Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

FRAKTUR METACARPAL DIGITI I MANUS SINISTRA

Oleh:

dr. Rihhadatul Aisy Lubis

Supervisor :
dr. I.B. Anangga Kharisma, M. Biomed, Sp.B

Pendamping :
dr. Sri Agustina

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN SAMOSIR
2021
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tangan merupakan bagian tubuh yang penting bagi manusia, terutama
untuk aktivitas fisik terhadap lingkungan sekitarnya. Tangan memiliki
kemampuan untuk memegang, kemampuan motorik kasar maupun halus, serta
kemampuan untuk meraba dan membedakan dan mengerti hal hal yang ada di
sekitar pemiliknya.
Fraktur pada tangan merupakan salah satu fraktur yang sering terjadi, baik
pada kasus emergensi, seperti kecelakaan, maupun pada kasus poliklinis. Evaluasi
yang baik pada pemeriksaan awal, serta manajemen yang tepat dapat secara
signifikan mencegah terjadinya morbiditas dan kecacatan pada pasien. Evaluasi
dan manajemen ini dipengaruhi juga oleh usia, tangan yang dominan, pekerjaan,
faktor komorbid.
Terjadinya fraktur pada tangan, meliputi juga fraktur pada metacarpal dan
phalang. Fraktur ini meliputi 10% dari semua fraktur dan 15-28% dari semua
kasus yang dibawa ke UGD. Pada tangan, fraktur metacarpal kelima merupakan
kasus yang paling sering, dan terjadi sebanyak 16-34% dari semua fraktur pada
tangan. 

1.2 Tujuan

Laporan kasus ini dibuat dengan tujuan untuk membahas berbagai aspek
yang perlu diketahui mengenai Fraktur Metacarpal Digiti I Manus Sinistra

1.3. Manfaat

Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan


pengetahuan kepada praktisi kedokteran mengenai Fraktur Metacarpal Digiti I
Manus Sinistra agar dapat diterapkan pada praktiknya di lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
2.1.1 Tulang pada tangan
Pergelangan tangan wrist atau carpus disusun oleh tulang carpal yang
tersusun dalam bagian proksimal dan distal. Tulang-tulang kecil ini memberikan
fleksibilitas pergelangan tangan. Carpus ditandai dengan sisi yang konveks di
bagian posterior dan konkaf di bagian anteriornya. Dari lateral ke medial, terdapat
4 tulang yang ada di deretan proksimal carpal adalah sebagai berikut :
• Scaphoid
Tulang berbentuk seperti kapal yang berartikulasi dengan radius di bagian
proksimal dan mempunyai tuberkulum scaphoideus. Tulang ini merupakan tulang
terbesar di barisan proksimal tulang carpal.
• Lunate
Tulang berbentuk bulan di antara tulang scaphoid dan triquertum yang
berartikulasi dengan radius di bagian proksimal.
• Triquertum
Tulang berbentuk piramid pada sisi medial carpus, yang berartikulasi
dengan diskus artikularis persendian radioulnaris distal di bagian proksimal.
• Pisiform
Tulang kecil berbentuk seperti kacang polong yang ada di bagian palmar
dari tulang triquertum.

Dari lateral ke medial, terdapat 4 tulang yang ada di deretan distal carpal
adalah sebagai berikut :
• Trapezium
Tulang dengan 4 sisi pada bagian lateral dari carpus, yang berartikulasi
dengan metacarpal 1 dan 2, scaphoideus, dan tulang trapezoid.
• Trapezoid
Tulang berbentuk baji, yang mirip dengan tulang trapezium. Tulang ini
berartikulasi dengan metacarpal kedua, trapezium, capitate, dan scaphoid.
• Capitate
Tulang berbentuk seperti kepala, yang berartikulasi dengan metacarpal
ketiga, dan dengan trapezoid, scaphoid, lunate, dan hamate. Tulang ini merupakan
tulang terbesar pada carpus.
• Hamate
Tulang berbentuk baji, yang berartikulasi dengan metacarpal keempat dan
kelima, capitate, dan tulang triquertum.

