Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

FRAKTUR RADIUS DISTAL

Oleh :
Denny Adriansyah

Pembimbing :
dr. Tito Sumarwoto, Sp.OT(K), M.Kes

BAGIAN ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016

1
LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT
FRAKTUR RADIUS DISTAL

Oleh:
Denny Adriansyah

Telah disahkan pada tangal .. 2016

Pembimbing:

dr. Tito Sumarwoto, Sp.OT(K), M.Kes

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Referat berjudul Fraktur Radius Distal. Adapun tujuan penulisan referat ini adalah
untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Fraktur Radius Distal.
Dalam penyelesaian referat ini penulis banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama
penulisan referat. Terima kasih juga tidak lupa penulis haturkan untuk dr. Tito
Sumarwoto, Sp.OT(K), M.Kes yang telah banyak memberi masukan dan
bimbingan demi selesainya penulisan referat ini.
Akhir kata, semoga tulisan ini dapat benar-benar bermanfaat bagi para
pembaca umumnya serta bagi penulis sendiri pada khususnya.

Surakarta, Desember 2016,

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. 2


KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 3
DAFTAR ISI .................................................................................................................... 4
BAB I................................................................................................................................ 5
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 5
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 5
1.2. Tujuan Penulisan................................................................................................ 6
1.3. Manfaat Penulisan .............................................................................................. 6
BAB II .............................................................................................................................. 7
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 7
2.1. Definisi................................................................................................................... 7
2.2. Epidemiologi .......................................................................................................... 7
2.3. Anatomi ................................................................................................................. 8
2.4. Mekanisme Cedera ................................................................................................ 9
2.5. Pemeriksaan Fisik ................................................................................................ 10
2.6. Pemeriksaan Radiologis ....................................................................................... 10
2.7. Klasifikasi ............................................................................................................ 11
2.8. Penatalaksanaan ................................................................................................... 15
2.9. Komplikasi ........................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 27

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fraktur radius distal merupakan kasus yang paling sering ditemui pada fraktur
ekstrimitas atas yaitu 70 %, atau 17% dari semua kasus fraktur1, atau kurang lebih
seperenam dari semua kasus fraktur yang diterima di unit gawat darurat2. Menurut
National Hospital Ambulatory Medical Care Survey di Amerika Serikat pada tahun 1998
terdapat 664.985 fraktur radius distal yang telah dilakukan manajemen1. Mekanisme
terjadinya fraktur ini 90% disebabkan oleh axial/compression loading pada posisi
pergelangan tangan dorso fleksi, dan derajat kominusinya sebanding dengan energi yang
disalurkan ke tulang2. Fraktur ini dapat ditangani baik secara operatif maupun
konservatif. Pemilihan jenis terapi tidak semata-mata hanya ditentukan oleh tipe fraktur
itu sendiri, tetapi juga harus mempertimbangkan kondisi kesehatan dan functional
demand dari pasien itu sendiri3. Pasien dengan high demand mungkin diperlukan tindakan
operatif agar dapat melakukan mobilisasi dini serta mencegah kekakuan pada sendi-sendi
yang mungkin dapat menghambat aktifitas tertentu3. Pada pasien lanjut usia ataupun pada
pasien dengan low demand, atau pada pasien yang memiliki faktor risiko berat untuk
dilakukan tindakan pembedahan dengan komplikasi pasca tindakan operatif, maka terapi
konservatif dapat dijadikan sebagai sebuah pilihan. Systematic Review yang dilakukan
Rafael et al pada 2011 dari 2039 penelitian menyimpulkan bahwa meskipun terapi
konservatif secara radiologis kurang baik, tetapi secara fugsional tidak ditemukan
perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan tindakan operatif.

Pasien usia lanjut dengan fraktur radius distal, cenderung berhubungan dengan
berkurangnya densitas tulang, jenis kelamin wanita, etnis, herediter, dan menopause awal
sebagai faktor risiko1. Imobilisasi pada fraktur radius distal sendiri dipertahankan
minimal selama 6 minggu. Pelepasan cast sebelum 6 minggu berpotensi terjadinya loss
of reduction, sehingga penting untuk melakukan x-ray pasca tindakan pada minggu ke-3
sebagai kontrol

5
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan referat ini adalah agar penulis maupun pembaca dapat
menambah pengetahuan tentang Fraktur Radius Distal baik dari segi pengertian,
klasifikasi, diagnosis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, dan komplikasinya.

