MAKALAH
Disusun Oleh:
Adetia Putri Kartika J130185029
Indah Septia Novilia J130185033
Miftahul Jannah J130185045
Elvindiani Novitasari J130185112
Muhammad Iqbal Hamid J130185104
Albar Miftachul Falah J130185046
Disusun oleh :
Adetia Putri Kartika J130185029
Indah Septia Novilia J130185033
Miftahul Jannah J130185045
Elvindiani Novitasari J130185112
Muhammad Iqbal Hamid J130185104
Albar Miftachul Falah J130185046
Makalah ini telah disetujui oleh pembimbing guna memenuhi tugas praktik Program
Studi Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Pada tanggal __ Februari 2019
Clinical Educator,
ii
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 4
A. Definisi ................................................................................................... 4
B. Etiologi ................................................................................................... 4
C. Anatomi Jantung..................................................................................... 4
1. Letak Jantung ....................................................................... 4
2. Dinding Jantung ................................................................... 5
3. Rongga Jantung ................................................................... 6
4. Katup Jantung ...................................................................... 6
5. Pembuluh Darah .................................................................. 7
D. Anatomi Otot-Otot Thoraks .......................................................... 8
E. Patogenesis .................................................................................... 9
F. Patologi.......................................................................................... 11
G. Manifestasi Penyakit Jantung Rematik ......................................... 12
H. Temuan Makrospik ....................................................................... 13
I. Temuan Mikroskopik .................................................................... 15
J. Pendekatan Diagnosis ................................................................... 15
K. Problematikan Post Operasi Mitral valve Replacement dan Trikuspid
Valve Replacement ....................................................................... 17
L. Problematika dan komplikasi katup jantung ................................ 18
v
M. Tindakan Pasca Operasi MVR dan TVR ...................................... 19
1. Breathing Exercise ............................................................... 16
2. Deep Breathing .................................................................... 17
3. Batuk Efektif ........................................................................ 18
4. Fisioterapi Dada ................................................................... 20
5. Latihan ADL ........................................................................ 22
BAB III LAPORAN KASUS .......................................................................... 23
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
|1
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini ialah bagaimana pengaruh intervensi
fisioterapi pada pasien post operasi mitral valve repair dan trikuspid valve repair et
causa penyakit jantung rematik yang meliputi :
1. Apakah pemberian pursed lip breathing efektif dapat meningkatkan ventilasi
saluran pernafasan, meningkatkan kerja otot dan menurunkan spasme otot
pernafasan ?
2. Apakah melakukan batuk efektif dapat membantu mengeluarkan sputum?
3. Apakah general pasif dan aktif exercise dapat memelihara lingkup gerak
sendi, mencegah oedem dan memelihara fisiologis otot ?
4. Apakah pemberian latihan transfer dan ambulasi mampu meningkatkan
kemampuan fungsional pasien?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh
intervensi fisioterapi pada pasien post operasi mitral valve repair dan trikuspid
valve repair et causa penyakit jantung rematik yang meliputi :
1. Pemberian pursed lip breathing dapat meningkatkan ventilasi saluran
pernafasan, meningkatkan kerja otot dan menurunkan spasme otot pernafasan.
2. Pemberian batuk efektif dapat membantu mengeluarkan sputum.
3. Pemberian general pasif dan aktif exercise dapat memelihara lingkup gerak
sendi, mencegah oedem dan memelihara fisiologis otot
4. Pemberian latihan transfer dan ambulasi mampu meningkatkan kemampuan
fungsional pasien.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang pengaruh
intervensi fisioterapi pada pasien post operasi mitral valve repair dan
trikuspid valve repair et causa penyakit jantung rematik.
2. Bagi Institusi
Sebagai sumber wawasan dan sumber informasi tentang pengaruh
intervensi fisioterapi pada pasien post operasi mitral valve repair dan
trikuspid valve repair et causa penyakit jantung rematik.
|2
3. Bagi Fisioterapis
Dapat lebih mengetahui peran fisioterapi dalam mengatasi
permasalahan pada pasien post operasi mitral valve repair dan trikuspid valve
repair et causa penyakit jantung rematik.
|3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Etiologi
Demam Rematik terjadi secara tidak langsung, karena organisme penyebab tidak
dapat diperoleh dari lesi, tetapi banyak penelitian klinis, imunologis dan
epidemiologis yang membuktikan bahwa penyakit ini mempunyai hubungan
dengan infeksi Streptokokus β hemolitik grup A, terutama serotipe
M1,3,5,6,14,18,19 dan 24 (Afif, 2012).
