Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1. LatarBelakang
Dalam kehidupan sehari-hari fungsi tangan dan penggunaan jari-jari tangan
sangat penting untuk sebagian besar melakukan berbagai aktifitas dan hampir setiap
profesi. Cedera tangan merupakan cedera yang paling umum. Sebagian besar cedera
tangan merupakan cedera tertutup, cedera ligament, cedera tendon, dislokasi, dan fraktur.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem.
Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan
penanganan yang terstandar untuk mengurangi resiko infeksi. Selain mencegah infeksi
juga diharapkan terjadi penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak.
Beberapa hal yang penting untuk dilakukan dalam penanggulangan fraktur terbuka yaitu
operasi yang dilakukan dengan segera, secara hati-hati, debridemen yang berulang-ulang,
stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone grafting yang dini serta pemberian antibiotik
yang adekuat. Sepertiga dari pasien fraktur terbuka biasanya mengalami cidera multipel.
Fraktur terbuka terjadi dalam banyak cara, dan lokasi serta tingkat keparahan
cideranya berhubungan langsung dengan lokasi dan besarnya gaya yang mengenai tubuh.
Fraktur terbuka dapat disebabkan oleh luka tembak, trauma kecelakaan lalu lintas,
ataupun kecelakaan kerja yang berhubungan dengan himpitan pada jaringan lunak dan
devitalisasi.
Fraktur terbuka sering membutuhkan pembedahan segera untuk membersihkan
area mengalami cidera. Karena diskontinuitas pada kulit, debris dan infeksi dapat masuk
ke lokasi fraktur dan mengakibatkan infeksi pada tulang. Infeksi pada tulang dapat
menjadi masalah yang sulit ditangani. Gustilo dan Anderson melaporkan bahwa 50,7 %
dari pasien mereka memiliki hasil kultur yang positif pada luka mereka pada evaluasi
awal. Sementara 31% pasien yang memiliki hasil kultur negatif pada awalnya, menjadi
positif pada saat penutupan definitf. Oleh karena itu, setiap upaya dilakukan untuk
mencegah masalah potensial tersebut dengan penanganan dini.
2. Rumusan Masalah
Laporan kasus ini disusun untuk menjelaskan “Asuhan Keperawatan Tn. NH
Dengan Open Fraktur Digiti I Manus Dekstra dengan Tindakan ORIF”.
3. Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan laporan kasus ini adalah mengerti dan memahami “Asuhan
Keperawatan Tn. NH Dengan Open Fraktur Digiti I Manus Dekstra dengan Tindakan
ORIF”

4. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan laporan kasus ini adalah:

a) Bagi penulis sendiri, hasil karya tulis dapat digunakan sebagai pengalaman yang
nyata tentang “Asuhan Keperawatan Tn. NH Dengan Open Fraktur Digiti I Manus
Dekstra dengan Tindakan ORIF”

b) Bagi klien dan keluarga, dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan dan mampu
memahami “Asuhan Keperawatan Tn. NH Dengan Open Fraktur Digiti I Manus
Dekstra dengan Tindakan ORIF”

c) Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan, sebagai referensi dan tambahan informasi


dalam peningkatan dan mutu pendidikan di massa depan.

d) Bagi Rumah Sakit, hasil laporan kasus diharapkan menjadi informasi dalam saran
dan evaluasi untuk peningkatan mutu pelayanan yang lebih kepada pasien rumah
sakit yang akan datang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan
epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. (Rasjad, Chairuddin. 2007)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai
dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh
darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya
fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat
diabsorbsinya (Smeltzer, 2001).

2. Anatomi Digiti
Struktur anatomis telapak tangan terdiri dari dua bagian utama yaitu :

1) Bagian tulang : Carpal, metacarpal, danphalangs


2) Bagianlunak : Otot, saraf, vascular, jaringan lemak, danjaringan ikat sendi (Snell,
2006)
Bagian Tulang Telapaktangan
1) Carpal
Tulang carpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi dengan
ujung distal ulna dan radius, dan dengan ujung proksimal dari tulang
metacarpal.Antara tulang-tulang carpal tersebut terdapat sendi geser.Ke delapan
tulang tersebut adalah scaphoid, lunatum, triqutrum, piriformis, trapezium,
trapezoid, capitatum, dan hamatum.(Moore,2002).
2) Metacarpal
Metacarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat pada pergelangan tangan
dan bagian proksimalnya berartikulasi dengan distal tulang-tulang carpal.
Khususnya di tulang metacarpal jari 1 (ibu jari) dan 2 (jari telunjuk) terdapat
tulang sesamoid (Moore,2002)
Gambar 3. Gambaran tulang penyusun telapak tangan (Snell, 2006)

3) Tulang-tulangphalangs
Tulang-tulang phalangs adalah tulang-tulang jari, terdapat dua phalangs di
setiap ibu jari (phalangs proksimal dan distal) dan 3 di masing-masing jari lainnya
(phalangs proksimal, medial, dan distal).Sendi engsel yang terbentuk antara tulang
phalangs membuat gerakan tangan menjadi lebih fleksibel terutama untuk
menggenggam sesuatu. (Moore, 2002)
Bagian lunak telapak tangan
1) Otot-otot Telapak Tangan 
Otot-otot tangan intrinsik digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu :
(1) Otot-otot thenar dalam kompartemen thenar 
(2) Musculus adductor pollicis dalam kompartemen adductor
(3) Otot-otot hypothenar dalam kompartemen hyphothenar
(4) Otot- otot tangan pendek (musculi lumbricales dalam kompartemen
tengah dan musculi interossei antra ossa metacarpi) (Snell, 2006)

16
otot – otot thenar
(musculus  abductor  pollicis  brevis,  musculus  flexor
pollicis  brevisdan  musculus  opponens  pollicis)terutama  berfungsi  untukm
engadakan 
oposisi pollex (digitus primus). Gerak majemuk ini dimulai dengan ekstensi,

lalu dilanjutkan dengan abduksi, fleksi, endorotasi, dan biasanya aduksi


(Moore, 2002)
Diseksi tangan, memperlihatkan vagina synovialis tendini digiti
manus 1-5 (biru) tendo otot-otot fleksor panjang (Moore, 2002)