1.3. Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan referat ini adalah baik penulis maupun pembaca dapat mengerti
tentang Fraktur Radius Distal baik dari segi pengertian, klasifikasi, diagnosis,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, dan komplikasinya.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa terjadi
pada pergelangan tangan. Umumnya sering terjadi karena jatuh dalam keadaan tangan
menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Bila seseorang jatuh
dengan tangan yang menjulur, tangan akan tiba-tiba menjadi kaku, dan kemudian
menyebabkan tangan memutar dan menekan lengan bawah. Jenis luka yang terjadi
akibat keadaan ini tergantung usia penderita. Pada anak-anak dan lanjut usia, akan
menyebabkan fraktur tulang radius. Fraktur radius distal merupakan 15 % dari seluruh
kejadian fraktur pada dewasa. Abraham Colles adalah orang yang pertama kali
mendeskripsikan fraktur radius distal pada tahun 1814 dan sekarang dikenal dengan
nama fraktur Colles. Ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan pada manula,
insidensinya yang tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca
menopause. Karena itu pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada
tangan yang terentang. Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan berusaha
menahan badan dalam posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah
metafisis radius distal yang akan menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis
patah berjarak 2 cm dari permukaan persendian pergelangan tangan. Fragmen
bagian distal radius dapat terjadi dislokasi ke arah dorsal maupun volar, radial dan
supinasi. Gerakan ke arah radial sering menyebabkan fraktur avulsi dari prosesus
styloideus ulna, sedangkan dislokasi bagian distal ke dorsal dan gerakan ke arah radial
menyebabkan subluksasi sendi radioulnar distal. Komplikasi yang sering terjadi
adalah kekakuan dan deformitas (perubahan bentuk), jika pasien mendapat
penanganan terlambat.2

2.2. Epidemiologi
Fraktur radius distal adalah salah satu fraktur yang paling umum dari ekstremitas
atas. Lebih dari 450.000 terjadi setiap tahun di Amerika Serikat. Fraktur radius distal
mewakili sekitar seperenam dari semua patah tulang yang dirawat di bagian gawat
darurat. Insiden fraktur radius distal pada usia tua selalu berhubungan dengan
7
osteopenia dan naik dalam insiden dengan bertambahnya usia, hampir secara paralel
dengan peningkatan kejadian patah tulang pinggul. Fraktur radius distal yang terjadi
pada usia muda, disebabkan oleh trauma. Baik karena kecelakaan lalu lintas ataupun
terjatuh dari ketinggian. Faktor resiko fraktur radius distal pada orang tua termasuk
penurunan tulang mineral, jenis kelamin perempuan, ras kulit putih, riwayat keluarga,
dan menopause dini.1,2

2.3. Anatomi

Gambar 1. Anatomi radius distal 1.

Radius distal terdiri dari atas tulang metaphysis (Cancellous), Scaphoid facet dan
Lunate Facet, dan Sigmoid notch, bagian dari metaphysis melebar kearah distal, dengan
korteks tulang yang tipis pada sisi dorsal dan radial.
Permukaan artikular memiliki permukaan cekung ganda untuk artikulasi dengan
baris karpal proksimal (skafoid dan fossa lunate), serta kedudukan untuk artikulasi
dengan ulna distal. 80 % dari beban aksial didukung oleh radius distal dan 20% ulna dan
kompleks fibrocartilage segitiga (TFCC).
Radius distal mengandung permukaan sendi yaitu:
1. Facet skafoid
2. Facet lunatum
3. Sigmoid notch

8
Skafoid merupakan sisi lateral dari distal radius, sisi medial dari distal radius yaitu
sigmoid notch dan facet lunatum.
Sisi distal dari ulna berartikulasi dengan radius distal dan merupakan tempat
melekatnya kompleks ligamentum triangular fibrocartilage. Radius distal terbagi menjadi
3 kolum, yaitu : Kolum lateral, Kolum medial yang terbagi menjadi sisi dorsal dan sisi
medial. Kedua kolum ini berkorelasi secara anatomis dengan facet dari tulang schapoid
dan facet dari tulang lunatum.
Pada kebanyakan aktifitas, sisi dorsal dari radius distal cenderung mengalami
tension, sisi volar dari radius distal cenderung mengalami kompresi, hal ini disebabkan
oleh bentuk integritas dari korteks pada sisi distal dari radius, dimana sisi dorsal lebih
tipis dan lemah sedangkan pada sisi volar lebih tebal dan kuat. Beban yang berlebihan
dan mekanisme trauma yang terjadi pada pergelangan tangan akan menentukan bentuk
garis fraktur yang akan terjadi.
Lebih dari 68 persen dari fraktur pada radius distal dan ulna memiliki korelasi
dengan cedera jaringan lunak, seperti robekan parsial dan total dari TFCC, ligament
schapolunatum, dan ligament lunotriquetral.
Jarak gerak sendi pergelangan tangan normal menurut AAOS sebagai berikut :
Sendi radiokarpal : Fleksi : 73o , Ekstensi : 71o , Deviasi Radial : 19o ,Deviasi ulnar 33o .
Sendi distal radioulnar : Pronasi : 71o , Supinasi : 84o .

