Anda di halaman 1dari 10

Tinjauan Pustaka

Fraktur Colles pada Anak

Oleh :

Johannes Ardiles Kemit

Pembimbing :

Dr. Agus Priambodo, SpB, SpOT

STASE BEDAH ORTHOPEDI


PERIODE JUNI 2017
PROGRAM PENDIDIKAN SPESIALIS ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa terjadi pada pergelangan
tangan. Umumnya sering terjadi karena jatuh dalam keadaan tangan menumpu dan biasanya terjadi
pada anak-anak dan lanjut usia. Bila seseorang jatuh dengan tangan yang menjulur, tangan akan tiba -
tiba menjadi kaku, dan kemudian menyebabkan tangan memutar dan menekan lengan bawah. Jenis
luka yang terjadi akibat keadaan ini tergantung usia penderita. Pada anak-anak dan lanjut usia, akan
menyebabkan fraktur tulang radius. Fraktur radius distal merupakan 15 % dari seluruh kejadian
fraktur pada dewasa. Abraham Colles adalah orang yang pertama kali mendeskripsikan fraktur
radius distal pada tahun 1814 dan sekarang dike nal dengan nama fraktur Colles. Ini adalah fraktur
yang paling sering ditemukan pada manula, insidensinya yang tinggi berhubungan dengan
permulaan osteoporosis pasca menopause. Karena itu pasien biasanya wanita yang memiliki
riwayat jatuh pada tangan yang terentang. Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan berusaha
menahan badan dalam posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah metafisis radius
distal yang akan menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah berjarak 2 cm dari
permukaan persendian pergelangan tangan. Fragmen bagian distal radius dapat terjadi dislokasi ke
arah dorsal maupun volar, radial dan supinasi. Gerakan ke arah radial sering menyebabkan fraktur
avulsi dari prosesus styloideus ulna, sedangkan dislokasi bagian distal ke dorsal dan gerakan ke arah
radial menyebabkan subluksasi sendi radioulnar distal. Komplikasi yang sering terjadi adalah
kekakuan dan deformitas (perubahan bentuk), jika pasien mendapat penanganan terlambat.(3)

EPIDEMIOLOGI

Fraktur radius distal adalah salah satu fraktur yang paling umum dari ekstremitas atas. Lebih dari
450.000 terjadi setiap tahun di Amerika Serikat. Fraktur radius distal mewakili sekitar seperenam
dari semua patah tulang yang dirawat di bagian gawat darurat . Insiden fraktur radius distal pada
usia tua selalu berhubungan dengan osteopenia dan naik dalam insiden dengan bertambahnya usia,
hampir secara paralel dengan peningkatan kejadian patah tulang pinggul. Fraktur radius distal yang
terjadi pada usia muda, atau anak-anak biasanya penyebab tersering pada anak-anak biasanya terjadi
pada bagian distal dari phisis atau metafisis radius disebabkan oleh trauma.

Baik karena kecelakaan lalu lintas ataupun terjatuh dari ketinggian. Faktor resiko fraktur radius distal
pada orang tua termasuk penurunan mineral tulang, jenis kelamin perempuan, ras kulit putih, riwayat
keluarga, dan menopause dini.(3)

ANATOMI
Gambar 1. Anatomi radius distal (4).

Radius distal terdiri dari atas tulang metaphysis (Cancellous), Scaphoid facet dan Lunate Facet,
dan Sigmoid notch, bagian dari metaphysis melebar kearah distal, dengan korteks tulang yang tipis
pada sisi dorsal dan radial.

Permukaan artikular memiliki permukaan cekung ganda untuk artikulasi dengan baris karpal
proksimal (skafoid dan fossa lunate), serta kedudukan untuk artikulasi dengan ulna distal. 80 % dari
beban aksial didukung oleh radius distal dan 20% ulna dan kompleks fibrocartilage segitiga (TFCC).

Radius distal mengandung permukaan sendi yaitu :

1. Facet skafoid

2. Facet lunatum

3. Sigmoid notch

Skafoid merupakan sisi lateral dari distal radius, sisi medial dari distal radius yaitu sigmoid notch
dan facet lunatum.