2) Saraf-saraf Telapak Tangan 
Saraf-saraf telapak tangan adalah nervus medianus dan nervus ulnaris.
Nervus ulnaris akan mempersarafi musculus flexor cari ulnaris, musculus flexor
digitorum profundus/ FDP (untuk fleksi DIP join/ distal inter phlang joint jari 4 dan
5), dan sebagian besor otot instrinsik tangan termasuk mm. lumbricales (untuk fleksi
MCP/ metacarpo phalangeal 4 dan 5). Cedera pada nervus ulnaris akan menyebabkan
kecenderungan tertari ke depan oleh FDP tanda adanya tarikan lumbricales, kondisi

17
yang demikian disebut Claw Hand (main en griffe). (Moore, 2002).

Nervus medianus mempersarafi semua otot anterbrachium kompartemen


anterior flexor kecuali m. flexor ulnaris dan m. flexor digitorium profundus jari ke 4
dan ke 5 bagian radian. Nervus medianus juga mempersarafi otot regio thenar (m.
flexor policis brevis, m. abductor policis brevis dan m. oppenens policis (Snell,
2006). Cedera nervus medianus bagian proksimal akan memberikan gambaran
obstetriucus hand/ benedict, accoucheur’s hand, pitcher’s hand. Cedera nervus
medianus akan menyebabkan gambaran ape hand (Moore, 2002)

3) Arteri-arteri Telapak Tangan
Arteri yang terdapat pada telapak tangan:
(1) Arteri ulnaris
Arteri ulnaris mempercabangkan ramus profundus dan kemudian berlanjut ke
telapak tangan sebagai arcus palmaris superficialis. Arcus palmaris superficialis adalah
lanjutan langsung arteri ulnaris. Dilateral, arcus ini dilengkapi oleh cabang arteri
radialis.Empat arteri digitalis dipercabangkan dari bagian cembung arcus dan berjalan ke
jari (Snell, 2006).
(2) Arteri radialis
Arteri radialis membelok ke medial di antara caput obliqum dan caput
transversum musculi adductor pollicis dan berlanjut sebagai arcus palmaris
profundus. Arcus palmaris profundus merupakan lanjutan langsung arteri
radialis.Arcus arteri palmaris superficialis dan profundus diikuti oleh arcus venosus
palmaris superficialis dan profundus yang menerima darah dari cabang yang sesuai
(Snell, 2006).

18
Gambar 5. Diseksi superfisial telapak tangan (Moore, 2002)
3. Etiologi
1) Cedera traumatic
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
(1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur
melintang.
(2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan.
(3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang
kuat.
2) Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma
minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan

19
seperti: Tumor tulang (jinak atau ganas), Infeksi seperti osteomyelitis, dan
Rakhitis.
3) Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya
pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
4. Patofisiologi

Ketika tulang patah, sel tulang mati.Perdarahan biasanya terjadi di


sekitar tempat patah dan ke dalam jaringan lunak di sekitar tulang
tersebut.jaringan lunak biasanya mengalami kerusakan akibat cedera. Reaksi
inflamasi yang intens terjadi setelah patah tulang.Sel darah putih dan sel mast
terakumulasi sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ke area
tersebut.fagositosis dan pembersihan sel dan jaringan mati dimulai.

Bekuan fibrin (hematoma fraktur) terbentuk di tempat patah dan


berfungsi sebagai jala untuk melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblas akan
segera terstimulasi dan terbentuk tulang baru imatur, disebut kalus. Bekuan
fibrin segera direabsorpsi dan sel tulang baru secara perlahan mengalami
remodeling untuk membentuk tulang sejati.Tulang sejati menggantikan kalus
dan secara perlahan mengalami kalsifikasi.Penyembuhan memerlukan waktu
beberapa minggu sampai beberapa bulan (fraktur pada anak sembuh lebih
cepat). Penyembuhan dapat terganggu atau terhambat apabila hematoma
fraktur atau kalus rusak sebelum tulang sejati terbentuk, atau apabila sel
tulang baru rusak selama kalsifikasi dan pengerasan.(Elizabeth J. Corwin,
2009; 337)

5. Klasifikasi

 Klasifikasi fraktur dibagi menjadi beberapa yaitu :


1. Berdasarkan komplet atau ketidakklomplitan fraktur :
1) Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran.

20
2) Fraktur inkomplet : patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah
tulang.
2. Berdasarkan sifat fraktur :
Fraktur simple/tertutup : tidak menyebabkan robeknya kulit.
Fraktur kompleks/terbuka : merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau
membrane mukosa sampai ke patahan tulang.
Fraktur terbuka digradasi menjadi :
1) Grade I dengan luka bersih, panjangnya ≤ 1 cm.
2) Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak.
3) Grade III yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan
jaringan yang paling berat.
3. Berdasarkan bentuk garis patah :
1) Fraktur Greenstick : fraktur salah satu sisi tulang patah sedang sisi
lainnya membengkok.
2) Fraktur Tranversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang.
3) Fraktur Oblik : fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
4) Fraktur Spiral : fraktur memuntir seputar batang tulang

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna
yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
1) Nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi.Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

2) Deformitas

21
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering
saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
3) Krepitasi
Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitasi yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
lainnya. Uji krepitasi dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang
lebih berat.

4) Pembengkakan dan perubahan warna


Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cedera.

5) Fals Moment
Merupakan pergerakan/ bentuk yang salah dari tulang (bengkok)

7. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus
mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :
(1) Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral.
(2) Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal.
(3) Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera
maupun yang tidak terkena cidera (untuk membandingkan dengan yang
normal)
(4) Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.
2) Pemeriksaan laboratorium, meliputi:
(1) Darah rutin,
(2) Faktor pembekuan darah,
(3) Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi),

22
(4) Urinalisa,
(5) Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kliren
ginjal).
3) Pemeriksaan arteriografi dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan
vaskuler akibat fraktur tersebut.