C. Anatomi Jantung
1. Letak Jantung
Jantung, pompa berotot yang terdiri dari serat otot jantung, dapat
dianggap sebagai otot daripada organ. Ini memiliki empat kamar, atau rongga,
dan berdetak rata-rata 60-100 denyut per menit (bpm) atau sekitar 100.000
kali dalam satu hari. Jantung terletak di mediastinum di tengah rongga dada;
Namun, itu tidak tepat terpusat; lebih banyak jantung berada di sisi kiri
mediastinum daripada di kanan.
|4
Dengan ukuran sekepalan tangan dan berbentuk seperti pir terbalik,
jantung terletak tepat di belakang tulang dada. Ujung jantung di tepi bawah
disebut apex (Aaronson, Ward, & Connolly, 2012).
2. Dinding Jantung
Dinding jantung cukup tebal dan terdiri dari tiga lapisan sebagai berikut
(Aaronson et al., 2012).
a. Endokardium
Lapisan dalam jantung yang melapisi ruang jantung. Ini adalah
lapisan yang sangat halus dan tipis yang berfungsi mengurangi gesekan
ketika darah melewati ruang jantung.
b. Miokardium
Lapisan tengah jantung yang tebal dan berotot. Kontraksi lapisan
otot ini mengembangkan tekanan yang dibutuhkan untuk memompa
darah melalui pembuluh darah.
c. Epikardium
Lapisan luar jantung. Jantung tertutup dalam kantung pleura
berlapis ganda, yang disebut perikardium. Epicardium adalah
pericardium visceral, atau lapisan dalam kantung. Lapisan luar kantung
adalah perikardium parietal. Cairan di antara dua lapisan kantung
mengurangi gesekan saat jantung berdetak.
|5
3. Rongga Jantung
Jantung dibagi menjadi empat ruang atau rongga. Ada dua atrium, atau
bilik atas, dan dua ventrikel, atau bilik bawah. Ruang-ruang ini dibagi
menjadi sisi kanan dan kiri oleh dinding yang disebut septum interatrial dan
septum interventrikular. Darah yang kembali ke jantung melalui pembuluh
darah pertama kali terkumpul di atrium. Ventrikel adalah ruang pompa.
Ventrikel memiliki miokardium jauh lebih tebal dan kontraksi ventrikel
mengeluarkan darah dari jantung dan masuk ke pembuluh darah besar
(Aaronson et al., 2012).
4. Katup Jantung
Pada jantung terdapat 4 katup. 4 katup bertindak sebagai gerbang
penahan untuk mengontrol arah aliran darah. Mereka terletak di pintu masuk
dan keluar ke ventrikel. Katup yang berfungsi dengan benar memungkinkan
darah mengalir hanya ke arah depan dengan menghalangi dari kembali ke
ruang sebelumnya.
Empat katup jantung dijabarkan sebagai berikut (Aaronson et al., 2012).
a. Katup Trikuspid
Katup ini mengontrol pembukaan antara atrium kanan dan
ventrikel kanan. Begitu darah memasuki ventrikel kanan, darah itu tidak
bisa mengalir kembali ke atrium. Katup ini memiliki tiga selebaran atau
cusps.
|6
b. Katup Pulmonalis (Katup Semilunar)
Katup dengan semi- yang berarti setengah dan kata –lunar yang
berarti bulan, menunjukkan bahwa katup ini terlihat seperti setengah
bulan. Terletak di antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis, katup ini
mencegah darah yang telah dikeluarkan ke arteri pulmonalis untuk
kembali ke ventrikel kanan saat relaks.
c. Katup Mitral (Katup Bicuspid)
Katup ini menunjukkan bahwa ia memiliki dua puncak. Darah
mengalir melalui katup atrioventrikular ini ke ventrikel kiri dan tidak
bisa naik kembali ke atrium kiri.
d. Katup Aorta
Katup yang terletak di antara ventrikel kiri dan aorta. Darah
meninggalkan ventrikel kiri melalui katup ini dan tidak dapat kembali
ke ventrikel kiri.
