Anda di halaman 1dari 21

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang
rawan sendi, tulang rawan epifise, baik yang bersifat total maupun parsial. Untuk
mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kondisi patah, harus diketahui
keadaan fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah.
Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan
membengkok, memutar dan tarikan.(1)

Secara klinis, fraktur dapat dibedakan menjadi fraktur tertutup, fraktur terbuka dan
fraktur dengan komplikasi. Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai
hubungan dengan dunia luar, sedangkan fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai
hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk
from within (dari dalam) atau from without (dari luar). Sedangkan fraktur dengan
komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi diantaranya early, immediate
dan late komplikasi.

Saat ini dengan meningkatnya aktivitas manusia seperti melakukan perjalanan


melalui darat, air dan udara, aktivitas industri dan olahraga rekreasi kompetitif, maka
dapat dikatakan saat ini adalah zamannya injury ataupun zamannya trauma. Insiden
terjadinya trauma meningkat dan akan terus meningkat. Trauma merupakan pembunuh
nomor satu pada usia muda di Amerika Utara. Perkiraan biaya tahunan untuk trauma di
Amerika Utara sekitar 160 miliar dolar. Hampir 10% dari pasien rawat inap merupakan
korban trauma. Dua pertiga pasien mengalami permasalahan sistem muskuloskeletal
termasuk fraktur, dislokasi dan kerusakan jaringan lunak.(2)

Salah satu jenis fraktur yang sering terjadi adalah fraktur radius distal dan
mempunyai insiden yang cukup tinggi diantara jenis-jenis fraktur lainnya. Umumnya
fraktur radius distal terjadi pada tulang radius bagian ujung (mendekati sendi wrist).
Dapat terjadi Pada remaja dan hingga orang tua 15-60 thn. Fraktur radius distal juga
merupakan salah satu fraktur yang paling tinggi menyebabkan morbiditas pada
pasien. Deformitas/perubahan bentuk, dan kekakuan sendi pergelangan tangan
merupakan komplikasi terbesar dari fraktur radius distal.
2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

II. Definisi

Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa terjadi
pada pergelangan tangan. Umumnya sering terjadi karena jatuh dalam keadaan
tangan menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Bila seseorang
jatuh dengan tangan yang menjulur, tangan akan tiba-tiba menjadi kaku, dan
kemudian menyebabkan tangan memutar dan menekan lengan bawah. Jenis luka
yang terjadi akibat keadaan ini tergantung usia penderita. Pada anak-anak dan lanjut
usia, akan menyebabkan fraktur tulang radius. Fraktur radius distal merupakan 20%
dari seluruh kejadian fraktur pada dewasa. Abraham Colles adalah orang yang
pertama kali mendeskripsikan fraktur radius distal pada tahun 1814 dan sekarang
dikenal dengan nama fraktur Colles. Ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan
pada manula, insidensinya yang tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis
pasca menopause. Karena itu pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh
pada tangan yang terentang. Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan
berusaha menahan badan dalam posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan ke
daerah metafisis radius distal yang akan menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana
garis patah berjarak 2 cm dari permukaan persendian pergelangan tangan. Fragmen
bagian distal radius dapat terjadi dislokasi ke arah dorsal maupun volar, radial dan
supinasi. Gerakan ke arah radial sering menyebabkan fraktur avulsi dari prosesus
styloideus ulna, sedangkan dislokasi bagian distal ke dorsal dan gerakan ke arah
radial menyebabkan subluksasi sendi radioulnar distal. Gerakan tangan dan
pergelangan tangan terasa nyeri. Komplikasi yang sering terjadi adalah kekakuan dan

deformitas (perubahan bentuk), jika pasien mendapat penanganan terlambat.(3)


3

Penilaian awal mencakup riwayat mekanisme cedera, status neurovaskular tangan,


pemeriksaan fisik umum pasien, termasuk evaluasi sendi yang terluka, sendi diatas
dan dibawahnya dan evaluasi radiologis yang sesuai juga bisa menggunakan CT-Scan
jika tersedia. Pilihan pengobatan termasuk manajemen konservatif, internal fiksasi
dengan pin, bridging dan non-bridging external fiksasi, dorsal atau volar platting
dengan / tanpa bantuan arthroscopy.