8. Penatalaksanaan

Prinsip terapi fraktur

1) Reduksi
Adalah pemulihan keselarasan anatomi bagi tulang fraktur.Reposisi
memerlukan pemulihan panjang serta koreksi deformitas angular dan
rotasional.Reposisi mannipulatif biasanya dapat dilakukan pada fraktura
ekstremitas distal (tangan, pergelangan tangan. kaki, tungkai), dimana spasme
otot tidak berlebihan. Traksi bisa diberikan dengan plester felt melekat diatas
kulit atau dengan memasang pin tranversa melalui tulang, distal terhadap
ftaktur. Reduksi terbuka biasanya disertai oleh sejumlah bentuk fiksasi interna
dengan plat & pin, batang atau sekrup.
Ada dua jenis reposisi, yaitu reposisi tertutup dan reposisi terbuka. Reposisi
tertutup dilakukan pada fraktur dengan pemendekan, angulasi atau displaced.
Biasanya dilakukan dengan anestesi lokal dan pemberian analgesik.
Selanjutnya diimobilisasi dengan gips. Bila gagal maka lakukan reposisi
terbuka dikamar operasi dengan anestesi umum.Kontra indikasi reposisi
tertutup:
(1) Jika dilakukan reposisi namun tidak dapat dievaluasi
(2) Jika reposisi sangat tidak mungkin dilakukan
(3) Jika fraktur terjadi karena kekuatan traksi, misalnya displaced patellar
fracture.
2) Imobilisasi.

23
Bila reposisi telah dicapai, maka diperlukan imobilisasi tempat fraktur
sampai timbul penyembuhan yang mencukupi. Kebanyakan fraktur
ekstremitas dapat diimobilisasi dengan dengan gips fiberglas atau dengan
brace yang tersedia secara komersial. Pemasangan gips yang tidak tepat bisa
menimbulkan tekanan kuIit, vascular, atau saraf. Semua pasien fraktur
diperiksa hari berikutnya untuk menilai neurology dan vascular.
Bila traksi digunakan untuk reduksi, maka traksi juga bertindak
sebagai imobilisasi dengan ektremitas disokong di atas ranjang atau di atas
bidai sampai reduksi tercapai. Kemudian traksi diteruskan sampai ada
penyembuhan yang mencukupi, sehingga pasien dapat dipindahkan memakai
gips/brace.
3) Rehabilitasi
Bila penyatuan tulang padat terjadi, maka rehabilitasi terutama
merupakanmasalah pemulihan jaringan lunak.Kapsula sendi, otot dan
ligamentum berkontraksi membatasi gerakan sendi sewaktu gips/bidai
dilepaskan.Dianjurkan terapi fisik untuk mgerakan aktif dan pasif serta
penguatan otot.

9. Komplikasi
1) Komplikasi Awal
(1) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin
pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
(2) Kompartement Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang
tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan
sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya
menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala – gejalanya mencakup rasa

24
sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan
dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan
perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi
ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta
(radius atau ulna).
(3) Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal.
Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung lemak terlepas dari sumsum
tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan
melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh –
pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala
dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam status
mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor), tachycardia, demam,
ruam kulit ptechie.
(4) Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
(5) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan  nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya Volkman’s Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi saat
suplai darah ke tulang kurang baik.Hal ini paling sering mengenai fraktur
intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar
atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Karena nekrosis
avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode waktu yang lama,
pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia keluar dari
rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang

25
penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya melaporkan nyeri yang
bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat menahan beban
(6) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.Ini
biasanya terjadi pada fraktur.
(7) Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks
tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau
hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh).Patogen dapat
masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi.
Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat
tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur – fraktur dengan
sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis
yang lebih besar
2) Komplikasi Dalam Waktu Lama
(1) Delayed Union (Penyatuan tertunda)
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung.Ini disebabkan karena
penurunan supai darah ke tulang.
(2) Non union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi,  cacat diisi  oleh  jaringan  fibrosa. Kadang-
kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor-faktor yang
dapat menyebabkan non union adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi
jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan
fraktur yang bersifat patologis.
(3) Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan
deformitas, angulasi atau pergeseran.

26
10. Penanganan
Prinsip penanganan fraktur terbuka :
1) Semua fraktur terbuka dikelola secara emergensi.
2) Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain yang dapat mengancam jiwa.
3) Pemberian antibiotik.
4) Lakukan debridement dan irigasi luka.
5) Lakukan stabilisasi fraktur.
6) Pencegahan tetanus.
7) Lakukan rehabilitasi ektremitas yang mengalami fraktur.
Debridement adalah pengangkatan jaringan yang rusak dan mati
sehingga luka menjadi bersih.Untuk melakukan debridement yang adekuat,
luka lama dapat diperluas, jika diperlukan dapat membentuk irisan yang
berbentuk elips untuk mengangkat kulit, fasia serta tendon ataupun jaringan
yang sudah mati.Debridement yang adekuat merupakan tahapan yang penting
untuk pengelolaan.Debridement harus dilakukan sistematis, komplit serta
berulang.Diperlukan cairan yang cukup untuk fraktur terbuka.Grade I
diperlukan cairan yang bejumlah 1-2 liter, sedangkan grade II dan grade III
diperlukan cairan sebanyak 5-10 liter, menggunakan cairan normal saline.
Pemberian antibiotika adalah efektif mencegah terjadinya infeksi
pada pada fraktur terbuka.Antibiotika yang diberikan sebaiknya dengan dosis
yang besar.Untuk fraktur terbuka antibiotika yang dianjurkan adalah golongan
cephalosporin dan dikombinasi dengan golongan aminoglikosida.
Perawatan lanjutan dan rehabilitasi fraktur terbuka :
1) Hilangkan nyeri.
2) Mendapatkan dan mempertahankan posisi yang memadai dan flagmen patah
tulang.
3) Mengusahakan terjadinya union.
4) Mengembalikan fungsi secara optimal dengan mempertahankan fungsi otot
dan sendi dan pencegahan komplikasi.
5) Mengembalikan fungsi secara maksimal dengan fisioterapi.

