Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Erupsi gigi adalah suatu proses pergerakan gigi secara aksial yang dimulai
dari tempat perkembangan gigi di dalam tulang alveolar sampai akhirnya mencapai
posisi fungsional di dalam rongga mulut. Erupsi ini biasanya terjadi sesuai dengan
waktu erupsi yang berbeda setiap giginya. Namun tidak semua gigi berhasil erupsi
dengan sempurna atau bahkan tidak erupsi sama sekali. Keadaan ini disebut dengan
impaksi. Gigi permanen manusia yang paling sering mengalami impaksi adalah gigi
molar ketiga bawah, lalu gigi molar ketiga atas selanjutnya gigi caninus atas.
Frekuensi impaksi gigi molar ketiga atas yang terbanyak dibandingkan dengan molar
ketiga bawah.

Kasus-kasus gigi impaksi sering dijumpai dalam praktek dokter gigi sehari-
hari. Pengertian gigi impaksi bermacam-macam tetapi artinya hampir sama. Pada
prinsipnya gigi impaksi adalah gigi yang tidak dapat erupsi seluruhnya atau sebagian
karena tertutup oleh tulang atau jaringan lunak atau keduanya. Semua jenis gigi dapat
memiliki kemungkinan untuk tidak dapat tumbuh. Tersering adalah gigi molar ketiga
rahang bawah dan rahang atas, gigi kaninus dan gigi premolar. Pada umumnya gigi
molar ketiga akan tumbuh menembus gusi pada awal usia 18-20 tahun karena 28 gigi
permanen lainnya sudah tumbuh keseluruhannya, sehingga gigi molar ketiga sering
sekali tidak memperoleh cukup tempat untuk tumbuh karena tertahan oleh gigi molar
kedua didepannya. Sehingga gigi molar ketiga akan tumbuh sebagian atau salah arah.
Keadaan semacam ini dikenal dengan sebutan gigi tertanam atau gigi impaksi (Coen
2012).
Impaksi dapat terjadi pada gigi tertentu dengan etiologi yang berbeda-beda.
Impaksi ini dapat mengganggu sistem stomatognatik karena satu dan lain hal.
Banyak sekali keadaan yang mengindikasikan suatu gigi impaksi untuk dilakukan
odontektomi namun terdapat juga kontraindikasi dan komplikasi yang harus

1
diperhitungkan sebelum dilakukannya perawatan. Perawatan yang dilakukan pun
akan berbeda dengan ekstraksi yang dilakukan secara biasa.

Peran perawat pada kasus impaksi gigi meliputi sebagai pemberi asuhan
keperawatan langsung kepada klien yang mengalami impaksi gigi, sebagai pendidik
memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai
peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien
impaksi melalui metode ilmiah.

B. Rumusan Masalah
Laporan kasus ini disusun untuk menjelaskan “ asuhan keperawatan sdr.
Ma dengan impaksi 48 dengan tindakan odontektomi”.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan laporan kasus ini adalah mengerti dan memahami


“asuhan keperawatan sdr. Ma dengan impaksi 48 dengan tindakan odontektomi”

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan laporan kasus ini adalah:

a) Bagi penulis sendiri, hasil karya tulis dapat digunakan sebagai pengalaman yang
nyata tentang “Asuhan keperawatan sdr. Ma dengan impaksi 48 dengan tindakan
odontektomi”

b) Bagi klien dan keluarga, dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan dan mampu
memahami “Asuhan keperawatan sdr. Ma dengan impaksi 48 dengan tindakan
odontektomi”

c) Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan, sebagai referensi dan tambahan


informasi dalam peningkatan dan mutu pendidikan di massa depan.

d) Bagi Rumah Sakit, hasil laporan kasus diharapkan menjadi informasi dalam
saran dan evaluasi untuk peningkatan mutu pelayanan yang lebih kepada pasien
rumah sakit yang akan datang.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Gigi ampaksi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga,
tulang sekitar, jaringan patologis dan gigi yang posisinya tidak sesuai dengan
lengkung rahang. Gigi permanen manusia yang paling sering mengalami impaksi
adalah gigi molar ketiga bawah, lalu gigi molar ketiga atas selanjutnya gigi caninus
atas. Frekuensi impaksi gigi molar ketiga atas yang terbanyak dibandingkan dengan
molar ketiga bawah (Kresnanda, 2008).

