesus "memandang dengan seksama" kepada-Nya (Lukas 22:56),
menunjukkan pandangan yang tajam. Bahkan dalam perumpamaan tentang kebun anggur, Yesus
"memandang langsung" kepada para pendengarnya (Lukas 20:17). Dalam momen emosional
saat Petrus bertemu kembali dengan Yesus setelah penyangkalan-Nya, Yesus juga "memandang
langsung" kepada Petrus (Lukas 22:61), mencerminkan ekspresi kasih dan perhatian-Nya.20
Kata kerja yang berhubungan dengan melihat juga digunakan dalam Perjanjian Baru
(PB) mengenai janji masa depan. Janji masa depan ini mencakup tiga elemen penting: (a)
Penglihatan akan kemuliaan Allah (Yohanes 17:24). (b) Melihat pemerintahan Allah sebagai
17
G. Johannes Botterweck, dkk,. Theological Dictionary of The Old Testament Volume 13, (Michigan: William B.
Eerdmans Publishing Company, 1974), 231.
18
G. Johannes Botterweck, dkk,. Theological Dictionary of The Old Testament Volume 2, (Michigan: William B.
Eerdmans Publishing Company, 1974), 235.
19
Kidner, Genesis An Introduction and Commentary, 195.
20
Freedman, Anchor Bible Dictionary, 432.
raja, yang sering dikaitkan dengan Kerajaan Allah (Yohanes 3:3). (c) Yang terpenting, melihat
Allah sendiri (Matius 5:8) dan hidup dalam persekutuan dengan-Nya (Wahyu 21:3).21
Dalam Matius 18:10, para malaikat digambarkan telah melihat wajah Allah. Pada saat
penggenapan, yang masih akan datang, Allah bermaksud untuk memulihkan persekutuan
dengan umat manusia yang telah rusak karena dosa. Ia menyediakan diri-Nya bagi umat
manusia dan tidak meninggalkan mereka untuk berjuang sendiri. Dia membuka jalan untuk
bersekutu dengan diri-Nya sendiri.22
"Diberkatilah" tidak digunakan untuk sembarang orang, seperti dalam menyapa orang
asing, tetapi hanya untuk orang-orang yang secara khusus berutang budi kepada seseorang
(1Sam. 26:25), atau dengan siapa seseorang terhubung secara sosial atau dengan iman yang
sama (Dt. 33:20; Mzm. 118:26). Maka rumus ini menyiratkan suatu pengetahuan tentang
hubungan dengan atau sanksi dari orang-orang tersebut. Ketika YHWH menggunakan formula
barukh 'ammi, "Diberkatilah umat-Ku," dengan mengacu pada Mesir dan Asyur dalam Yesaya
19:25, Dia mengatakan bahwa suatu hari nanti hubungan intim-Nya dengan orang-orang yang
diberikan melalui perjanjian juga akan diperluas ke Asyur dan Mesir, dan Dia akan mengakui
mereka sebagai umat-Nya sendiri seperti halnya Dia sekarang mengakui Israel. Pada periode
sebelumnya, rumusan yang lebih singkat dalam arti pengakuan akan solidaritas khusus dengan
seorang kerabat atau sesama suku atau sesama orang percaya tampaknya telah terdesak ke
belakang, sehingga orang yang mengucapkan berkat tidak menyebutkan nama orang yang
diberkati secara langsung, tetapi menunjuk Allah yang mereka sembah sebagai Allah dari orang
yang diberkati.23
Kitab Mazmur. Meskipun banyak atau sebagian besar mazmur pada awalnya digubah
untuk digunakan dalam liturgi bait suci, susunannya saat ini menjadi lima kitab menunjukkan
bahwa mazmur-mazmur ini dimaksudkan untuk dipelajari dan direnungkan seperti lima kitab
21
Brown, Dictionary of New Testament, 520.
22
R. T. France, The Gospel of Matthew, (USA: Wm. B. Eerdmans Publishing Co, 2007), 621-622.
23
G. Johannes Botterweck, dkk,. Theological Dictionary of The Old Testament Volume 2, (Michigan: William B.
Eerdmans Publishing Company, 1974), 285.
24
John N. Oswalt, The Book Of Isaiah, Chapters 1-39, (USA: Wm. B. Eerdmans Publishing Co, 1986), 380-381.
Taurat Musa. Tujuan ini digarisbawahi dalam berkat yang membuka kitab ini dalam Mzm. 1:1-
2. Redaktur dari susunan kitab ini juga mengingatkan para pembaca yang saleh untuk menyertai
perenungan mereka atas kumpulan mazmur ini dengan doa dan ucapan berkat dan pujian
kepada Yahweh. Dengan demikian, masing-masing dari empat kitab pertama sekarang diakhiri
dengan berkat seperti itu (41:14), sementara kitab kelima diakhiri dengan puncak berkat dan
pujian dalam Mazmur 144-50. Para redaktur menarik perhatian pada penempatan mazmur-
mazmur yang mengidentifikasikan para pembaca yang berbahagia dan para penyembah tepat di
awal atau akhir dari berbagai bagian (Mazmur 1:1; 41:2).25
Penulis kitab Ulangan tidak mengatakan secara eksplisit tentang berkat dari para bapa
suku, tetapi ia memikirkan hal ini ketika ia berbicara tentang janji sumpah Yahweh kepada para
bapa suku (Ul. 1:8; dan lain-lain), dan ketika ia menelusuri kembali kepada Allah para bapa
suku berkat yang telah menjadi kenyataan bagi Israel (Ul. 1:11). Tetapi berkat yang bersandar
pada dinasti Daud dan sanksi berkat yang bersandar pada hukum perjanjian lebih penting
baginya (Ul. 28).26
Padanan kata "brk" dalam LXX (Septuaginta) Perjanjian Baru adalah kata Yunani
"eulogein," yang berarti "memberkati," dan turunannya, termasuk julukan ilahi "eulogētos,"
yang berarti "diberkati." Keadaan bahagia yang dihasilkan dari keberkatan diungkapkan dengan
istilah Yunani "makarios" (lihat Matius 5 dan Lukas 6). Akar kata ini juga dapat digunakan
secara bergantian, seperti yang terlihat dalam Lukas 1:42 dan 45, di mana Elisabet memuji
Maria sebagai "eulogēmenē" dan "makaria."