DRUJ ( distal radioulnar joint )

Sisi distal dari ulna berartikulasi dengan radius distal dan merupakan tempat melekatnya
kompleks ligamentum triangular fibrocartilage.

Radius distal terbagi menjadi 3 kolum, yaitu :

1. Kolum lateral

2. Kolum medial : terbagi menjadi sisi dorsal dan sisi medial

Kedua kolum ini berkorelasi secara anatomis dengan facet dari tulang schapoid dan facet dari tulang
lunatum.

Patofisiologi :

Pada kebanyakan aktifitas, sisi dorsa l dari radius distal cenderung mengalami tension, sisi volar
dari radius distal cenderung mengalami kompresi, hal ini disebabkan oleh bentuk integritas dari
korteks pada sisi distal dari radius, dimana sisi dorsal lebih tipis dan lemah sedangkan pada sisi volar
lebih tebal dan kuat. Beban yang berlebihan dan mekanisme trauma yang terjadi pada pergelan gan
tangan akan menentukan bentuk garis fraktur yang akan terjadi.

Cedera yang berkaitan dengan fraktur :

Lebih dari 68 persen dari fraktur pada radius distal dan ulna memiliki korelasi dengan cedera jaringan
lunak, seperti robekan parsial dan total dari TFCC, ligament schapolunatum, dan ligament
lunotriquetral.

MEKANISME CEDERA

Mekanisme umum fraktur radius distal pada usia muda termasuk jatuh dari ketinggian,
kecelakaan kendaraan bermotor, atau cedera karena olah raga. Mekanisme cedera yang paling umum
terjadi adalah jatuh ke tangan terulur dengan pergelangan tangan dalam keadaan ekstensi . Fraktur
radius distal terjadi disebut juga juvenile colles fraktur, namun tidak jarang fraktur didapatkan dengan
tangan bentuk flexi dan dan garis fraktur ke arah anterior,dari mekanisme trauma juga sering
mengakibatkan keterlibatan permukaan artikular .
Mekanisme dengan energi tinggi ( misalnya, trauma kendaraan/kecelakaan lalu lintas) dapat
mengakibatkan pergeseran atau fraktur yang sangat kominutif ( fraktur lebih dari tiga fragmen) dan
mengakibatkan sendi wrist tidak stabil.

EVALUASI KLINIS

Dari klinis p asien biasanya terlihat dengan deformitas berupa dinner fork deformitybiasa terjadi pada
colles fracture , dengan gambaran seperti garpu makan, dimana distal dari radius displaced (bergeser)
kearah dorsal. Dapat juga berupa garden spade biasa terjadi pada smith fracture dimana distal dari
radius displaced (bergeser) kearah volar. Pergelangan tangan biasanya juga bengkak dengan
hematoma, nyeri tekan dan keterbatasan dalam melakukan gerakan. Siku ipsilateral dan bahu juga
harus diperiksa untuk cedera terkait .

Penilaian terhadap neurovaskular juga harus dilakukan, dengan perhatian khusus pada fungsi saraf
median. Gejala sindroma karpal tunnel juga kadang terjadi (13 % sampai 23 %) karena posisi paksa
hiperekstensi dari pergelangan tangan, traum a langsung dari fragmen fraktur, pembentukan
hematoma, atau peningkatan tekanan kompartemen.

EVALUASI RADIOLOGI

Posisi Anteroposterior dan Lateral dari wrist joint/pergelangan tangan harus dilakukan. Bahu atau
siku juga harus dievaluasi radiologi f oto pergelangan tangan kontralateral juga biasa dilakukan
untuk dapat membantu menilai sudut ulnar varians dan sudut scapholunate.

Computed tomography scan dapat membantu untuk menunjukkan tingkat keterlibatan intraartikular.

Penilaian Radiologi normal.

• Radial Inclination : rata-rata 22 derajat (kisaran, 13-30 derajat).

• Radial Length : rata-rata 11 mm (rentang, 8 sampai 18 mm).

• Palmar (volar) tilt : rata-rata 11 sampai 12 derajat (kisaran, 0-28 derajat).