27
10. Tindakan Pembedahan
Hal ini penting untuk menstabilkan patah tulang sesegera mungkin
untuk mencegah kerusakan jaringan yang lebih lunak.Tulang patah dalam
fraktur terbuka biasanya digunakan metode fiksasi eksternal atau
internal.Metode ini memerlukan operasi.
1) Fiksasi Internal
Selama operasi, fragmen tulang yang pertama direposisi (dikurangi) ke
posisi normal kemudian diikat dengan sekrup khusus atau dengan melampirkan
pelat logam ke permukaan luar tulang.Fragmen juga dapat diselenggarakan
bersama-sama dengan memasukkan batang bawah melalui ruang sumsum di
tengah tulang.Karena fraktur terbuka mungkin termasuk kerusakan jaringan dan
disertai dengan cedera tambahan, mungkin diperlukan waktu sebelum operasi
fiksasi internal dapat dilakukan dengan aman.
2) Fiksasi Eksternal
Fiksasi eksternal tergantung pada cedera yang terjadi.Fiksasi ini
digunakan untuk menahan tulang tetap dalam garis lurus.Dalam fiksasi eksternal,
pin atau sekrup ditempatkan ke dalam tulang yang patah di atas dan di bawah
tempat fraktur.Kemudian fragmen tulang direposisi. Pin atau sekrup dihubungkan
ke sebuah lempengan logam di luar kulit. Perangkat ini merupakan suatu kerangka
stabilisasi yang menyangga tulang dalam posisi yang tepat.

28
BAB III

TINJAUAN KASUS

BAB III
TINJAUAN KASUS

1. Identitas pasien
Nama : Tn. NH
Umur : 45tahun
No.Register : 2749XX
Alamat : Gumuk Losok Sukosari Sukowono jember
Diagnose Medis : Open Fraktur Digiti I Manus Dextra
Tanggal MRS : 03 November 2019
Tanggal pengkajian : 04 November 2019
Ruang : Pre operasi

2. Pre Operatif
Pengkajian

1. Keluhanutama : Pasien mengeluh takut akan dilakukan operasi

2. Riwayat penyakit : Tidak ada

3. Riwayat operasi : Tidak ada

4. Riwayat alergi : Tidak ada

5. Jenis operasi : Bersih

6. Tanda-tanda vital : TD: 125/68 mmHg, Nadi : 84 x/menit, RR: 15 x/


menit, suhu: 36,5oC

7. Riwayat psikososial

29
a. Status emosional : Tenang

b. Tingkat kecemasan : Cemas

c. Skala kecemasan

□ 0 = Tidak Cemas

□ 1 = Mengungkapkan kerisauan

□ = Tingkat perhatian tinggi

□ = Kerisauan tidak berfokus

□ = Respon simpati-adrenal

□ = panik

Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum
Keadaan umum pasien cukup
2) Kesadaran
GCS 456
3) Pemeriksaan head to toe
(1) Kepala dan rambut
Tidak teraba krepitasi, bentuk simetris, tidak ada hematom, dan rambut
tampak sedikit kotor.
(2) Wajah
Wajah simetris, tidak ada lesi pada wajah, tampak tegang, dan gelisah
(3) Mata
Tidak odem, pupil isokor, reflek cahaya positif, menghindari kontak mata
dengan tim operasi
(4) Hidung
Simetris, dan tidak ada perdarahan pada hidung
(5) Telinga

30
Tidak ada gangguan pendengaran pada pasien
(6) Mulut dan bibir
Mulut kering, tidak sianosis dan tidak ada reflek muntah
(7) Leher
Tidak ada jejas dan tidak ada pergeseran trakea.
(8) Tangan
Terdapat luka robekan pada digiti I manus dekstra, tampak open fraktur
pada digiti I manus dekstra
Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1. DS:Pasien mengeluh takut akan Ansietas kurang
dilakukan operasi pengetahuan
tentang
DO: Wajah tegang, menghindari kontak
pembedahan yang
mata dengan tim operasi, TD: 125/68
akan dilaksanakan
mmHg, Nadi : 84 x/menit, Skala
dan hasil akhir
kecemasan 1.

Diagnosa Keperawatan : - ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan


tentang pembedahan yang akan dilaksanakan dan hasil akhir
Rencana Keperawatan

 Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan


yang akan dilaksanakan dan hasil akhir
Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
NOC : Pengurangan cemas NIC : Ansiety Control
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam 1. Bantu pasien mengekspresikan perasaan
tingkat kecemasan pasien marah, kehilangan, dan takut.
berkurang atau hilang. 2. Kaji tanda ansietas verbal dan
Kriteria hasil : nonvervbal.
 Pasien menyatakan kecemasan 3. Jelaskan tentang prosedur pembedahan

31
berkurang sesuai jenis operasi.
 Pasien mampu mengenali 4. Beri dukungan prabedah.
perasaan ansietasnya 5. Beri lingkungan yang tenang dan
 Pasien dapat mengidentifikasi suasana penuh istirahat.
penyebab atau faktor yang 6. Tingkatkan kontrol sensasi pasien.
memengaruhi ansietasnya 7. Orientasikan pasien terhadap prosedur
 Pasien kooperatif terhadap rutin dan aktivitas yang diharapkan.
tindakan 8. Beri kesempatan pada pasien untuk

 Wajah pasien tampak rilek mengungkapkan ansietasnya.

