Anda di halaman 1dari 10

LUPUS ERITEMATOSUS DISKOID

I. PENDAHULUAN

A.Latar belakang
Lupus eritematosus merupakan penyakit inflamasi autoimun
kronik yang muncul dengan
berbagai gejala klinis (1). Spektrum penyakit lupus eritematosus
sangat bervariasi, mulai dari
hanya terbatas pada kulit (lupus eritematosus diskoid atau LED)
hingga melibatkan manifestasi
sistemik yang dapat mengancam kelangsungan hidup (lupus
eritematosus sistemik atau LES) (2).
Lupus eritematosus diskoid dapat muncul pada semua usia,
namun lebih sering pada usia
20-40 tahun (3,4). Dapat muncul pada semua etnis dan muncul
lebih sering pada wanita dari pria
(3). Etiologi LED masih belum dimengerti (5). Kemungkinan
dikarenakan gangguan autoimun,
dimana sistem imun secara abnormal menjadikan kulit sebagai
target sehingga terjadi inflamasi
dan kemerahan pada kulit (6,7). Faktor genetik diduga sebagai
salah satu predisposisi timbulnya
penyakit ini, akan tetapi bagaimana hubungannya secara pasti
belum diketahui. Hubungan yang
positif dengan HLA-B7,-B8, -Cw7, -DR2, -DR3 dan DQw1
dilaporkan, namun tidak selalu
dikonfirmasi. Beberapa faktor lingkungan yang berhubungan
dengan eksaserbasi LED yaitu
trauma 11%, stress 12 %, paparan sinar matahari 5%, infeksi
virus 3%, paparan dingin 2% dan
kehamilan 1 % (8,9). Faktor resiko lain untuk terjadinya lupus
eritematosus diskoid yaitu merokok
(7).
Lesi pada lupus eritematosus diskoid muncul pertama berupa
makula-makula merah-
ungu, papul-papul atau plak-plak kecil eritematosus dan pada
permukaannya berkembang lesi
hiperkeratotik dengan cepat pada kepala atau leher, selain itu
pada wajah, telinga dan ekstensor
lengan (2,3). Lesi klasik awal biasanya berkembang menjadi lesi
berbentuk koin dengan batas
yang jelas (diskoid), plak eritema yang ditutupi oleh skuama (2).
Lesi cenderung berkembang
secara sentrifugal dan seiring perkembangannya dapat terjadi
follicular plugging dan perubahan
pigmen (3). Lesi meluas dengan eritema dan hiperpigmentasi di
tepi, yang akan meninggalkan
bekas dengan jaringan parut atrofik sentral yang mencolok,
telangiektasis dan hipopigmentasi (2).
Keterlibatan daerah kepala seringnya menyebabkan skar
alopesia. Lupus diinduksi oleh paparan
sinar matahari maka dari itu salah satu penanganannya harus
menghindari sinar matahari dan
penggunaan tabir surya (3).
Apabila ruam timbul di area malar wajah, lesi dapat menyerupai
malar rash pada LES
sehingga dapat didiagnosis banding dengan LES. Selain itu
diagnosis banding yang mungkin
2