5. Pembuluh Darah
Ada tiga jenis pembuluh darah, yaitu arteri, kapiler, dan vena. Ini adalah
pipa yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Lumen adalah saluran di
dalam pembuluh darah di mana darah mengalir (Aaronson et al., 2012).
a. Arteri
Arteri adalah pembuluh darah besar dan berdinding tebal yang
membawa darah menjauh dari jantung. Dinding arteri berisi lapisan
tebal otot polos yang dapat berkontraksi atau rileks untuk mengubah
ukuran lumen arteri. Arteri paru membawa darah terdeoksigenasi dari
ventrikel kanan ke paru-paru. Arteri terbesar, yaitu aorta, dimulai dari
ventrikel kiri jantung dan membawa darah beroksigen ke semua sistem
tubuh. Arteri koroner kemudian bercabang dari aorta dan memberikan
darah ke miokardium. Ketika mereka melakukan perjalanan melalui
tubuh, arteri bercabang menjadi arteri yang berukuran lebih kecil secara
progresif. Arteri terkecil, yang disebut arteriol, mengantarkan darah ke
kapiler.
b. Kapiler
Jaringan pembuluh darah kecil disebut kapiler. Darah arteri
mengalir ke kapiler, dan darah vena mengalir kembali. Kapiler
berdinding sangat tipis, memungkinkan difusi oksigen dan nutrisi dari
|7
darah ke jaringan tubuh. Demikian juga, karbon dioksida dan produk
limbah dapat berdifusi keluar dari jaringan tubuh dan masuk ke aliran
darah untuk dibawa pergi. Darah tidak akan mengalir dengan cepat
melalui arteri dan vena karena kapiler berdiameter sangat kecil. Ini
berarti bahwa darah memiliki waktu untuk pertukaran nutrisi, oksigen,
dan bahan limbah terjadi. Saat darah keluar dari kapiler, darah kembali
ke jantung melalui vena.
c. Vena
Vena membawa darah kembali ke jantung. Kapiler yang
meninggalkan darah pertama kali memasuki venula kecil, yang
kemudian bergabung menjadi vena yang lebih besar. Vena memiliki
dinding yang jauh lebih tipis dari pada arteri, menyebabkannya mudah
runtuh. Vena juga memiliki katup yang memungkinkan darah bergerak
hanya ke arah jantung. Katup ini mencegah darah mengalir kembali,
memastikan bahwa darah selalu mengalir ke jantung. Dua vena besar
yang memasuki jantung adalah vena cava superior, yang membawa
darah dari tubuh bagian atas, dan vena cava inferior, yang membawa
darah dari tubuh bagian bawah. Tekanan darah di vena jauh lebih
rendah daripada di arteri. Tindakan otot melawan vena dan kontraksi
otot rangka membantu dalam pergerakan darah.
|8
1. Pectoralis Mayor
a. Origo : anterior sternum
b. Insersio : lateral sulcus intertubercularis humerus
c. Fungsi : Otot ini membantu gerakan aduksi dan endorotasi tulang
humerus dan menarik scapula ke arah ventral dan kaudal. Jika berfungsi
sendiri: pars clavicularis melakukan fleksi humerus dan pars
sternocostalis melakukan ekstensi humerus.
2. Otot Seratus Anterior
a. Origo : permukaan anterior delapan tulang rusuk atas.
b. Insersio : anterior pinggir scapula.
c. Fungsi : menarik scapula ke arah depan dinding dada.
3. Rectus Abdominis
a. Origo : dipermukaan anterior kartilago costalis 5 – 7, procesus
xiphoidues dan ligament xiphoideus
b. Insersio : ramus inferior osis pubis
c. Fungsi : fleksi trunk dan mengangkat pelvis.
4. Pectoralis Minor
a. Origo : tulang rusuk 3, 4 dan 5
d. Insersio : pinggir medial procesus coracoideus di scapula
e. Fungsi : bila bahu terfiksasi, otot ini akan mengangkat tulang rusuk
(origonya).
|9
E. Patogenesis
reseptor spesifik sel host dan melibatkan proses spesifik seperti pelekatan,
kolonisasi dan invasi. Ikatan permukaan bakteri dengan permukaan reseptor host
adalah kejadian yang penting dalam kolonisasi dan dimulai oleh fibronektin dan
| 10
oleh streptococcal fibronectin-binding proteins (Afif, 2012).