Dalam terjemahan LXX (Septuaginta), penggunaan kata Ibrani "brk" dalam berbagai
bentuknya selalu merujuk secara konsisten pada konsep berkat. Namun, perlu dicatat adanya
beberapa pengecualian:
Dalam Mazmur 10:3 (LXX 9:24), bentuk piel dari "brk" diterjemahkan sebagai
"eneulogeísthai," yang berarti "memberkati." Mazmur 100 (99):4 menggunakan kata "aineín,"
yang berarti "memuji," untuk menerjemahkan "brk." Yesaya 66:3 menggunakan kata
"blásphemos," yang berarti "penghujat,". Ayub 1:5 dan 2:9 menggunakan eufemisme untuk
menggambarkan "brk" dalam bentuk pasif, yang merujuk pada merencanakan hal-hal jahat
terhadap Tuhan dan mengucapkan beberapa perkataan kepada Tuhan. Adapun LXX selalu
menerjemahkannya secara konsisten sebagai "eulogía," yang berarti "berkat," kecuali dalam
Amsal 10:7, di mana kata ini diterjemahkan menjadi "met 'enkōmiōn," yang berarti "dengan
pujian."27
25
Freedman, Anchor Bible Dictionary, 1151.
26
Craigie, The Book of Deuteronomy, 183.
Kata sifat verbal "eulogetos," yang berasal dari bentuk pasif perfect participle
"eulogemenos," mengacu pada sesuatu atau seseorang yang dibicarakan dengan baik dan layak
mendapat pujian. Ini menunjukkan pengakuan positif. Kata majemuk intensif "eneulogeo" atau
"eneulogeomai" tidak ada dalam teks-teks Yunani umum yang didokumentasikan.28
27
G. Johannes Botterweck, dkk,. Theological Dictionary of The Old Testament Volume 2, (Michigan: William B.
Eerdmans Publishing Company, 1974), 301.
28
Brown, Dictionary of New Testament, 206.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab 3 ini berisi tentang metodologi penelitian yang penulis gunakan dalam proses
penafsiran teks Kejadian 32:22-32 yang akan dijelasakan lebih lanjut dalam bab 4. Untuk
mendapatkan makna dan harapkan penulis, dibutuhkan metode dan pendekatan yang sesuai.
Dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan historis kritis untuk mengungkap Sejarah teks
dan konteks dari teks kejadian 32:22-32.
metode untuk mempelajari teks-teks Alkitab. Pendekatan ini mencoba mendekati pemahaman
tentang Perjanjian Lama, seperti sastra, sosiologi, arkeologi, dan pendekatan antropologis,
religius-historis terhadap teologi. Penafsir selalu menelaah keberadaan teks yang dipelajari di
hadapannya, harus membaca dan mendengarkan teks dengan patuh, tidak mengubah teks yang
ada, tidak merombak, sehingga muncul konstruksi baru, tetapi penafsir mendekati posisi teks
berfokus pada karakter sejarah Alkitab. Dalam menerapkan metode ini pada teks-teks Alkitab,
diasumsikan bahwa sebuah teks memiliki sifat historis minimal dalam dua aspek: terkait dengan
sejarah dan memiliki sejarahnya sendiri. Oleh sebab itu pembaca bisa memahami bahwa ada
dua hal yang berbeda, yaitu: sejarah di dalam teks, dan sejarah dari teks. Pertama, hal-hal yang
terkait dengan sejarah yang disampaikan oleh teks tersebut meliputi tokoh, peristiwa, keadaan
sosial, dan gagasan. Kedua, hal yang berkaitan dengan sejarah teks tersebut meliputi aspek
sejarahnya, seperti waktu kemunculannya, tempat, alasan, konteks saat itu, identitas penulisnya,
audien yang dituju, proses penyusunan, penyuntingan, produksi, pemeliharaan, dan faktor-
faktor lain yang terkait.30 Dengan metode ini, penulis ingin melakukan penelitian terhadap teks
29
A. A. Sitompul dan Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017), 30-32
30
John H. Hayes, Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017), 52.
Kejadian 32:22-32, dengan harapan semua maksud dan tujuan penulis dapat tercapai melalui
metode ini.