2.4. Mekanisme Cedera

Mekanisme umum fraktur radius distal pada usia muda termasuk jatuh dari
ketinggian, kecelakaan kendaraan bermotor, atau cedera karena olah raga. Pada orang
tua, fraktur radius distal sering timbul dari mekanisme energi yang rendah, seperti
terjatuh pada saat berjalan, ataupun terpeleset. Mekanisme cedera yang paling umum
terjadi adalah jatuh ke tangan terulur dengan pergelangan tangan dalam dorsofleksi.
Fraktur radius distal terjadi ketika dorsofleksi pergelangan tangan bervariasi antara
40 dan 90 derajat, dengan derajat yang lebih rendah dari gaya yang dibutuhkan
pada sudut yang lebih kecil. Impaksi pada tulang metaphysis distal radius terhadap
tulang karpal juga sering terjadi. Selain itu, kekuatan dari mekanisme trauma juga
sering mengakibatkan keterlibatan permukaan artikular. Mekanisme dengan energi
tinggi (misalnya, trauma kendaraan/kecelakaan lalu lintas) dapat mengakibatkan

9
pergeseran atau fraktur yang sangat kominutif (fraktur lebih dari tiga fragmen)
dan mengakibatkan sendi wrist tidak stabil1,2.

2.5. Pemeriksaan Fisik


Dari klinis pasien biasanya terlihat dengan deformitas berupa dinner fork
deformity biasa terjadi pada colles fracture, dengan gambaran seperti garpu makan,
dimana distal dari radius displaced (bergeser) kearah dorsal. Dapat juga berupa garden
spade biasa terjadi pada smith fracture dimana distal dari radius displaced (bergeser)
kearah volar. Pergelangan tangan biasanya juga bengkak dengan hematoma, nyeri tekan
dan keterbatasan dalam melakukan gerakan. Siku ipsilateral dan bahu juga harus
diperiksa untuk cedera terkait. Penilaian terhadap neurovaskular juga harus dilakukan,
dengan perhatian khusus pada fungsi saraf median. Gejala sindroma karpal tunnel juga
kadang terjadi (13 % sampai 23 %) karena posisi paksa hiperekstensi dari pergelangan
tangan, trauma langsung dari fragmen fraktur, pembentukan hematoma, atau peningkatan
tekanan kompartemen1,2.

2.6. Pemeriksaan Radiologis


Posisi Anteroposterior dan Lateral dari wrist joint/pergelangan tangan
harus dilakukan. Bahu atau siku juga harus dievaluasi radiologi foto pergelangan
tangan kontralateral juga biasa dilakukan untuk dapat membantu menilai sudut ulnar
varians dan sudut scapholunate. Computed tomography scan dapat membantu untuk
menunjukkan tingkat keterlibatan intraartikular2.

Penilaian Radiologi normal.

- Radial Inclination : rata-rata 23 derajat (kisaran, 13-30 derajat).


- Radial Length : rata-rata 11 mm (rentang, 8 sampai 18 mm).
- Palmar (volar) tilt : rata-rata 11 sampai 12 derajat (kisaran, 0-28 derajat)

10
Gambar 2. Penilaian radiologi normal radius distal

2.7. Klasifikasi
Klasifikasi radius distal fraktur berdasarkan keterlibatan intraartikular2.

1. Mayo Clinic Classification

Gambar 3. Mayo Clinic Classification radius distal fraktur. Tipe 1 adalah fraktur
extraarticular (diluar sendi). Tipe 2, 3, 4 adalah fraktur intraarticular (pada sendi)
dibedakan berdasarkan displacement (pergeseran) dan kompleksitas fraktur.

2. Frykman Classification

Gambar 4. Klasifikasi radius distal fraktur oleh frykman (1967).


11
3. Melones Classification
Melone memperkenalkan klasifikasi fraktur radius distal dengan mengidentifikasi empat
komponen utama dari radius distal yaitu : (1) shaft, (2) radial styloid, (3) dorsal medial
facet, dan (4) volar medial facet. Klasifikasi ini memfokuskan pada pentingnya medial
(lunate) facet.

Gambar 5. Klasifikasi Melone. (Dikutip dari Wolfe, 2010, Greens operative hand
surgery)

4. AO Classification
Swiss Association for the Study of Internal Fixation (ASIF/AO) membuat klasifikasi
untuk fraktur radius distal. Klasifikasi umumnya dapat diaplikasikan pada semua
fraktur tulang panjang, karena klasifikasinya dibedakan dalam 3 tipe besar yaitu :
tipe A (ekstra-artikular), tipe B (partial artikular), tipe C (komplit artikular).