EPIDEMIOLOGI
Fraktur radius distal adalah salah satu fraktur yang paling umum dari
ekstremitas atas. Lebih dari 450.000 terjadi setiap tahun di Amerika Serikat. Fraktur
radius distal mewakili sekitar seperenam dari semua patah tulang yang dirawat di
bagian gawat darurat. Insiden fraktur radius distal pada usia tua selalu berhubungan
dengan osteopenia dan naik dalam insiden dengan bertambahnya usia, hampir secara
paralel dengan peningkatan kejadian patah tulang pinggul. Fraktur radius distal yang
terjadi pada usia muda, disebabkan oleh trauma. Baik karena kecelakaan lalu lintas
ataupun terjatuh dari ketinggian.

Faktor resiko fraktur radius distal pada orang tua termasuk penurunan tulang
mineral, jenis kelamin perempuan, ras kulit putih, riwayat keluarga, dan menopause

dini.(3)

ANATOMI

Gambar 1. Anatomi radius distal (4).


4

Radius distal terdiri dari atas tulang metaphysis (Cancellous), Scaphoid facet
dan Lunate Facet, dan Sigmoid notch, bagian dari metaphysis melebar kearah distal,
dengan korteks tulang yang tipis pada sisi dorsal dan radial.

Permukaan artikular memiliki permukaan cekung ganda untuk artikulasi


dengan baris karpal proksimal (skafoid dan fossa lunate), serta kedudukan untuk
artikulasi dengan ulna distal. 80 % dari beban aksial didukung oleh radius distal dan
20% ulna dan kompleks fibrocartilage segitiga (TFCC).

Radius distal mengandung permukaan sendi yaitu :


1. Facet skafoid
2. Facet lunatum
3. Sigmoid notch
Skafoid merupakan sisi lateral dari distal radius, sisi medial dari distal radius yaitu
sigmoid notch dan facet lunatum.

DRUJ ( distal radioulnar joint )


Sisi distal dari ulna berartikulasi dengan radius distal dan merupakan tempat
melekatnya kompleks ligamentum triangular fibrocartilage.

Radius distal terbagi menjadi 3 kolum, yaitu :


1. Kolum lateral
2. Kolum medial : terbagi menjadi sisi dorsal dan sisi medial
Kedua kolum ini berkorelasi secara anatomis dengan facet dari tulang schapoid dan
facet dari tulang lunatum.

Patofisiologi :
Pada kebanyakan aktifitas, sisi dorsal dari radius distal cenderung mengalami
tension, sisi volar dari radius distal cenderung mengalami kompresi, hal ini
disebabkan oleh bentuk integritas dari korteks pada sisi distal dari radius, dimana sisi
dorsal lebih tipis dan lemah sedangkan pada sisi volar lebih tebal dan kuat. Beban
5

yang berlebihan dan mekanisme trauma yang terjadi pada pergelangan tangan akan
menentukan bentuk garis fraktur yang akan terjadi.

Cedera yang berkaitan dengan fraktur :


Lebih dari 68 persen dari fraktur pada radius distal dan ulna memiliki korelasi
dengan cedera jaringan lunak, seperti robekan parsial dan total dari TFCC, ligament
schapolunatum, dan ligament lunotriquetral.

MEKANISME CEDERA
Mekanisme umum fraktur radius distal pada usia muda termasuk jatuh dari
ketinggian, kecelakaan kendaraan bermotor, atau cedera karena olah raga. Pada orang
tua, fraktur radius distal sering timbul dari mekanisme energi yang rendah, seperti
terjatuh pada saat berjalan, ataupun terpeleset. Mekanisme cedera yang paling umum
terjadi adalah jatuh ke tangan terulur dengan pergelangan tangan dalam dorsofleksi.
Fraktur radius distal terjadi ketika dorsofleksi pergelangan tangan bervariasi antara 40
dan 90 derajat, dengan derajat yang lebih rendah dari gaya yang dibutuhkan pada
sudut yang lebih kecil. Impaksi pada tulang metaphysis distal radius terhadap tulang
karpal juga sering terjadi. Selain itu, kekuatan

dari mekanisme trauma juga sering mengakibatkan keterlibatan permukaan artikular.


Mekanisme dengan energi tinggi (misalnya, trauma kendaraan/kecelakaan lalu lintas)
dapat mengakibatkan pergeseran atau fraktur yang sangat kominutif (fraktur lebih
dari tiga fragmen) dan mengakibatkan sendi wrist tidak stabil.