Kritik Teks merupakan langkah pertama dalam proses pendekatan tekstual di mana lebih
mengutamakan kritik mengenai susunan kata teks yang asli dalam teks yang akan
diperbandingkan ke dalam beberapa versi yaitu TB-LAI, teks Masora, dan teks Septuaginta
untuk menganalisisnya. Dalam Kej 32:22-32, kritik ini diperlukan untuk menentukan teks yang
akurat dalam penemuan dan penghapusan kata yang tidak sengaja atau penyalinan kata yang
disengaja. Selain itu, tata bahasa historis yang penting untuk memahami teks seperti bahasa
alkitab yang dulunya dituliskan dalam bahasa asli atau bahasa kuno, sehingga kritik ini bukan
hanya sekedar mempelajari kosakata, tetapi memiliki sejarah yang panjang sebagai istilah
umum untuk menggambarkan studi tentang bentuk dan makna bahasa.31
Kritik Struktur berguna untuk melihat teks dalam bentuk akhirnya yaitu sesuatu yang
telah selesai. Dalam Analisis Struktur dilakukan terdiri dari struktur eksternal (luar) dan struktur
internal (dalam) yang akan dilihat dari pola struktur kiastik.32 untuk melihat pusat dari teks
yang sedang ditafsir.
Kritik Struktur bekerja dengan konsep mengenai bahasa yang dipahami secara luas yang
mencakup segala kumpulan simbol yang teratur, berupa kata-kata yang melaluinya makna
dinyatakan. Selain itu, struktur membedakan struktur luar dan dalam pada sebuah teks dengan
struktur luar menunjukkan bentuk luar sebuah teks yang dengan mudah dapat ditelusuri
sehingga menunjukkan garis-garis besar suatu kitab atau alur sebuah cerita. Struktur luar juga
membantu dalam melihat bagaimana posisi teks dengan teks sekitarnya, yaitu menemukan
adanya kesinambungan atau ketidaksinambungan, kesamaan atau perbedaan, dan sebagainya
dari struktur ataupun dari isi dari teks sekitarnya. Struktur- struktur dalam sebaliknya, prinsip-
prinsip yang mendasari dan mengatur segi-segi yang terungkap dengan konkret dalam teks yang
tidak disebutkan dalam teks.33
Kritik Redaksi merupakan bentuk penafsiran yang memusatkan perhatian pada tahap akhir
dari tradisi yang nampak telah terkristalisasi dalam bentuk tulisan. Kritik redaksi dengan
31
Edgar Krentz, The Historical- Critical Method, (Philadelphia: Fortress Press, 1975), 49
32
Struktur Kiastik dipakai untuk melihat bagaimana struktur yang membangun dalam setiap hubungan kata
dalam ayat dan hubungan ayat dengan ayat lainnya.
33
John H. Hayes, Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017),139
demikian adalah studi tentang bagaimana para redaktur telah menangani tradisi yang mereka
warisi. Kritik bergantung pada kritik sumbernya (lisan atau tertulis) 34 dan bentuk, karena
pertama-tama perlu mengidentifikasi tradisi-tradisi dari mana teks Kej 32:22-32 berasal. setelah
tradisi yang digunakan telah diidentifikasi, melalui kritik sumber dan kritik bentuk, menjadi
mungkin untuk mengidentifikasi penambahan dan perubahan dari pihak redaktur/editor. Kritik
redaksi dengan demikian meneliti bagaimana unit-unit yang lebih kecil diidentifikasi oleh
sumber dan bentuk kritik telah digabungkan ke dalam blok materi yang lebih besar dan
bagaimana ini materi warisan telah dibentuk oleh sudut pandang kemudian. Kritik Redaksi
berkaitan dengan keputusan yang dibuat oleh redaktur di akhir komposisi teks.35
Kritik bentuk merupakan metode menganalisis pra teks di mana bagaimana teks Kej
32:22-32 sebelum disusun menjadi teks alkitab saat ini, tetapi sebelumnya kritik bentuk akan
dibantu dengan kritik struktur dan sastra. Kritik Bentuk adalah metode menganalisis dan
menafsirkan sastra perjanjian lama secara khusus mengkritik setiap bagian dalam hal struktur
dan genre sastra untuk memahami tahap lisan perkembangannya. Tujuan Kritik ini adalah untuk
menghubungkan teks-teks dalam perjanjian lama dengan kehidupan yang sekarang, di mana
memahami makna dan sejarah perjanjian lama dalam kehidupan Israel kuno.36
Sitz Im Leben dalam Kej 32:22-32 digunakan untuk menjelaskan ringkasan yang
berhubungan dengan kritik bentuk. Istilah yang digunakan untuk situasi suatu bentuk yang
diartikan sebagai ‘latar dalam kehidupan’ yang merujuk kepada tanggal dan situasi sejarah,
kepada situasi sosiologis dalam mempertahankan berbagai genre seperti aktivitas kultus,
Lembaga-lembaga hukum, kehidupan keluarga dan adat istiadat. Indikasi lain dari latar
termasuk suasana hati dan nada, seperti nyanyian di pemakaman berbeda dengan lagu cinta di
pernikahan, maksud atau tujuan dari genre, seperti khotbah berusaha menegur, mengajar atau
himne yang bertujuan mengungkapkan pujian atau ucapan terimakasih.38
34
Edgar Krentz, The Historical-Method, 51.
35
David R. Law, The historical- Critical Method,181
36
Gene M. Tucker, Form Criticism of The Old Testament, (Philadelphia: Fortress Press, 1971), 1
37
Istilah Sitz im Leben diciptakan oleh Hermann Gunkel dan untuk pertama kalinya digunakan dalam esai.1906
problem Fundamental dari sejarah sastra ibrani hingga kini, istilah itu menjadi bagian dari pengetahuan alkitab.