Gambar 6. Klasifikasi fraktur menurut AO classification

12
5. Fragment-specific classification
Robert Medoff membuat klasifikasi fraktur intra artikular dengan membagi 5
fragmen besar, radial styloid, dorsal wall, impacted articular fragment, dorsal ulnar
corner (die punch fragment), dan volar fragment.

6. Columnar classification
Daniel Rikli dan Pietro Regazzoni memperkenalkan konsep penting dalam
memahami penatalaksanaan fraktur artikular dengan mengenal 3 kolom pada
pergelangan tangan. Column radial atau lateral, column intermediate, column medial.
Klasifikasi ini merupakan klasifikasi treatment-oriented classification system.

Gambar 7. Konsep kolumnar pergelangan tangan (dikutip dari Wolfe, 2010, Greens
operative hand surgery.)

7. Fernandez classification
Diego Fernandez membuat klasifikasi berdasarkan mekanisme cedera yang
terjadi. Fraktur radius distal dibagi menjadi lima tipe. Berdasarkan x-ray PA, facet
lateral, dan oblique.
Tipe 1. Ekstra artikular bending fracture of the metaphysis (Colles / smith fraktur)
Tipe 2. Shearing fracture of the joint surface (Bartons, reverse Barton, dan chauffer)
Tipe 3. Compression fracture of the joint surface (medial complex, Mayo tipe III, die
punch)
Tipe 4. Avulsion fracture of ligament attachments, (dorsal rim dan radial styloid dengan
dislokasi radiocarpal)
Tipe 5. High velocity injuries (AO tipe C3)

13
Gambar 8. Fernandez classification (dikutip dari Wolfe, 2010, Greens operative hand
surgery)
14
2.8. Penatalaksanaan
Semua pasien dengan radius distal fraktur umumnya selalu ditangani dengan
reposisi tertutup dan imobilisasi dengan gyps/cast, kecuali pasien dengan open
fraktur ataupun kondisi fragmen fraktur yang tidak memenuhi kriteria acceptable.

Jika fraktur stabil dan hasil reduksi baik, maka tidak diperlukan tindakan operasi
lanjutan. Jika fraktur dinilai tidak stabil, dinilai dari pergeseran (displaced) dari fragmen
setelah dilakukan tindakan reduksi tertutup, maka dapat dipertimbangkan tindakan
operatif.

Gambar 9. Plating rekomendasi untuk fraktur medial column dari radius distal.
Pilihan Pengobatan tergantung dari pilihan dan pengalaman ahli bedah.1,2

Bila di tinjau secara biomekanik saat terjadinya trauma, sisi volar dari radius distal
mengalami kompresi yang lebih besar bila di bandingkan dengan sisi volar. Oleh karena
itu, tahap awal untuk mendapatkan reduksi yang stabil yaitu dengan cara
mengoptimalisasi fiksasi pada volar cortex, pada kasus dengan fraktur kominutif pada sisi
dorsal maka hal yang penting untuk di perhatikan yaitu reposisi secara akurat aposisi dari
korteks volar nya.1,2
Faktor-faktor yang mempengaruhi Terapi/pengobatan termasuk diantaranya

15
Pola fraktur.
- Faktor lokal : kualitas tulang, cedera jaringan lunak, fraktur kominusi (fraktur lebih
dari 3 fragmen), Displaced (pergeseran) dari fraktur, dan energi dari cedera.
- Pasien faktor : usia pasien fisiologis, gaya hidup, pekerjaan, dominasi tangan, kondisi
medis yang terkait, cedera terkait, dan kepatuhan

Secara radiologi, posisi radius dikatakan acceptable/dapat diterima, jika :


1. Panjang Radial : 2 sampai 3 mm dari pergelangan tangan kontralateral .
2. Palmar tilt : tilt netral (0 derajat).
3. Intraartikular step - off : < 2 mm.
4. Radial Inclination : < kehilangan 5 derajat.

Terapi Konservatif
Sebagian besar fraktur dilakukan reduksi tertutup. Reduksi fraktur membantu
untuk mengurangi bengkak setelah fraktur, memberikan penghilang rasa sakit, dan
mengurangi kompresi pada saraf median

Imobilisasi cast/gyps, diindikasikan untuk : Nondisplaced atau patah tulang


radius dengan pergeseran minimal. Displaced fraktur dengan pola fraktur yang stabil
diharapkan dapat sembuh dalam posisi radiologi yg acceptable/dapat diterima. Dapat
juga digunakan blok hematom dengan menggunakan analgetik, berupa lidocain, ataupun
juga berupa sedasi.

Teknik reduksi tertutup : 2

- Fragmen distal pada posisi hyperekstensi.


- Traksi dilakukan untuk mengurangi pergeseran pada bagian distal terhadap
proksimal fragmen, dengan melakukan penekanan pada distal radius.
- Kemudian dilakukan pemasangan gyps (cast), dengan pergelangan tangan
dalam posisi netral dan sedikit fleksi.
- Posisi ideal lengan, durasi imobilisasi, dan cast yang digunakan, apakah long
arm cast, ataupun short arm cast, masih kontroversial, tidak ada studi prospektif
yang telah menunjukkan keunggulan satu metode di atas yang lain.