adalah polymorphous light eruption, dermatitis kontak fotoalergi,


karsinoma sel skuamous dan
dermatitis seboroik. Penegakan diagnosis dapat dilakukan
dengan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan laboratorium (Antinuclear Antibody {ANA} dan Anti
double stranded
deoxytribonucleic acid {anti ds DNA}) dan histopatologi (2,10).
Diagnosis LED ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan klinis, laboratorium dan
histopatologis (2,8,9,11-13). Gambaran histologi yang tampak
adalah ditemukan kelainan pada semua
lapisan epidermis berupa atrofi dan menunjukan hiperkeratosis
folikuler yang difus
(hyperkeratosis flugging), pada stratum basalis ditemukan
degenerasi hidrofik, sel basal
menunjukkan beberapa disorganisasi berupa kohesi yang
lemah dengan rongga-rongga yang
berukuran tidak teratur sehingga membran basalis epidermis
dan membran basalis adneksa
mengalami penebalan. Selain itu juga tampak edema dermis
dan mengalami degenerasi terutama
pada papilla dermis, pembuluh darah kapiler di dalam dermis
berdilatasi, adanya serbukan sel-sel
radang limfositik, terutama di sekeliling folikel rambut, kelenjar
lemak dan pembuluh darah.
Sering ditemukan ekstravasasi eritrosit. Apendik mengalami
atrofi dan menghilang (2,9).
Pemeriksaan imunohistokimia dilakukan untuk melihat adanya
deposisi dari IgG, IgA, IgM serta
komplemen pada taut dermo-epidermal, bertujuan untuk
meningkatkan sensitivitas dan
spesifisitas untuk diagnosis kasus-kasus dimana gejala klinis
dan pemeriksaan histopatologinya
meragukan. Pemeriksaan titer ANA dan ds DNA penting pada
pasien LED untuk
menggambarkan prognosis dan menyingkirkan kemungkinan
LES. Titer ANA ditemukan rendah
pada 30-40 % kasus DLE dan titer ANA yang tinggi (>1:320)
menunjukkan kemungkinan
perkembangan kearah LES. Antibodi ds DNA jarang
memberikan hasil positif pada pasien LED
(2,10).
Penatalaksanaan LED bertujuan untuk memperbaiki keadaan
umum penderita,
mengontrol lesi dan menghambat terjadinya skar atrofi, serta
mencegah perkembangan lesi lebih
lanjut. Penatalaksanaan diawali dengan menggunakan
pelindung terhadap paparan matahari.
Pilihan pengobatan secara sistemik yaitu menggunakan obat
antimalaria dan obat-obat
imunosupresif lainnya seperti methotreksat, azathioprin.
Pengobatan topikal dengan
kortikosteroid, kalsineurin inhibitor dan retinoid, selain itu pilihan
pengobatan lainnya yaitu
menggunakan kortikosteroid intralesi (2,8,9,11-13).
Obat antimalaria merupakan terapi sistemik lini pertama untuk
lupus eritematosus diskoid
(3). Terdapat tiga obat antimalaria yaitu kloroquin, hidroklorokuin
dan kuinakrin. Untuk lupus
3

eritematosus, dosis kloroquin adalah 250 mg sekali sehari,


dosis hidroksiklorokuin 200 sampai
400 mg sekali sehari dan dosis kuinakrin 100 mg sekali sehari
setelah makan. Beberapa efek
samping ringan yang dapat muncul seperti nausea, diare,
pusing, sakit kepala atau beberapa
orang alergi. Efek samping berat biasanya jarang terjadi namun
perlu diperhatikan yaitu masalah
mata (merusak retina), menurunnya sel darah putih, hepatitis,
eksaserbasi psoriasis dan
kelemahan (14). Efek samping pada mata lebih sering muncul
pada penggunaan klorokuin (3).
Pasien LED kurang dari 5% dapat berkembang menjadi lupus
eritematosus sistemik.
Rasa nyeri pada pasien dapat menetap. Lesi atropi dan skar
dapat menjadi permanen namun
dengan penanganan secara dini dapat mengurangi lesi atropi
dan skar (4).

Apa itu Lupus Eritematosus Diskoid?


Lupus eritematosus diskoid adalah kelainan autoimun yang menyerang kulit. [1]

Kelainan ini ditandai dengan timbulnya ruam atau lesi kulit yang biasanya muncul di
kulit kepala, hidung dan pipi. Selain itu, rambut rontok dan perubahan pigmen kulit juga
dapat terjadi. [1]
Lupus eritematosus diskoid lebih sering terjadi pada  wanita daripada pria. [1]

Fakta-fakta Lupus Eritematosus Diskoid   


Di bawah ini ada beberapa fakta seputar lupus eritematosus diskoid yang harus Anda
ketahui diantaranya yaitu: [1, 2, 4]

 Sekitar 10% orang yang menderita lupus eritematosus diskoid akan terkena
lupus eritematosus sistemik.
 Lupus eritematosus diskoid dapat meninggalkan bekas luka yang permanen.
 Lupus eritematosus diskoid cenderung bertahan hingga selama bertahun-tahun.
 Lupus eritematosus diskoid umumnya tidak mempengaruhi kesehatan secara
keseluruhan.

Gejala-gejala Lupus Eritematosus Diskoid


Lupus eritematosus diskoid biasanya menyebabkan peradangan dan ruam kulit. Gejala-
gejala tersebut dapat sangat serius terjadi pada beberapa individu dan dapat terjadi
setiap hari atau hanya sesekali. [1]

Gejala Umum LED

Anda dapat mengalami gejala lupus eritematosus diskoid setiap hari atau hanya sesekali.
Ada beberapa gejala yang umum terjadi pada lupus eritematosus diskoid dan terkadang
gejala ini bisa menjadi parah. Gejala tersebut dapat meliputi: [1]

 Rambut rontok
 Bekas luka permanen dari lesi
 Bercak merah berbentuk cakram pada kulit yang bersisik atau berkerak

Gejala Serius LED

Gejala serius dari lupus eritematosus diskoid dapat mengindikasikan kondisi yang
mengancam jiwa. Dalam beberapa kasus, lupus eritematosus diskoid bisa menjadi tanda
lupus eritematosus sistemik, yang mungkin terkait dengan gejala yang mengancam jiwa.

