Anda di halaman 1dari 11

JOURNAL READING

FRAKTUR COLLES

Ida Ayu Trisna Dewi 1902611035

Pembimbing:

Dr. Putu Ferryawan Meregawa, Sp.OT

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DEPARTEMEN/KSM BEDAH
RSUP SANGLAH/FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tinjauan pustaka ini yang berjudul
“FRAKTUR COLLES” tepat pada waktunya.

Jurnal terjemahan ini disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan


Klinik Madya (KKM) di Departemen/KSM Bedah FK UNUD/RSUP Sanglah
Denpasar.
Dalam penyusunan tulisan ini, penulis banyak memperoleh bimbingan,
petunjuk serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini,
penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat:
1. Dr. dr. I Nyoman Semadi, Sp.B, Sp.BTKV selaku Kepala
Departemen/KSM Ilmu Bedah FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar
2. Dr. Made Agus Dwianthara Sueta, Sp.B-KBD selaku Koordinator
Pendidikan di Departemen/KSM Ilmu Bedah FK UNUD/RSUP
Sanglah Denpasar
3. dr. Putu Ferryawan Meregawa, Sp.OT selaku Pembimbing di
Departemen/KSM Ilmu Bedah FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar.
4. Rekan-rekan sejawat (Dokter Residen dan Dokter Muda) di
Departemen/KSM Ilmu Bedah FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar.
5. Semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu atas
bantuan an saran dalam menyusun tinjauan pustaka ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
laporan ini dapat memberi manfaat bagi masyarakat.

Denpasar, Nopember 2020


Penulis

2
FRAKTUR COLLES
NCBI Bookshelf. A service of the National Library of Medicine, National Institutes of Health.
Authors: Kevin Summers ; Sarah M. Fowles . Affiliations: 1 St. Lucie Medical Center ; 2 Palm
Beach Consortium for Graduate Medical Education. Last Update: August 10, 2020.

Pendahuluan
Dinamai setelah Abraham Colles pertama kali mendeskripsikan fraktur
radius distal pada tahun 1814 di Royal College of Surgeons di Dublin, fraktur
Colles adalah salah satu fraktur yang paling umum dijumpai dalam praktik
ortopedi. Fraktur Colles didefinisikan sebagai fraktur radius distal dengan
kominusi dorsal, angulasi dorsal, dorsal displacement, pemendekan radial, dan
fraktur dari styloid ulnaris.1 Istilah fraktur Colles sering digunakan untuk fraktur
distal dengan angulasi dorsal.2 Fraktur distal radius ini sering disebabkan oleh
peristiwa terjatuh dengan posisi tangan yang terulur dan pergelangan tangan
dalam keadaan dorsofleksi, sehingga menyebabkan ketegangan pada aspek volar
pergelangan tangan, dan menyebabkan fraktur memanjang ke arah dorsal.

Etiologi
Fraktur Colles paling sering disebabkan karena jatuh, dengan posisi tangan
terulur dan pergelangan tangan dorsofleksi. Kondisi ini juga dikenal sebagai " fall
on outstretched hand injury” yang disebut dengan singkatan "FOOSH injury".
Tingkat keparahan cedera biasanya ditentukan oleh posisi pergelangan tangan saat
cedera serta kekuatan trauma. Ketegangan pada aspek volar pergelangan tangan
menyebabkan gaya tekuk dan tekan. Akibat dari hal tersebut, terjadi displacement
dan kominusi.

Epidemiologi
Fraktur radius distal dapat terjadi pada orang dari segala usia. Namun,
tampaknya sebagian besar terjadi di dua populasi utama, yaitu atlet muda dan

3
lansia. Pada pediatri, patah tulang sering terjadi sekitar masa pubertas karena
mineralisasi tulang yang rendah. Pada atlet muda, paling sering pada anak laki-
laki dan laki-laki muda karena olahraga atau aktivitas atletik lainnya, yang
mengalami cedera setelah trauma tinggi dan berhubungan dengan cedera olahraga.
Usia sekitar 19 tahun hingga 49 tahun merupakan kelompok usia yang paling
jarang pada cedera ini.3 Pada orang tua, lebih sering terjadi pada wanita daripada
pria, yang mengalami patah tulang radius distal karena jatuh dan berhubungan
dengan proses penuaan. Osteoporosis dapat meningkatkan risiko patah tulang ini
pada orang lanjut usia dan juga meningkatkan risiko pada populasi wanita yang
cenderung lebih sering terkena osteoporosis.4