38
Gene Tucker, Form Criticism of The Old Testament, 16.
Tafsiran ayat menjadi poin penting dalam menemukan makna teologi dalam proses
penafsiran alkitab. Hal ini juga dapat dilakukan dengan interpretasi simbol, kata, dan dengan
menghubungkan tafsiran dari setiap ayat sehingga menemukan pesan utuh dalamnya dengan
makna yang mendalam. Tafsiran diperlukan untuk menjamin teologi dari hasil tafsir suatu teks
Alkitab.39
3.3.7 Skopus
Analisis Skopus merupakan proses dalam menemukan pesan atau makna yang
terbungkus dalam teks. Untuk itu, skopus hanya akan diperoleh setelah tafsiran dilakukan
dengan mempertimbangkan langkah- langkah sebelumnya (seperti analisis teks, sastra, bentuk,
dan sebagainya). Skopus dapat disebut juga sebagai muatan pesan teks, namun belum final.
Dengan kata lain, skopus menjembatani pesan yang terbungkus oleh teks kepada teologi yang
akan ditawarkan. Skopus juga disebut “teologi” yaitu pernyataan-pernyataan yang dipandang
penafsir sebagai tujuan atau maksud dari teks yang ditafsir.40
3.3.8 Teologi
39
A.A. Sitompul & Beyer, Metode Penafsiran Alkitab, 187.
40
A.A. Sitompul & Bayer, Metode Penafsiran, 192.
BAB IV
PENELITIAN
Berdasarkan tabel perbandingan terjemahan di atas, tampak bahwa versi TB-LAI masih
memiliki perbedaan antara Teks Masora dan New Internasional Version (NIV).
Pada ayat 28, dalam LAI “bergumul melawan Allah”, TM “bertahan, bertekun,
mengerahkan diri”, sedangkan NIV “telah berjuang”. Yakub di sini ditampilkan ketika
menghadapi “laki-laki” itu mengartikan kesungguhan Yakub agar berjuang menerima berkat.
Kemudian, di ayat 31 LAI “pangkal pahanya”, TM “pinggang”, NIV “atas paha”,
sebagaimana akibat dari perjuangan atau kesungguhan (bertahan), sehingga dapat dikatakan
Yakub melakukannya secara habis-habisan, yang seharusnya hidup Yakub tinggal sekarat.
i. Struktuk Luar
Struktur luar berdasarkan toledot atau keturunan bapa leluhur, yang terdapat dalam Kejadian
12 - 50:41
41
Robin Routledge, Old Testament Introduction, (London: InterVarsity Press, 2016), 112.
e. Yakub (37:2 - 50:26) “Kejadian 32 berada pada bagian ini”
Karena toledot menunjukkan 'keturunan', fokus dari setiap bagian adalah, terutama, pada
keluarga dari orang yang disebutkan dalam rumus, bukan pada orang itu sendiri. Pasal-pasal
ini berfokus pada nenek moyang bangsa Israel: Abraham, Ishak dan Yakub, terutama dalam
Kejadian 32:22-32, di mana nama Yakub diubah menjadi Israel, dan tentang anak-anak
Yakub, yang menjadi bapa-bapa leluhur suku-suku Israel.
A (32:23-25) : sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu.
B (32:26) : Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati
aku.
C (32:28-29) : Yakub diberi nama Israel
B' (32:30) : Yakub diberkati
A' (32:31-32) :memukul sendi pangkal paha Yakub
Bagian A, “Pinggul/pangkal paha” menunjukkan pergumulan, perjuangan Yakub yang
sungguh-sungguh demi mendapatkan berkat. Bagian B, “Berkat” memperlihatkan bahwa
Yakub melawan atau bergumul demi sebuah permintaan yaitu berkat. Bagian C, “Yakub
diberi nama Israel” di sini sebagai puncak, yang mana Yakub menerima hasil dari pergumulan
atau perjuangannya, dengan namanya yang berubah menjadi Israel.
Teks Kejadian 32:22-32 merupakan bagian dari sejarah para bapa leluhur (Kejadian
12-36) yang berfokus pada keluarga sebagai pusat peristiwa, dengan penekanan pada
kelangsungan hidup keluarga. Teks ini diredaksi oleh Yahwist, yang tampaknya memiliki
pengalaman pengasingan sendiri, diusir dari Palestina ke negeri asing. Kondisi yang dialami
oleh para leluhur dan bangsa Israel mencerminkan keraguan akan penyertaan Yahweh di
negeri asing dan harapan akan perlindungan serta kepulangan. Yahwist menggambarkan
sejarah Israel dan Yehuda secara komprehensif, yang kemudian memengaruhi sudut pandang
historis Yudaisme pasca pembuangan. Dalam penggambarannya, Yahwist menegaskan
kehadiran Allah, menunjukkan bahwa Yahweh juga bisa disembah dalam konteks kultus di
negeri asing.