B. Anatomi

Mulut

1. Bibir
Terdiri dari dua lapisan otot yang ada di orificium oris
1) Bagian luar dilapisi oleh kulit
2) Bagian dalam oleh mukosa
Dibentuk oleh musculo orbicularis oris. Terdapat philtrum yang merupakan
cekungan dangkal vertical pada garis tengah permukaan luar atas otot mulut bibir
dan pipi, terbagi atas :
musculus triangularis dan musculus orbikularis oris atau otot sudut mulut,
untuk menarik sudut mulut ke bawah
musculus quadratus labii superior, oleh origo pinggir lekuk mata terdiri dari bibir
atas dan hidung
muskulus quadratus labii inferior, di dagu merupakan kelanjutan otot leher
menarik bibir ke bawah maupun membentuk mimik muka ke bawah.
musculus buksinator, merupakan dinding samping rongga mulut yang berfungsi
untuk menahan makanan saat mengunyah.
musculus zigomatikus merupakan otot pipi berfungsi untuk mengangkat dagu mulut
ke atas saat senyum.

3
2. Cavum oris
Otot pengunyah :
1) Muskulus maseter
Mengangkat rahang bawah pada waktu mulut terbuka
2) Muskulus temporalis
Menarik rahang bawah ke atas dan ke belakang
3) Muskulus pterigoid internus dan eksternus
Fungsinya menarik rahang bawah ke depan
a. Vestibulum oris
Bagian lateralnya pipi yang dibentuk oleh muskulus buccinator dan
dilapisi membrane mukosa.
b. Cavum oris propium
a) Bagian atap rongga mulut dibentuk oleh palatum durum di bagian
depan dan palatum molle di bagian dalam.
b) Bagian bawah rongga mulut dibentuk oleh 2/3 bagian lidah dan
membrane mukosa
c) Ada frenulum linguae : lipatan membrane mukosa yang
menghubungkan garis tengah permukaan bawah lidah dengan bagian
dasar mulut.
d) Membrane mukosa pipi (lateral) dilekatkan pada muskulus buccinator,
dan membrane mukosa gingival di periosteum alveolar.
e) Bagian atap cavum oris diinervasi oleh nervus palatinus major dan
nervus nasopalatinus dari nervus trigeminus maxilaris.

4
f) Bagian dasar dipersarafi oleh nervus lingualis cabang nervus
trigeminus mandibularis.
g) Serabut saraf pengecap berjalan dalam chorda timpani, cabang nervus
facialis
h) Bag pipi di inervasi oleh nervus bucalis cabang nervus trigeminus
mandibularis
Gigi
Anatomi gigi dibagi menjadi dua bagian dasar. Bagian pertama
yaitu mahkota, yang merupakan bagian gigi yang berwarna putih terlihat. Bagian
kedua adalah akar gigi yang tidak dapat kita lihat. Akar meluas di bawah garis gusi
dan membantu mengikat gigi ke tulang. Gigi memiliki beberapa jenis jaringan dan
masing-masing memiliki fungsi yang berbeda.
a. Crown/ mahkota
Bagian gigi yg terlihat atau tidak menancap di dalam gusi dan tulang rawan.
b. Root/akar gigi
Bagian gigi yang menancap di dalam gusi dan tulang rahang. Setiap gigi memilki
jumlah akar yg berbeda, tergantung dari posisinya. Gigi geraham memiliki jumlah
akar paling banyak karena beban kerjanya paling berat.

Jaringan pembentuk gigi ada 3, yaitu:


a. Email/enamel
 Merupakan lapisan terluar yang melapisi mahkota gigi
 Berasal dari epitel (ektodermal) yang merupakan bahan terkeras pada tubuh
manusia dan paling banyak mengandung kalsium
 Secara kimia, email adalah Kristal yg terkalsifikasi dengan persentase bahan
anorganik 95-99% (tu Ca fosfat) dan bahan matriks organic 1% dan sisanya
adalah air
 Email adalah jaringan semitranslusen dimana warna gigi bergantung pada
warna dentin di bawah email, ketebalan email dan banyaknya stain pd email
biasanya berwarna keabuan transparan
 Ketebalan email tidak sama, paling tebal di daerah oklusal/insisal (puncak
mahkota) dan makin menipis mendekati pertautannya dengan sementum.