Implementasi keperawatan
Implementas
NIC : Ansiety Control
1. membantu pasien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan, dan takut.
2. Mengkaji tanda ansietas verbal dan nonvervbal.
3. Menjelaskan tentang prosedur pembedahan sesuai jenis operasi.
4. Memberi dukungan prabedah.
5. Memberi lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.
6. Meningkatkan kontrol sensasi pasien.
7. Mengorientasikan pasien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan.
8. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan ansietasnya.

Evaluasi
Pasien kooperatif dalam tindakan perioperatif dan menunjukkan berkurangnya
tingkat ansietas seperti wajah tidak tegang lagi, adanya kontak mata yang baik
terhadap tim operasi
C. Intra Operatif
Pengkajian

a. Pembedahan dimulai jam : 07.00wib, anastesi dimulai jam : 06.30 wib

b. Anggota tim terdiri dari : Operator, asisten 1, perawat instrument

32
c. Tindakan operasi : ORIF

d. Antibiotik profilaksis : Sudah diberikan 15 menit sebelum insisi.

e. Catatananestesi : Pasien ASA 2

f. Antisipasi kehilangan darah : Tidak ada

g. Peralatan instrument : Steril sesuai indicator dan tidak ada masalah


pada peralatan dan jumlah kasa yang disiapkan 60 lembar

h. Kasa yang terpakai : 50 lembar

i. Foto-foto pasien : Sudah ditampilkan

j. Jenisanestesi : General Anastesi

k. Posisioperasi : Supine

l. Alat-alat penunjang : Mesin Conecting, ESU,


mesin monitoring, lampu operasi dan bor.

m. Suhu ruangan : 20o C

n. Kelembapan udara : 64%

o. Tindakan aseptic tim operasi : Baik

p. Tanda-tanda vital : TD : 125/78 mmHg, N: 78 x/ menit

q. Macam operasi : Bersih

r. Urgensi operasi : Elektif

Analisa data
No Data Masalah Etiologi
1. DS: - Resiko Tindakan infasive
DO: infeksi
1. Dilakukan tindakan operasi area
ORIF pembedah
2. Klasifikasi luka : Bersih an

33
3. Kelembapan udara : 64%

2. DS : - Resiko Tindakan
DO : Pasien dilakukan general cedera pembedahan
anastesi
Diagnosa keperawatan:

1. Resiko infeksi area pembedahan yang berhubungan dengan tindakan


infasive
2. Resiko cedera berhubungan dengan tindakan pembedahan

Rencana keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Rencana Tindakan
Keperawatan Hasil

1. Resiko infeksi yang NOC :Infection NIC :Infection Control


berhubungan dengan Control 1. Kaji suhu badan
area pembedahan Setelah dilakukan pasien dan tanda
pembedahan tindakan keperawatan, vital
diharapkan tidak 2. Pertahankan teknik
terjadi infeksi pada aseptif, kebersihan
klien dengan kriteria tangan atau
hasil: melakukan cuci
1. Klien tidak tangan bedah
menunjukan 3. Batasi pengunjung
adanya tanda-tanda bila perlu
infeksi 4. Mengkaji warna,
2. Tidak ada turgor, kelenturan
gangguan serta suhu kulit,
gastrointestinal membran mukosa
3. Respirasi dalam terhadap kemerahan
batas normal (16- dan panas

34
24 x/menit) 5. Monitor tanda dan
4. Suhu dalam batas gejala infeksi
normal (36,5oC - sistemik dan lokal.
37,5 oC) Evaluasi keadaan
pasien terhadap
tempat-tempat
munculnya infeksi
dilakukannya
tindakan operasi
6. Kolaborasi
pemberian antibiotik
sesuai ketentuan
2. Resiko cedera bd NIC: Risk Kontrol NIC : Enverionment
tindakan Safety management
pembedahan Setelah dilakukan 1. Sediakan lingkungan
tindakan keperawatan yang aman untuk
selama 1x 24 jam klien
diharapkan klient tidak 2. Identifikasi kebutuhan
mengalami cedera keamanan klien,
dengan kriteria hasil : sesuai kondisi fisik
1. Klien bebas dari 3. Hindarkan lingkungan
cedera yang berbahaya
memberikan
potitioning yang tepat
4. Sediakan tempat tidur
yang nyaman dan
aman
5. Kontrol lingkungan
kamar operasi
Implementasi Keperawatan

35
Implementasi Keperawatan

NIC :Infection Control


1. Mengkaji suhu badan pasien dan tanda vital
2. Mempertahankan teknik aseptif, kebersihan tangan dengan melakukan cuci
tangan bedah
3. Membatasi pengunjung bila perlu
4. Mengkaji warna, turgor, kelenturan serta suhu kulit, membran mukosa
terhadap kemerahan dan panas
5. Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal. Evaluasi keadaan
pasien terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat dilakukannya
tindakan operasi
6. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai ketentuan
NIC : Enverionment management
1. Menyediakan lingkungan yang aman untuk klien
2. Mengidentifikasi kebutuhan keamanan klien, sesuai kondisi fisik
3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya memberikan potitioning yang
tepat
4. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan aman
5. Mengontrol lingkungan kamar operasi
Evaluasi Keperawatan

1. Selama operasi berlangsung tidak ada tanda-tanda terjadinya infeksi dan


tim operasi memperhatikan tehnik aseptic untuk mencegah terjadinya
infeksi di kemudian hari
2. Tidak ada tanda-tanda terjadinya cedera, dan tim operasi juga sangat
menjaga keamanan pasien. Seperti: sebelum pemakaian esu dicek apakah
terjadi konsleting ataupun kerusakan pada alat esu, tim operasi juga
memperhatikan keaman potitioning selama operasi berlangsung, dan
penghitungan alat serta kasa yang terpakai.