16
- Fleksi pergelangan tangan yang ekstrim harus dihindari, karena
meningkatkan tekanan karpal kanal (dan kompresi saraf median) serta kekakuan
jari tangan. Fraktur yang membutuhkan pergelangan tangan fleksi ekstrim untuk
mempertahankan reduksi mungkin memerlukan fiksasi operatif.
- Gips harus dipakai selama kurang lebih 6 minggu atau sampai sudah terlihat
proses penyembuhan dari radiologi. Pemeriksaan radiologi juga Sering
diperlukan untuk mendeteksi hilangnya reduksi.

Gambar 10. Tehnik Reduksi tertutup pada fraktur radius distal. 2

Terapi Operasi
Indikasi operasi adalah :
- Cedera energi tinggi
- Kehilangan reduksi
- Artikular kominutif, step off atau gap
- Metaphyseal kominutif atau adanya bone loss
- Kehilangan penopang bagian volar disertai pergeseran (displaced)
- Terganggunya posisi DRUJ (Distal Radioulnar Joint)

17
Teknik Operasi
1. ORIF (Fiksasi Interna dengan Plate dan Screw)
Fiksasi dengan plate adalah tindakan primer untuk fraktur yang tidak stabil dari
volar dan medial kolum dari distal radius. Distal radius plate dikategorikan berdasarkan
lokasi dan tipe dari plate. Lokasinya bisa dorsal medial, volar medial dan radial styloid.
Prinsip dari penanganan radius distal adalah mengembalikan fungsi dari sendi
pergelangan tangan (wrist joint). Plate yang konvensional dapat digunakan buttress
ataupun neutralization plate, plate dengan locking screw juga kini sering digunakan,
umumnya untuk tulang yang sudah mengalami pengeroposan (osteoporosis).

Gambar 11. Contoh plating pada radius distal fraktur,dan penggunaan konvensional
plate dan screw.1,2

2. Pinning Perkutaneus
Pinning secara perkutan : ini terutama digunakan untuk fraktur ekstraartikular
atau dua bagian fraktur intraartikular. Ini dapat dicapai dengan menggunakan dua
atau tiga buah Kirschner wire ditempatkan pada lokasi fraktur, umumnya dari
styloid radial, diarahkan proksimal dan dari sisi dorsoulnar dari fragmen radial distal
diarahkan proksimal. Pinning perkutan umumnya digunakan untuk melengkapi short arm
cast atau fiksasi eksternal. Pin dapat dicabut 3 sampai 4 minggu setelah operasi,
dengan tambahan gyps dipertahankan 2 sampai 3 minggu

18
Gambar 12. Berbagai tehnik perkutaneus pinning pada fraktur radius distal
dengan menggunakan kirschner wire.2

3. Fiksasi Eksternal
Penggunaannya telah berkembang dalam popularitas didasarkan pada studi
yang menghasilkan tingkat komplikasi yang relatif rendah. Spanning fiksasi eksternal.
Ligamentotaxis digunakan untuk mengembalikan panjang radial dan kecenderungan
radial, tapi jarang mengembalikan palmar tilt. Fiksasi eksternal saja mungkin tidak
cukup stabil untuk mencegah beberapa derajat kolaps dan hilangnya palmar tilt selama
penyembuhan.

Overdistraksi harus dihindari karena dapat menyebabkan jari kaku dan dapat
diakui oleh peningkatan jarak interkarpal pada fluoroskopi intraoperatif. Pin dapat
dilepas pada 3 sampai 4 minggu, meskipun sebagian besar merekomendasikan 6 sampai
8 minggu fiksasi eksternal.

4. Fiksasi Ajuvan

Tambahan graft mungkin autograft, allograft, ataupun synthetic graft. Ajuvan


Kirschner kawat fiksasi dapat membantu untuk fragmen yang lebih kecil.

5. Arthroskopi

Fraktur yang dapat mengambil manfaat paling banyak dari Arthroskopi ajuvan
adalah: (1) Fraktur artikular kompleks tanpa metaphyseal kominusi, terutama
fraktur dengan fragmen impaksi central; dan (2) Fraktur radius distal dengan cedera
TFCC (Triangular Fibrocartilage Complex)1,2

19
2.9. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada fraktur radius distal diantaranya adalah
neuropati persisten, radiocarpal atau radioulnar artrosis, malunion, nonunion, ruptur
tendon, chronic regional pain syndrome (CRPS), ulnar impaction, loss of rotation, finger
stiffness, dan compartement syndrome1,2.

Chronic Regional Pain Syndrome.