5
 Sifatnya mudah larut asam dan kelarutannya meningkat seiring dengan
semakin dalamnya lapisan enamel.
b. Dentin
 Komponen terbesar jaringan gigi
 Di daerah mahkota ditutupi oleh email, sedangkan didaerah akar ditutupi oleh
sementum, secara internal dentin membentuk dinding rongga pulpa
 Dentin mengalami kalsifikasi yang sama seperti tulang, tapi sifatnya keras
karena kadar garam kalsiumnya lebih besar (80%) dalam bentuk hidroksi
apaht. Zat antar sel organic (20%) terutama terdiri dari serat kolagen dan
glikosaminoglikan yang disintesis oleh sel odontoblas
 Dentin peka terhadap rasa raba, panas, dingin dan konsentrasi ion hydrogen.
Nanti rangsangan itu diterima oleh serat dentin dan diteruskan ke serat otot
saraf di dalam pulpa.
 Dentin berwarna putih kekuningan
c. Pulpa
 Jaringan lunak yang terletak di tengah gigi.
 Jaringan ini adalah jaringan pembentuk, penyokong dan merupakan bagian
integral dari dentin yang mengelilinginya
 jaringan pulpa mengikuti bentuk mahkota gigi dan bentuk luar saluran pulpa
mengikuti bentuk akar gigi
 Fungsi pulpa: sebagai pembentuk, penahan, mengandung zat makanan dan sel
saraf/sensori

6
Gigi Susu (desidua) berjumlah 20 terdiri dari: 4 Incivicus, 2 Caninus, 4 molar. Pada
masing-masing rahang. Gigi mulai muncul usia 6 bulan dan semua selesai keluar
pada akhir usia 2 tahun. Sedangkan, gigi permanen (dentis permanents) berjumlah 32
yang terdiri dari: 4 Incisivus, 2 Caninus, 4 Premolar, 6 molar. Pada masing-masing
rahang. Mulai muncul pada usia 6 tahun dan yang terakhir muncul adalah molar
ketiga.

Lidah

Merupakan otot lurik yg ditutupi mukosa. Terbagi atas 2/3 anterior (pars oralis) dan
1/3 posterior (pars faringealis). Dan dipisahkan oleh sulcus terminalis yang puncak
sulcus yang berlubang (foramen caecum)

Fungsi :

7
 untuk membantu mengatur letak makanan di dalam mulut
 mendorong makanan masuk ke oesophagus
 untuk mengecap atau merasakan makanan, membentuk suara.
Lidah dibagi atas 3 bagian :
 Radiks lingua = pangkal lidah
 Dorsum lingua = punggung lidah
 Apeks lingua = ujung lidah
Otot lidah :
 otot ekstrinsik : fungsinya : mengubah bentuk lidah
- muskulus genioglossus untuk menjulurkan lidah
- muskulus hyoglossus untuk menurunkan lidah
- muskulus styloglossus untuk menarik lidah ke atas dan ke belakang
- muskulus palatoglossus untuk menarik akar lidah ke atas dan kebelakang,
mempersempit isthmus oropharyngeus
 otot intrinsik
Terbatas pada lidah dan tidak melekat pada tulang
- Terdiri atas serat-serat longitudinal, transversal dan vertikal
- Dipersyarafi oleh N. hypoglossus
- Lidah dipersarafi oleh n.vagus, glossofaringeus dan lingualis

Pallatum

 Palatum durum

8
Keras, dibentuk oleh procc. palatina maxilla dan lamina horisa sama dengan
ontalis ossis palatine
 Palatum molle
 Lunak, merupakan bagian dari fibromuscular dan ada uvula