Sumber Y44 pada teks dapat dibuktikan dengan pengungkapan nama. Dalam konteks
kuno, mengungkapkan nama dapat menjadi suatu tindakan pengungkapan diri, pengungkapan
karakter dan identitas yang paling dalam. "'Siapakah namamu? Dan ia menjawab, 'Yakub'"
(ayat 27). Ini adalah sebuah pengakuan bersalah. Pengakuan ini membangkitkan anugerah
yang luar biasa dan mengubahkan, memberkatinya, lawannya justru mengganti nama Yakub,
dan mengumumkan karakter barunya. Bukti berikutnya ialah Allah digambarkan seperti
manusia di ayat 30 “Aku telah melihat wajah Allah berhadapan muka”.45
Sepanjang beberapa pasal fokusnya pada nenek moyang bangsa Israel: Abraham,
Ishak, Yakub (yang namanya kemudian diganti menjadi Israel), dan keturunan Yakub yang
menjadi bapa-bapa suku-suku Israel. Mereka menerima janji-janji Allah, yang awalnya
diberikan kepada Nuh dan kemudian dikembangkan dalam hubungan Allah dengan Abraham
dan keturunannya. Di bagian akhir, kisah Yusuf menunjukkan bagaimana Allah melindungi
umat-Nya selama masa kelaparan. Pada intinya, narasi ini menunjukkan penyembahan
kepada satu Tuhan, meskipun beberapa nama dewa 'ēl yang berbeda juga disebutkan.
Beberapa berpendapat bahwa awalnya dewa-dewa 'ēl ini adalah dewa-dewa Kanaan yang
kemudian digabungkan menjadi satu dan diidentifikasikan dengan Yahweh. Namun, narasi ini
42
Kisah atau garis genetik atau genarasi.
43
Robin Routledge, Old Testament Introduction, 112.
44
Sumber Y lazimnya menyinggung “nama sebagai identitas”, “menggambarkan Allah dengan sangat
antropomorfis”, “berbicara tentang sebuah tempat kaitan perjanjian dengan Tuhan”.
45
R. Kent Hughes, Genesis Beginning and Blessing, (Illionis: Crossway Books, 2004), 401.
tetap mencerminkan agama patriarkal dan pengakuan akan satu Tuhan yang diwariskan dari
generasi ke generasi.46
Kata “Yakub” muncul 11 kali dalam teks Kejadian 32:22-32 yang menandakan bahwa
Yakub menjadi sorotan utama. Penampakan malaikat yang dilihat Yakub merupakan
penegasan akan realitas yang lebih dalam, yaitu bahwa Yakub telah dan akan terus menjadi
objek kasih karunia Allah yang tak berkesudahan. Anugerah yang terus-menerus, ulet, terus
berjuang, dan merenovasi, secara aktif bekerja dalam hidupnya, membentuknya menjadi
manusia seperti yang Tuhan inginkan.47
Kalimat “Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing”
muncul pada teks sebanyak dua kali (ay. 24 dan 25) menunjukkan bahwa pergumulan Yakub
dengan Allah berlangsung lama dan melelahkan. Bergulat ingin menyampaikan pergumulan
Yakub menghasilkan berkat yang diterimanya.
Teks Kejadian 32 berada dalam pasal 31-33 yang adalah narasi perjalanan, khususnya
narasi perjalanan yang berkaitan dengan perjumpaan dengan Tuhan. Teks pun menunjukkan
sebuah perjumpaannya bukan dengan seorang perempuan (seperti pertemuan dengan Rahel,
Kej. 29:1-30) tetapi dengan Allah, dan hasilnya bukanlah pertunangan, melainkan berkat.48
Narasi Kejadian 32:22-32 memiliki kesamaan dengan beberapa narasi bapak leluhur,
yaitu menerima berkat, dalam pasal 12 Abraham diberkati, lalu diikuti pasal 27 Yakub yang
mengambil berkat anak sulung. Sehingga, tampaknya narator ingin menunjukkan begitu
berharganya berkat, terutama dalam narasi bapa leluhur. Maka, keistimewaan di dalam
pergumulan atau pergulatan dalam teks yaitu keintiman dengan Allah yang memberikan
berkat.49
Selanjutnya, ketika menamai suatu tempat seperti tiga lokasi sepanjang narasi yaitu
Mahanaim50, Peniel, dan Sukot (termasuk 33:17), ingin menyoroti peran Allah yang berdaulat
akan menyertai di sepanjang perjalanan Yakub, sebagaimana perjanjian Allah melalui
46
Miles V. Van Pelt, A Biblical-Theological Introduction to the Old Testament, (Illionis: Crossway, 2016), 71.
47
Hughes, Genesis Beginning and Blessing, 398.
48
Thomas L. Brodie, Genesis As Dialogue A Literary, Historical, and Theological Commentary, (New York:
Oxford University Press, 2001), 320-321.
49
Bill T. Arnold, Genesis, 283.
50
"Inilah kemah Allah! Maka dinamainya tempat itu Mahanaim ["dua kemah"]" (32:1, 2).
berkat.51 Demikianlah Yakub menyampaikan maksudnya; berkat yang ia perjuangkan, dan
berkat yang ia dapatkan.
Teks ini juga terlihat seperti genre narasi perjalanan sejarah, di mana penyertaan Allah
itu sebagai bentuk perjanjiannya dengan umatNya. Dengan berlatar belakang yaitu bagian
dari siklus Yakub dan Esau yang lebih besar dan berkaitan dengan konflik Yakub dengan
saudaranya, Esau, dan rekonsiliasi dengannya.
Sumber Y melihat kisah Yakub yang bergulat dengan orang asing sebagai metafora
untuk hubungan antara Tuhan dan Israel. Sama seperti Yakub yang bergumul dengan orang
asing hingga fajar menyingsing, demikian pula Israel harus bergumul dengan Tuhan hingga ia
berubah.