Segera hubungi dokter untuk mendapatkan perawatan medis jika Anda, atau seseorang
yang bersama Anda, mengalami gejala yang mengancam jiwa seperti berikut ini: [1]

 Dada nyeri atau terasa ada tekanan


 Kesulitan bernapas atau pernapasan cepat
 Ketidakmampuan untuk buang air kecil
 Denyut jantung tidak teratur
 Bibir pucat atau biru
 Denyut jantung cepat (takikardia)
Penyebab Lupus Eritematosus Diskoid
Penyebab pasti lupus eritematosus diskoid belum dapat diketahui. Namun, diduga
kondisi ini terjadi karena adanya kelainan autoimun di mana sistem kekebalan tubuh
bekerja secara tidak normal pada kulit, sehingga menyebabkan peradangan dan ruam. [1]

Siapakah yang Paling Berisiko Terkena Lupus Eritematosus Diskoid?

Lupus eritematosus diskoid paling sering menyerang wanita daripada pria. Biasanya
terjadi pada wanita dewasa yang berusia muda dengan rentang usia 20 hingga 40 tahun,
terutama individu dari keturunan Afrika dan Hispanik, meskipun kondisi ini dapat
terjadi pada semua usia dan terjadi di seluruh dunia. Lupus terkadang diturunkan dalam
keluarga. Orang yang memiliki riwayat keluarga lupus akan berisiko mengalami lupus
eritematosus diskoid.

Lupus eritematosus diskoid lebih umum dan lebih parah dialami oleh perokok
dibandingkan dengan non-perokok. Merokok juga mengurangi
efektivitas antimalaria dan terapi lainnya. [1, 3, 4]

Kapan Anda Harus Menghubungi Dokter Anda?

Karena lupus eritematosus diskoid dapat menyebabkan bekas luka permanen dan
rambut rontok, Anda harus mendapatkan perawatan medis jika Anda mencurigai Anda
mengidap kondisi ini. [3]

Komplikasi Lupus Eritematosus Diskoid


Lupus eritematosus diskoid yang terjadi berulang kali dapat meninggalkan Anda dengan
bekas luka atau perubahan warna permanen. Bercak di kulit kepala bisa menyebabkan
rambut Anda rontok. Saat kulit kepala Anda sembuh, jaringan parut dapat mencegah
rambut tumbuh kembali. [2]

Jika Anda memiliki lesi jangka panjang pada kulit atau di dalam bibir dan mulut Anda,
maka Anda akan berisiko tinggi mengalami kanker kulit.

Orang yang memiliki lupus eritematosus diskoid diperkirakan sekitar lima


persennya juga akan mengalami lupus sistemik di beberapa titik. Lupus sistemik juga
dapat memengaruhi organ dalam Anda. [2]

Apa Perbedaan Antara Lupus Eritematosus Diskoid dengan Lupus Sistemik?

Lupus eritematosus diskoid tidak sama dengan lupus sistemik. Lupus sistemik juga bisa
menyebabkan ruam ringan, biasanya di wajah, tapi juga bisa menyerang organ
dalam. Seseorang dengan lupus sistemik juga dapat mengalami lesi diskoid. Lupus
eritematosus diskoid tidak mempengaruhi organ dalam, tetapi ruamnya cenderung jauh
lebih parah. [2]

Diagnosis Lupus Eritematosus Diskoid


Untuk mendiagnosis lupus eritematosus diskoid diperlukan tes darah dan biopsi kulit. [3,
4]

 Biopsi Kulit

Pada biopsi kulit ciri khas lupus dicatat, seperti: dermatitis antarmuka, penyumbatan


folikel, atrofi, dan jaringan parut. Imunofluoresensi langsung seringkali menunjukkan
hasil positif pada kulit lesi orang yang menderita lupus eritematosus diskoid (tes pita
lupus positif). [4]

 Tes Darah

Pasien dengan lupus eritematosus diskoid biasanya akan menjalani tes darah pada saat
diagnosis.