C. Etiologi

a) Penyebab lokal:
 Posisi yang tidak teratur dari gigi-geligi dalam lengkung rahang.
 Densitas (kepadatan) tulang di atas dan sekitarnya.
 Keradangan yang menahun dan terus menerus sehingga dapat
menyebabkan bertambahnya jaringan mukosa di sekitarnya.
 Tanggalnya gigi sulung yang terlalu cepat, ini mengakibatkan hilang atau
berkurangnya tempat untuk gigi permanen penggantinya.
b) Penyebab sistemik :
 Herediter : Dimana rahangnya sempit sedangkan gigi geliginya besar.
 Miscegenation (percampuran ras) : Misalnya, perkawinan campuran dari
satu ras yang mempunyai gen dominan,
 gigi besar dan ras lainnya dominan pada rahang yang kecil atau sempit.
c) Penyebab postnatal
Semua keadaan-keadaan yang dapat mengganggu pertumbuhan anak,
misalnya penyakit: ricketsia, anemia, syphilis, TBC, gangguan kelenjar
endokrin, malnutrisi. Keadaan yang jarang ditemukan:
 Cleidoncranial disostosis
Keadaan kongenital yang jarang ditemukan, dimana terlihat cacat ossifikasi
dari tulang tengkorak, hilangnya sebagian atau seluruhnya tulang clavicula,
terlambatnya exfoliasi gigi sulung, gigi permanen tidak erupsi dan terdapat
rudimenter supernumerary teeth.
 Oxycephali
Suatu keadaan dimana terlihat kepala yang meruncing seperti kerucut. Pada
keadaan ini terdapat gangguan pada tulang-tulang kepala.

9
 Progeria
Bentuk tubuh yang kekanak-kanakan ditandai dengan perawakan kecil, tidak
adanya rambut pubis, kulit berkerut, rambut berwarna keabu-abuan tetapi
wajah, sikap serta tingkah lakunya seperti orang tua ( Bianto, 2011)
D. Klasifikasi

Menurut Pell Dan Gregory klasifikasi impaksi berdasarkan hubungan antara ramus
mandibula dengan molar kedua dengan caramembandingkan lebar mesio-distal
molar ketiga dengan jarak antara bagian distalmolar kedua ke ramus mandibula.

Kelas I: Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan jarak antara
distalgigi molar kedua dengan ramus mandibula.

Gambar. Impaksi kelas I


Kelas II: Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih besar dibandingkan jarak antara
distalgigi molar kedua dengan ramus mandibula.

Gambar. Impaksi kelas II

10
Kelas III: Seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada dalam ramus mandibula.
Gambar. Impaksi kelas III

Berdasarkan Letak Molar Ketiga di Dalam Rahang


Posisi A: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada setinggi garis oklusal

Gambar. Impaksi kelas A


Posisi B: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis oklusal namun
masih terletak lebih tinggi daripada garis servikal gigi molar kedua

Gambar. Impaksi kelas B

11
Posisi C: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis servikal gigi molar
kedua.

Gambar. Impaksi kelas C

E. Manifestasi Klinik

Menurut dr. Kevin Adrian. Gejala dari impaksi gigi, meliputi:

1. Gigi hanya muncul sedikit di permukaan gusi.


2. Nyeri pada rahang.
3. Sakit kepala berkepanjangan.
4. Gusi bengkak dan kemerahan di sekitar gigi terpendam.
5. Kesulitan membuka mulut.
6. Kelenjar leher membengkak.
7. Sakit gigi saat menggigit, terutama di bagian yang mengalami impaksi gigi.

F. Pemeriksaan Diagnostik

Impaksi dapat diperkirakan secara klinis apabila gigi antagonisnya sudah


erupsi dan hampir bisa dipastikan apabila gigi yang terletak pada sisi yang lainnya
erupsi. Pada kasus tertentu, gigi impaksi tidak dapat terlihat secara klinis tetapi dapat
menyebabkan gangguan pada daerah rongga mulut seperti rasa sakit, resorbsi gigi
yang berdekatan dan abses (Bianto, 2011).

Dental radiogram ini mernegang peranan yang pentjng dalam menegakkan


diagnosis yang secara klinis tidak terlihat, merencanakan perawatan dan

12
mengevaluasi hasil perawatan. Untuk menunjang ini, diperlukan radiogram yang
dibuat dengan teknik yang tepat (Kresnanda, 2014)