Meski reflek sympatetic distrofi relatif jarang terjadi, varian yang lebih ringan
cukup sering tampak pada kasus fraktur radius distal. Dengan mengenal gejala ini sejak
awal, dan memberikan perhatian pada pasien dengan keluhan nyeri sangat, kaku jari,
bengkak, dan allodynia, atau parestesia dapat mencegah terjadinya CRPS. Nervus perifer
yang teriritasi dan tersangkut sering menyebabkan distrofi awal. Jika ditemukan
demikian, ahli bedah tidak perlu ragu untuk melakukan pemeriksaan elektrodiagnostik
dan prosedur dekompresi. Untuk pasien yang tidak merespon dengan analgetik lokal,
dapat dipertimbangkan sympathetic block meskipun pasien masih memakai gips. Pada
pasien dengan riwayat CRPS, dapat diberikan preemptive dengan long-acting
sympathetic block atau indwelling catheter2.

Nonunion

Nonunion pada fraktur radius distal sangat jarang, tetapi penatalaksanaannya


cukup menantang. Karena adanya nyeri, kontraktur sendi, ketidakseimbangan tendon,
dan deformitas tulang. Nonunion fraktur processus styloid ulna jarang menimbulkan
gejala. Penatalaksanaan pada nonunion fraktur radius distal harus bersifat individual
berdasarkan gejala pasien, defisit fungsi dan tulangnya. Pada dasarnya digunakan rigid
internal fixation dan autogenous bone graft2.

Malunion

Malunion pada fraktur radius distal menyebabkan nyeri pada pergelangan


tangan (radioulnar, radiocarpal, ulnocarpal), penurunan range of motion, midcarpal
instability, atau kombinasi semuanya. Pada umumnya nyeri pergelangan tangan pada
ulna merupakan faktor yang membuat pasien datang ke dokter. Pada fraktur Colles
perhatikan adanya deformitas berupa (1) subluksasi dorsal carpus, (2) dorsal intercalated
segment instability (DISI) yang dapat tereduksi dengan osteotomi radius (tipe 1) atau (3)

20
DISI yang tidak membaik dengan osteotomi radius. Deformitas yang dapat direduksi
biasanya ditandai dengan os lunatum yang dapat bergerak saat fleksi dan ekstensi pada
foto x-ray lateral. DISI yang fix biasanya kronis dan disrupsi ligamen scapulolunate yang
terlewati. Indikasi untuk dilakukan korektif osteotomi berdasarakan Greens adalah
kondisi lebih dari 15 derajat dorsal tilt, pemendekan radius lebih dari 5 mm, atau radial
angulasi. Semakin cepat diketahui terjadi malunion, semakin mudah dikoreksi sebelum
terjadi komplit bone healing, mudah melakukan realingment DRUJ dan radius, karena
belum adanya kontraktur soft tissue dan kapsular. Pada kasus deformitas yang sudah
terjadi full bone healing, maka sebaiknya menunggu sampai soft tissue stabil, dan pasien
sudah mendapatkan kembali gerak pergelangan tangan, jari, dan lengan bawah sebelum
dilakukan osteotomi dan fiksasi2.

Teknik extra articular radial osteotomi

Tujuan dilakukan osteotomi adalah untuk mengembalikan fungsi dan


memperbaiki bentuk pergelangan tangan. Osteotomi harus mengembalikan permukaan
sendiri agar distribusi beban tersebar normal, mengembalikan keseimbangan mekanis
sendi midcarpal, dan memperbaiki anatomi DRUJ. Karena itu, osteotomi dilakukan
dengan transversal dan oblique sejajar dengan permukaan sendi

Gambar 13. Osteotomi sebaiknya paralel dengan permukaan sendi untuk menghindari
terjadinya deformitas sekunder (dikutip dari Wolfe, 2010, Greens operative hand
surgery)

Pemberian graft corticocancellous graft diperlukan untuk menutup defek dan


mengembalikan kontinuitas korteks dan meningkatkan kestabilan instrinsik, sehingga
kualitas tulang adekuat2.

21
Indikasi radial osteotomi

- Simptomatis malunion
- Limited palmar flexion
- DRUJ incongruency, limited forarm rotation
- Adaptive carpal instability

Teknik

- Gunakan 6-7 cm dorsal insisi ditengah lister tubercle


- Ekspose radius distal antara kompartemen ketiga dan keempat
- Mobilisasi tendon EPL
- Tandai osteotomi yang dilakukan pada garis fraktur sebelumnya
- Gunakan 2.5 mm K-wire untuk menentukan sudut koreksi
- Lakukan osteotomi sejajar dengan permukaan sendi pada sagital plane dan
transversal plane pada frontal plane
- Posisikan dan stabilkan dengan laminar spreader atau temporary eksternal
fixation
- Isi defek dengan bone graft yang sudah dibentuk
- Gunakan K-wire temporer daan kontrol fluroskopi untuk mereposisi fragmen
distal dan DRUJ
- Lakukan internal fiksasi dengan 2,7 mm dorsal fixed-angle device dengan radial
pin plate dan fixed angle butress pin.