Permukaan proksimal dari deretan distal carpal berartkulasi dengan


deretan proksimal carpal, sedangkan permukaan distalnya berartikulasi dengan
metacarpal. Metacarpal merupakan pembentuk skeleton telapak tangan yang ada
di antara carpus dan phalang. Metacarpal terdiri dari 5tulang. Setiap tulang
metacarpal mempunyai bagian basis, shaft, dan caput. Bagian basis proksimal
metacarpal berartikulasi dengan tulang-tulang carpal, dan bagian distalnya
berartikulasi dengan phalang proksimal. Metacarpal 1 merupakan metacarpal
terpendek dan paling tebal dari semua tulang metacarpal. Metacarpal 3 dikenali
dengan adanya processus styloideus pada sisi lateral basisnya.

Gambar 2.1 Tulang-tulang pada Tangan


Setiap jari mempunyai 3 phalang, kecuali ibu jari. Setiap phalang
mempunyai bagian basis di pro8imal, corpus, dan caput di bagian distal. Phalang
proksimal merupakan phalang terbesar, phalang medial dengan ukuran sedang,
dan phalang distal merupakan phalang dengan ukuran terkecil. Bagian terminal
phalang mendatar dan meluas yang merupakan tempat dari nail bed.

2.1.2 Pembuluh Darah Tangan


Gambar 2.2 Perjalanan Arteri pada Tangan
2.2 Fraktur
2.2.1 Definisi
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.

2.2.2 Proses Terjadinya Fraktur


Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan
terutama tekanan membengkok, memutar, dan tarikan. Trauma bisa bersifat
trauma langsung dan trauma tidak langsung.
• Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi
fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kominutif dan
jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.
• Trauma tidak langsung
Trauma dihantarkan ke daerah lain yang lebih jauh dari daerah fraktur,
biasanya jaringan lunak tetap utuh.

2.2.3 Klasifikasi Fraktur


a. Berdasarkan hubungan dengan dunia luar :
- Closed fracture (Fraktur Tertutup)
Adalah fraktur yang tidak menyebabkan luka terbula pada kulit.
- Compound Fracture (Frakture Terbuka)
Adalah adanya hubungan antara fragmen tulang yang patah dengan dunia
luar.
b. Berdasarkan Jenisnya
- Fracture Complite
Yaitu garis fraktur mengenai seluruh korteks tulang.
- Fracture InComplite
Yaitu garis fraktur tidak mengenai seluruh korteks tulang
Gambar 2.3 Konfigurasi Fraktur

2.2.4 Gambaran Klinis Fraktur


a. Anamnesa
Biasanya penderita datang dengan suatu trauma dan diikuti dengan
ketketidak mampuan untuk menggunakan anggota gerak. Penderita biasanya
datang karena adanya nyeri pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak,
deformitas, kelainan gerak, krepitasi, atau gejala-gejala lain.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan awal, perlu diperhatikan adanya syok, anemia,
perdarahan, kerusakan pada organ lain dan faktor presdiposisi misalnya fraktur
patologis.
c. Pemeriksaan Lokalisata
1) Inspeksi (Look)
- Bandingkan dengan bagian yang sehat
- Perhatikan posisi anggota gerak
- Keadaan umum penderita secara keseluruhan
- Ekspresi wajah karena nyeri
- Lidah kering atau basah
- Adanya tanda anemia
- Apakah terdapat luka pda kulit dan jaringan lunak
- Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam – hari
- Deformitas : angulasi, rotasi, pemendekan
- Survei seluruh tubuh, apakah ada trauma pada organ lain
- Perhatikan kondisi mental pasien
- Keadaan vaskularisasi
2) Palpasi (Feel)
- Temperatur setempat yang meningkat
- Nyeri tekan
- Krepitasi
- Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma
- Pengukuran tungkai
3) Pergerakan (Move)
Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif dan
pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma.
4) Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan syaraf sensoris dan motoris serta
gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia, axonotmesis, neurotmesis
5) Pemeriksaan Radiologis
 Foto Polos
Pemeriksaan radiologi dilakukan dengan beberapa prinsip dua:
- Dua posisi proyeksi
- Dua sendi pada anggota gerak harus di foto
- Dua anggota gerak
- Dua trauma
- Dua kali dilakukan foto
 Pemeriksaan Radiologi lainnya
- Tomografi
- CT- Scan
- MRI
- Radioisotop scanning

2.3 Fraktur Metacarpal


2.3.1 Definisi
Fraktur Metakarpal adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner Suddarth.2002) atau fraktur
yang terjadi pada ujung jari karena trauma pada sendi interfalang, atau terjadi
pada metacarpal karena karena tidak tahan terhadap trauma langsung ketika
tangan mengepal dan dislokasi basis metacarpal I.