EVALUASI KLINIS
Dari klinis pasien biasanya terlihat dengan deformitas berupa dinner fork
deformity biasa terjadi pada colles fracture, dengan gambaran seperti garpu makan,
dimana distal dari radius displaced (bergeser) kearah dorsal. Dapat juga berupa
garden spade biasa terjadi pada smith fracture dimana distal dari radius displaced
(bergeser) kearah volar. Pergelangan tangan biasanya juga bengkak dengan
6

hematoma, nyeri tekan dan keterbatasan dalam melakukan gerakan. Siku ipsilateral
dan bahu juga harus diperiksa untuk cedera terkait. Penilaian terhadap neurovaskular
juga harus dilakukan, dengan perhatian khusus pada fungsi saraf median. Gejala
sindroma karpal tunnel juga kadang terjadi (13 % sampai 23 %) karena posisi paksa
hiperekstensi dari pergelangan tangan, trauma langsung dari fragmen fraktur,
pembentukan hematoma, atau peningkatan tekanan kompartemen.

EVALUASI RADIOLOGI
Posisi Anteroposterior dan Lateral dari wrist joint/pergelangan tangan harus
dilakukan. Bahu atau siku juga harus dievaluasi radiologi foto pergelangan tangan
kontralateral juga biasa dilakukan untuk dapat membantu menilai sudut ulnar varians
dan sudut scapholunate.

Computed tomography scan dapat membantu untuk menunjukkan tingkat keterlibatan


intraartikular.

Penilaian Radiologi normal.


• Radial Inclination : rata-rata 23 derajat (kisaran, 13-30 derajat).

• Radial Length : rata-rata 11 mm (rentang, 8 sampai 18 mm).

• Palmar (volar) tilt : rata-rata 11 sampai 12 derajat (kisaran, 0-28 derajat).

• Ulnar Variance: kurang lebih 1 mm(6)

Gambar 2. Penilaian radiologi normal radius distal.(4)


7

KLASIFIKASI RADIUS DISTAL FRAKTUR


Frykman Classification

Gambar 4. Klasifikasi radius distal fraktur oleh frykman (1967).


Klasifikasi ini berdasarkan biomekanik serta uji klinik, juga memisahkan antara intra
dan ekstra artikular serta ada tidaknya fraktur pada ulna distal. Pada klasifikasi ini
nomor yang lebih besar menunjukkan fase penyembuhan yang lebih rumit dan
prognosa yang lebih jelek.

1. Tipe 1 : Fraktur distal radius dengan garis fraktur extra articular.

2. Tipe 2 : Tipe 1 + Fraktur prosesus styloid radius.

3. Tipe 3 : Tipe 1 + Fraktur permukaan sendi radiocarpalia.

4. Tipe 4 : Tipe 3 + Fraktur prosesus styloid radius.

5. Tipe 5 : Fraktur distal radius dengan garis melewati sendi radio ulnar distal.

6. Tipe 6 : Tipe 5 + Fraktur prosesus styloid radius.

7. Tipe 7 : Tipe 5 + Fraktur permukaan sendi radiocarpalia.


8

TERAPI/PENGOBATAN
Semua pasien dengan radius distal fraktur umumnya selalu ditangani dengan
reposisi tertutup dan imobilisasi dengan gyps/cast, kecuali pasien dengan open fraktur
ataupun kondisi fragmen fraktur yang tidak memenuhi kriteria acceptable.

Jika fraktur stabil dan hasil reduksi baik, maka tidak diperlukan tindakan
operasi lanjutan. Jika fraktur dinilai tidak stabil, dinilai dari pergeseran (displaced)
dari fragmen setelah dilakukan tindakan reduksi tertutup, maka dapat
dipertimbangkan tindakan operatif.

Tujuan dari pengobatan:

 Mempertahankan fungsi tangan dan pergelangan tangan


 Mengatur kembali anatomi normal osseus
 Mempercepat penyembuhan tulang
 Menghindari komplikasi
 Membuat ROM dini finger dan elbow.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Terapi/pengobatan termasuk :


Pola fraktur.

Faktor lokal : kualitas tulang, cedera jaringan lunak, fraktur kominusi (fraktur
lebih dari 3 fragmen), Displaced (pergeseran) dari fraktur, dan energi dari
cedera .
Faktor pasien : usia pasien fisiologis, gaya hidup, pekerjaan, dominasi tangan,
kondisi medis yang terkait, cedera terkait, dan kepatuhan.

