PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Data
dari
National
Hospital Ambulatory
Medical
Care Survey
menunjukkan bahwa fraktur radius dan/atau ulna mewakili 44% dari keseluruhan
fraktur lengan bawah dan tangan di Amerika Serikat. Insiden tertinggi pada usia
10-14 tahun pada pasien laki-laki dan di atas 85 tahun pada wanita. Insiden fraktur
diperkirakan pada usia 50 tahun keatas akan meningkat 81%, dibandingkan
dengan 11% untuk usia dibawah 50 tahun.
Pada kelompok usia tua, jumlah wanita yang beresiko lebih tinggi 4,7 kali
dibandingkan dengan pria. Pada kecelakaaan kendaraan bermotor, pengemudi
lebih sering mengalami fraktur radius ulna dibandingkan dengan penumpangnya,
terutama tanpa airbag depan. Pada anak anak fraktur radius ulna terjadi karena
bermain skateboard, roller skating, dan mengendarai skooter. Pada usia tua
biasanya menderita trauma minimal dan mempunyai faktor risiko osteoporosis
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan. Mekanisme
trauma pada antebrachii yang paling sering adalah jatuh dengan outstreched hand
atau trauma langsung. Bila salah satu tulang antebrachii mengalami fraktur dan
menglami angulasi, maka tulang tersebut menjadi lebih pendek terhadap tulang
lainnya.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang
fraktur radius ulna.
1.3 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman mengenai fraktur radius ulna.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan ini adalah tinjauan kepustakaan yang merujuk dari
berbagai literatur.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
FRAKTUR
2.1.1. Definisi
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial akibat rudapaksa.
Sedangkan fraktur radius ulna adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius
dan/atau ulna. Dibagi menjadi sepertiga proksimal, sepertiga tengah, dan sepertiga
distal.
2.1.2
Epidemiologi
Fraktur radius ulna dapat mengenai orang dewasa maupun anak-anak,
terutama terjadi pada dewasa muda dan orang tua. Fraktur yang mengenai lengan
bawah pada anak sekitar 82% pada daerah metafisis tulang radius distal. Fraktur
tulang radius dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 tengah atau 1/3 distal.
Menurut
pusat
dokumentasi
AO
(Arbeitsgemeinschaft
fr
Etiologi
Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung,
misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan
ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada
tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Fraktur tidak
selalu disebabkan oleh trauma yang berat; kadang-kadang trauma ringan saja
2
Klasifikasi Fraktur
1. Klasifikasi Etiologis
- Fraktur Traumatik
- Fraktur Patologis
-
2. Klasifikasi Klinis
- Fraktur tertutup (simple/closed fracture)
Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan
-
3. Klasifikasi Radiologis
Klasifikasi ini berdasarkan atas:
a. Lokalisasi
- Diafisis
- Metafisis
- Intra artikuler
- Fraktur dengan dislokasi
b.
Konfigurasi
- Fraktur transversal
- Fraktur oblik
- Fraktur spiral
- Fraktur Z
- Fraktur segmental
- Fraktur komunitif, fraktur lebih dari dua fragmen
- Fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi
- Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendon
- Fraktur depresi, karena trauma langsung misalnya pada tengkorak
- Fraktur impaksi
- Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah
-
Menurut ekstensi
- Fraktur total
- Fraktur tidak total (fraktur crack)
- Fraktur buckle atau torus
- Fraktur garis rambut
- Fraktur green stick
d. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya
- Tidak bergeser (undisplaced)
- Bergeser (displaced) : i. Bersampingan
ii. Angulasi
iii. Rotasi
iv. Distraksi
v. over-riding
vi. Impaksi
e. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya
- Fraktur Tertutup
- Ftaktur Terbuka
2.1.4
Patofisiologi Fraktur
Mekanisme trauma pada antebrachii yang paling sering adalah jatuh
satu tulang antebrachii mengalami fraktur dan menglami angulasi, maka tulang
tersebut menjadi lebih pendek terhadap tulang lainnya.
2.1.5
Manifestasi Klinis
Gejala yang didapatkan dapat berupa:
1. Deformitas di daerah yang fraktur: angulasi, rotasi (pronasi atau
supinasi) atau shorthening
2. Nyeri
3. Bengkak
Pemeriksaan fisik harus meliputi evaluasi neurovaskular dan
pemeriksaan elbow dan wrist. Evaluasi kemungkinan adanya sindrom
kompartemen.
2.1.
Diagnosis fraktur
a) Anamnesis
Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik, fraktur),
baik yang hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan
ketidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak. Anamnesis harus
dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi di
daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain. Penderita
biasanya datang karena adanya nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi
anggota gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.
b) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
i.
iii.
c) Pemeriksaan Lokal
1.