Postoperatif

- Pasang dorsal dan palmar splint selama 14 hari, sampai aff jahitan. Gunakan
sugar tong cast in supinasi jika ulna ikut dieksisi
- Pasang short arm cast selama 4-6 minggu sampai penyembuhan secara x-ray
terjadi jika menggunakan pin fixation
- Pasang palmar splint dan inisiasi rom exercise jika fiksasi dengan angle-fixation
digunakan
- Implan dorsal yang besar dapat menyebabkan iritasi tendon dan perlu dilepaskan.

22
Teknik volar approach

Volar approach dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya iritasi pada tendon
ekstensor akibat adanya dorsal plate. Fixed angle volar device didesain secara anatomis
untuk meningkatkan presisi dari palmar tilt2.

Watsons Trapezoidal Osteotomy

Watson dan Castle memperkenalkan teknik biplanar osteotomi plus


trapezoidal distl radial local autogenous bone graft. Tidak direkomendasikan pada
malunion radius yang parah atau jika adanya substansial length disecrepancy2.

Distal radioulnar joint contracture

Kontraktur dari DRUJ akan membatasi rotasi. Hilangnya kongruity sendi,


subluksasi, sikondrosis, interosseous membran kontraktur, dan dearrangement DRUJ
merupakan penyebabnya. Perlu dilakukan pembedahan bila kondisi tidak membaik
setelah fisioterapi2.

Manajemen Complex distal radius fractures

Evaluasi yang cermat terhadap gambar cedera, traksi, dan pasca-pengurangan


dapat membantu dalam mengembangkan rencana bedah pra-operasi (Gambar 9) .4,41)
Fragmen fraktur diidentifikasi pada radiografi standar dan computed tomography (CT)
untuk mengevaluasi besaran Perpindahan dan ukuran fragmen (Gambar 3). Jika tersedia,
tinjauan sistematis terhadap pemformatan CT sagital, koronal, dan aksial dilakukan
untuk memahami karakteristik masing-masing fragmen fraktur dan untuk menentukan
jenis fiksasi yang sesuai (Gambar 10) .4) Kami menyajikan teknik penulis untuk
mengelola Fraktur radius distal yang kompleks dengan banyak fragmen, kominsusi
artikular ekstensif, dan kehilangan tulang metadiaphyseal.

Fraktur Radius Jarak Jauh fragmen

Rekonstruksi fraktur radius distal multi-fragmen, dimulai dengan pengurangan anatomis


dan fiksasi kolom antara (radiolunate dan radioulnar sigmoid notch articulations) dengan

23
restorasi kolom radial berikutnya. Secara khusus, urutan reduksi dan fiksasi fraktur
radius distal multi fragmen adalah pelek volkan, sudut ulnar dorsal, fragmen artikular
bebas, dinding dorsal, dan kolom radial terakhir.

Teknik - Pendekatan Volar (Volar Rim Fixation)

Pendekatan fleksor carpi radialis standar (FCR) digunakan untuk mengekspos radius
distal volar.

Jika visualisasi fragmen pelek volkan tidak memadai, lakukan salah satu dari yang
berikut:

Perluas pendekatan FCR secara distal dengan sayatan Brunerstyle melintasi lipatan
pergelangan tangan proksimal dan distal ke kutub distal skafoid.

Angkat flap kulit tebal yang ulnil dan penuh, dengan perlindungan cabang kutaneus
palata dari saraf median, dan kembangkan interval antara bundel neurovaskular ulnar
dan tendon fleksor untuk mengakses fragmen pelek volkan.

Ukuran fragmen pelek volkan kemudian dievaluasi untuk menentukan apakah sekrup
baris paling ulnar dan distal melalui pelat pengunci volar dapat memberikan fiksasi yang
memadai

Fragmen pelek Volar dengan korteks volar kurang dari 15 mm yang tersedia untuk
fiksasi, atau dengan impaksi atau penurunan di bawah 5 mm, beresiko gagal fiksasi
dengan pelat pengunci volar.

Keputusan intraoperatif: Bisakah pelat pengunci volar memberikan fiksasi yang


memadai dari fragmen volar rim?

A. Jika demikian, pelat pengunci volar diimplantasikan dengan hati-hati untuk


memastikan posisi yang tepat dalam kaitannya dengan garis "daerah aliran sungai".

Masukkan sekrup ulir pengunci atau pasak di dalam deretan distal pelat pengunci volar
mulai dari ulnar sampai fiksasi kolom radial (fiksasi antara sampai radial).