Secara radiologi, posisi radius dikatakan acceptable/dapat diterima, jika :


1. Panjang Radial : 2 sampai 3 mm dari pergelangan tangan kontralateral .
9

2. Palmar tilt : tilt netral (0 derajat).

3. Intraartikular step - off : < 2 mm.

4. Radial Inclination : < kehilangan 5 derajat.

TINDAKAN NON OPERASI(5,6,7)

Semua fraktur harus dilakukan reduksi tertutup, jika diperlukan juga. Reduksi
fraktur membantu untuk mengurangi bengkak setelah fraktur, memberikan
penghilang rasa sakit, dan mengurangi kompresi pada saraf median.

Indikasi untuk Pengobatan tertutup (Non-Operasi)

 Low-energy fraktur
 Low demand pasien
 Komorbiditas Medis
 Displacement seminimal mungkin yang masih dapat diterima

Imobilisasi cast/gyps, diindikasikan untuk :


Nondisplaced atau patah tulang radius dengan pergeseran minimal.

Displaced fraktur dengan pola fraktur yang stabil diharapkan dapat sembuh
dalam posisi radiologi yg acceptable/dapat diterima.

Dapat juga digunakan blok hematom dengan menggunakan analgetik, berupa


lidocain, ataupun juga berupa sedasi.
10

Teknik reduksi tertutup : (3)

Fragmen distal pada posisi hyperekstensi.

Traksi dilakukan untuk mengurangi pergeseran pada bagian distal terhadap


proksimal fragmen, dengan melakukan penekanan pada distal radius.
Kemudian dilakukan pemasangan gyps (cast), dengan pergelangan tangan
dalam posisi netral dan sedikit fleksi.
Posisi ideal lengan, durasi imobilisasi, dan cast yang digunakan, apakah long
arm cast, ataupun short arm cast, masih kontroversial, tidak ada studi
prospektif yang telah menunjukkan keunggulan satu metode di atas yang lain.

Fleksi pergelangan tangan yang ekstrim harus dihindari, karena meningkatkan


tekanan karpal kanal (dan kompresi saraf median) serta kekakuan jari tangan.
Fraktur yang membutuhkan pergelangan tangan fleksi ekstrim untuk
mempertahankan reduksi mungkin memerlukan fiksasi operatif.

Gips harus dipakai selama kurang lebih 6 minggu atau sampai sudah terlihat
proses penyembuhan dari radiologi. Pemeriksaan radiologi juga Sering
diperlukan untuk mendeteksi hilangnya reduksi.
11

Gambar 6. Tehnik Reduksi tertutup pada fraktur radius distal. (3)

OPERASI
Indikasi :
Cedera energi tinggi

Cedera terbuka

Kehilangan reduksi

Artikular kominutif, step-off, atau gap

Metaphyseal kominutif atau adanya bone loss (bagian fragmen tulang yang
hilang)

Kehilangan dinding penopang bagian volar disertai pergeseran (displaced)


12

Terganggunya posisi DRUJ (Distal Radial Ulnar Joint).

TINDAKAN OPERASI(6,7,8)

ORIF (Fiksasi Interna dgn plate & Screw)


ORIF berguna untuk peningkatan fragmen artikular yang tertekan dan okulasi
tulang defek metafisis, dan juga diperlukan jika fragmen artikular tidak dapat
dikurangi secara memadai dengan perkutaneus. Fiksasi dengan plate adalah tindakan
primer untuk fraktur yang tidak stabil dari volar dan medial kolum dari distal radius.
Distal radius plate dikategorikan berdasarkan lokasi dan tipe dari plate. Lokasinya
bisa dorsal medial, volar medial dan radial styloid. Pendekatan kombinasi diperlukan
untuk fraktur energi tinggi dengan impaksi aksial yang signifikan.

Prinsip dari penanganan radius distal adalah mengembalikan fungsi dari sendi
pergelangan tangan (wrist joint). Plate yang konvensional dapat digunakan buttress
ataupun neutralization plate, plate dengan locking screw juga kini sering digunakan,
umumnya untuk tulang yang sudah mengalami pengeroposan (osteoporosis).