Permohonannya datang ketika ia sudah berada di ujung hidupnya, tak berdaya. "Aku
tidak akan membiarkan engkau pergi sebelum engkau memberkati aku" (ayat 26) adalah
permohonan yang penuh dengan ratapan yang sesak.53
Mengubah nama Yakub, yang mungkin merupakan hasil dari permintaan Yakub untuk
mendapatkan berkat (ay. 27-28[28-29]). Nama-nama dalam narasi Ibrani menggambarkan
individu, mengungkapkan inti dari karakter, sehingga perubahan nama hanyalah perubahan
karakter, keadaan hidup, atau status.
51
Bill T. Arnold, Encountering the book of Genesis, (USA: Baker Academic, 1998), 133-134.
52
Arnold, Encountering the book of Genesis, (USA: Baker Academic, 1998), 133.
53
Hughes, Genesis Beginning and Blessing, 401.
Yakub tanpa mengungkapkan isi berkat tersebut. Yakub merasa peristiwa ini begitu penting
sehingga dia memberi nama baru, Peniel, sebagai tanda perjumpaannya dengan wajah Allah
dan kehidupannya yang terus berlanjut sebelum dia menghadapi saudaranya.54
Sehingga teks ini digunakan untuk memberikan kisah dasar bagi identitas dan
hubungan bangsa tersebut dengan Tuhan. Di mana bangsa Israel pada masa itu, karena saat
itu adalah masa pergolakan politik dan sosial yang hebat. Bangsa ini menghadapi ancaman
dari kekuatan internal dan eksternal, dan sedang berjuang untuk mendefinisikan identitasnya.
Demikian, pergumulan Yakub pun menunjukkan bahwa bahkan bangsa Israel sedang
bergumul, Tuhan masih menyertai mereka.55
Kejadian 32:22-32 ini dirangkai dalam konteks penerimaan berkat dari Allah, yang
melibatkan isu perjanjian antara Allah dengan keturunan bapa leluhur. Maka teks ini
ditujukan bangsa Israel mengingatkan sebuah pengharapan dan jaminan dan mengingatkan
akan identitas unik mereka sebagai umat pilihan Allah.
Oleh karena itu, teks ini berfungsi sebagai narasi dasar yang menguraikan bagaimana
identitas dan hubungan bangsa Israel dengan Tuhan terbentuk. Pada masa itu, ketika
pergolakan politik dan sosial sedang marak, bangsa Israel menghadapi ancaman dari dalam
dan luar, sambil berjuang untuk merumuskan siapa mereka sebenarnya. Ini menggambarkan
bahwa dalam perjuangan Yakub, seperti halnya bangsa Israel, Tuhan tetap ada dalam
perjalanan mereka.56
Ayat 22-23
54
Bill T. Arnold, Genesis, 286
55
Bill T. Arnold, Genesis, 284.
56
Bill T. Arnold, Genesis, 284.
Penyeberangan sungai atau penyeberangan berfungsi dengan cara yang sama seperti
gerbang. Keduanya merupakan pintu masuk yang memberikan akses masuk dan keluar
wilayah. Keduanya memiliki nilai strategis bagi tentara (lihat Hak. 3:28; 12:5; Yer. 51:32).
Dengan demikian, keduanya terkait dengan kekuatan, baik fisik maupun supranatural. Oleh
karena itu, tidaklah sulit untuk membayangkan hubungan antara masuknya Yakub ke Tanah
Perjanjian dengan pergumulan dengan makhluk gaib di samping air yang mengalir deras di
persimpangan Sungai Yabok.57
Ayat 24-25
Musuh Yakub diidentifikasi hanya sebagai "seorang laki-laki" ('îš). Yakub kemudian
mengidentifikasi orang itu sebagai Elohim/Tuhan (ay. 31).
Referensi waktu menunjukkan lamanya perjuangan antara Yakub dan makhluk ilahi
dan berfungsi sebagai indikator kurangnya persepsi Yakub selama pertarungan. Fajar atau
"kokok ayam" sering ditemukan dalam cerita rakyat sebagai momen ketika kekuatan dan
makhluk-makhluk kegelapan kehilangan kekuatannya untuk mempengaruhi manusia,
meskipun ini bukanlah elemen yang familiar dalam literatur Timur Dekat kuno.58
Ayat 26
Yakub adalah sosok yang memiliki kegigihan fisik. Permintaan ini memberikan
petunjuk bahwa sifat asli pria itu mulai terlihat pada saat Yakub istirahat, karena orang yang
lebih rendah akan meminta berkat dari yang lebih tinggi. Yakub bersikeras meminta sesuatu
yang tidak dapat dia sediakan untuk dirinya sendiri. Dia menerima berkat Ishak dengan cara
bermuka dua, tetapi dia dapat menerima berkat ini hanya dengan berpegang teguh.59
Ayat 27-29
Terdapat aspek etiologis dari perubahan nama, seperti Abram menjadi Abraham dalam
Kejadian 17:5, yang memperkuat janji perjanjian untuk menjadi bapa bagi banyak bangsa.
Ketika malaikat bertanya tentang nama Yakub, hal ini memberikan kesempatan untuk
menekankan perubahan menjadi Israel. Dengan demikian, perubahan ini memiliki dua tujuan:
tujuan etiologis, untuk mengenang peristiwa di Peniel, dan tujuan simbolis, yang menandai
57
John Walton, Victor H. Matthews dan Mark W. Chavalas, The IVP Bible Background Commentary Old
Testament, (USA: InterVarsity Press, 2000), 65.