F. Patologi
| 12
G. Manifestasi Penyakit Jantung Rematik
H. Temuan Makroskopik
| 13
jantung menjauh menandakan adanya efusi perikardium (Chin, 2012).
| 14
Gambar 03. Stenosis pada katup aorta ditandai adanya nodul kalsifikasi fokal
(Burke, 2012).
I. Temuan Mikroskopik
| 15
Gambar 04. Sel Anitschkow yang berada di sentral Aschoff bodies. Sel-sel ini
tidak spesifik untuk demam rematik tetapi dapat terlihat dalam kondisi lain. Sel
Anitschkow adalah makrofag.
J. Pendekatan Diagnosis
| 16
Tabel 01. Kriteria Jones.
| 17
mempunyai gambaran dan presentasi klinis Demam Rematik dan Penyakit
Jantung Rematik yang berbeda dibandingkan di negara maju. Poliartritis, eritema
marginatum dan nodul subkutan jarang didapati di negara berkembang
dibandingkan di negara maju, dan artralgia lebih sering ditemui di negara
berkembang dibandingkan dengan poliartritis di negara maju.
- a primary episode of RF
- rheumatic chorea
- chronic RHD.
| 18
Tabel 02. Pada tahun 2002 – 2003 WHO mengajukan kriteria untuk diagnosis
Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik (bersarkan kriteria
Jones yang telah direvisi).
| 21
melakukan operasi jantung akan melemah dan menyerap banyak cairan yang
memungkinkan terjadinya pembengkakan jantung.
6. Chest tube, yaitu tabung drainase pada dada yang digunakan untuk
mengeluarkan darah yang menumpuk setelah penutupan pembedahan.
7. Heart monitor, yaitu alat yang digunakan untuk memantau keadaan jantung,
gambaran irama jantung, tekanan arteri, tekanan nadi, dan nilai - nilai lainnya.
Setelah dirawat di ICU, pasien dibawa ke ruang pemulihan dalam
beberapa hari. Pasien dan keluarga pasien diajarkan cara merawat luka pasca
bedah dan latihan untuk mempercepat pemulihan kemampuan fisik. Kemudian
pasien diperbolehkan kembali ke rumah (Dewanti, 2014).
N. Fisioterapi Pasca Operasi MVR dan TVR
Permasalahan yang biasanya dialami oleh pasien setelah operasi
penggantian katup aorta seperti nyeri bekas luka incisi, sesak napas karena
penumpukan sputum, dan penurunan Activity Daily Living (ADL) seperti transfer
dan ambulasi dapat diberikan penatalaksanaan fisioterapi sebagai berikut.
1. Breathing Exercise
Latihan napas berupa purse lips breathing. Tujuan latihan pernapasan
adalah untuk mengatur frekuensi dan pola napas, memperbaiki fungsi
diafragma,memperbaiki mobilitas sangkar thorak dan mengatur kecepatan
pernapasan sehingga bernapas lebih efektif. Latihan ini meningkatkan inflasi
alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan kecemasan,
menyingkirkan pola aktivitas otot-otot pernapasan yang tidak berguna dan
tidak terkoordinasi, melambatkan frekuensi pernapasan, dan mengurangi kerja
pernapasan.
2. Batuk Efektif
a. Pengertian
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana
pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah
mengeluarkan dahak secara maksimal. Batuk merupakan gerakan yang
dilakukan tubuh sebagai mekanisme alamiah terutama untuk
melindungi paru paru. Gerakan ini pula yang kemudian dimanfaatkan
kalangan medis sebagai terapi untuk menghilangkan lendir yang
menyumbat saluran pernapasan akibat sejumlah penyakit. Itulah yang
| 22
dimaksud pengertian batuk efektif. Batuk efektif dilakukan melalui
gerakan yang terencana atau dilatihkan terlebih dahulu.
Keefektifan batuk pasien dievaluasi dengan melihat apakah ada
sputum cair, laporan pasien tentang sputum yang ditelan atau
terdengarnya bunyi napas tambahan yang jelas saat pasien diauskultasi.