2.3.2 Epidemiologi
Fraktur metacarpal dan phalang terjadi sebnyak 10% dari seluruh kasus
fraktur. Fraktur metacarpal terjadi sebanyak 30-4-% dari seluruh fraktur tangan.
Fraktur collum metacarpal kelima terjadi sebanyak 10% dari seluruh kasus fraktur
tangan.

2.3.3 Etiologi
Cedera metacarpal dapat terjadi baik karena trauma langsung
maupun/tidak langsung. Arah dan kekuatan trauma menentukan tipe fraktur atau
dislokasi yang terjadi. Berdasarkan jenis fracture metacarpal :
- Baseball finger (mallet finger)
Yaitu fraktur ujung jari yang dalam keadaan tiba tiba fleksi pada sendi
interfalang karena trauma
- Boxer Fracture (street fighter’s fracture)
Yaitu fraktur kolum metacarpal V terjadi karena tidak tahan terhadap
trauma langsung ketika tangan mengepal.
- Fracture Bennet
Yaitu fraktur dislokasi basis metacarpal I

Gambar 2.4 (a) Baseball Finger ; (b) Boxer Fracture ; (c) Fracture Benne t
Klasifikasi Fraktur menurut Gustilo Anderson :
 Derajat I. : garis patah sederhana dengan luka kurang atau sama 1cm
bersih.
 Derajat II : garis patah sederhana dengan luka > 1 cm bersih, tanpa
kerusakan jaringan lunak yang luas atau terjadinya flap atau avulsi.
 Derajat III : Patah tulang yang disertai kerusakan jaringan lunak luas
termasuk kulit, otot, syaraf, pembuluh darah. Patah tulang ini disebabkan
oleh gaya dengan kecepatan tinggi.
 Derajat III A : bila patah tulang masih dapat ditutup dengan jaringan
lunak.
 Derajat III B : bila patah tulang terbuka tidak dapat ditutup dengan
jaringan lunak, sebab jaringan lunak termasuk periosteum sangat berperan
dalam proses penyembuhan. Pada umumnya terjadi kontaminasi srius.
 Derajat III C : terdapat kerusakan pembuluh darah arteri.

2.3.4 Patofisiologi
Trauma dapat menyebabkan fraktur yang akan mengakibatkan seseorang
memiliki keterbatasan gerak, ketidakseimbangan dan nyeri pergerakan. Jaringan
lunak yang terdapat di sekitar fraktur seperti pembuluh darah syaraf dan otot serta
organ lain yang berdekatan dapat dirusak karena mencuatnya tulang yang patah.
Apabila kulit sampai robek, hal ini akan menyebabkan potensial infeksi. Tulang
memiliki sangat banyak pembuluh darah. Akibat dari fraktur, pembuluh darah di
dalam keluar ke jaringan lunak atau pada luka yang terbuka sehingga dapat
mempercepat pertumbuhan bakteri.

2.3.5 Gejala Klinik


Pada fraktur metacarpal, pasien akan mengeluhkan rasa nyeri pada tangan,
memar, bengkak, atau kaku setelah terjadinta fraktur. Keluhan lain yang mungkin
adalah tangan pasien tidak dapat digerakkan atau jari saling menyilang ke jari
sebelahnya bila pasien mengepalkan tangan dan pemendekan jari setelah
terjadinya fraktur.
 Baseball finger : pasien tidak dapat menggerakkan ekstensi penuh
pada ujung distal falang karena distal falang selalu dalam posisi fleksi pada
sendi interfalang distal dan terdapat hematoma pada sendi.
 Boxer Fracture : Terdapat bengkak, perubahan warna kulit dan
disertai memar disekitar tempat yang terluka. Ketika mengepal, jari yang
patah akan lebih bengkok kearah ibu jari, terdapat misalignment.
 Fraktur bennet : tampak adanya pembengkakan didaerah
karpometakarpal I, nyeri tekan, dan sakit ketika digerakkan.