Jika fragmen sudut ulnar dorsal memerlukan pengurangan dan fiksasi (karena impaksi,

24
Perpindahan, atau ketidakstabilan DRUJ), masukkan sekrup pendek atau pasak melalui
pelat pengunci volar agar tidak mengganggu pengurangan atau fiksasi fragmen dorsal
selanjutnya.

B. Jika tidak, berikut ini bisa dilakukan:

Memanfaatkan fiksasi spesifik fragmen, seperti lempeng pengait volar atau pin
penopang volar (Trimed Inc., Santa Clarita, CA) untuk menangkap fragmen pelek volkan

Letakkan K-wire melalui fragmen pelek volkan yang melibatkan korteks dorsal utuh
yang kemudian dapat dipotong, ditekuk, dan ditempatkan langsung di bawah pelat
pengunci volar

Teknik - Pendekatan Dorsal (Sudut sirip belakang, dinding dorsal, dan fiksasi fragmen
bebas intra-artikular)

Pendekatan dorsal pada pergelangan tangan dilakukan dengan elevasi flap retinakular
berbasis ulnaris melalui kompartemen ekstensor ke-3 dan ke-4.

Adalah pilihan penulis untuk melakukan neurektomi saraf interoseus posterior dengan
mengeluarkan segmen saraf 1 cm, yang terletak di lantai 4 Kompartemen ekstensor,
secara rutin dengan fiksasi dorsal.

Arthrotomy dilakukan melalui sambungan radiocarpal yang dapat diperpanjang


menjadi pendekatan hemat ligamen seperti yang dijelaskan oleh Berger et al. Untuk
mengatasi cedera ligamen terkait.

Langsung artikular (lunate facet dan fosa skafoid)

Pengurangan sudut ulnar dorsal dan fragmen intra-artikular gratis dilakukan

Cangkok tulang Cancellous (allograft atau autograft) atau pengganti tulang dimasukkan
ke wilayah komitusi metafisis yang dapat memperbaiki hasil radiografi secara
keseluruhan.

Meskipun fragmen dinding dorsal yang mengungsi mungkin tidak mempengaruhi hasil
klinis atau radiografi, jika fragmen dinding dorsal besar ada, maka preferensi penulis
untuk mengurangi dan menstabilkan fragmen ini untuk berfungsi sebagai penopang
kortikal untuk mengandung cangkok tulang yang dimasukkan ke dalam metafisis.

25
Fiksasi sudut ulnar dorsal dan fragmen dinding dorsal dapat dicapai dengan K-wire,
dorsal locking plate, atau fragmen-specific fiksasi.

Teknik - Fiksasi Kolom Radial

Melalui pendekatan pergelangan tangan volar, tendon brachioradialis diidentifikasi di


dalam lantai kompartemen ekstensor 1 dan ditransisikan atau Z-diperpanjang untuk
memudahkan

Pengurangan kolom radial

Pengurangan kolom radial dilakukan dengan traksi longitudinal dan deviasi ulnaris.

Jika styloid radial tidak memiliki atau sedikit kominusi, K-kawat sementara (0,045
atau 0,0625) dapat ditempatkan melalui ujung styloid radial ke korteks jauh diaphysis
radial untuk sementara mempertahankan pengurangan kolom radial.

Jika pelat pengunci volar sebelumnya digunakan untuk fiksasi pelek volkan, maka
sekrup radial dari barisan distal dan proksimal pelat dapat disisipkan dan kestabilan
kolom radial dievaluasi dengan radiografi tegangan (penyimpangan radial pergelangan
tangan dan pemuatan aksial).

Intra-operative Decision: Apakah fragmen kolom radial stabil dengan fitting plat
volar?

A. Jika ya, maka instrumentasi sudah lengkap.

B. Jika tidak ada, maka fiksasi tambahan kolom radial diperlukan (pin perkutan atau
fragmen fiksasi spesifik).

Jika fiksasi spesifik fragmen sebelumnya dimasukkan untuk fiksasi pelek volkan,
maka penulis lebih memilih fiksasi spesifik fragmen untuk fragmen kolom radial melalui
pendekatan lateral.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Bucholz, Robert W, Heckman et al. Rockwood and Greens Fracture in Adults,


7th Edition. 2010.
2. Wolfe SW. Greens Operative Hand Surgery, 6th edition. 2010
3. Dayican A, Unal VS, Ozkurt B, et al. Conservative treatment in intra-articular
fractures of the distal radius : a study on the functional and anatomic outcome in
elderly patients. Yonsei Med J. 2003. 44:836-840.
4. Rafael J, Diaz G, Kevin C. Common Myths and Evidence in Management of
Distal Radius Fractures. Hand Clin. 2011. 28(2): 127-133.

27

Anda mungkin juga menyukai