Gambar 7,8. Contoh plating pada radius distal fraktur,dan penggunaan konvensional

plate 3dan screw.(4)


13

PINNING PERKUTANEUS

Pinning secara perkutan : ini terutama digunakan untuk fraktur ekstraartikular


atau dua bagian fraktur intraartikular.

Ini dapat dicapai dengan menggunakan dua atau tiga buah Kirschner wire
ditempatkan pada lokasi fraktur, umumnya dari styloid radial, diarahkan
proksimal dan dari sisi dorsoulnar dari fragmen radial distal diarahkan
proksimal.

Pinning perkutan umumnya digunakan untuk melengkapi short arm cast atau fiksasi
eksternal. Pin dapat dicabut 3 sampai 4 minggu setelah operasi, dengan tambahan
gyps dipertahankan 2 sampai 3 minggu.

Gambar 9. Berbagai tehnik perkutaneus pinning pada fraktur radius distal

dengan menggunakan kirschner wire.(3)


14

FIKSASI EKSTERNAL

Penggunaannya telah berkembang dalam popularitas didasarkan pada studi


yang menghasilkan tingkat komplikasi yang relatif rendah.
Fiksasi Eksternal di bagi dua, yaitu Spanning dan Non-Spanning. Fiksasi
Spanning adalah fiksasi yang memperbaiki fraktur radius distal dengan
merentang carpus, yaitu fiksasi ke dalam radius dan metacarpal. Sedangkan
Fiksasi Non-Spanning adalah fiksasi yang memperbaiki fraktur radius distal
dengan mengamankan pin pada radius saja, proksimal dan distal ke lokasi
fraktur.
Spanning fiksasi eksternal

Ligamentotaxis digunakan untuk mengembalikan panjang radial dan


kecenderungan radial, tapi jarang mengembalikan palmar tilt.

Fiksasi eksternal saja mungkin tidak cukup stabil untuk mencegah beberapa
derajat kolaps dan hilangnya palmar tilt selama penyembuhan.
Overdistraksi harus dihindari karena dapat menyebabkan jari kaku dan dapat
diakui oleh peningkatan jarak interkarpal pada fluoroskopi intraoperatif.

Pin dapat di remove pada 3 sampai 4 minggu, meskipun sebagian besar


merekomendasikan 6 sampai 8 minggu fiksasi eksternal.
Kerugian Eksternal Fiksasi

 Besar
 Sekrup yang buruk menahan porosis dan kerut
 Sekrup tidak menopang
 Lebih invasif
15

FIKSASI AJUVAN

Tambahan graft mungkin autograft, allograft, ataupun synthetic graft.

Ajuvan Kirschner kawat fiksasi dapat membantu untuk fragmen yang lebih
kecil.

ARTHROSKOPI
Keuntungan dari penggunaan arthroskopi adalah

1. mengurangi ketidaksesuaian artikular


2. mendiagnosis lesi jaringan lunak terkait
3. invasif minimal
Fraktur yang dapat mengambil manfaat paling banyak dari Arthroskopi ajuvan
adalah:

(1). Fraktur artikular kompleks tanpa metaphyseal kominusi, terutama fraktur dengan
fragmen impaksi central; dan

(2). Fraktur radius distal dengan cedera TFCC (Triangular Fibrocartilage

Complex).(5,6,7,8)

KOMPLIKASI

 Malunion
 Infeksi pin
 RSD / arthrofibrosis
 Kekakuan jari
 Kehilangan reduksi; awal vs terlambat
 Tendon pecah
16

BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : MR. OA

Usia : 42 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Naibonat

Agama : Kristen Protestan

Status pernikahan : Menikah

Tanggal MRS ruangan : 04/06/2019

No Rekam Medik : 513996

3.2 Anamnesis dan Pemeriksaan


3.2.1 Anamnesis

Keluhan utama : lengan kiri bawah terkena mesin perontok padi pagi ini sebelum
dibawa ke rumah sakit.

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien merupakan rujukan dari RSUD Naibonat dengan keluhan lengan kiri bawah
terkena mesin perontok padi pada jam 11.00 (1/6/19) dengan diagnosa open fracture
Os. Radius 1/3 distal S. Menurut pasien saat sedang menahan batang padi dengan
karung, tangan pasien ikut tertarik masuk ke mulut mesin perontok padi dan terkena
baling-balingnya.