2.3.6 Proses Penyembuhan Tulang


Penyembuhan fraktur secara alamiah meliputi respon dalam periostium dan
jaringan-jaringan lunak eksternal. Proses penyembuhan fraktur ini secara garis besar
dibedakan atas 5 fase, yakni :
 Fase Inflamasi
Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan
berkurangnya pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang
cidera dan pembentukan hematoma di tempat fraktur. Ujung fragmen tulang
mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah terjadi hipoksia dan
inflamasi yang menginduksi ekpresi gen dan mempromosikan pembelahan sel dan
migrasi menuju tempat fraktur untuk memulai penyembuhan. Produksi atau
pelepasan dari faktor pertumbuhan spesifik, Sitokin, dapat membuat kondisi
mikro yang sesuai untuk :
(1) Menstimulasi pembentukan periosteal osteoblast dan osifikasi intra
membran pada tempat fraktur,
(2) Menstimulasi pembelahan sel dan migrasi menuju tempat fraktur, dan
(3) Menstimulasi kondrosit untuk berdiferensiasi pada kalus lunak dengan
osifikasi endokondral yang mengiringinya. (Kaiser 1996). Berkumpulnya darah
pada fase hematom awalnya diduga akibat robekan pembuluh darah lokal yang
terfokus pada suatu tempat tertentu. Namun pada perkembangan selanjutnya
hematom bukan hanya disebabkan oleh robekan pembuluh darah tetapi juga
berperan faktorfaktor inflamasi yang menimbulkan kondisi pembengkakan lokal.
Waktu terjadinya proses ini dimulai saat fraktur terjadi sampai 2 – 3 minggu
 Fase Proliferasi
Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk
benangbenang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk
revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast
(berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan
kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk
jaringan ikat fibrous dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum, tampak
pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan
mikro minimal pada tempat fraktur. Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak
struktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial
elektronegatif. Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2 – 3 setelah terjadinya
fraktur dan berakhir pada minggu ke 4 – 8.
 Fase pembentukan kalus
Merupakan fase lanjutan dari fase hematom dan proliferasi mulai
terbentuk jaringan tulang yakni jaringan tulang kondrosit yang mulai tumbuh atau
umumnya disebut sebagai jaringan tulang rawan. Sebenarnya tulang rawan ini
masih dibagi lagi menjadi tulang lamellar dan wovenbone. Pertumbuhan jaringan
berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah
sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan
fibrous, tulang rawan, dan tulang serat matur. Bentuk kalus dan volume
dibutuhkanuntuk menghubungkan efek secara langsung berhubungan dengan
jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu waktu tiga sampai empat minggu
agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrous. Secara
klinis fragmen tulang tidak bisa lagi digerakkan. Regulasi dari pembentukan kalus
selama masa perbaikan fraktur dimediasi oleh ekspresi dari faktor-faktor
pertumbuhan. Pusat dari kalus lunak adalah kartilogenous yang kemudian
bersama osteoblast akan berdiferensiasi membentuk suatu jaringan rantai osteosit,
hal ini menandakan adanya sel tulang serta kemampuan mengantisipasi tekanan
mekanis. Proses cepatnya pembentukan kalus lunak yang kemudian berlanjut
sampai fase remodeling adalah masa kritis untuk keberhasilan penyembuhan
fraktur.
 Fase Konsolidasi
Dengan aktifitas osteoklast dan osteoblast yang terus menerus, tulang yang
immature (woven bone) diubah menjadi mature (lamellar bone). Keadaan tulang
ini menjadi lebih kuat sehingga osteoklast dapat menembus jaringan debris pada
daerah fraktur dan diikuti osteoblast yang akan mengisi celah di antara fragmen
dengan tulang yang baru. Proses ini berjalan perlahan-lahan selama beberapa
bulan sebelum tulang cukup kuat untuk menerima beban yang normal.
 Fase Remodeling
Patah Tulang telah dihubungkan dengan selubung tulang yang kuat dengan
bentuk yang berbeda dengan tulang normal. Dalam waktu berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun terjadi proses pembentukan dan penyerapan tulang yang terus
menerus lamella yang tebal akan terbentuk pada sisi dengan tekanan yang tinggi.
Rongga medulla akan terbentuk kembali dan diameter tulang kembali pada ukuran
semula. Akhirnya tulang akan kembali mendekati bentuk semulanya, terutama
pada anak-anak. Pada keadaan ini tulang telah sembuh secara klinis dan radiologi

Gambar 2.5 Proses Penyembuhan Tulang


2.3.7 Penatalaksanaan
Pada pasien dengan fraktur dapat dilakukan empat prinsip perawatan dan
pengobatan yang harus diperhatikan pada waktu penatalaksanaan fraktur adalah :
a. Rekognisi
Merupakan tahap pengenalan dari suatu fraktur berdasarkan riwayat
kecelakaan dan derajat keparahan dimana hal ini sangat penting untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
b. Reduksi
Merupakan tindakan untuk mengembalikan fragmen-fragmen tulang ke
bentuk atau posisi asalnya.
c. Retaining
Upaya untuk menahan atau memfiksasi fragmen tulang sehingga dapat
meminimalisir pergerakan. Fiksasi dapat dilakukan dengan menggunakan
pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, dan pin.
d. Rehabilitasi
Yaitu tindakan yang dilakukan untuk mengembalikan atau memulihkan
jaringan yang terganggu ke fungsi semaksimal mungkin untuk menghindari atrofi
(tidak berfungsinya otot).