G. Penatalaksanaan

Secara umum sebaiknya gigi impaksi dicabut baik itu untuk gigi molar tiga,
caninus, premolar, incisivus. Namun harus diingat sejauh tidak menyebabkan
terjadinya gangguan pada kesehatan mulut dan fungsi pengunyahan disekitar rahang
pasien maka gigi impaksi tidak perlu dicabut.Pencabutan pada gigi impaksi harus
memperhatikan indikasi dan kontraindikasi yang ada.Indikasi dan kontra indikasi
pencabut, meliputi :
1. Indikasi
1) Pencabutan Preventif/Profilaktik
Pencabutan preventif ini sangatlah penting yaitu untuk mencegah
terjadinya patologi yang berasal dari folikel atau infeksi yang timbul akibat erupsi
yang lambat dan sering tidak sempurna, serta pada kondisi tertentu dapat
mencegah terjadinya kesulitan pencabutan nanti jika gigi itu dibiarkan lebih lama
dalam lengkung rahang, misalnya karena celah ligamentum mengecil atau tidak
ada adalah indikasi pencabutan bagi gigi yang impaksi.
2) Pecabutan patologis dan mencegah perluasan kerusakan oleh gigi impaksi
Pencabutan karena pencegahan terjadinya patologi dan mencegah
perluasan kerusakan dalam lengkung rahang karena adanya gigi yang impaksi
juga menjadi indikasi pencabutan pada gigi yang impaksi.
Ada banyak referensi tentang indikasi pencabut gigi impaksi, namun
secara umum pencabutan selalu diindikasikan oleh dua hal diatas, adapun
indikasi lain pencabutan, adalah:
(6) Usia muda pada waktu pertumbuhan tulang telah berhenti (16-18 tahun),
karena akan mengurangi komplikasi karena akar belum terbentuk sempurna
(7) Adanya penyimpangan panjang lengkung rahang dan membantu
mempertahankan stabilisasi hasil perawatan ortodonsi
(8) Kepentingan prostetik dan restoratif

13
Kontraindikasi
Pencabutan gigi impaksi juga tergantung pada kontraindikasi yang
muncul, ada pasien-pasien tertentu yang tidak dapat dilakukan pencabutan
dengan berbagai pertimbangan,adapun kontraindikasi pencabutan gigi impaksi
adalah:
1. Pasien dengan usia sangat ekstrim,telalu muda atau lansia
2. Incompromised medical status
3. Kerusakan yang luas dan berdekatan dengan struktur yang lain
4. Pasien tidak menghendaki giginya dicabut
5. Apabila tulang yang menutupi gigi yang impaksi sangat termineralisasi dan
padat.

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : Sdr. MA
Umur : 18 tahun
No.Register : 280xxx
Alamat : Kostrad Jember
Diagnose Medis : Impaksi 48
Tanggal MRS : 6 Januari 2020
Tanggal pengkajian : 7 Januari 2020
Ruang : Pre operasi
b. Pre Operasi

1. Keluhan utama : Pasien mengeluh takut akan dilakukan operasi

2. Riwayat penyakit : Tidak ada

3. Riwayat operasi : Tidak ada

4. Riwayat alergi : Tidak ada

5. Jenis operasi : Bersih terkontaminasi

6. Tanda-tanda vital : TD: 120/80 mmHg, Nadi : 80 x/menit, RR: 15 x/

menit, suhu: 36,5oC

Riwayat psikososial

a. Status emosional : Tenang

b. Tingkat kecemasan : Cemas

c. Skala kecemasan

□ 0 = Tidak Cemas

□ 1 = Mengungkapkan kerisauan

□ = Tingkat perhatian tinggi


15
□ = Kerisauan tidak berfokus

□ = Respon simpati-adrenal

□ = panik

c. Intra Operasi

a. Pembedahan dimulai jam : 08.30 wib

b. Jenis anestesi : Lokal anestesi

c. Posisi operasi : Supine

d. Catatan anestesi : Pasien ASA 1

e. Pemasangan alat-alat : Mesin Conecting

d. Post Operasi

a. Pasien pindah ke : RR, Jam 09.00 WIB

b. Keluhan saat di RR : menanyakan hal-hal yang boleh dan tidak

boleh setelah dilakukan operasi

c. Keadaan umum : Baik

d. TTV : Suhu 36,1 0C , Nadi 80 x/mnt, TD 120/80

mmHg, RR 15 x/mnt
e. Pemeriksaan head to toe secara prioritas

Normal
Bagian Jika tidak, jelaskan
Ya Tidak
Kepala √
Mulut dan gigi √ Terdapat luka post operasi dan tampon
pada region 4 gigi ke 8

16
Leher √

Dada √

Abdomen √

Genitalia √

Integument √

Ekstremitas √

a. Kesadaran : Compos mentis

B. Analisa Data
1. Pre operasi
N
Data Masalah Etiologi
o.
1. DS: pasien mengatakan Ansietas kurang pengetahuan
tegang akan dioperasi tentang pembedahan yang
DO: Wajah tegang, akan dilaksanakan dan
Kontak mata buruk, Suhu hasil akhir
36,1 0C , Nadi 80 x/mnt,
TD 120/80 mmHg