Pasien yang mengalami infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran
napas bawah harus didorong untuk napas dalam dan batuk sekurang-
kurangnya setiap 2 jam saat terjaga. Pasien yang memiliki jumlah
sputum yang besar harus didorong untuk batuk setiap jam saat terjaga
dan setiap 2-3 jam saat tidur.
b. Penatalaksanaan Batuk Efektif
| 24
BAB III
STATUS KLINIS
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan nyeri pada bagian dada akibat incisi sternum dan mengeluhkan
sesak nafas.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan sesak nafas sejak 6 bulan yang lalu dan semakin parah 3 bulan
yang lalu. Pasien mengalami sesak nafas ketika beraktifitas dan sesak nafas berkurang
ketika istirahat. Selain itu pasien juga mengeluhkan nyeri perut dan perut membesar. 3
bulan yang lalu pasien dibawa ke salah satu rumah sakit di blora dan didiagnosa PJR
kemudian dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi Semaang. Pasien menjalani operasi MVR dan
TVR Repair pada tanggal 8 Maret 2019.
4. Riwayat Keluarga dan Status Sosial
Tidak ada riwayat penyakit dari keluarga.
5. Riwayat Penyakit Penyerta
Pasien memiliki riwayat:
- Hipertyroid
- Hipoalbumin
- Cardiomegali
- HbsAg (+)
6. STATUS SOSIAL: (Lingkungan kerja, tempat tinggal, aktivitas rekreasi dan
diwaktu senggang, aktivitas sosial)
Pasien sekarang tidak bekerja lagi karena merasa mudah lelah dan nafas terasa berat ketika
menaiki tangga ataupun berjalan jauh.
B. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
| 26
1. Pemeriksaan Vital Sign :
BP : 121/59 mm/Hg HR : 93 x/menit BB : 45 Kg
RR : 18x/menit SH : 36 ͦ Celcius TB : 155 cm
Pulse : 93 SPO2 : 100 %
2. Inspeksi :
Inspeksi Statis :
a. Tampak adanya incise pada midsternum
b. Tampak terpasang WSD, CUC, AL dan DC
c. Pasien tampak kesulitan untuk bernafas
Inspeksi Dinamis:
a. Pola nafas dada dengan irama lambat dan inspirasi diperpanjang.
b. Pasien tampak menahan nyeri ketika batuk
3. Palpasi
Tidak dilakukan
4. Auskultasi
- Tidak terdapat suara roncki dan wheezing
- Terdapat suara vesikuler
5. Perkusi
- Terdapat suara pekak.
| 27
b. Gerak pasif
Axilla 92 cm 91cm 1
ICS4 90 cm 89 cm 1
Proc.Xypoideus 81 cm 80 cm 1
SKALA BORG
2 Sesak ringan
3 Sesak sedang
5 Sesak berat
| 28
6
9. Pemeriksaan Fungsional
| 29
C. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
a. Impairment
(1) Nyeri pada saat inspirasi dan ekspirasi
(2) Penurunan ekspansi thoraks
(3) Sesak nafas
(4) Penumpukan sputum
b. Functional Limitation
(1) Kesulitan untuk memakai baju
(2) Kesulitan untuk menyisir rambut
(3) Kesulitan untuk aktivitas toileting
c. Participation Restriction
(1) Pasien kesulitan untuk mengikuti kegiatan social di rumah dan berhenti untuk
bekerja.
D. PROGRAM FISIOTERAPI
Jangka Pendek :
1. Mengurangi nyeri
2. Mengurangi sesak nafas
3. Meningkatkan ekspansi thorax
4. Mengeluarkan sputum
Jangka Panjang :
1. Melanjutkan tujuan jangka pendek
2. Menghindari keparahan atau progresivitas penyakit
3. Meningkatkan aktivitas fisik dan kemampuan fungsional pasien secara maksimal.
E. RENCANA INTEVENSI
a. Breathing Exercise
b. Batuk Efektif
c. Thoracic Expantion Exercise
d. General Pasif dan Aktif Exercise
e. Positioning
f. Transfer Ambulasi
| 30
F. INTERVENSI FISIOTERAPI
- FT1 pada hari Senin, tanggal 11 Maret 2019 :
1. Breathing Exercise
a. Pused Lip Breathing Exercise
Tujuan : Memperbaiki ventilasi saluran pernafasan, meningkatkan kemampuan
kerja otot-otot pernafasan dan menurunkan spasme otot-otot pernafasan.