Patofisiology
Penyebab paling umum dari patah tulang Colles adalah trauma. Pada
pasien yang lebih muda, ini biasanya berkaitan dengan cedera atletik atau
kecelakaan kendaraan bermotor. Pada populasi lansia, hal ini paling sering
disebabkan oleh jatuh. Ketika gaya traumatis mengenai tangan yang terulur, gaya
ditransmisikan ke dorsal melalui pergelangan tangan, mematahkan radius distal,
menggesernya ke dorsal, dan juga sering menyebabkan kominusi dorsal.
Mekanisme ini menyebabkan deformitas klasik "dinner fork" pada pergelangan
tangan dengan disertai nyeri, edema, dan penurunan rentang gerak.5

History dan Physical


Pada fraktur radius distal, pemeriksaan fisik menyeluruh pada
ekstremitas yang terkena, berpengaruh penting dalam diagnosis dan penanganan
cedera. Nyeri pergelangan tangan dan nyeri tekan saat palpasi akan muncul saat
pemeriksaan. Deformitas dorsofleksi klasik sering terlihat dan juga dikenal
sebagai deformitas "dinner fork". Memar dan bengkak juga dapat terlihat, dan
pemeriksaan kulit menyeluruh diperlukan untuk mengevaluasi kemungkinan
patah tulang terbuka. Rentang gerak dapat menurun karena cedera tetapi harus
dinilai oleh dokter jika memungkinkan. Status neurovaskular dari ekstremitas
memerlukan penilaian juga, termasuk pemeriksaan lengkap denyut nadi, sensasi,

4
dan fungsi motorik ekstremitas yang terkena. Persendian di atas dan di bawah
cedera selalu perlu dinilai juga untuk mengevaluasi cedera terkait lainnya.

Evaluation
Radiografi dapat membantu untuk evaluasi, diagnosis, dan manajemen
awal dari cedera ini. Proyeksi PA dan lateral, minimal harus dilakukan untuk
mengevaluasi cedera ini. Radiografi membantu membedakan jenis cedera dari
berbagai jenis patah tulang lengan bawah untuk mempersempit dan menegakkan
diagnosis.6
Ketika pada foto polos tampak normal dan cedera masih dicurigai, CT
dapat digunakan untuk mengevaluasi fraktur tersembunyi. MRI bukanlah
pemeriksaan yang direkomendasikan sebagai evaluasi awal. Namun, MRI
mungkin berfungsi untuk menilai luas jaringan ligamen dari cedera ini.

Tatalaksana
Setelah mendiagnosis fraktur Colles dengan pencitraan, klinisi harus
menentukan jumlah displacement, dan keputusan dibuat apakah reduksi perlu
dilakukan segera atau tidak. Displaced fracture biasanya dapat dilakukan reduksi
dengan traksi tangan dan kontra traksi di siku sambil menerapkan gaya
volar/medial ke fragmen fraktur radial distal. Pronasi mungkin juga diperlukan
untuk mengatasi deformitas supinasi. Cedera kemudian harus diimobilisasi
dengan temporary sugar tong splint. Pergelangan tangan perlu dilakukan
pencitraan ulang dengan radiografi pasca-reduksi, dan status neurovaskular tangan
perlu dinilai setelah bidai dipasang.
Pada perawatan definitif bidai akan dilepas, dan dilakukan pemasangan
gips lengan bawah. Setelah perawatan definitive dilakukan, pasien perlu
diinformasikan mengenai gejala "red flag" yang harus diperhatikan, yang meliputi
nyeri hebat, perubahan warna pada jari atau kuku, edema, mati rasa / kesemutan
pada jari, atau penurunan rentang gerak jari.
Mayoritas fraktur Colles dapat ditangani dengan casting dan manajemen
konservatif. Fraktur yang tidak stabil dengan displacement yang signifikan atau
kominusi, menunjukkan hasil yang lebih baik dengan manajemen bedah. Fraktur

5
yang tidak dapat mencapai kesejajaran yang tepat dengan reduksi mungkin
memerlukan percutaneous pinning untuk mencapai posisi yang ideal. Fiksasi
eksternal mungkin diperlukan untuk fraktur kominutif yang tidak dapat
dipertahankan dalam posisi yang tepat dengan gips. Fraktur dengan displacement
yang signifikan dan dislokasi palmar pada karpus sangat tidak stabil dan
terkadang memerlukan fiksasi internal dengan pin dan atau pelat. Setelah
penyembuhan dan pelepasan gips, terapi fisik dapat membantu meningkatkan
rentang gerak dengan penguatan otot dan ligamen khusus untuk tangan dan
pergelangan tangan yang cedera.7

Diferensial Diagnosis
Diagnosis banding untuk fraktur Colles mencakup jenis fraktur radius distal
lainnya serta fraktur lengan bawah lainnya, yang masing-masing dapat dibedakan
dengan pencitraan radiografi.