58
Victor P. Hamilton, The Book Of Genesis Chapters 18-50, (USA: Wm. B. Eerdmans Publishing Co, 1995),
321.
59
Hamilton, The Book Of Genesis Chapters 18-50, 323.
perubahan dari Yakub, orang yang terbuang dan perampas tanah, menjadi Israel, pewaris
perjanjian dan pemimpin umat Allah yang terpilih. Perubahan nama juga berfungsi sebagai
sarana untuk menjalankan otoritas atas seseorang.60
Ayat 30-32
Secara etiologi menjelaskan asal-usul nama, karakteristik, atau praktik. Dalam tradisi
etnis atau nasional, mereka sering kali memiliki aspek legenda. Meskipun beberapa dari
kisah-kisah ini bisa jadi murni fiksi, komentar etiologi juga dapat menyampaikan kisah-kisah
tradisi yang akurat. Penamaan tempat Yakub/Israel bergumul dengan Allah berasal dari
ketakjuban Yakub ketika "melihat Allah secara langsung", mirip dengan pertemuan
sebelumnya di Betel (28:16-19). Hal ini berfungsi sebagai peringatan atas perjuangan
Yakub/Israel di gunung Yabok, mirip dengan pentingnya sunat (17:9-14), yang menegaskan
kembali perjanjian.61
4.8 Skopus
Skopus teks Kejadian 32:22-32 adalah Yakub diberi nama Israel memperlihatkan
Allah mengikatkan diri-Nya untuk menyertai Yakub sebagai bentuk perjanjian pada
keturunannya.
4.9 Teologi
Teologi yang diangkat dari teks Kejadian 32:22-32 adalah Teologi Berkat. Istilah
"berkat" dalam Perjanjian Lama sering kali dikaitkan dengan perkenanan dan perlindungan
Tuhan, dan hal itu disampaikan melalui keuntungan-keuntungan yang spesifik dan konkret.
Teologi berkat adalah pemahaman tentang cara Allah dalam perkenanan, perlindungan, dan
perjanjian Allah dengan umat-Nya.
Sebuah teks dari Kejadian 26:3-5 menggambarkan: "Tinggallah di negeri ini sebagai
orang asing, maka Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau, sebab kepadamulah
dan kepada keturunanmu akan Kuberikan seluruh negeri ini, dan Aku akan menepati sumpah
yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu. Aku akan membuat banyak keturunanmu
seperti bintang di langit; Aku akan memberikan kepada keturunanmu seluruh negeri ini, dan
oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena Abraham telah
mendengarkan firman-Ku dan memelihara kewajibannya kepada-Ku, yaitu segala perintah,
60
Walton, Matthews, Chavalas, The IVP Bible Background, 65.
61
Walton, Matthews, Chavalas, The IVP Bible Background, 65.
ketetapan dan hukum-Ku”. Teks ini sangat terkenal dan merupakan dasar dari perjanjian
berkat Allah kepada Bapa leluhur yaitu Abraham, Ishak dan juga Yakub hingga keturunan
selanjutnya.
Para nabi dalam Perjanjian Lama juga berbicara tentang berkat Tuhan. Sebagai
contoh, Yesaya menubuatkan bahwa Tuhan akan memberkati umat-Nya dengan kedamaian,
keadilan, dan kemakmuran (Yesaya 32:15-18). Yeremia menubuatkan bahwa Allah akan
memberkati umat-Nya dengan kehidupan dan pengharapan yang baru (Yeremia 31:12-14).
Dalam kitab Ulangan, Tuhan berjanji untuk memberkati umat-Nya dengan hasil panen yang
melimpah, kesehatan yang baik, dan kemenangan atas musuh-musuh mereka jika mereka
menaati perintah-perintah-Nya (Ulangan 28:1-14). Namun, Ia juga memperingatkan mereka
bahwa Ia akan mengutuk mereka dengan kelaparan, penyakit sampar, dan kekalahan jika
mereka tidak menaati-Nya (Ulangan 28:15-68).
Allah, yang merupakan pemilik dan sumber berkat, memiliki keinginan untuk
memberkati. Dalam proses memberikan berkat tersebut, Allah menggunakan manusia sebagai
sarana. Dalam Perjanjian Lama, Allah dijelaskan datang berkali-kali untuk mendekati umat-
Nya dan menyampaikan berbagai berkat. Hal ini terlihat dalam cerita-cerita Bapa leluhur
yaitu Abraham, Ishak, dan Yakub. Namun, setelah Taurat diberikan melalui Musa, upaya
untuk menyampaikan berkat telah dilakukan melalui perantaraan para imam. Allah
memanggil dan memperlengkapi para imam untuk tugas menyampaikan dan mengumumkan
berkat-Nya kepada ciptaan-Nya. Cara Allah memberikan berkat melalui perantaraan para
imam sangat jelas tergambar dalam Perjanjian Lama.
Dalam Perjanjian Baru, Allah menjangkau manusia melalui Yesus Kristus. Yesus
Kristus menyampaikan berkat-berkat Allah kepada umat-Nya. Ayat-ayat berikut menjelaskan
bahwa Yesus Kristus memberikan berkat:
Kisah Para Rasul 3:26: “Dan bagi kamulah pertama tama Allah membangkitkan
Hamba-Nya danmengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin
kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu."
