Anda di halaman 1dari 46

Case Report

Low Back Pain

Oleh :
Rara Novtria, S.Ked

Pembimbing :
dr. Fitriyani, Sp.S, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan Kasus:

Low back pain

Bandar Lampung, Agustus 2019

Penyaji Pembimbing

Rara Novtria, S.Ked dr. Fitriyani, Sp.S, M.Kes

2
BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama : Tn.Poniman
Usia : 39 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Sinar banten
Pekerjaan : Dinas Pertanian
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
No.RM : 13.11.71
Masuk RSPBA :Kontrol Poli Saraf

1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis.

A. Keluhan Utama

Nyeri pinggang bawah

B. Keluhan Tambahan

Pusing, kesemutan

C. Riwayat Perjalanan Penyakit

Seorang pasien laki-laki berusia 39 tahun datang ke poliklinik Saraf

RS Bintang Amin dengan tujuan untuk kontrol bulanan dikarenakan harus

minum obat secara rutin. Os datang dengan keluhan nyeri pinggang bawah

yang menjalar sampai ke kaki kiri dan semakin memberat sejak 1 minggu

yang lalu. Awalnya 1 bulan yang lalu nyeri terasa ringan dan hilang timbul

pada bagian pinggang bawah, Terkadang menjalar ke pantat / paha dan

3
menjalar ke kaki kiri. Keluhan dirasakan secara mendadak dan terasa seperti

ditusuk – tusuk pada pinggang bawah. Nyeri dirasakan terus menerus dan

sedikit berkurang dengan berbaring serta bertambah berat jika pasien duduk

dan berdiri sehingga menyebabkan pasien sulit untuk duduk dan berjalan.

Pasien tidak merasa kelemahan tubuh satu sisi (-), sulit bicara (-), gangguan

menelan/tersedak (-), gangguan penglihatan (-), Demam (-), Kejang (-),

pingsan (-), riwayat trauma (-), mengkonsumsi obat (-), mual (-), muntah (-).

Buang air besar dan buang air kecil dalam batas normal. Riwayat hipertensi

dan diabetes melitus tidak ada.

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Trauma (-)

Alergi obat (-)

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengaku tidak ada.

F. Riwayat Pengobatan

Os mengaku pernah berobat di puskesmas hajimena sebanyak 2 kali dan di

berikan obat.

G. Riwayat Kebiasaan

Pasien menyangkal memiliki riwayat kebiasaan merokok maupun minum

minuman beralkohol.

1.3 Pemeriksaan Fisik

A. Pemeriksaan Umum

4
Keadaan umum : Compos Mentis
Kesadaran : E4 M6 V5
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36⁰C
Gizi : Baik
Pernapasan : 22x/menit
B. Status Generalisata

 Kulit

Warna : Sawo matang Efloresensi : Tidak ada


Jaringan parut : Tidak ada Pigmentasi : Tidak ada
Pertumbuhan rambut : Normal Pembuluh darah : Normal
Suhu raba : Hangat Lembab/kering : Lembab
Keringat, umum : Normal Turgor : Normal

 Kepala

Ekspresi wajah : Normal Simetris muka : Simetris


Rambut : Normal

 Mata

Eksolftalmus : Tidak ada Endoftalmus : Tidak ada


Kelopak : Normal Lensa : Normal
Konjungtiva : Anemis Visus : Normal
Sklera : Ikterik Gerakan mata : Normal
Lap.penglihatan : Normal Tek.bola mata : Normal
Deviatio konjungtiva : Tidak ada Nistagmus : Tidak ada

 Telinga

Tuli : Tidak tuli Selaput pendengaran : Tidak diperiksa

5
Lubang : Normal Penyumbatan :Tidak ada
Serumen : Tidak diperiksa Perdarahan : Tidak ada

 Hidung

Trauma : Tidak ada Nyeri : Tidak ada


Sekret : Tidak ada Pernafasan cuping hidung : Tidak ada

 Mulut

Bibir : Normal Tonsil : Normal


Langit-langit : Normal Bau nafas : Tidak berbau
Trismus : Normal Lidah : Normal
Faring : Normal

