Oleh:
Supervisor :
dr. I.B. Anangga Kharisma, M. Biomed, Sp.B
Pendamping :
dr. Sri Agustina
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tangan merupakan bagian tubuh yang penting bagi manusia, terutama
untuk aktivitas fisik terhadap lingkungan sekitarnya. Tangan memiliki
kemampuan untuk memegang, kemampuan motorik kasar maupun halus, serta
kemampuan untuk meraba dan membedakan dan mengerti hal hal yang ada di
sekitar pemiliknya.
Fraktur pada tangan merupakan salah satu fraktur yang sering terjadi, baik
pada kasus emergensi, seperti kecelakaan, maupun pada kasus poliklinis. Evaluasi
yang baik pada pemeriksaan awal, serta manajemen yang tepat dapat secara
signifikan mencegah terjadinya morbiditas dan kecacatan pada pasien. Evaluasi
dan manajemen ini dipengaruhi juga oleh usia, tangan yang dominan, pekerjaan,
faktor komorbid.
Terjadinya fraktur pada tangan, meliputi juga fraktur pada metacarpal dan
phalang. Fraktur ini meliputi 10% dari semua fraktur dan 15-28% dari semua
kasus yang dibawa ke UGD. Pada tangan, fraktur metacarpal kelima merupakan
kasus yang paling sering, dan terjadi sebanyak 16-34% dari semua fraktur pada
tangan.
1.2 Tujuan
Laporan kasus ini dibuat dengan tujuan untuk membahas berbagai aspek
yang perlu diketahui mengenai Fraktur Metacarpal Digiti I Manus Sinistra
1.3. Manfaat
2.1 Anatomi
2.1.1 Tulang pada tangan
Pergelangan tangan wrist atau carpus disusun oleh tulang carpal yang
tersusun dalam bagian proksimal dan distal. Tulang-tulang kecil ini memberikan
fleksibilitas pergelangan tangan. Carpus ditandai dengan sisi yang konveks di
bagian posterior dan konkaf di bagian anteriornya. Dari lateral ke medial, terdapat
4 tulang yang ada di deretan proksimal carpal adalah sebagai berikut :
• Scaphoid
Tulang berbentuk seperti kapal yang berartikulasi dengan radius di bagian
proksimal dan mempunyai tuberkulum scaphoideus. Tulang ini merupakan tulang
terbesar di barisan proksimal tulang carpal.
• Lunate
Tulang berbentuk bulan di antara tulang scaphoid dan triquertum yang
berartikulasi dengan radius di bagian proksimal.
• Triquertum
Tulang berbentuk piramid pada sisi medial carpus, yang berartikulasi
dengan diskus artikularis persendian radioulnaris distal di bagian proksimal.
• Pisiform
Tulang kecil berbentuk seperti kacang polong yang ada di bagian palmar
dari tulang triquertum.
Dari lateral ke medial, terdapat 4 tulang yang ada di deretan distal carpal
adalah sebagai berikut :
• Trapezium
Tulang dengan 4 sisi pada bagian lateral dari carpus, yang berartikulasi
dengan metacarpal 1 dan 2, scaphoideus, dan tulang trapezoid.
• Trapezoid
Tulang berbentuk baji, yang mirip dengan tulang trapezium. Tulang ini
berartikulasi dengan metacarpal kedua, trapezium, capitate, dan scaphoid.
• Capitate
Tulang berbentuk seperti kepala, yang berartikulasi dengan metacarpal
ketiga, dan dengan trapezoid, scaphoid, lunate, dan hamate. Tulang ini merupakan
tulang terbesar pada carpus.
• Hamate
Tulang berbentuk baji, yang berartikulasi dengan metacarpal keempat dan
kelima, capitate, dan tulang triquertum.
2.3.2 Epidemiologi
Fraktur metacarpal dan phalang terjadi sebnyak 10% dari seluruh kasus
fraktur. Fraktur metacarpal terjadi sebanyak 30-4-% dari seluruh fraktur tangan.
Fraktur collum metacarpal kelima terjadi sebanyak 10% dari seluruh kasus fraktur
tangan.