2. Intra operasi
No. Data Masalah Etiologi
1. DS: - Resiko infeksi Area
DO: pembedahan
 Insisi pembedahan
 Klasifikasi luka : Bersih
terkontaminasi

17
3. Post operasi
No. Data Masalah Etiologi
1. DS: - Gangguan rasa Insisi
DO: Terdapat luka post operasi nyaman pembedahan
dan tampon pada region 4 gigi
ke 8

18
C. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Pre operatif
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Rencana Tindakan
Keperawatan Hasil
1. Ansietas ybd kurang NOC : Pengurangan NIC : Ansiety Control
pengetahuan tentang cemas 1. Bantu pasien
pembedahan yang Tujuan: dalam waktu mengekspresikan
akan dilaksanakan 1x24 jam tingkat perasaan marah,
dan hasil akhir kecemasan pasien kehilangan, dan
berkurang atau hilang. takut.
Kriteria hasil : 2. Kaji tanda ansietas
 Pasien menyatakan verbal dan
kecemasan nonvervbal.
berkurang 3. Jelaskan tentang
 Pasien mampu prosedur pembedahan
mengenali perasaan sesuai jenis operasi.
ansietasnya 4. Beri dukungan
 Pasien dapat prabedah.
mengidentifikasi 5. Beri lingkungan yang
penyebab atau tenang dan suasana
faktor yang penuh istirahat.
memengaruhi 6. Tingkatkan kontrol
ansietasnya sensasi pasien.

 Pasien kooperatif 7. Orientasikan pasien


terhadap tindakan terhadap prosedur

 Wajah pasien rutin dan aktivitas

tampak rileks yang diharapkan.


8. Beri kesempatan
pada pasien untuk
mengungkapkan

31
ansietasnya.

2. Intra operatif
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan
No
Keperawatan Hasil
1. Resiko infeksi yang NOC :Infection NIC :Infection Control
berhubungan dengan Control 1. Kaji suhu badan
area pembedahan Setelah dilakukan pasien dan tanda
pembedahan tindakan keperawatan, vital
diharapkan tidak 2. Pertahankan teknik
terjadi infeksi pada aseptif, kebersihan
klien dengan kriteria tangan atau
hasil: menggunakan
1. Klien tidak alkohol sebelum
menunjukan kontak dengan
adanya tanda-tanda pasien
infeksi 3. Batasi pengunjung
2. Tidak ada bila perlu
gangguan 4. Mengkaji warna,
gastrointestinal turgor, kelenturan
3. Respirasi dalam serta suhu kulit,
batas normal (16- membran mukosa
24 x/menit) terhadap kemerahan
4. Suhu dalam batas dan panas
normal (36,5oC - 5. Monitor tanda dan
37,5 oC) gejala infeksi
sistemik dan lokal.
Evaluasi keadaan
pasien terhadap
tempat-tempat

32
munculnya infeksi
seperti tempat
penusukan jarum
intravena.
6. Kolaborasi
pemberian antibiotik
sesuai ketentuan

3. Post operatif
Diagnosa Rencana Tindakan
No Tujuan dan Kriteria Hasil
Keperawatan
1. Nyeri b.d NOC : 1. Observasi dan
Insisi - Pain Level, monitoring tanda
pembedahan - Pain control, nyeri pasien
- Comfort level 2. Lakukan
Setelah dilakukan tinfakan teknik
keperawatan selama 1x 4 pengurangan
jam nyeri pasien nyeri dengan
berkurang, dengan kriteria menyentuh
hasil: tubuh pasien
3. Tenangkan pasien
- Mampu mengontrol agar rasa nyeri
nyeri (tahu penyebab tidak bertambah
nyeri) 4. Kontrol
- Mampu menggunakan lingkungan yang
tehnik nonfarmakologi mempengaruhi
untuk mengurangi nyeri, pasien
mencari bantuan) 5. Observasi
- Melaporkan bahwa nyeri reaaksi
berkurang dengan nonverbal
menggunakan dari
manajemen nyeri ketidaknyam
- Mampu mengenali nyeri anan
(skala, intensitas, Evaluasi TTV
frekuensi dan tanda
nyeri)
- Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
- Tanda vital dalam