Markus 10:16 “Lalu Ia memeluk anak -anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya
atas mereka Ia memberkati mereka.”
Lukas 24:50 “Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ
Ia mengangkat tanganNya dan memberkati mereka.”
Lukas 24:51 “Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan
terangkatke sorga.”
Berkat dalam Perjanjian Baru menekankan bahwa mereka yang menjadi milik Allah
tetap diberkati, dan berkat-berkat itu termasuk berkat pengampunan, kemampuan untuk
percaya tanpa melihat, dan banyak berkat bagi para martir dalam kitab Wahyu.
Perjanjian Baru juga mengajarkan bahwa berkat Tuhan dapat dialami di tengah-tengah
penderitaan. Sebagai contoh, dalam Ucapan Bahagia, Yesus mengajarkan bahwa mereka yang
miskin dalam roh, berduka, lemah lembut, lapar dan haus akan kebenaran, berbelas kasihan,
murni dalam hati, pembawa damai, dan dianiaya oleh karena kebenaran akan diberkati.
BAB V
IMPLIKASI
Allah yang hadir kepada Yakub adalah Allah yang sama seperti yang datang kepada
Abraham, memberikan janji kepada Abraham bahwa keturunan-Nya akan menjadi bangsa
yang besar. Janji ini menjadi kenyataan melalui pengalaman Yakub yang bergumul dengan
Allah di tepi Sungai Yabok. Dalam pergumulan itu, Yakub berhasil meraih berkat dari Allah,
dan sebagai tanda transformasi rohaninya, namanya diganti menjadi Israel. Inilah awal dari
pembentukan bangsa pilihan Allah, yaitu bangsa Israel. Dalam proses ini, Allah menegaskan
hak prerogatif-Nya untuk memilih suatu bangsa, dan dalam hal ini, pilihan-Nya jatuh pada
bangsa Israel melalui Yakub. Dengan demikian, janji Allah kepada Abraham ditepati dan
berkelanjutan.
Jika ditarik ke konteks kehidupan manusia pada saat ini bahwa berkat Allah itu
berkelanjutan dan terus menerus kepada umat pilihanNya, karena pada dasarnya berkat Allah
kepada manusia adalah berbentuk perjanjian yang mengikat Allah dengan umatNya.
Perjanjian itu pertama kali diberikan kepada Abraham dan digenapi pada Yakub, pada saat
Yakub dan Allah bergumul di tepi sungai Yabok. Yakub yang di dalam kecemasan dan dalam
kekuathiran dikuatkan Allah melalui berkat yang diberikan Allah kepadaNya, sehingga berkat
Allah menjadi sumber penguatan bagi Yakub. Oleh karena itu, dalam kecemasan dan
kekuatan Yakub, Allah hadir dan menguatkan manusia melalui berkat-Nya. Berkat ini
dijanjikan oleh Allah kepada umat pilihan-Nya dalam narasi panggilan kepada Abraham, di
mana Allah yang memanggil Abraham dan memberikan janji-Nya kepada keturunan
Abraham sebagai bukti dukungan Allah terhadap bangsa pilihan-Nya.
BAB IV
KESIMPULAN
Dalam teks Kejadian 32:22-32, dinarasikan bagaimana Yakub diberi nama Israel,
sebuah peristiwa yang menunjukkan ikatan Allah dengan dirinya sebagai bagian dari
perjanjian yang akan diteruskan kepada keturunannya. Allah yang hadir kepada Yakub adalah
Allah yang sama yang sebelumnya memberikan janji kepada Abraham mengenai keturunan
besar yang akan muncul dari keluarganya. Allah dengan tegas memperlihatkan hak
prerogatif-Nya untuk memilih sebuah bangsa, yaitu pada bangsa Israel melalui Yakub.
Dengan nama Israel, Yakub menjadi saksi hidup akan hubungan istimewa antara Allah dan
bangsa-Nya yang terpilih. Oleh karena itu, asumsi awal penulis terbukti bahwa pergumulan
Yakub di tepi Sungai Yabok adalah penggenapan janji Allah kepada leluhur bangsa Israel,
yang akan terus berlanjut melalui keturunannya.
Daftar Pustaka
Arnold, Bill T. (1998). "Encountering the Book of Genesis." USA: Baker Academic.
Publishing.
France, R. T. (2007). "The Gospel of Matthew." USA: Wm.B. Eerdmans Publishing Co.
Freedman, David Noel. (1992). "Anchor Bible Dictionary." New York: Doubleday.
Hamilton, Victor P. (1995). "The Book of Genesis." USA: Wm. B. Eerdmans Publishing Co.
Hayes, John H., & Holladay, Carl R. (2017). "Pedoman Penafsiran Alkitab." Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Hughes, R. Kent. (2004). "Genesis: Beginning and Blessing." Illinois: Crossway Books.
Michael, J. Ramsey. (2010). "The Gospel of John." UK: Wm.B. Eerdmans Publishing Co.
Oswalt, John N. (1986). "The Book Of Isaiah." USA: Wm. B. Eerdmans Publishing Co.
Sitompul, A.A., & Beyer, U. (2017). "Metode Penafsiran Alkitab." Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Tucker, Gene M. (1971). "Form Criticism of The Old Testament." Philadelphia: Fortress
Press.
Van Pelt, Miles V. (2016). "A Biblical-Theological Introduction to the Old Testament."
Illinois: Crossway.
Waltke, Bruce K. (2007). "An Old Testament Theology: An Exegetical, Canonical, and