Gambar 2. Penilaian radiologi normal radius distal.(4)

KLASIFIKASI RADIUS DISTAL FRAKTUR


Klasifikasi radius distal fraktur berdasarkan keterlibatan intraartikular.

1. Mayo Clinic Classification

Gambar 3. Mayo Clinic Classification radius distal fraktur. Tipe 1 adalah fraktur

extraarticular (diluar sendi). Tipe 2, 3, 4 adalah fraktur intraarticular (pada sendi) dibedakan

berdasarkan displacement (pergeseran) dan kompleksitas fraktur.

2. Frykman Classification

Gambar 4. Klasifikasi radius distal fraktur oleh frykman (1967).

TERAPI/PENGOBATAN

Semua pasien dengan radius distal fraktur umumnya selalu ditangani dengan reposisi tertutup dan
imobilisasi dengan gyps/cast, kecuali pasien dengan open fraktur ataupun kondisi fragmen fraktur
yang tidak memenuhi kriteria acceptable. Jika fraktur stabil dan hasil reduksi baik, maka tidak
diperlukan tindakan operasilanjutan. Jika fraktur dinilai tidak stabil, dinilai dari pergeseran
(displaced) dari fragmen setelah dilakukan tindakan reduksi tertutup, maka dapat dipertimbangkan
tindakan operatif.
Penanganan dari fraktur radius distal :

Gambar 5. Plating rekomendasi untuk fraktur medial column dari radius distal. Pilihan

Pengobatan tergantung dari pilihan dan pengalaman ahli bedah.

Bila di tinjau secara biomekanik saat terjadinya trauma, isi volar dari radius distal mengalami
kompresi yang lebih besar bila di bandingkan dengan sisi volar. O leh karena itu, tahap awal untuk
mendapatkan reduksi yang stabil yaitu dengan cara mengoptimalisasi fiksasi pada volar cortex, pada
kasus dengan fraktur kominutif pada sisi dorsal maka hal yang penting untuk di perhatikan yaitu
reposisi secara akurat aposisi dari korteks volar nya.(6)

Faktor-faktor yang mempengaruhi Terapi/pengobatan termasuk :

1. Pola fraktur.

2. Faktor lokal : kualitas tulang, cedera jaringan lunak , fraktur kominusi (fraktur lebih dari 3
fragmen), Displaced (pergeseran) dari fraktur, dan energi dari cedera .

3. Pasien faktor : usia pasien fisiologis, gaya hidup, pekerjaan, dominasi tangan, kondisi medis yang
terkait, cedera terkait, dan kepatuhan.

Secara radiologi, posisi radius dikatakan acceptable/dapat diterima, jika :

1. Panjang Radial : 2 sampai 3 mm dari pergelangan tangan kontralateral .

2. Palmar tilt : tilt netral (0 derajat).

3. Intraartikular step - off : < 2 mm.

4. Radial Inclination : < kehilangan 5 derajat.

TINDAKAN NON OPERASI

Pada pasien dengan fraktur radius distal yang stabil harus dilakukan reduksi tertutup dalam sedasi,
yang membantu untuk mengurangi bengkak setelah fraktur, memberikan penghilang rasa sakit, dan
mengurangi kompresi pada saraf median.

Imobilisasi cast/gyps, diindikasikan untuk :


 Nondisplaced atau patah tulang radius dengan pergeseran minimal.
 Displaced fraktur dengan pola fraktur yang stabil diharapkan dapat sembuh dalam posisi
radiologi yg acceptable/dapat diterima.
 Dapat juga digunakan blok hematom dengan menggunakan analgetik, berupa lidocain,
ataupun juga berupa sedasi.

Teknik reduksi tertutup :

- Fragmen distal pada posisi hyperekstensi.


- Traksi dilakukan untuk mengurangi pergeseran pada bagian distal terhadap proksimal
fragmen, dengan melakukan penekanan pada distal radius.
- Kemudian dilakukan pemasangan gyps (cast), dengan pergelangan tangan dalam posisi netral
dan sedikit fleksi.