D. Post Operatif

36
Pengkajian

a. Pasien pindah ke : Recovery room yang didamping oleh perawat


anastesi pada jam 07.50 WIB

b. Keluhan saatdiRR : Pasien masih belum sadar dari pengaruh general


anastesi

c. Keadaanumum : Sedang

d. Kesadaran : Somnolen

e. TTV : Suhu 36,1 0C , Nadi 80 x/mnt, TD 125/78 mmHg,


RR 15x/menit

Analisa Keperawatan
No. Data Masalah Etiologi
1. DS:- Ketidakefektifan Medikasi:
DO:pasien tidak sadar efek bersihan jalan pengarauh
anastesi dan masih terpasang napas general
trakeostube. anastesi

2. DS : - Resiko jatuh Medikasi :


DO: Pasien masih dalam pengaruh
pengaruh general anastesi dan general
Pemindahan ke RR masih di anastesi
dampingi perawat anastesi

Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Medikasi:
pengarauh general anastesi

2. Resiko jatuh berhubungan dengan medikasi : pengaruh general anastesi

37
Rencana keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Rencana Tindakan
Keperawatan Hasil

1. Ketidakefektif NOC :Status NIC :Manajemen Jalan Napas


an bersihan Pernapasan: Tindakan:
jalan napas b/d Kepatenan jalan napa 1. Observasi suara napas
disfungsi Setelah dilakukan tambahan
neuromuskular tindakan 2. Observasi status pernapasan
keperawatan pasien dan oksigenasi
menunjukkan bersihan 3. Ganti kassa di mulut pasien
jalan napas yang dan bersihkan saliva yang
efektif dengan kriteria ada
hasil: 4. Posisikan pasien untuk
1. Tidak ada suara memaksimalkan ventilasi
napas tambahan 5. Usahakan sebelum
2. Tidak ada akumulasi memindakan pasien ke RR
saliva berlebihan pastikan pasien sudah
3. Pasien mampu mampu bernapas spontan
bernapas spontan atau terpasang trakeostube

2 Resiko jatuh NOC: Safety NIC : Management


bd medikasi : behavior: lingkungan : keamanan
pengaruh pencegahan jatuh: 1. Identifikasi kebutuhan
general dengan indikator: keamanan pasien
anastesi 1. Mengoreksi 2. Identifikasi lingkungan yang
penggunaan membahayakan keamanan
peralatan 3. Pindahkan bahaya dari
2. Menerapkan lingkungan pasien
precaution saat 4. Modifikasi lingkungan untuk
melakukan meminimalkan bahaya dan

38
pengobaatan yang resiko
meningkatkan 5. Sediakan peralatan protektif
resiko jatuh 6. Bantu pasien yang belum
adekuat melakukan
mobilisasi
7. Berikan edukasi kepada
anggota keluarga tentang
faktor resiko yang
meningkatkan potensi jatuh
dan bagaimana cara
mengurangi resiko tersebut

Implementasi keperawatan
Rencana Tindakan

NIC :Manajemen Jalan Napas


Tindakan:
1. Mengobservasi suara napas tambahan
2. Mengobservasi status pernapasan dan oksigenasi
3. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
4. Mengusahakan sebelum memindakan pasien ke RR pastikan pasien sudah
mampu bernapas spontan atau terpasang trakeostube
NIC : Management lingkungan : keamanan
1. Mengidentifikasi kebutuhan keamanan pasien
2. Mengidentifikasi lingkungan yang membahayakan keamanan
3. Memindahkan bahaya dari lingkungan pasien
4. Memodifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
5. Menyediakan peralatan protektif

39
Evaluasi Keperawatan

1. Pasien masih belum bisa bernafas spontan dan masih terpasang trakeostube
selama perjalanan ke ruang recovery room
2. Pasien yang dipindahkan ke ruang recovery room tidak mengalami cedera
ataupun jatuh dan selama perjalanan ke ruang recovery room didampingi
oleh perawat anastesi dan bed pasien terdapat pagar pengaman.

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

1. Pengertian ORIF (Open Reduction Interna Fixation)


Open reduction interna fixation adalah fiksasi interna dengan pembedahan
terbuka untuk mengistirahatkan fraktur dengan melakukan pembedahan untuk
memasukkan screw, pen, ke dalam tempat fraktur untuk menguatkan/mengikat
bagian-bagian tulang yang fraktur pada tulang (Reeves, 2001)
Indikasi dilakukan ORIF:
1) Fraktur yang tidak dapat direduksi kecuali dengan operasi.

40
2) Fraktur yang tidak stabil secara bawaan dan cenderung mengalami pergeseran
kembali setelah reduksi, selain itu juga fraktur yang cenderung ditarik terpisah
oleh kerja otot.
3) Fraktur yang penyatuannya kurang sempurna dan perlahan-lahan terutama fraktur
pada leher femur.
4) Fraktur patologik dimana penyakit tulang dapat mencegah penyembuhan.
5) Fraktur multiple, bila fiksasi dini mengurangi resiko komplikasi umum dan
kegagalan organ pada bagian system.
6) Fraktur pada pasien yang sulit perawatannya.

2. Prosedur tindakan:
Persiapan ruangan

a. Menata ruangan dangan mengatur penempatan mesin


suction, mesin couter, meja instrumen, meja mayo sesuai kebutuhan dan luas
kamar operasi dan cek apakah semuanya berfungsi.
b. Memberi alas perlak dan linen pada mejamayo

c. Memberi alas underpad pada bagian kepalapasien

d. Menempatkan tempat sampah yang sesuai agar


mudahpenggunaannya.