Action :
Posisi pasien : supine lying atau duduk di tepi bed
Meletakkan satu tangan pasien pada abdomen dan satu tangan berada pada
dada untuk merasakan gerakan abdomen dan thorax pada saat bernafas
Menarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik
Hembuskan nafas melalui bibir yang dirapatkan dan sdikit terbuka
2. Batuk Efektif
Tujuan : Untuk mengeluakan sputum
Action :
Tarik nafas pelan & dalam dengan pernafasan diafragma
Tahan nafas 2 detik atau hitung sampai 2 hitungan
Batukkan 2 kali dengan mulut sedikit terbuka. Batuk pertama akan
melepaskan seret atau mucus dari tempatnya dan batuk kedua akan
mendorong keluar mucus tersebut.
3. Thoracic Expantion Exercise
Tujuan : Untuk meningkatkan ekspansi thorax dan mengurangi sesak nafas
Action :
| 31
Terapis menggerakkan ankle kearah dorsi fleksi, plantar fleksi, inverse dan
eversi
Terapis menggerakkan knee kearah fleksi dan ekstensi
Terapis menggerakkan hip fleksi abduksi, adduksi, internal dan eksternal rotasi
Terapis menggerakkan shoulder kearah fleksi, abduksi, adduksi, internal dan
eksternal rotasi
Terapis menggerakkan elbow kearah fleksi dan ektensi
Terapis menggerakkan wrist kearah dorsi fleksi, palmar fleksi, inverse dan
eversi
5. Positioning
Tujuan : Mencegah resiko tirah baring
Action :
Pasien diminta untuk miring ke kiri dan kekanan
- FT2 pada hari Selasa, tanggal 12 Maret 2019 :
Sama dengan fisioterapi pertama
1. Ambulasi
Tujuan : untuk menigkatkan kapasitas paru dan mengembalikan aktifitas tertentu
sehingga pasien dapat kembali mandiri.
Action :
Pasien diminta untuk duduk tanpa sandaran dan diminta untuk berdiri.
- FT3 pada hari Rabu, tanggal 13 Maret 2019 :
Sama dengan fisioterapi kedua.
- FT4 pada hari Kamis, tanggal 14 Maret 2019 :
Sama dengan fisioterapi ketiga.
1. Transfer
Tujuan : untuk menigkatkan kapasitas paru dan mengembalikan aktifitas tertentu
sehingga pasien dapat kembali mandiri.
Action :
Pasien diminta untuk berjalan
2. Melakukan penghitungan Six Minute Walking Test
Hasil METS : 2,8
3. Edukasi aktivitas sehari-hari
| 32
G. UNDERLYING PROCESS
Streptokokus B
Aktivasi sistem
imun
Perikarditis PJR
| 33
H. PROGNOSIS
Qua at Vitam : Bonam
Qua at Sanam : Dubia ad Sanam
Qua at fungsionam : Dubia ad Sanam
Qua at cometicam : Bonam
I. EDUKASI:
a) Pasien diminta untuk latihan jalan sejauh 30-90 meter
b) Pasien diminta untuk naik turun tangga tidak lebih dari 2-3 tangga
c) Pasien diminta untuk latihan sepeda statis selama 3 menit
J. EVALUASI
Setelah dilakukan 4x fisioterapi didapatkan hasil sebagai berikut:
a) Nyeri dengan VDS
FT1 FT2 FT3 FT4
5 4 6 5
b) Ekspansi Thorax
c) Voldyne
FT1 FT2 FT3 FT4
400 500 600 800
d) NYHA
FT1 FT2 FT3 FT4
II II II II
e) Skala Borg
FT1 FT2 FT3 FT4
| 34
3 3 3 2
Pasien atas nama Nn. N dengan diagnosa fisioterapi yaitu nyeri nyeri, sesak nafas,
penumpukan sputum dan penurunan ekspansi thorax. Berdasarkan hasil fisioterapi yang
telah dilakukan selama 4x dengan intervensi Breathing Exercise, Batuk Efektif, Thoracic
Expantion Exercise, General Exercise, Positioning, Transfer dan Ambulasi didapatkan hasil
sebagai berikut:
| 35
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil fisioterapi yang telah dilakukan selama 4x dengan intervensi
Breathing Exercise, Batuk Efektif, Thoracic Expantion Exercise, General Exercise,
Positioning, Transfer dan Ambulasi didapatkan hasil terdapat penurunan nyeri dan sesak,
peningkantan ekspansi thorak dan pengeluaran sputum. Serta pemberian latihan transfer
dan ambulasi mampu meningkatkan kemampuan fungsional pasien diukur dari
peningkatan kemampuan pasien dari tidur ke duduk, duduk ke berdiri, dan
kemampuan pasien untuk berjalan di sekitar bed.