2.3.3 Etiologi
Cedera metacarpal dapat terjadi baik karena trauma langsung
maupun/tidak langsung. Arah dan kekuatan trauma menentukan tipe fraktur atau
dislokasi yang terjadi. Berdasarkan jenis fracture metacarpal :
- Baseball finger (mallet finger)
Yaitu fraktur ujung jari yang dalam keadaan tiba tiba fleksi pada sendi
interfalang karena trauma
- Boxer Fracture (street fighter’s fracture)
Yaitu fraktur kolum metacarpal V terjadi karena tidak tahan terhadap
trauma langsung ketika tangan mengepal.
- Fracture Bennet
Yaitu fraktur dislokasi basis metacarpal I
Gambar 2.4 (a) Baseball Finger ; (b) Boxer Fracture ; (c) Fracture Benne t
Klasifikasi Fraktur menurut Gustilo Anderson :
Derajat I. : garis patah sederhana dengan luka kurang atau sama 1cm
bersih.
Derajat II : garis patah sederhana dengan luka > 1 cm bersih, tanpa
kerusakan jaringan lunak yang luas atau terjadinya flap atau avulsi.
Derajat III : Patah tulang yang disertai kerusakan jaringan lunak luas
termasuk kulit, otot, syaraf, pembuluh darah. Patah tulang ini disebabkan
oleh gaya dengan kecepatan tinggi.
Derajat III A : bila patah tulang masih dapat ditutup dengan jaringan
lunak.
Derajat III B : bila patah tulang terbuka tidak dapat ditutup dengan
jaringan lunak, sebab jaringan lunak termasuk periosteum sangat berperan
dalam proses penyembuhan. Pada umumnya terjadi kontaminasi srius.
Derajat III C : terdapat kerusakan pembuluh darah arteri.
2.3.4 Patofisiologi
Trauma dapat menyebabkan fraktur yang akan mengakibatkan seseorang
memiliki keterbatasan gerak, ketidakseimbangan dan nyeri pergerakan. Jaringan
lunak yang terdapat di sekitar fraktur seperti pembuluh darah syaraf dan otot serta
organ lain yang berdekatan dapat dirusak karena mencuatnya tulang yang patah.
Apabila kulit sampai robek, hal ini akan menyebabkan potensial infeksi. Tulang
memiliki sangat banyak pembuluh darah. Akibat dari fraktur, pembuluh darah di
dalam keluar ke jaringan lunak atau pada luka yang terbuka sehingga dapat
mempercepat pertumbuhan bakteri.
2.3.8 Komplikasi
Komplikasi fraktur antara lain :
- Syok hipovolemik atau traumatik yang terjadi karena perdarahan.
- Sindrome emboli lemak (terjadi dalam 48 jam atau lebih setelah cedera).
Berasal dari sumsum tulang karena perubahan tekanan dalam
tulang, fraktur mendorong molekul-molekul lemak dari sumsum tulang
masuk ke sistem sirkulasi darah.
- Sindrom Kompartemen
Terjadi karena perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan
untuk kehidupan jaringan. Ini bisa diakibatkan karena:
1. Penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot
terlalu ketat, gips atau balutan yang terlalu menjerat.
2. Peningkatan isi kompartemen otot karena edema.
3. Emboli paru dan Koagulopati Intravaskuler Desiminata semua fraktur terbuka
dianggap mengalami kontaminasi. Merupakan komplikasi akibat fraktur.
2.3.9 Prognosis
Secara umum, hasil terapi fraktur metacarpal cukup baik. Kasus terjadinya
nonunion sangat jarang, tetapi kasus malunion masih sering terjadi. Walaupun
demikian, resultan fungsi yang dihasilkan masih baik. Selain itu juga tidak terjadi
deformitas rotasional.
1. Mal union
Keadaan di mana fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi terdapat
deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, kependekan.
2. Delayed union
Fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3 – 5 bulan (tiga bulan
untuk anggota gerak atas dan lima bulan untuk anggota gerak bawah).
3. Non union
Apabila fraktur tidak menyembuh antaran 6 – 8 bulan dan tidak
didapatkan konsolidasi sehingga terdapat pseudoartritis (sendi palsu).
