FT MUSCULOSKELETAL
“MANAJEMEN FISIOTERAPI PADA
KASUS POST FRAKTUR
MONTEGGIA”
OLEH:
ANDI NANDA TENRI BULAN
ERWIN ERIANTO
MELISA AMELIA
NOVIANTI BONTONG
RENI ANDRIANI
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan
ulna yang disebabkan oleh cedera pada lengan bawah baik trauma langsung
maupun trauma tidak langsung (Noor, 2012). Fraktur adalah suatu perpatahan
pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin tidak lebih dari suatu
fragmen tulangnya bergeser. Jika kulit diatasnya masih utuh disebut fraktur
tertutup, sedangkan jika salah satu rongga tubuh tertembus disebut fraktur terbuka
(Aplay, 1993).
merupakan cedera yang tidak stabil, fraktur non dislokasi jarang terjadi. Stabilitas
fraktur bergantung pada jumlah energi yang diserap selama cedera dan gaya otot
tujuan utamanya tercapai manusia yang sehat, promotif dan berprestasi Untuk
mencapai tujuan itu dan luasnya spektrum pelayanan dimana Fisioterapi terlibat
mengarah pada spesialisasi pada bidang pelayanan yang utama yaitu bidang
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Biomekanik
yang kuat. Oleh karena itu,patah yang hanya mengenai satu tulang agak
jarang terjadi atau bila patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu
itu, radius dan ulna dihubungkan oleh ototantar tulang, yaitu m. supinator,
supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yangberinsersi pada radius
lunatumdan navikulare ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian distal ke
sebelah volar dandorsal, dan ligamen radiokarpal kolateral ulnar dan radial.
Antara radius dan ulnaselain terdapat ligamen dan simpai yang memperkuat
complex).
serta gerakan deviasi radial dan ulnar. Gerakan fleksi dan ekstensi dapat
mencapai 90º oleh karena adanya dua sendiyang bergerak yaitu sendi
atas dua buah tulang yaitu os radius dan os ulna. Os radius dan ulna secara
berdampingan dengan satu sama lain saling me-nunjuk pada arah yang
terjadi pada regio antebrachii menimbulkan efek pada kedua tulang tesebut
beserta ligamen yang melekat pada os radius dan os ulna. Seperti dikatakan
dua kerucut (cones) yang ujungnya sejajar, hal ini memungkinkan gerakan
supinasi dan pronasi dengan radius bergulir di sekitar ulna. Hal ini
disertai oleh fraktur atau dislokasi dari tulang regio antebrachii lainnya.
B. Tinjauan Kasus
distal
kapitulum radius
arah dari apeks ulna yang mengalami fraktur serta arah dari dislokasi caput
1. Tipe 1: dislokasi anterior caput radii disertai fraktur dari diafisis ulna pada
dengan fraktur metafisis os ulna. Tipe ini paling sering terjadi pada anak-
anak.
4. Tipe 4: dislokasi caput radii ke arah anterior disertai dengan fraktur dari
seper- tiga proksimal ulna dan fraktur dari os radius pada level yang sama.
2. Fraktur Monteggia
a) Definisi
ekstensi (lebih sering) dan tipe fleksi. Pada tipe ekstensi gaya yang
posterior.
b) Etiologi
pada gerakan pronasi Dan jika siku dalam keadaan fleksi maka
posterior dari siku. Bado percaya bahwa lesi tipe III terjadi akibat
gaya lateral pada siku sering terjadi pada anak-anak. Secara esensi,
Struktur pada forearm tertaut secara baku. Dan jika ada satu
c) Patofisiologi
elektronegatif.
d) Gambaran Klinis
ulna biasanya nampak sangat jelas, akan tetapi dislokasi dari caput
nyeri pada sisi lateral dari siku. Pergelangan tangan dan tangan
nervus radialis.
2. Tipe Fleksi
Penanganan Medis
capitellum.
Penanganan Fisioterapis
A. Identitas Pasien
Usia : 21th
B. History Taking
badan pasien
a. X-ray
b. Pemberian GIPS
c. Tindakan operasi
C. Inspeksi/Observasi
1. Inspeksi
2. Palpasi
lengan bawah)
D. Pemeriksaan Gerak
1. Gerak Aktif
a. Fleksi : Normal
b. Ekstensi : Normal
c. Supinasi : Terbatas
d. Pronasi : Normal
2. Gerak Pasif
E. Pemeriksaan Spesifik
1. ROM
a. Fleksi : 1450
b. Ekstensi : 150
c. Supinasi : 400
d. Pronasi : 400
Melawan Gravitasi)
Melawan Gravitasi)
Melawan Gravitasi)
Melawan Gravitasi)
4. Pemeriksaan Neurologis
1. Problematic Fisioterapi
b. Activity Limitation
c. Partisipan Restriction
Adanya atrofi dan nyeri tekan pada area fraktur sehingga tidak mampu
INTERVENSI FISIOTERAPI
A. Intervensi
Hold Relax
dan disertai dengan fase rileksasi, maka ketegangan otot dan spasme
akan berkurang. Hal tersebut ditambah dengan mekanisme penguluran
kembali.
karena jika suatu tahanan diberikan pada otot yang berkontraksi, maka
akibat hasil adaptasi saraf dan peningkatan serat otot (Brotzman, 2006)
tanpa adanya rasa takut. Semakin banyak pasien tersebut bergerak dan
meningkat.
B. Evaluasi
Evaluasi Sesaat
Evaluasi Berkala
Pengukuran ROM
Test gerak pasif
Test Palpasi
DAFTAR PUSTAKA
Medstellar 4:42 PM
(diakses pada tanggal 13 Januari 2020)
http://eprints.ums.ac.id/36748/3/BAB%20I.pdf
(diakses pada tanggal 13 Januari 2020)
https://dokumen.tips/download/link/penatalaksanaan-fisioterapi-pada-kondisi-
post-fraktur-penatalaksanaan-fisioterapi
(diakses pada tanggal 14 Januari 2020)