 Leher

Pembesaran KGB : -
Pembesaran Tiroid : -
Trakhea : Lurus, tidak ada deviasi
JVP : Tidak Terdapat Kelainan

 Thoraks
Paru
Inspeksi : Kedua hemithoraks simetris secara statis dan dinamis, tidak ada
retraksi sela iga
Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri simetris , massa (-),
krepitasi (-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Kanan : vesikuler
Kiri : vesikuler
Jantung

Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak

6
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung atas : ICS III linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri : ICS VII linea midclavicula sinistra
Batas jantung kanan : ICS VI linea parasternalis dextra
Auskultasi :Bunyi jantung S1 dan S2 normal; Murmur(-); Gallop (-)
 Abdomen

Inspeksi : dinding abdomen datar, jaringan parut (-)


Auskultasi : bising usus 2x/menit
Palpasi : supel, nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Perkusi : sonor
 Ekstremitas

- atas : akral hangat (+/+), oedem (-/-)


- bawah : akral hangat (+/+), oedem (-/-)

1.4 Status Neurologis

Kesadaran : Composmentis

GCS : E4V5M6

Tanda rangsang meningeal

- Kaku kuduk : -/-


- Brudzinsky 1 : -/-
- Brudzinsky 2 : -/-
- Laseque : -/+
- Kernig : -/+

 Saraf Kranial

- N. I (Olfaktorius)
Fungsi menghidu baik.

7
- N. II (Optikus)
Lapang pandang penglihatan normal kanan dan kiri,
RCL (+/+), RCTL (+/+)

- N III, IV, VI (N. Oculomotorius, N. Trochlearis, N. Abdusen)


(Okulomotorius)
Kelopak mata: ptosis (-/-), endolftalmus (-/-), eksolftalmus (-/-)
Pupil: bulat, isokor, tepat berada ditengah
Gerakan bola mata tidak ada hambatan ke segala arah.

- N. V (Trigeminus)
Sensorik : sensibilitas wajah (+/+)
Motorik : gerakan mengunyah (+)

- N. VII (Facialis)
Mengangkat alis (+/+)
Menutup dan membuka mata (+/+)
Lipatan nasolabial (nasolabial fold) (+/+)

- N. VIII (Vestibulo-Koklearis)
Keseimbangan
 Nistagmus : Tidak Ditemukan
Tes Romberg :-
Tes Pendengaran
 Tes Rinne : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
 Tes Schwabach : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
 Tes Weber : Tidak Dilakukan Pemeriksaan

- N. IX, X (N. Glossopharingeus, N. Vagus )


Posisi uvula berada ditengah

8
Refleks menelan baik

- N. XI (Assesorius)
Mengangkat bahu (+/+)
menoleh ke kiri dan ke kanan (+/+)

- N. XII (Hipoglosus)
Kedudukan lidah simetris saat dijulurkan dan istirahat.

 Anggota gerak atas Kanan Kiri


Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5 5
Tonus N N
Trofi E E
Refleks fisiologis + +
Refleks patologis - -
Sensitibilitas DBN DBN

 Anggota gerak bawah Kanan Kiri


Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5 5
Tonus N N
Trofi E E
Refleks fisiologis + +
Refleks patologis - -
Sensitibilitas DBN DBN

1. Fungsi Koordinasi dan Keseimbangan


a) Romberg Test : Normal
b) Tandem Walking : Normal

9
c) Finger To Finger Test : Normal
d) Finger To Nose Test : Normal

2. Sistem Saraf Otonom


Miksi : Tidak ada kelainan
Defekasi : Tidak ada kelainan

3. Fungsi Luhur
Tidak ada gangguan fungsi luhur

1.5 Pemeriksaan Penunjang Anjur

Pada os dianjurkan untuk melakukan fisioterapi dan konsul dokter ortopedi.

Foto Rontgen Lumbal

1.6 Resume

Seorang pasien laki-laki berusia 39 tahun datang ke poliklinik Saraf RS

Bintang Amin dengan tujuan untuk kontrol bulanan dikarenakan harus minum

10
obat secara rutin. Os datang dengan keluhan nyeri pinggang bawah yang menjalar

sampai ke kaki kiri dan semakin memberat sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya 1

bulan yang lalu nyeri terasa ringan dan hilang timbul pada bagian pinggang

bawah, lalu semakin lama nyeri semakin memberat dan menjalar ke kaki kiri.