Saat ini pasien mengeluhkan nyeri pada lengan kiri bawah serta jari-jari tangan kiri
terasa kaku dan nyeri saat di gerakkan

Riwayat Penyakit Dahulu : Setelah tangan pasien terkena mesin perontok padi, pasien
langsung segera dibawa ke PKM Fatukanutu dan dirujuk lagi ke RSUD Naibonat,
saat itu luka hanya dibalut dengan kasa, pada sekitar pukul 19.00 (1/6/19) luka
dijahit, pasien juga telah mendapatkan IVFD RL 500 cc 20 tpm, Inj. Ceftriaxone 1 gr
17

IV, Inj. Ketorolac 30 mg IV, Inj. Asam Tranexamat 500 mg IV. Pasien tiba di RSUD
Johannes 02.10 (2/6/19) dan telah mendapat Inj. Ketorolac 30 mg IV dan Inj.
Ranitidine 50 mg IV.

Riwayat Penyakit Keluarga :Tidak ada.

Riwayat alergi : Tidak ada.

3.2.2 Pemeriksaan Fisik (04 Juni 2019)

 Primary Survey
 A: Clear & Patent
 B: Pengembangan dinding dada simetris D=S, reguler, pernapasan
vesikuler, RR: 20x / menit
 C: TD: 120/70 mmHg, HR: 80x / minute, CRT <2 detik
 D: Alert, Pupil bulat, Isokor, Φ 2mm / 2mm, RCL (+ / +), RCTL (+ / +)
 E: Tampak lengan kiri bawah tertutup kasa dan terpasang sepasang palk,
multple vanus aceratum pada manus dorsum manus sinistra.

 Secondary Survey

 Keadaan Umum: tampak sakit sedang


 Kesadaran: Compos Mentis (GCS E4V5M6)
 Kepala : normocephal, rambut tidak mudah rontok/dicabut, wajah simetris.
 Kulit: Sianosis (-), ikterik (-), pucat (+)
 Mata: Konjungtiva tampak pucat (-/-), sklera tampak ikterik (-/-), perdarahan
konjungtiva (-/-), pupil isokor, reflek cahaya langsung dan tidak langsung (+/+).
 Telinga : Deformitas daun telinga (-/-),otorea (-/-)
 Hidung : sekret (-/-), epistaksis (-/-)
 Mulut: Sianosis (-), bibir tampak lembab, perdarahan gusi (-), mukosa merah
muda, lidah bersih.
 Leher: Perbesaran kelenjar tiroid (-), perbesaran KGB (-), peningkatan tekanan
vena jugularis (-)
 Pulmo: Suara nafas vesikuler : ronki : wheezing :

 Jantung: S1–S2 tunggal, reguler, tidak terdengar murmur ataupun gallop


 Abdomen: distensi (-), terdengar bising usus, kesan normal, nyeri tekan (-),
18

timpani all regio, hepar dan lien sulit dievaluasi


Ekstremitas
 Akral hangat, CRT <2 detik

Status Lokalis
L: Lengan kiri bawah nampak tertutup kasa dan terpasang sepasang spalk dengan
rembesan (+), multiple vulnus laseratum at manus sinistra
setelah kasa dan spalk di lepas nampak vulnus laseratum yang telah dijahit pada volar
manus S sepanjang ± 7 cm, edema (+)
F: Hangat, nyeri tekan (+), krepitasi (+)
M: ROM terbatas karena nyeri dan rasa kaku

3.3 Pemeriksaan Penunjang (14/07/2018)


19

Hb:11.5 g/dL

RBC: 3850000

Leukosit: 146400

Trombosit: 233000

3.4 Diagnosis : Closed Fracture radius distal sinistra

3.5 Terapi :

 IVFD RL 20tpm
 Inj. Ceftriaxon 2 x 1gr/iv
 Inj.Ketorolac3x30 mg/iv
 Inj. Ranitidin 2x50mg/iv
 Puasa

3.5 Follow Up
05/06/2019 06/06/2019 07/06/2019
nyeri berkurang pada nyeri berkurang pada
tangan kiri dan kelima tangan kiri dan kelima
jari tgn kiri (+) gerak jari tgn kiri (+) terasa
Nyeri pada tangan kiri dan
masih terbatas karena keram pada tgn kiri td
S kelima jari tangan kiri, sulit
nyeri, malam.
digerakkan karena nyeri
Makan baik, minum Makan baik, minum
baik, BAB/BAK baik, BAB/BAK
normal sprti biasa. normal sprti biasa.
20