Inspeksi
Bandingkan dengan bagian yang sehat
Posisi anggota gerak
Keadaan umum penderita secara keseluruhan
Ekspresi wajah karena nyeri
Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan
Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk
membedakan fraktur tertutup atau fraktur terbuka
Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa
hari
Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan
kependekan
Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada
organ-organ lain
Perhatikan kondisi mental penderita
Keadaan vaskularisasi
2.
Palpasi (Feel)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya
mengeluh sangat nyeri.
3.
Pergerakan (Moving)
Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan
secara aktif dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang
mengalami trauma. Pada pederita dengan fraktur, setiap gerakan
akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh
dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan
kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.
4.
Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris
dan motoris serta gradasi kelelahan neurologis, yaitu neuropraksia,
aksonotmesis atau neurotmesis.Kelaianan saraf yang didapatkan
harus dicatat dengan baik karena dapat menimbulkan masalah
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan,
lokasi serta ekstensi fraktur.Untuk menghindarkan nyeri serta
kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka sebaliknya kita
mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi
sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.
2.1.7
Penatalaksanaan
Terapi fraktur diperlukan konsep 4R yaitu : rekognisi, reduksi/reposisi,
tulang.
b. Pemasangan gips : merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di
sekitar tulang yang patah
c. Penarikan (traksi) : menggunakan beban untuk menahan sebuah
anggota gerak pada tempatnya.
d. Fiksasi internal
Follow Up
1.
2.
3.
Penyembuhan
biasanya
setelah
16-24
minggu, selama ini hindari olah raga kontak dan mengangkat beban
lebih dari 2 kilogram.
10
2.1.8
Komplikasi
b) Osteomyelitis
Adapun komplikasi infeksi jaringan tulang disebut sebagai
osteomyelitis, dan dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan
dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasilocal yang berjalan
dengan cepat. Pada anak-anak infeksi tulang seringkali timbul sebagaikomplikasi
dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi faring (faringitis), telinga
(otitis media) dan kulit (impetigo). Bakterinya (Staphylococcus
aureus, Streptococcus, Haemophylus influenzae) berpindah melalui aliran
darah menuju metafisis tulang didekat lempeng pertumbuhan dimana darah
mengalir ke dalam sinusoid.
11
2.1.9
Prognosis
Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan
terjadi pada setiap patah tulang, tidak peduli apa yang telah dikerjakan dokter
pada patahan tulang tersebut.
Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan fraktur tulang sangat
bergantung pada lokasi fraktur dan umur pasien. Rata-rata masa penyembuhan
fraktur:
Lokasi Fraktur
1. Pergelangan tangan
2. Fibula
3. Tibia
4. Pergelangan kaki
5. Tulang rusuk
6. Jones fracture
Masa Penyembuhan
3-4 minggu
4-6 minggu
4-6 minggu
5-8 minggu
4-5 minggu
3-5 minggu
2.2.
2.2.1
Lokasi Fraktur
7. Kaki
8. Metatarsal
9. Metakarpal
10. Hairline
11. Jari tangan
12. Jari kaki
Masa Penyembuhan
3-4 minggu
5-6 minggu
3-4 minggu
2-4 minggu
2-3 minggu
2-4 minggu
12
Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi adalah fraktur distal radius disertai dislokasi atau
13
yang kuat yaitu membrane interosseous. Apabila terjadi salah satu tulang yang
patah, dan tulang yang patah tersebut dislokasi, pasti disertai dislokasi sendi yang
berdekatan.
2.2.2.1 Mekanisme Trauma
Biasanya pada anak-anak muda laki-laki, jatuh dengan tangan terbuka
menahan badan dan terjadi pula rotasi. Hal ini menyebabkan patah pada sepertiga
distal radius dan fragmen distal-proksimal mengadakan angulasi ke anterior.
14
Fraktur Monteggia
Fraktur Monteggia adalah fraktur sepertiga proksimal ulna yang disertai
15
16
2.2.3.5 Penatalaksanaan
Fraktur ulna adalah fraktur yang tidak stabil dan harus dilakukan reposisi
tertutup atau internal fiksasi (k.wire/platescrew) disertai imobilisasi segera sendi
siku. Asisten memegang lengan atas, penolong melakukan tarikan lengan bawah
ke distal, kemudian diputar ke arah supinasi penuh. Setelah itu dengan ibu jari
kepala radius dicoba ditekan ke tempat semula. Setelah berhasil, dilakukan
imobilisasi gips sirkulasi di atas siku dengan posisi siku fleksi 90 derajat. Bila
reposisi tertutup ini gagal dilakukan tindakan reposisi terbuka dengan pemasangan
internal fiksasi.