Keluhan dirasakan secara mendadak dan terasa seperti ditusuk – tusuk pada

pinggang bawah. Keluhan dirasakan terus – menerus dan memberat bila

beraktivitas. Nyeri dirasakan berkurang jika os beristirahat dan berbaring. Os

juga mengaku kesemutan pada kaki kiri ketika nyerinya kambuh. Os menyangkal

kalau sebelumnya os pernah terjatuh atau kecelakaan. Os juga menyangkal

adanya demam, mual, muntah, kejang, lumpuh sebelah badan. Os mengaku tidak

ada alergi obat.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan :

Keadaan umum : Compos Mentis

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

Suhu : 36,0⁰C

Pernapasan : 22 x/menit

Status Generalisata : Dalam batas normal

Status Neurologis : GCS E4V5M6

Tanda Rangsang Meningeal : Negatif

Saraf Kranialis : Baik

Sistem Motorik :

Lengan Kanan/Kiri : 55/55

11
Tungkai Kanan/Kiri : 55/55

Sistem Sensorik : Baik

Refleks Fisiologis : (+)

Refleks Patologis : (-)

1.7 Diagnosis Kerja

Diagnosis Klinis : Low Back Pain Akut yang menjalar sampai ke kaki kiri

Diagnosis Topis : Radiks nervus spinalis lumbal 5 –sacrum 1

Diagnosis Etiologi : Suspek HNP

1.8 Penatalaksanaan

1. Non Medikamentosa

- Pasien dianjurkan berolahraga kemudian dievaluasi lebih lanjut jika

pasien tidak mampu melakukan aktivitas sehari- hari dalam 4-6 minggu.

- Pada beberapa kasus dapat dilakukan tirah baring 2 - 3 hari pertama untuk

mengurangi nyeri.

- Dipertimbangkan pemberian obat penghilang rasa nyeri apabila pasien

belum mampu melakukan aktivitas dalam 1-2 minggu.

- Pemberian terapi dengan modalitas lain seperti intervensi listrik,

pemijatan, orthosis, mobilisasi, traksi maupun modalitas termal berupa

ultrasound terapeutik, diatermi, infra red dan hidroterapi, dengan terapi

elektrik seperti stimulasi galvanic, arus interferensial, arus mikro, stimulus

saraf transkutaneus elektrik maupun stimulus neuromuskular. Terapi dapat

pula dilakukan dengan cara meridian seperti akupuntur atau

12
elektroakupuntur. Selain itu, dapat pula digunakan terapi laser dan terapi

kombinasi atau multimodalitas.

2. Medikamentosa
- Natrium diclopenac 2x1

- Ranitidine 2x1

1.9 Prognosis

Ad Vitam : dubia ad bonam

Ad fungsionam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

13
BAB II

ANALISIS KASUS

2.1 Anatomi Vertebrae

Kolumna vertebralis terdiri dari 33 vertebrae (yang dihubungkan oleh

kartilago dan ligamenta), yaitu 7 vertebrae cervikalis (v. C 1-7), 12 vertebrae

thorakalis (v T 1-12), vertebrae lumbalis (v L 1-5), 5 vertebrae sakralis (v S 1-5),

dan 4 vertebrae koksigealis (v. Co 1-4) yang bergabung menjadi satu.(1)

Gambar.2.1 Anatomi Vertebrae 1

Setiap vertebrae memiliki korpus kecuali atlas dan arkus vertebrae yang

membentuk kanalis spinalis. Dua vertebrae yang berdekatan, berserta jaringan

penghubungnya pembentuk 1 unit fungsional, setip unit fungsional terdiri dari :

o Bagian depan berfungsi sebagai penyangga (weight bearing). Terdiri dari 2

korpus vertebrae dengan diskus inervertebralis diantaranya ( sebagai

hydraulic shock absorbing system). Dinding luar diskus intervertebralis,

yaitu anulus fibrosus terdiri dari jaringan fibroelastik yang kuat,

membungkus nukleus pulposus (suatu matriks gelatinosa)