Persiapan Pasien
a. Perawat kamar operasi memeriksa kesesuaian identitas pasien dengan
menanyakan nama sekaligus mengecek gelang identitas pasien
b. Perawat kamar operasi memeriksa kelengkapan status pasien termasuk di
dalamnya persetujuan informed consent
c. Perawat mengganti baju pasien
d. Perawat melakukan pengecekan set marking

41
e. Pasien dipastikan dalam keadaan bersih, yaitu mandi sebelum dilaksanakan
pembedahan
f. Perhiasan pasien dilepas semua baik cincin atau jam tangan dan gigi palsu bila
ada
g. Pasien diposisikan supinasi setelah dipindahkan ke meja operasi
h. Melakukan skin preparation
Timbang Terima
a. Situation : Pasien elektif
b. Background
Diagnose pra operatif : Close Fraktur digiti I manus dekstra
Rencana operasi : Open Reduction Interna Fixation
RPD : tidak ada
Alergi : tidak ada
Darah : tidak ada
Marking : iya
Informed consent : ada
Foto : ada
Pemeriksaan Lab : tidak ada
Alat bantu : tidak ada
Vital sign : TD: 125/68 mmHg, Nadi : 84 x/menit, RR: 15
x/ menit, suhu: 36,5oC
Kesadaran : Compos mentis GCS 4-5-6
ASA : 2
1. Sign in
Sign in dilakukandi ruang pre operasi oleh perawat dengan mengisi daftar
tilik pembedahan
2. Transfer
Pasien ditransfer dari ruang pre operasi ke ruang operasi oleh perawat
dipindahkan dari brankard ke meja operasi
3. Positioning

42
Pasien diposisikan supinasi
4. Anastesi
Pasien dilakukan general anastesi
5. Aseptik
Perawat membersihkan area operasi dengan menggunakan chlorhexidin
gluconate 4,5% dan povidone iodine 10% dan dilanjutkan dengan
drapping lapis demi lapis sesuai dengan jenis operasi
6. Time out
Perawat sirkuler membacakan time out
7. Instrumentasi Tehnik dan Operating Tehnik Intraoperatif
a. Team operasi : Operator, asisten, instrument, dan sirkuler
b. Set Ruangan

No Jenis/Ukuran Jumlah
1 Sponge holding forceps 1
2 Towel forceps (backhaus) 5
3 Surgical scissors (Nelson Metzenbaum) 1
4 Surgical scissors (gunting kasar) 1
5 Surgical scissors (gunting benang) 1
6 Rongeurs (knable tang) 1
7 Nail Nppers (tang pemotong) 1
8 Tissue forceps (pinset chirurgische) 2
9 Dissecting forceps (pinset anatomis) 2
10 Scalpel handle no 3 1
11 Needle holder 2
12 Hemostatic forceps pean 6
13 Hemostatic forceps kocher 2
14 Bor 1
15 Wire 1

BAHAN HABIS PAKAI

43
N JENIS/UKURAN JUMLAH
O
1 Scalpel Blade No 10/20 1/1
2 Alkohol 10% 20 cc
3 Povidone Iodine 10 % 20 cc
4 Kassa 20
5 Benang Atraumatik Silk 3-0 1
6 Benang AtraumatikVicryl 2-0 /3-0 2/2
7 Underpad 2
8 Aquabidest 1
9 HS Ortho 7,5/8 2/1
10 HS Gammex 6,5 2
11 Bactigres 1
12 Connecting Suction 1
13 Surgical pen 1
14 Kassa 60 lembar
15 Spuit 10cc 2

c. Prosedur Tindakan Operasi


Langkah-langkah perjalanan operasi fraktur digiti I manus dekstra
dengan tindakan pembedahan orif:

PROSEDUR TINDAKAN

Pre operatif
A. Hand Over
1. Pengecekan inform konsen sudah ditandatangani oleh keluarga dan saksi-saksi.
2. Pengecekan administrasi, meliputi:
a. Surat ijin operasi
b. Surat ijin anastesi

44
c. Surat transfusi darah
d. Hasil laboratorium dan penunjang lainnya
B. Ruang Pre operatif
1. Pasien yang tiba di ruang operasi dipersilahkan/dibantu untuk mengganti baju
operasi dan memakai topi bedah kemudian pindah ke brankar.
2. Kemudian cek tanda-tanda vital
3. Kemudian pasien dibimbing untuk melakukan do’a
4. Setelah melakukan do’a pasien kemudian ditransfer dengan branchard ke kamar
operasi yang didampingi oleh transporter dan perawat.
1. Apakah pasien telah dikonfirmasi nama, lapangan operasi, prosedur, dan informed
consent?
□ Sudah
□ Belum
2. Apakah lapangan operasi sudah diberi tanda?
□ Sudah
□ Tidak perlu
3. Apakah mesin anastesi dan premedikasi telah diperiksa?
□ Ya
4. Apakah alat pulse oksimetri yang terpasang pada pasien berfungsi dengan baik?
□ Ya
5. Apakah pasien memmiliki riwayat alergi/infeksi/HIV/hepatitis/TB?
□ Ya…….
□ Tidak
6. Kesulitan menjaga jalan nafas atau resiko aspirasi?
□ Ya, dan tersedia peralatan dan bantuan
□ Tidak
7. Resiko kehilangan darah > 500 ml (7ml/kg pada anak)?
□ Ya, dan dua VI line/akses sentral dan cairan telah disiapkan
□ Tidak

45
Persiapan ruangan

1. Menata ruangan dangan mengatur penempatan mesin suction, mesin couter, bed
operasi, lampu, meja instrumen, meja mayo sesuai kebutuhan dan luas kamar
operasi
2. Memberi alas perlak dan linen pada meja mayo

3. Memberi alas underpad pada bagian kepalapasien

4. Menempatkan tempat sampah yang sesuai agar mudah penggunaannya


Situation
Pasien elektif
Background
1) Diagnosa Pra Operatif : Open Fraktur Digiti I manus dextra
2) Rencana operasi : ORIF
3) RPD : Tidak ada
4) Alergi : Tidak ada
5) Darah : Tidak ada
6) Informed Consent : Ada
7) Konsultasi : Jantung dan Anestesi sudah dilakukan
8) Foto : Ada
9) Pemeriksaan Lab : Tidak Ada
10) Alat bantu : Tidak ada
11) Vital Sign : T TD: 125/68 mmHg, Nadi : 84 x/menit, RR: 15 x/
menit, suhu: 36,5oC
12) Kesadaran : compos mentis(4:5:6)
13) Keluarga : Menunggu di ruang tunggu.