Posisi ideal lengan, durasi imobilisasi, dan cast yang digunakan, apakah long arm cast, ataupun short
arm cast, masih kontroversial, tidak ada studi prospektif yang telah menunjukkan keunggulan satu
metode di atas yang lain. Fleksi pergelangan tangan yang ekstrim harus dihindari, karena
meningkatkan tekanan karpal kanal (dan kompresi saraf median) serta kekakuan jari tangan . Fraktur
yang membutuhkan pergelangan tangan fleksi ekstrim untuk mempertahankan reduksi mungkin
memerlukan fiksasi operatif.

Gips harus dipakai selama kurang lebih 6 minggu atau sampai sudah terlihat proses penyembuhan
dari radiologi. Pemeriksaan radiologi juga Sering diperlukan untuk mendeteksi hilangnya reduksi.

Gambar 6. Tehnik Reduksi tertutup pada fraktur radius distal. (3)

OPERASI

Indikasi :

 Cedera energi tinggi


 Kehilangan reduksi
 Artikular kominutif, step-off, atau gap
 Metaphyseal kominutif atau adanya bone loss (bagian fragmen tulang yang hilang)
 Kehilangan dinding penopang bagian volar disertai pergeseran (displaced)
 Terganggunya posisi DRUJ (Distal Radial Ulnar Joint).
TINDAKAN OPERASI

ORIF (Fiksasi Interna dgn plate & Screw)

Fiksasi dengan plate adalah tindakan primer untuk fraktur yang tidak stabil dari volar dan medial
kolum dari distal radius. Distal radius plate dikategorikan berdasarkan lokasi dan tipe dari plate.
Lokasinya bisa dorsal medial, volar medial dan radial styloid.

Prinsip dari penanganan radius distal adalah mengembalikan fungsi dari sendi pergelangan tangan
(wrist joint). Plate yang konvensional d pat digunakan buttress ataupun neutralization plate, plate
dengan locking screw juga kini sering digunakan, umumnya untuk tulang yang sudah mengalami
pengeroposan (osteoporosis).

Gambar 7 ,8. Contoh plating pada radius distal fraktur,dan penggunaan konvensional plate dan screw.

PINNING PERKUTANEUS

Pinning secara perkutan : ini terutama digunakan untuk fraktur ekstraartikular atau dua bagian
fraktur intraartikular.

Ini dapat dicapai dengan menggunakan dua atau tiga buah Kirschner wire ditempatkan pada
lokasi fraktur , umumnya dari styloid radial, diarahkan proksimal dan dari sisi dorsoulnar dari
fragmen radial distal diarahkan proksimal.

Pinning perkutan umumnya digunakan untuk mel engkapi short arm cast atau fiksasi eksternal. Pin
dapat dicabut 3 sampai 4 minggu setelah operasi, dengan tambahan gips dan dipertahankan 2
sampai 3 minggu.
Gambar 9. Berbagai tehnik perkutaneus pinning pada fraktur radius distal dengan menggunakan kirschner wire.

FIKSASI EKSTERNAL

Penggunaannya telah berkembang dalam popularitas didasarkan pada studi yang menghasilkan
tingkat komplikasi yang relatif rendah.

Spanning fiksasi eksternal

Ligamentotaxis digunakan untuk mengembalikan panjang radial dan kecenderungan radial, tapi jarang
mengembalikan palmar tilt.

Fiksasi eksternal saja mungkin tidak cukup stabil untuk mencegah beberapa derajat dan hilangnya
palmar tilt selama penyembuhan. Overdistraksi harus dihindari karena dapat menyebabkan jari kaku
dan dapat diakui oleh peningkatan jarak interkarpal pada fluoroskopi intraoperatif.

Pin dapat di remove pada 3 sampai 4 minggu, meskipun sebagian besar merekomendasikan 6
sampai 8 minggu fiksasi eksternal.

Gambar 10. Ligamentotaxis pada fiksasi extrnal fraktur colles


Daftar Pustaka

1. Beaty James H, Kasser James R, Rockwood and Wilkins, Fracture in children 5th edition ,
Lippincot William & Wilkin, Philadelphia 2001
2. Solomon louis, Warwick David, Nayagam Selvadurai, Appley System of orthopedic and
fracture ninth edition, Hodder Arnold, UK 2010

Anda mungkin juga menyukai