- TD : 120/80 mmHg - TD : 110/80 mmHg - TD : 120/80 mmHg


- N : 80 x/menit - N : 76 x/menit - N : 80 x/menit
- RR : 18 x/menit - RR : 20 x/menit - RR : 20 x/menit
- S : 36.80 C - S : 36,60 C - S : 370 C
- Mata : konjungtiva anemis - Mata : konjungtiva - Mata : konjungtiva
(-/-), SI (-/-) anemis (-/-), SI (-/-) anemis (-/-), SI (-/-)
- Pulmo : ves (+/+), rh (-/-), - Pulmo : ves (+/+), rh - Pulmo : ves (+/+), rh
O
wh (-/-) (-/-), wh (-/-) (-/-), wh (-/-)
- Cor : S1S2 tunggal, - Cor : S1S2 tunggal, - Cor : S1S2 tunggal,
regular, murmur (-), regular, murmur (-), regular, murmur (-),
gallop(-) gallop(-) gallop(-)
- Abdomen : nyeri tekan (-) - Abdomen : dbn - Abdomen : dbn
- Ekstremitas : akral hangat, - Ekstremitas : akral - Ekstremitas : akral
CRT < 2 detik hangat, CRT < 2 detik hangat, CRT < 2 detik
 Fraktur Tertutup  Fraktur Tertutup  Fraktur Tertutup
Radius Distal Sinistra Radius Distal Radius Distal
Post Debridement dan Sinistra Post Sinistra Post
A
Orif K-Wire Debridement dan Debridement dan
Orif K-Wire (H- Orif K-Wire (H-
2) 3)
 IVFD RL 20tpm  IVFD RL 20tpm  IVFD RL 20tpm
 Drip kcl 25 meq dlama  Drip KCL STOP  Ranitidine 2x50 mg
wida KN2 dlm 8 jam  Ranitidine 2x50 mg IV
 Ranitidine 2x50 mg IV IV  Inj ceftriaxone 2x1
P  Inj ceftriaxone 2x1 gr  Inj ceftriaxone 2x1 gr IV
IV gr IV  Inj ketorolac 3 x 30
 Inj ketorolac 3 x 30 mg  Inj ketorolac 3 x 30 mg IV
IV mg IV  Ganti verban /hari
 Rontgen post orif wrist  Mobilisasi wrist
AP lateral sinistra
21

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Edisi ketiga, Yarsif Watampore,
Jakarta, 2007; 355-357

2. Norvell J G, Kulkarni R. Tibial and Fibular Fracture. Diakses di


http://emedicine.medscape.com/article/826304-overview

3. Duncan Scott F. M., Weiland J. Andrew , Hand Surgery, 1st Edition USA : Lippincot
and Williams;2004 ; 15:248-272

4. Nana D. Arvind, Joshi Atul, Licthman M. David, Plating of the Distal Radius, Journal
of the American Academy of Orthopaedic Surgeon, 2005 ; Vol.13; 3:159-171

5. MA,Murray Jayson, MPH Gross Leeaht, Treatment of Distal Radius Fractures, Journal
of the American Academy of Orthopaedic Surgeons, 2013; Vol. 21; 8:502-505

6. Bucholz W. Robert, Heckman D. James, Brown-Court Charles, Rockwood and


Green’s Fracture in Adults, 6th Edition USA : Lippincot Williams & Wilkins; 2006;
26:910-952

7. Licthman M. David, Bindra R. Randipsingh, Boyer I. Martin et.all, Treatment of Distal


Radius Fractures, Journal of The American Academy of Ortrhopaedic Surgeons, 2010;
Vol. 18; 3:180-187

8. Jupiter B. Jesse, Complex Articular Fractures of the Distal Radius: Classification and
Management, Journal of The American Academy of Ortrhopaedic Surgeons, 1997; Vol
5; 3:119-129

9. Reksoprodjo Temyang Faiza Arlis, Himpunan Makalah Soelarto Reksoprodjo, Juli


2006, Hal: 203-204.

10. Nellans W. Kate, Kowalski Evan, BS, and Chung C. Kevin, The Epidemiology of
Distal Radius Fracture, University of Michigan Health System. Elsevier inc., 2012.

Anda mungkin juga menyukai