2.3.8 Komplikasi
Komplikasi fraktur antara lain :
- Syok hipovolemik atau traumatik yang terjadi karena perdarahan.
- Sindrome emboli lemak (terjadi dalam 48 jam atau lebih setelah cedera).
Berasal dari sumsum tulang karena perubahan tekanan dalam
tulang, fraktur mendorong molekul-molekul lemak dari sumsum tulang
masuk ke sistem sirkulasi darah.
- Sindrom Kompartemen
Terjadi karena perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan
untuk kehidupan jaringan. Ini bisa diakibatkan karena:
1. Penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot
terlalu ketat, gips atau balutan yang terlalu menjerat.
2. Peningkatan isi kompartemen otot karena edema.
3. Emboli paru dan Koagulopati Intravaskuler Desiminata semua fraktur terbuka
dianggap mengalami kontaminasi. Merupakan komplikasi akibat fraktur.

2.3.9 Prognosis
Secara umum, hasil terapi fraktur metacarpal cukup baik. Kasus terjadinya
nonunion sangat jarang, tetapi kasus malunion masih sering terjadi. Walaupun
demikian, resultan fungsi yang dihasilkan masih baik. Selain itu juga tidak terjadi
deformitas rotasional.
1. Mal union
Keadaan di mana fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi terdapat
deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, kependekan.
2. Delayed union
Fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3 – 5 bulan (tiga bulan
untuk anggota gerak atas dan lima bulan untuk anggota gerak bawah).
3. Non union
Apabila fraktur tidak menyembuh antaran 6 – 8 bulan dan tidak
didapatkan konsolidasi sehingga terdapat pseudoartritis (sendi palsu).
BAB III
KASUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. LS
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Onanrunggu
Tanggal masuk : 14-9-2021
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 170 cm

II. DATA DASAR


Primary survey
A : Adekuat
B : Simetris, RR 20/menit, SpO2 : 97 & room air
C : TD : 134/74 mmHg, HR : 105x/menit, reguler, akral hangat, capilary
refill < 2
D : GCS 15 (E4M6V5), Pupil isokor 3mm/3mm
E : Tampak luka robek dengan dasar tulang, oedem (+), krepitasi (-) pada
region digiti I manus sinistra

Secondary survey
A. Data Subyektif
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 14 September
2021 pukul 19.43 WIB di IGD RS Hadrianus Sinaga
Keluhan Utama
Luka robek pada ibu jari tangan sebelah kiri akibat terkena sabit.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Hadrianus Sinaga dengan keluhan luka robek
pada ibu jari pada tangan sebelah kiri ± 1 jam smrs. Disertai Nyeri yang dirasakan
terus-menerus. Nyeri dirasakan bertambah bila tangan digerakkan. Pasien
mengatakan saat kejadian pasien sedang memegang sabit. Pasien tidak mengeluh
mual (-), muntah (-), pusing (-).

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat trauma sebelumnya disangkal
Riwayat alergi disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien berobat menggunakan BPJS

B. Data Obyektif
Status Generalis
Keadaan umum : baik, kooperatif
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital : Tek. Darah : 134/74 mmHg
Nadi : 105 x/menit, reguler
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36ºC (axiller)
Kepala : dalam batas normal
Mata : conjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (-/-) raccon eye (-/-)
Hidung : nafas cuping (-), sekret (-), septum deviasi (-), rhinorrea(-)
Telinga : discharge (-/-), ottorhea(-),
Mulut : bibir sianosis (-), parrese
Tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis (-).
Leher : simetris, trakhea ditengah, pembesaran limfonodi (-)
Thorax
Pulmo I : simetris statis dan dinamis
Pa : stem fremitus kanan = kiri
Pe : sonor seluruh lapangan paru
Au : Suara dasar vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Cor I : ictus cordis tak tampak
Pa : ictus cordis teraba pada SIC V 2 cm medial Linea
Midclavikularis Sinistra
Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal
Au : Suara jantung I-II murni, bising (-), gallop (-).
Abdomen
I : datar
Au : bising usus (+) normal
Pe : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Pa : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-), defans
muskuler (-)
Ekstremitas
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Edema -/- -/-
Sensibilitas +/+ +/+
Motorik:
Gerak +/+ +/+
Kekuatan 5/5 5/5