Persiapan pasien
1. Perawat kamar operasi memeriksa kesesuaian identitas pasien dengan
menanyakan nama sekaligus mengecek gelang identitas pasien

46
2. Perawat kamar operasi memeriksa kelengkapan status pasien termasuk di
dalamnya persetujuan informed consent
3. Pasien dipastikan dalam keadaan bersih
4. Perhiasan pasien dilepas semua baik cincin atau jam tangan dan gigi palsu bila
ada
5. Perawat memindahkan pasien dari brankard ke bed operasi dengan posisi
supinasi.

Intra Operatif

1. Pasien dilakukan pembiusan dengan General anastesi


2. Kemudian perawat kamar bedah melakukan skin preparation.
3. Perawat instrument melakukan scrubing, gowning, dan gloving. Kemudian
membantu tim bedah lain untuk melakukan gowning dan gloving.
4. Perawat instrumen dan asisten melakukan drapping area operasi lapis demi lapis
sampai sebatas area operasi dan fiksasi dengan towel forceps (backhaus).
5. Operator melakukan antisepsis dengan Povidone Iodine 10%
6. Setelah di berikan antisepsis perawat melakukan drapping dengan kertas, duk
kecil diletakkan di bawah tangan kanan pasien lalu duk besar di bagian dada ke
kepala dan dada ke kaki dan samping kanan kiri duk kecil kemudian di klem
dengan towel forceps (backhaus)
7. Siapkan surgipen dan connecting suction
8. Timeout
□ Konfirmasi : apakah seluruh anggota tim telah memperkenalkan nama
□ Konfirmasi : nama pasien, prosedur, dan dimana insisi akan dilakukan

Terhadap ahli bedah


1. apakah antibiotic profilaksis telah diberikan dalam 60 menit terakhir
□ sudah
□ belum
□ tidak perlu

47
antisipasi langkah kritis
2. Adakah keadaan kritis/langkah yang tidak rutin?
□ Tidak
□ Iya
3. Adakah antisipasi kehilangan darah?
□ Tidak
□ Ya
Terhadap anastesi
4. Adakah kondisi khusus pada pasien?
□ Tidak
□ Ya (ASA 2)
Terhadap tim perawat
5. Apakah semua peralatan sudah steril sesuai indicator?
□ Tidak
□ Ya
6. Adakah masalah pada peralatan?
□ Tidak
□ Ada
7. Apakah foto-foto pasien yang penting telah ditampilkan?
□ Sudah
□ Tidak
8. Berapa julah kasa yang disiapkan?
60 lembar
9. Perawat instrument memberikan scalpel blade no 3 yang telah terpasang mess no
15 dan tissue forceps chirurgische pada operator dan asisten 1 untuk dilakukan
insisi hingga jaringan lemak.
10. Rawat perdarahan menggunakan surgipen dan pinset chirurgische serta lakukan
suction jika terdapat darah yang menghalangi lapang pandang.

48
11. Kemudian jaringan otot disisihkan dengan hemostatic forceps (pean) oleh
operator
12. Setelah jaringan terbuka perawat instrument memberikan klem kocher bengkok
pada operator sebagai retractor untuk membuka akses pada tulang yang
mengalami fraktur.
13. Perawat instrument memberikan bor yang sudah terpasang wire.
14. Operator memasang k wire pada 2 tulang yang mengalami fraktur.
15. Operator memastikan k wire terpasang dengan benar.
16. Lakukan diirigasi dengan cairan NaCl 0,9 %.
17. Lakukan rawat perdarahan jika masih terdapat perdarahan.
9. Sign out.
1) Perawat secara lisan menyampaikanrum
□ Nama dari prosedur
ORIF
□ Apakah instrument, alat habis pakai (kasa) dan jarum tlah dihitung
□ Tidak
□ Ya
□ Jumlah kasa yang dipakai
30 lembar
□ Labeling dari specimen (baca label specimen dengan keras termasuk
nama pasien)
□ Adakah masalah tehadap peralatan yang dipakai
□ Tidak
□ Ya

Terhadap ahli bedah, anastesi dan perawat


□ Adakah hal yang penting untuk pulih, sadar dan perawatan pasien telah
diperlihatkan?
□ Tidak

49
□ Ya
18. Kemudian jahit kulit menggunakan benang sintetic monofilament non absorbable
2-0 kepada operator.
19. Kemudian bersihkan daerah operasi dengan kasa basah dan keringkan
20. Luka yang suda hdibersihkan lalu diberi bagtigras dan tutup dengan kasa steril.
21. Selanjutnya tutup luka dengan elastic bandage.

50
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, baik secara teoritis maupun
secara tinjauan kasus didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Diagnosa
keperawatan yang berhubungan pada pasien ada lima diagnosa keperawatan,
yaitu ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan
yang akan dilakukan dan hasil akhir, resiko infeksi berhubungan dengan area
pembedahan, resiko cedera berhubungan dengan tindakan pembedahan,
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan medikasi: pengaruh
general anastesi, dan resiko jatuh berhubungan dengan medikasi: pengaruh
general anastesi
Intervensi dan implementasi yang diberikan kepada pasien
disesuaikan dengan kondisi pasien saat pre, intra dan post operasi. Adapun
evaluasi yang dilakukan selama pemberian asuhan keperawatan sudah sesuai
dengan intervensi yang disusun oleh penulis.

B. Saran
1) Pasien

Diharapkan pasien dapat mengetahui cara menjaga luka operasi dan


selalu memperhatikan petunjuk dokter/perawat serta dukungan keluarga
sangat penting dalam proses penyembuhan pada pasien dengan diagnosa
fraktur digiti 1 manus dekstra
2) Perawat

Perawat maupun tim medis lainya harus terampil dalam melakukan


asuhan keperawatan perioperative dan harus memperhatikan konsep aspetik
serta keselamatan pasien.

51

Anda mungkin juga menyukai