Tes darah dapat meliputi: perhitungan darah lengkap, tes fungsi ginjal, penanda
inflamasi seperti C-reactive protein (CRP), antibodi antinuklear (ANA, ANF; jika ada,
biasanya dalam titer rendah), antibodi nuklir yang dapat diekstraksi (ENA) dan
antibodi anti-annexin

Autoantibodi yang bersirkulasi ditemukan pada sekitar 50% pasien dengan lupus


eritematosus diskoid. [4]

Pengobatan Lupus Eritematosus Diskoid 


Dokter Anda perlu melakukan pemeriksaan klinis sebelum ia mencurigai bahwa Anda
terkena lupus eritematosus diskoid. Tetapi biopsi kulit biasanya diperlukan dalam
diagnosis. Pengobatan dini penting untuk membantu mencegah jaringan parut
permanen. [2]

 Steroid

Steroid digunakan untuk membantu mengurangi peradangan. Anda dapat mengoleskan


salep atau krim yang diresepkan dokter langsung ke kulit Anda tau dokter Anda dapat
memberikan suntikan steroid langsung ke area yang terkena. 

Prednison oral dapat membantu meringankan lesi dengan mengurangi produksi antibodi


dan sel inflamasi. Steroid dapat menyebabkan penipisan kulit, sehingga harus digunakan
secukupnya sesuai kebutuhan dan harus dengan pengawasan medis. [2]
 Topikal Non Steroid

Krim dan salep topikal nonsteroid, seperti inhibitor kalsineurin seperti tacrolimus, juga
dapat membantu mengurangi peradangan. [2]

 Obat Anti Malaria

Obat antimalaria adalah obat lain yang dapat membantu meredakan peradangan. Obat
oral ini termasuk hydroxychloroquine, chloroquine, dan quinacrine. Obat-obatan ini
cenderung memiliki efek samping yang lebih ringan daripada beberapa obat lain. [2]

 Obat Imunosupresif

Obat penekan imun dapat menurunkan produksi sel inflamasi. Obat ini biasanya
digunakan dalam kasus yang parah atau jika Anda mencoba menghentikan steroid
oral. Beberapa obat tersebut diantaranya ialah mycophenolate mofetil, azathioprine, dan
methotrexate. [2]

Cara Mencegah Lupus Eritematosus Diskoid  


Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi risiko lupus eritematosus
diskoid, diantaranya yaitu: [1, 2]

 Hindari sinar matahari. Hal ini dapat membuat Anda sulit mendapatkan cukup
vitamin D, jadi tanyakan kepada dokter Anda apakah Anda harus mengonsumsi
suplemen vitamin D.
 Selalu gunakan tabir surya dengan SPF 70 atau lebih tinggi. Oleskan kembali
setiap beberapa jam atau setelah basah.
 Kenakan topi dan pakaian yang melindungi kulit Anda, bahkan jika cuaca
sedang mendung.
 Merokok dapat memperburuk kondisi Anda. Jika Anda mengalami kesulitan
berhenti merokok, tanyakan kepada dokter Anda tentang program berhenti
merokok.
 Obat-obatan tertentu, seperti antibiotik dan diuretik dapat membuat Anda lebih
sensitif terhadap sinar matahari. Baca panduan pengobatan yang tertera pada
label dengan hati-hati dan tanyakan kepada dokter atau apoteker Anda apakah
obat Anda meningkatkan kepekaan terhadap sinar matahari.
 Tergantung pada kondisi kulit Anda, Anda mungkin bisa memakai riasan untuk
menyamarkan. Tetapi tanyakan kepada dokter Anda apakah itu disarankan dan
jika ada bahan tertentu yang harus Anda hindari.

Filler, teknologi laser, dan operasi plastik bisa menjadi pilihan untuk mengatasi jaringan
parut dan perubahan pigmen akibat kondisi ini. Tetapi cara ini tergantung pada kasus
yang dialami pasien. Sebelumnya harap berkonsultasi dengan dokter kulit Telebih
dahulu.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lupus Eritematosus Discoid (LED) adalah suatu penyakit kulit menahun


Yg ditandai dengan peradangan dan pembentukan jaringan parut yang terjadi
pada waja, telinga, kulit kepala dan kadang pada bagian tubuh yang lainnya.
Lupus Eritematosus Discoid dapat di temukan pada semua umur baik pria
maupun wanita.
Etiologi dan patogenesis pastinya belum diketahui secara jelas, para ahli
Menduga bahwa LED merupakan suatu kombinasi antara faktor keturunan
(genetik), lingkungan dan kemungkinan faktor hormonal perkembangan
penyakit ini.

Anda mungkin juga menyukai