33
rentang normal

34
BAB IV
TINJAUAN KASUS

1. Pengertian Odontektomi
Odontektomi adalah pengambilan gigi dengan prosedur bedah dengan
pengangkatan mukoperiosteal flap dan membuang tulang yang ada diatas gigi dan
juga tulang disekitar akar bukal dengan chisel, bur, atau rongeurs.
2. Langkah-langkah dalam merencanakan prosedur odontektomi
1) Pelajari hasil rontgen foto
a. Tidak ada penajaman atau pemendekan gambar
b. Bentuk gigi
c. Jumlah serta lenkung akar
d. Letak / posisi gigi
2) Klasifikasi gigi impaksi
3) Pelajari posisi gigi impaksi secara klinis
4) Lakukan palpasi disekeliling daerah operasi
2. Prosedur tindakan:
Persiapan ruangan

a. Menata ruangan dangan mengatur penempatan mesin suction, mesin


couter, meja instrumen, meja mayo sesuai kebutuhan dan luas kamar
operasi
b. Memberi alas perlak dan linen pada meja mayo

c. Memberi alas under pad pada bagian kepala pasien

d. Menempatkan tempat sampah yang sesuai agar mudah penggunaannya

Persiapan Pasien
a. Perawat kamar operasi memeriksa kesesuaian identitas pasien dengan
menanyakan nama sekaligus mengecek gelang identitas pasien
b. Perawat kamar operasi memeriksa kelengkapan status pasien termasuk di
dalamnya persetujuan informed consent
c. Perawat mengganti baju pasien

35
d. Perawat melakukan pengecekan set marking
e. Pasien dipastikan dalam keadaan bersih, yaitu mandi sebelum
dilaksanakan pembedahan
f. Perhiasan pasien dilepas semua baik cincin atau jam tangan dan gigi palsu
bila ada
g. Pasien diposisikan supinasi setelah dipindahkan ke meja operasi
h. Melakukan skin preparation
Timbang Terima
a. Situation : Pasien elektif
b. Background
Diagnose pra operatif : Impaksi 48
Rencana operasi : Odontektomy
RPD : tidak ada
Alergi : tidak ada
Darah : tidak ada
Marking : iya
Informed consent : ada
Foto : ada
Pemeriksaan Lab : tidak ada
Alat bantu : tidak ada
Vital sign : TD: 120/70 mm/Hg, N: 78 x/menit, Suhu
36,2 C, RR 15 X/menit
Kesadaran : Compos mentis GCS 4-5-6
ASA : 1
1. Sign in
Sign in dilakukan di ruang pre operasi oleh perawat dengan mengisi
daftar tilik pembedahan
2. Transfer
Pasien ditransfer dari ruang pre operasi ke ruang operasi oleh perawat
dipindahkan dari kursi roda ke meja operasi

36
3. Positioning
Pasien diposisikan supinasi
4. Anastesi
Pasien dilakukan anastesi LA
5. Aseptik
Perawat memberikan povidon iodine 1% kepada pasien untuk
dilakukan tindakan asepsic area operasi dan dilanjutkan dengan
drapping
6. Time out
Perawat sirkuler membacakan time out
7. Instrumentasi Tehnik dan Operating Tehnik Intraoperatif
b. Team operasi : Operator, asisten, instrument, dan sirkuler
c. Set Ruangan
1. Alat on steril di ruangan
Nama Alat Jumlah
Meja instrument 1
Meja mayo 1
Meja operasi 1
Mesin suction 1
Lampu operasi 1
Viewer rontgen 1
Tempat sampah 1
Gunting verban 1

2. Alat steril
Nama Alat Jumlah
a) Set odon
1. Towel clamp (doek klem) 3
2. Scalpel handle 1
3. Tissue forceps (pinset 1
chirurgische)