2.2.4
juga
spiral.
radius
ulna
di
daerah
yang
17
18
: Fraktur ekstra-artikular
Tipe II
Tipe III
Tipe IV
Tipe V
: Keterlibatan radioulnar
Tipe VI
2.8.1
Fraktur Colles
Fraktur terjadi pada metafisis distal radius. Kebanyakan dijumpai pada
penderita-penderita wanita usia > 50 tahun, karena tulang pada wanita setelah usia
tersebut mengalami osteoporosis post menopause.
19
20
Pada gambaran radiologis juga dapat diklasifikasikan stabil dan tidak stabil. Stabil
bila terjadi satu garis; tidak stabil bila patahnya komunitif.
2.8.2
Fraktur Smith
Lebih jarang terjadi dibandingkan fraktur colles. Kadang-kadang
diistilahkan sebagai reverse colles fracture walaupun tidak tepat. Banyak dijumpai
pada penderita laki-laki muda.
22
BAB 3
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama
: Tn. AR
Usia
: 16 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
23
Status
: Pelajar
Alamat
: Padangpanjang
No. RM
: 427264
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama:
Lengan bawah kiri nyeri dan tidak bisa digerakkan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Lengan bawah kiri nyeri dan tidak bisa digerakkan setelah pasien jatuh
dari motor. Pasien kehilangan keseimbangan saat mengendarai motor 4
jam sebelum masuk rumah sakit, terjatuh dengan tangan kiri menumpu
badan dan beban motor.
b. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.
TD
RR
-
: 110/70
: 36.7oC
: 18x/menit
Nadi
: 80x/menit
Paru
c. ABDOMEN
-
Inspeksi
Perkusi
Palpasi
d. EKSTREMITAS
Akral hangat, tidak sianosis, tampak deformitas pada lengan bawah kiri.
e. STATUS LOKALIS (Left Forearm)
-
Look
Feel
Motion
: ROM (-)
: 13,8 gr%
Leukosit
: 8.440/mm3
Trombosit
: 221.000/mm3
Hematokrit
: 38,1%
PT
: 10,2 detik
APTT
: 35,1 detik
25
VII. DIAGNOSIS
Closed fracture left radius distal 2nd
Closed fracture left ulna distal 2nd
VIII. TERAPI
-
IVFD RL 20 gtt/i
Ranitidine inj
2x1
Posterior splint
Pro-ORIF Radius + ORIF Ulna
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
T
36,8 C
Diskusi
Telah dirawat seorang pasien laki-laki usia 16 tahun dengan diagnosis
Closed fracture left radius and ulna distal 2 nd. Pasien datang dengan keluhan
lengan bawah kiri nyeri dan tidak bisa digerakkan setelah jatuh dari motor dengan
posisi telapak tangan kiri menumpu tubuh dan beban motor. Dari pemeriksaan
fisik lokalis tampak bengkak dan deformitas pada lengan bawah kiri dengan nyeri
tekan (+), distal neurovascular (+) normal, dan ROM (-).
Pada pasien dilakukan pemeriksaan penunjang berupa rontgen AP-Lat
antebrachii dan didapatkan Closed fracture left radius and ulna distal 2nd.
Direncanakan pemasangan ORIF pada Ulna dan Radius. Setelah pemasangan,
tampak screw and plate terpasang baik.
4.2
Kesimpulan
27
Fraktur yang sering terjadi pada orang dewasa biasanya melibatkan tulang
panjang. Salah satu contohnya adalah kasus fraktur lengan bawah. Fraktur lengan
bawah yang paling sering adalah fraktur pada radius distal seperti fraktur Colles
dan Smith. Pemeriksaan radiografi X-ray (minimal dua tampilan foto X-ray yaitu
AP dan Lateral) sangat membantu dan berperan penting dalam menegakkan
diagnosis. Penatalaksanaan yang cepat dengan reposisi tertutup sebisa mungkin
dilakukan untuk mencegah komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Carter Michel A., Fraktur dan Dislokasi dalam: Price Sylvia A, Wilson
Lorraine McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hal 1365-1371.
2. Goh Lesley A., Peh Wilfred C. G., Fraktur-klasifikasi, penyatuan, dan
komplikasi dalam : Corr Peter. Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2011. Hal 112-121.
3. Patel Pradip R., Trauma Skeletal dalam: Patel Pradip R. Lecture Notes
Radiologi. Edisi kedua. Penerbit Buku Erlangga. Jakarta. 2005. Hal 221230.
4. Ekayuda Iwan, Trauma Skelet (Rudapaksa Skelet) dalam: Rasad Sjahriar,
Radiologi Diagnostik. Edisi kedua, cetakan ke-6. Penerbit Buku Balai
Penerbitan FKUI. Jakarta. 2009. Hal 31-43.
28
29
30