14
Bagian belakang berfungsi seagai pemandu gerak (gliding guiding).

Terdiri dari 2 arkus vertebrae, 2 prosesus transversus, 1 prosesus spinosus

posterior dan 2 pasang persendian.(2) Ligamentum yang membungkus dan

menjaga stabilitas kolumna vertebralis, serta melindungi myelum,

diantaranya ligamntum longitudinalis anterior, ligamentum longitudinalis

posterior, ligamentum flavum, ligamentum supraspinosum, ligamentum

interspinosum, dll. Myelum atau medula spinalis berbentuk panjang, silindrik

dan dibungkus oleh selaput meningen, berada dalam (+ 2/3 bagan atas)

kanalis spinalis. Secara imajiner, myelum dibagi menjadi 31 segmen yaitu 8

segmen servikal, 12 segmen torakal, 5 segmen lumbal, 5 segmen sakrum,

dan 1 segmen koksigeal. Tiap segmen ini berhubungand engan 1 pasang

saraf spinal yang terdiri dari akar dosal (sensorik) dan akar ventral (motorik).

Gambar.2.2 Anatomi Vertebrae 2

15
2.2 Definisi

Low Back Pain merupakan nyeri pada daerah punggung antara sudut

bawah costae sampai lumbosakral. dapat menyerupai nyeri lokal maupun nyeri

radikuler atau keduanya. LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu

gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.

Keluhan ini dapat demikian hebatnya sehingga seringkali pasien mengalami

kesulitan dalam setiap pergerakan dan pasien harus beristirahat. LBP termasuk

salah satu gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari

mobilisasi yang salah. LBP menyebabkan timbulnya rasa pegal, linu, ngilu, atau

tidak enak pada daerah lumboskaral dan sakroiliaka yang dapat ditimbulkan oleh

berbagai sebab, kadang-kadang disertai dengan penjalaran nyeri kearah tungkai

dan kaki. Nyeri punggung bawah lebih sering terjadi pada pekerja yang sehari-

harinya melakukan kegiatan mengangkat, memindahkan, mendorong atau menarik

benda berat.

2.3 Etiologi

Organ yang Mendasari

Berdasarkan organ yang mendasari, Low Back Pain dapat dibagi menjadi beberapa

jenis, yaitu :

a) LBP Viserogenik

Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera didaerah pelvis, serta

tumor retroperitoneal. Nyeri yang dirasakan tidak bertambah berat dengan aktivitas

tubuh, juga tidak berkurang dengan istirahat. Penderita LBP viserogenik yang

mengalami nyeri hebat akan selalu menggeliat untuk mengurangi nyeri, sedang

16
penderita LBP spondilogenik akan lebih memilih berbaring diam dalam posisi tertentu

untuk menghilangkan nyerinya.

b) LBP vaskulogenik

Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan nyeri punggung atau

nyeri menyerupai iskialgia. Insufisiensi arteria glutealis superior dapat menimbulkan

nyeri di daerah bokong, yang makin memberat saat jalan dan mereda saat berdiri.

Nyeri dapat menjalar ke bawah sehingga sangat mirip dengan iskialgia, tetapi rasa

nyeri ini tidak terpengaruh oleh presipitasi tertentu misalnya: membungkuk,

mengangkat benda berat yang mana dapat menimbulkan tekanan sepanjang kolumna

vertebralis. Klaudikatio intermitten nyerinya menyerupai iskialgia yang disebabkan

oleh iritasi radiks.

c) LBP neurogenik

o Neoplasma : Rasa nyeri timbul lebih awal dibanding gangguan motorik,

sesibilitas dan vegetatif. Rasa nyeri sering timbul pada waktu sedang tidur

sehingga membangunkan penderita. Rasa nyeri berkurang bila penderita berjalan.

o Araknoiditis : Pada keadaan ini terjadi perlengketan – perlengketan. Nyeri

timbul bila terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut

o Stenosis kanalis spinalis : Penyempitan kanalis spinalis disebabkan oleh proses

degenerasi discus intervertebralis dan biasanya disertai ligamentum flavum.