B. Saran
Pasien disarankan untuk melanjutkan latihan seperti yang telah diajarkan oleh
fisioterapis. Keberhasilan terapi memerlukan kerjasamayang baik antara fisioterapis,
pasien, dan keluarga pasien sehingga didapatkan hasil terapi yang optimal.
Dalam menangani kasus post operasi mitral valve repair dan tricuspid valve
repair et causa penyakit jantung rematik dan tercapainya tujuan terapi maka seorang
fisioterapis disarankan untuk selalu meningkatkan pengetahuan sehingga mampu
mengidentifikasi permasalahan serta melakukan tindakan fisioterapi secara tepat.
Bagi instansi rumah sakit sebaiknya melibatkan fisioterapi dalam menangani
pasien post operasi aortic valve repla mitral valve repair dan tricuspid valve repair et
causa penyakit jantung rematik atau kasus gangguan katup jantung lainnya guna
memberikan peran preventif dan rehabilitatif terhadap permasalahan yang melibatkan
gangguan pada fungsi dan gerak tubuh pasien.
| 36
DAFTAR PUSTAKA
Aaronson, P. I., Ward, J. P. T., & Connolly, M. J. (2012). The Cardiovascular System at a
Glance (4th ed.). Wiley-Blackwell.
Chin TK. Pediatric Rheumatic Heart Disease. Medscape [Article on the internet]
2012.[cited on 29 October 2012].
Dewanti, I. P. (2014). Coronary artery bypass graft. Universitas Diponegoro.
https://doi.org/10.1253/circj.CJ-16-1148
Essianda, Vania. 2015. Mortalitas Operasi Jantung Ganti Katup Di RSUP DR. Kariadi
Semarang. KTI. Universitas Diponegoro.
Harris, David. 2006. Nebulizer guidelines. United Bristol Health care. Directorate of
children’s services.
Hoan, Tan, Drs & Rahardja, Kirana, Drs. 2010. Obat-obat Penting Ed.6. Penerbit PT. Elex
Media Komputindo Kelompok Kompas Gramedia : Jakarta
| 37
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 7. Volume 2.
Alih bahasa oleh Brahm U Pendit. Jakarta: EGC.
Muttaqin, A. 2012. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Penafasan.
Jakarta : Salemba Medika
Prasetyo, Y., & Yuliansyah, R. (2017). Manajemen Perioperatif pada Pasien dengan
Restenosis Katup Biomitral yang Menjalani Pergantian Katup Mitral. Jurnal
Anestesiologi Indonesia, 9(2), 110–120. Retrieved from
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/view/19828/13675
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2007. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1.
Edisi 8. Jakarta: EGC.
Simanjuntak, R.T. 2013. Karakteristik Penderita Bronkitis yang dirawat Jalan pada
Kelompok Umur ≥ 15 tahun di RSU Dr. Ferdinan Lumban Tobing Sibolga. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.
Somantri, I. 2007. Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika
Syahputra, A., & Yuniadi, Y. (2010). Anti-coagulant therapy after valvular heart surgery.
Indonesian Cardiology Journal, 31(2), 118–125.
Kliegman RM, Stanton BF, Geme JW.St, Schor NF, Behrman RE. Nelson Textbook of
Pediatrics. 19th Edition. [texs book] 2011. Philadelphia: Elsevier
| 38
Wallace MR. Rheumatic Fever. Medscape [Article on the internet] 2012. [cited on 29
October 2012].
Yunani. 2008. Efektifitas latihan peregangan otot pernafasan terhadap penurunan nyeri pada
pasien pasca coronary artery bypass grafting di rumah sakit jantung dan pembuluh
darah harapan kita Jakarta. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Depok.
| 39