37
4. Metzenboum scissors 1
(gunting metsemboum)
5. Surgical scissors (gunting 1
kasar)
6. Hemostatic forceps pean 1
7. Needle holder 1
8. Bean 2
9. Curegee 1
10. Forcep gigi 1
11. Bor 1
12. Rasparatorium 1
13. Conecting suction 1
14. Kom/ cuching 2
15. doek kecil 2
16. doek besar 1
17. Scrot steril 3
18. Sarung meja mayo 1
19. Handuk kecil 3
c) Bahan habis pakai
1. Handsconsteril steril 6 ½ 1
2. Handsconsteril steril 7 ½ 2
3. Mess no.15 1
4. Spuit 3 cc 1
5. RL 500 ml 1
6. Underpad 1
7. Kassa steril 2 gulung
8. Povidon iodin ± 50 cc
9. Pehacain 3 ampule
10. Side 2-0 1

c. Prosedur Tindakan Operasi

38
Langkah-langkah perjalanan operasi Fraktur radius ulna dengan tindakan
pembedahan odontektomi:

a) Persiapan

1. Sign in

1) Pasien datang, cek kelengkapan status. Kemudian tulis di buku register


pasien dan lengkapi SSC (Surgical Safty Ceklist)

2) Beri posisi pasien supinasi.

3) perawat instrumen melakukan surgical scrub, gowning dan gloving,


kemudian membantu tim bedah yang lain untuk gowning dan gloving.

4) Asisten melakukan antisepsis daerah operasi dengan povidon iodin 1%


dan deppers memakai sponge holding forceps, kemudian berikan doek
kecil untuk di taruh di bawah daerah yang akan di operasi.

5) Perawat instrumen dan asisten melakukan drapping area operasi lapis


demi lapis sampai sebatas area operasi dan fiksasi dengan hemostatic
forceps (kocher) lurus panjang.

6) Perawat instrumen memasang conecting suction di dekat daerah yang


akan di operasi. Selanjutnya check kelayakan alat.

2. Time out

1) Operator dan asisten menentukan daerah yang di insisi

2) perawat instrument memberikan operator spuit 3 cc berisi lokal anastesi


(pehacain) untuk dilakukan lokal anastesi.

3) Berikan mess no.15 pada operator untuk menginsisi area operasi hingga
jaringan tulang. Lalu berikan rasparatorium untuk membebaskan jaringan
yang menempel kemudian jika operator mengalami kesulitan maka
berikan baien untuk membebaskan jaringan.

39
4) Kemudian berikan Electric Boor untuk membebaskan gigi dari tulang
kemudian berikan spuit 30 cc untuk melakukan irigasi untuk
membersihkan darah dan serbuk tulang serta untuk membersihkan bor.

5) Kemudian gunakan hemostatic forcep pean untuk menarik gigi kemudian


bersihkan daerah gigi yang telah dicabut.

6) Kemudian cek kembali apakah masih ada gigi yang tersisa. Jika
dipastikan sudah bersih maka lakukan dab daerah gigi yang telah
diangkat.

3. Sign out
1) Jahit luka incise dengan memberikan needle holder yang telah terpasang
benang 3-0 jarum round. Jika terdapat jaringan berlebih saat hendak
dijahit berikan gunting metsemboum untuk membuang jaringan berlebih.

2) Bersihkan daerah operasi dan pasang dab untuk menghentikan


perdarahan.

3) Perawat instrumen menginventars alat – alat dan bahan habis pakai pada
depo farmasi, kemudian mencuci dan menata kembali alat – alat pada
instrumen set (yang akan disteril) serta merapikan kembali ruangan.

40
BAB V
KESIMPULAN

1. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, baik secara teoritis maupun secara
tinjauan kasus didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Diagnosa keperawatan
yang berhubungan pada pasien ada tiga diagnosa keperawatan, yaitu kurang
pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilaksanakan dan hasil akhir, resiko
hipotermi berhubungan dengan tindakan perioperatif, Resiko infeksi berhubungan
dengan area pembedahan dan nyeri b.d Insisi pembedahan.
Intervensi dan implementasi yang diberikan kepada pasien disesuaikan
dengan kondisi pasien saat pre, intra dan post operasi. Adapun evaluasi yang
dilakukan selama pemberian asuhan keperawatan sudah sesuai dengan intervensi
yang disusun oleh penulis.

2. Saran

1) Pasien

Diharapkan pasien dapat mengetahui cara menjaga luka operasi dan selalu
memperhatikan petunjuk dokter/perawat serta dukungan keluarga sangat
penting dalam proses penyembuhan pada pasien dengan diagnosa impaksi
48.

2) Perawat

Perawat maupun tim medis lainya harus terampil dalam melakukan asuhan
keperawatan perioperative dan harus memperhatikan konsep aspetik untuk
mencegah terjadinya resiko infeksi pada pasien.

41
42

Anda mungkin juga menyukai