 Fraktur Smith: Sering disebut sebagai "reverse Colles", fraktur Smith


melibatkan angulasi volar (bukan dorsal) dari fragmen radial distal, dan
biasanya disebabkan oleh FOOSH pada supinasi, bukan pada pronasi.
 Fraktur barton: Fraktur barton adalah jenis lain dari fraktur radius distal
yang melibatkan tepi dorsal radius distal, di mana terjadi fraktur oblik
intra-artikular.
 Fraktur Hutchinson atau Chauffer: Fraktur styloid radial intra-artikular
juga dikenal sebagai fraktur Hutchinson atau Chauffer, biasanya muncul
sebagai fraktur oblik atau transversal pada stiloid radial yang disebabkan
oleh trauma langsung.
 Fraktur Galeazzi: Fraktur medial atau radius distal dengan dislokasi
sendi radioulnar distal.8
 Fraktur monteggia: Fraktur poros ulnaris dengan dislokasi kepala radial.9
 Lesi Essex Lopresti: Kombinasi fraktur Galeazzi dan Monteggia yang
jarang terjadi, melibatkan fraktur kepala radial di siku dengan gangguan
DRUJ (distal radial ulnar joint) di pergelangan tangan dan gangguan
membran interoseus di seluruh lengan bawah.

6
Prognosis
Prognosis fraktur Colles bergantung pada tingkat keparahan cedera dan
tingkat komplikasi yang muncul akibat cedera. Komplikasi dapat dihindari
melalui reduksi yang cepat dan adekuat diikuti dengan splinting dan casting serta
tindak lanjut oleh ahli ortopedi. Cedera berat seperti patah tulang terbuka atau
cedera dengan gangguan neurovaskular atau sindrom kompartemen memerlukan
konsultasi ortopedi segera. Cedera berat seringkali membutuhkan perbaikan
melalui pembedahan. Prognosis juga tergantung pada usia pasien, karena pasien
yang lebih muda memiliki potensi yang sangat baik untuk remodeling tulang,
sementara pasien usia lanjut cenderung tidak memiliki hasil yang baik.10

Komplikasi

Komplikasi patah tulang Colles dapat diklasifikasikan sebagai


komplikasi dini dan lanjut, serta dapat berkisar dari efek ringan hingga kecacatan
jangka panjang yang signifikan. Komplikasi dini yang berbahaya antara lain
sindrom kompartemen, cedera saraf median, dan cedera vaskular. Komplikasi
yang kurang akut dan jangka panjang antara lain carpal tunner syndrome dan
osteoartritis. Malunion dapat terjadi ketika reduksi tidak berhasil. Hal tersebut
dapat menyebabkan cedera tendon dan menyebabkan nyeri pergelangan tangan
kronis.11

KIE

Pasien dengan cedera pergelangan tangan karena patah tulang harus


segera mencari pertolongan medis. Fraktur colles adalah salah satu cedera
pergelangan tangan paling umum yang terdiri dari fraktur radius distal dengan
displacement dorsal. Cedera ini membutuhkan reduksi segera kemudia dilakukan
pemasangan bidai dan gips dengan tindak lanjut oleh ahli ortopedi untuk
memastikan penyembuhan yang tepat. Cedera berat mungkin memerlukan
tindakan pembedahan. Pasien perlu mengetahui manajemen bidai dan gips yang
sesuai, yang melibatkan penilaian status neurovaskular yang memadai. Jika gips
terlalu kencang, menyebabkan nyeri hebat, mati rasa atau kesemutan pada jari,

7
atau perubahan warna pada jari, sehingga diperlukan perhatian medis segera.
Dengan perawatan yang tepat, manajemen, dan tindak lanjut dari cedera ini,
anatomi dapat diperbaiki, dan hasil fungsional yang baik tercapai.

Meningkatkan Hasil Tim Perawatan Kesehatan

Pasien dengan fraktur Colles sering datang untuk mendapatkan


perawatan medis dan membutuhkan tim interprofesional yang lengkap untuk
penanganan yang komprehensif dan optimal. Misalnya, jika pasien datang ke unit
gawat darurat, mereka berinteraksi dengan berbagai personel medis untuk
mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan. Dokter bedah ortopedi sering kali
menjadi tujuan akhir untuk pasien ini, karena kasus ini memerlukan perawatan
yang optimal untuk memperbaiki cedera, namun ahli ortopedi biasanya bukan titik
kontak awal pasien.12