Status lokalis :
Tampak luka robek dengan dasar tulang, oedem (+), krepitasi (-) pada region
digiti I manus sinistra
Look : luka terbuka (+), perdarahan tidak aktif (+) bengkak (+)
Feel : Nyeri tekan sekitar (+), krepitasi (+), pulsasi arteri radialis (+), akral
hangat (+), sensasi (+), capp refill (< 2’),
Move : sakit saat digerakkan (+), pergerakan jari terbatas (+)

1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Lab. Darah (tanggal 14-09-2021)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Darah Lengkap :
HB
Eritrosit
13,8 g/dl 14,0-17,5
Leukosit
4,600 106/ul 4,5-5,9
HCT
12,8 103/ul 4,5-10
Trombosit
45,2 % 40-48
Diff Limfosit
35,4 g/dl 150-400
Diff Monosit
11 20-30
Diff Segmen
6 6-8
Golongan Darah
83 55
Glukosa darah
O
sesaat
161 < 200
Ureum
Mg/dl 10-50
47
Creatinin
mg/dl 0,5-1,2
0,85
SGOT
u/L <25
27
SGPT
u/L <25
43
Covid 19
Non Reaktif
Anti SARS CoV-2 Non Reaktif
Non Reaktif Non Reaktif
IgG Non Reaktif Non Reaktif
Anti SARS CoV-2
IgM Detik 12-18
Faal Hemostasis Detik 25-34
PT
APTT
 X-Ray manus sinistra (tanggal 14-12-2020)

Kesan : fraktur metacarpal I manus sinistra dengan soft tissue swelling

2. DIAGNOSIS KERJA
Open Fracture Metacarpal Digiti I Manus Sinistra

3. PENATALAKSANAAN
Th/ IGD :
- Bersihkan luka
- Eveluasi perdarahan
- Tutup luka dengan kassa
- IVFD Ringer Laktat 20 tpm ( makro)
- Injeksi ketorolac 1 amp
- Injeksi Omeprazole 40 mg
- Konsul ke dokter spesialis bedah untuk penanganan selanjutnya
R/ Rujuk ke dokter spesialis ortopedi

4. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
BAB IV
KESIMPULAN

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang-tulang rawan, baik yang


bersifat total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma. Gejala klasik
fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri dan bengkak di bagian tulang
yang patah, deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi, gangguan fungsi
muskuloskeletal akibat nyeri, putusnya kontinuitas tulang, dan gangguan
neurovaskuler.
Prinsip penanggulangan cedera muskuloskeletal adalah rekognisi
(mengenali), reduksi (mengembalikan), retaining (mempertahankan, dan
rehabilitasi. Pada fraktur terbuka harus diperhatikan bahaya terjadi infeksi, baik
infeksi umum maupun infeksi lokal pada tulang yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Aski, Bahubali, Bhatnagar, Abhinav, 2015. Metacarpal fractures treated by


percutaneous Kirschner wire in International Journal of Physical Education,
Sports, and Health.
http://www.kheljournal.com/archives/2015/vol1issue3/PartA/24.1.pdf diakses
tanggal 16 september 2021.
2. Dye, Thomas Michael, et al., 2015. Metacarpal Fractures Treatment &
Management. http://emedicine.medscape.com/article/1239721-treatment
diakses tanggal 16 september 2021.
3. Hansen, John T, Lambert, David R., 2005. Netter's Clinical Anatomy Edisi I.
USA : Elsevier
4. Haughton DN, et al., 2012. Principles of Hand Fracture Management in Open
Orthopaedics Journal
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3296112/ diakses tanggal 16
september 2021.
5. Moore, Keith L, Dalley, Arthur F., 2017. Upper Limb in Clinically Oriented
Anatomy Edisi V. USA : Lippincott Williams & Wilkins
6. Rasjad, Chairuddin, 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT.
Yarsif Watampone.
7. Rupert, 2015. Metacarpal fractures.
http://www.bssh.ac.uk/patients/commonhandconditions/metacarpalfracturs
diakses tanggal 16 september 2021.

Anda mungkin juga menyukai