BAB III
KASUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. LS
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Onanrunggu
Tanggal masuk : 14-9-2021
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 170 cm
Secondary survey
A. Data Subyektif
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 14 September
2021 pukul 19.43 WIB di IGD RS Hadrianus Sinaga
Keluhan Utama
Luka robek pada ibu jari tangan sebelah kiri akibat terkena sabit.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Hadrianus Sinaga dengan keluhan luka robek
pada ibu jari pada tangan sebelah kiri ± 1 jam smrs. Disertai Nyeri yang dirasakan
terus-menerus. Nyeri dirasakan bertambah bila tangan digerakkan. Pasien
mengatakan saat kejadian pasien sedang memegang sabit. Pasien tidak mengeluh
mual (-), muntah (-), pusing (-).
B. Data Obyektif
Status Generalis
Keadaan umum : baik, kooperatif
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital : Tek. Darah : 134/74 mmHg
Nadi : 105 x/menit, reguler
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36ºC (axiller)
Kepala : dalam batas normal
Mata : conjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (-/-) raccon eye (-/-)
Hidung : nafas cuping (-), sekret (-), septum deviasi (-), rhinorrea(-)
Telinga : discharge (-/-), ottorhea(-),
Mulut : bibir sianosis (-), parrese
Tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis (-).
Leher : simetris, trakhea ditengah, pembesaran limfonodi (-)
Thorax
Pulmo I : simetris statis dan dinamis
Pa : stem fremitus kanan = kiri
Pe : sonor seluruh lapangan paru
Au : Suara dasar vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Cor I : ictus cordis tak tampak
Pa : ictus cordis teraba pada SIC V 2 cm medial Linea
Midclavikularis Sinistra
Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal
Au : Suara jantung I-II murni, bising (-), gallop (-).
Abdomen
I : datar
Au : bising usus (+) normal
Pe : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Pa : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-), defans
muskuler (-)
Ekstremitas
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Edema -/- -/-
Sensibilitas +/+ +/+
Motorik:
Gerak +/+ +/+
Kekuatan 5/5 5/5
Status lokalis :
Tampak luka robek dengan dasar tulang, oedem (+), krepitasi (-) pada region
digiti I manus sinistra
Look : luka terbuka (+), perdarahan tidak aktif (+) bengkak (+)
Feel : Nyeri tekan sekitar (+), krepitasi (+), pulsasi arteri radialis (+), akral
hangat (+), sensasi (+), capp refill (< 2’),
Move : sakit saat digerakkan (+), pergerakan jari terbatas (+)
1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab. Darah (tanggal 14-09-2021)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Darah Lengkap :
HB
Eritrosit
13,8 g/dl 14,0-17,5
Leukosit
4,600 106/ul 4,5-5,9
HCT
12,8 103/ul 4,5-10
Trombosit
45,2 % 40-48
Diff Limfosit
35,4 g/dl 150-400
Diff Monosit
11 20-30
Diff Segmen
6 6-8
Golongan Darah
83 55
Glukosa darah
O
sesaat
161 < 200
Ureum
Mg/dl 10-50
47
Creatinin
mg/dl 0,5-1,2
0,85
SGOT
u/L <25
27
SGPT
u/L <25
43
Covid 19
Non Reaktif
Anti SARS CoV-2 Non Reaktif
Non Reaktif Non Reaktif
IgG Non Reaktif Non Reaktif
Anti SARS CoV-2
IgM Detik 12-18
Faal Hemostasis Detik 25-34
PT
APTT
X-Ray manus sinistra (tanggal 14-12-2020)
2. DIAGNOSIS KERJA
Open Fracture Metacarpal Digiti I Manus Sinistra
3. PENATALAKSANAAN
Th/ IGD :
- Bersihkan luka
- Eveluasi perdarahan
- Tutup luka dengan kassa
- IVFD Ringer Laktat 20 tpm ( makro)
- Injeksi ketorolac 1 amp
- Injeksi Omeprazole 40 mg
- Konsul ke dokter spesialis bedah untuk penanganan selanjutnya
R/ Rujuk ke dokter spesialis ortopedi
4. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
BAB IV
KESIMPULAN