Pasien awalnya akan datang ke bagian gawat darurat, pusat perawatan


darurat, atau kantor dokter rawat jalan, di mana mereka akan berinteraksi dengan
perawat triase. Pasien kemudian akan berinteraksi dengan staf perawat pasien,
teknisi radiologi untuk pencitraan, mungkin teknisi laboratorium jika pemeriksaan
laboratorium diperlukan, dan dokter gawat darurat, atau dokter lain yang pernah
mereka kunjungi untuk perawatan. Tim perawatan akan sering bekerja sama
dengan ahli radiologi membaca gambar untuk membuat diagnosis. Ahli bedah
ortopedi biasanya dihubungi untuk pengobatan setelah diagnosis dikonfirmasi,
karena pembedahan seringkali diperlukan untuk manajemen definitif tergantung
pada tingkat keparahan cedera. Komunikasi di antara semua aspek tim perawatan
kesehatan penting untuk memastikan perawatan yang tepat dan segera untuk
pasien.

Terapis fisik dan okupasi mungkin diperlukan setelah pelepasan gips.


Perawat ortopedi akan sering berperan sebagai koordinator perawatan, mengelola
kontak antara ahli bedah, keterlibatan apotek potensial untuk mengontrol nyeri
pada cedera awal, dan membantu reduksi dan pembedahan. Tindakan
interprofesional ini dapat memberikan hasil yang lebih baik untuk pasien dengan
fraktur Colles.

8
LAMPIRAN
GAMBAR

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Caldwell RA, Shorten PL, Morrell NT. Common Upper Extremity


Fracture Eponyms: A Look Into What They Really Mean. J Hand Surg
Am. 2019 Apr;44(4):331-334. [PubMed: 30241976]
2. Sharp JW, Edwards RM. Core curriculum illustration: "Colles," dorsally
angulated fracture of the distal radius. Emerg Radiol. 2019 Dec;26(6):699-
700. [PubMed: 28616789]
3. Porrino JA, Maloney E, Scherer K, Mulcahy H, Ha AS, Allan C. Fracture
of the distal radius: epidemiology and premanagement radiographic
characterization. AJR Am J Roentgenol. 2014 Sep;203(3):551-9.
[PubMed: 25148157]
4. MacIntyre NJ, Dewan N. Epidemiology of distal radius fractures and
factors predicting risk and prognosis. J Hand Ther. 2016 Apr-
Jun;29(2):136-45. [PubMed: 27264899]
5. Zenke Y, Furukawa K, Furukawa H, Maekawa K, Tajima T, Yamanaka Y,
Hirasawa H, Menuki K, Sakai A. Radiographic Measurements as a
Predictor of Correction Loss in Conservative Treatment of Colles'
Fracture. J UOEH. 2019;41(2):139-144. [PubMed: 31292357]

10
6. Meena S, Sharma P, Sambharia AK, Dawar A. Fractures of distal radius:
an overview. J Family Med Prim Care. 2014 Oct-Dec;3(4):325-32. [PMC
free article: PMC4311337] [PubMed: 25657938]
7. Altizer LL. Colles' fracture. Orthop Nurs. 2008 Mar-Apr;27(2):140-5; quiz
146-7. [PubMed: 18385600]
8. Ciminero M, Yohe N, Garofolo-Gonzalez G, Choueka J. Isolated Distal
Ulna Fracture With Distal Radioulnar Joint Dislocation: A Novel Fracture
Pattern. Hand (N Y). 2020 Jul;15(4):NP57-NP62. [PMC free article:
PMC7370400] [PubMed: 31215799]
9. Kliushin NM, Stepanenko P, Mekki WA. Treatment of forearm diaphyseal
defect by distraction compression bone transport and continued distraction
for radial head reduction: A case study. Chin J Traumatol. 2019
Oct;22(5):304-307. [PMC free article: PMC6823696] [PubMed:
31443938]
10. Barai A, Lambie B, Cosgrave C, Baxter J. Management of distal radius
fractures in the emergency department: A long-term functional outcome
measure study with the Disabilities of Arm, Shoulder and Hand (DASH)
scores. Emerg Med Australas. 2018 Aug;30(4):530-537. [PubMed:
29488343]
11. Murase T, Hiroshima K. Rupture of the flexor tendon after malunited
Colles' fracture. Scand J Plast Reconstr Surg Hand Surg. 2003;37(3):188-
91. [PubMed: 12841623]
12. Kopeć G, Kwiatkowski K, Piekarczyk P, Chwedczuk B, Gołos J.
Comparative Assessment of Outcomes of Surgical Treatment of Smith and
Colles Distal Radius Fractures. Ortop Traumatol Rehabil. 2018 Feb
27;20(1):15-23. [PubMed: 30152766]

11

Anda mungkin juga menyukai