Gejala klinis timbulnya gejala klaudicatio intermitten disertai rasa kesemutan dan

nyeri tetap ada walaupun penderita istirahat.

d) LBP spondilogenik

Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang

terdiri dari osteogenik, diskogenik, miogenik dan proses patologik di artikulatio

sacroiliaka.

17
e) LBP psikogenik

Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi atau

campuran keduanya.

f) LBP osteogenik

o Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan spondilitis

tuberculosa, trauma yang dapat mengakibatkan fraktur maupun

spondilolistesis, keganasan, kongenital misalnya scoliosis lumbal,

nyeri yang timbul disebabkan oleh iritasi dan peradangan selaput

artikulasi posterior satu sisi, metabolik misalnya osteoporosis,

osteofibrosis, alkaptonuria, hipofosfatemia familial.

o Fraktur kompresi lumbal : Pada seseorang yang mengalami

osteoporosis rentan sekali mengalamni fraktur dimanapun, pada

fraktur kompresi terutama di lumbal pada beberapa orag mungkin

tidak menimbulkan keluhan namun ada juga yang menimbulkan

keluhan berupa nyeri pada tulang belakang yang biasanya bersifat

tajam, dan kadang – kadang fraktur itu sendiri dapat menyebabkan

iritasi pada akar syaraf sehingga dapat menimbulkan keluhan nyeri

yang mejalar ke sekitarnya. Selain itu gejala lain dan pemeriksaan

fisik yang ada berupa ; kifosis, tinggi badan berkurang.

g) LBP diskogenik

o Spondilosis

 Proses degenerasi yang progresif pada discus intervertebralis,

sehingga jarak antar vertebra menyempit, menyebabkan timbulnya

18
osteofit, penyempitan kanalis spinalis dan foramen intervertebrale dan

iritasi persendian posterior. Rasa nyeri disebabkan oleh terjadinya

osteoarthritis dan tertekannya radiks oleh kantong duramater yang

mengakibatkan iskemi dan radang. Gejala neurologik timbul karena

gangguan pada radiks yaitu: gangguan sensibilitas dan motorik

(paresis, fasikulasi dan atrofi otot). Nyeri akan bertambah apabila

tekanan LCS dinaikkan dengan cara penderita disuruh mengejan

(percobaan valsava) atau dengan menekan kedua venajugularis

(percobaan Naffziger).

o Hernia nucleus pulposus (HNP):

 Keadaan dimana nucleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian

menekan kearah kanalis spinalis melalui annulus fibrosus yang robek.

Dasar terjadinya HNP yaitu degenerasi discus intervertebralis. Pada

umumnya HNP didahului oleh aktivitas yang berlebihan misalnya

mengangkat benda berat, mendorong barang berat. HNP lebih banyak

dialami oleh laki – laki dibanding wanita. Gejala pertama yang timbul

yaitu rasa nyeri di punggung bawah disertai nyeri di otot – otot sekitar

lesi dan nyeri tekan ditempat tersebut. Hal ini disebabkan oleh spasme

otot – otot tersebut dan spasme ini menyebabkan berkurangnya

lordosis lumbal dan terjadi scoliosis. HNP sentral menimbulkan

paraparesis flaksid, parestesia dan retensi urin. HNP lateral

kebanyakan terjadi pada L5-S1 dan L4-L5. pada HNP lateral L5-S1

rasa nyeri terdapat dipunggung bawah, ditengah – tengah antara kedua

19
bokong dan betis, belakang tumit dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi

jari V kaki juga berkurang dan reaksi achilles negative. Pada HNP

lateral L4-L5 rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung

bawah, bagian lateral bokong, tungkai bawah bagian lateral, dan di

dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks

patella negative. Sensibilitas pada dermatom yang sesuai dengan

radiks yang terkena, menurun. Pada tes lasegue akan dirasakan nyeri

di sepanjang bagian belakang. Percobaan valsava dan naffziger akan

memberikan hasil positif.

o Spondilitis ankilosa:

 Proses ini mulai dari sendi sakroiliaka yang kemudian menjalar

keatas, ke daerah leher. Gejala permulaan berupa rasa kaku

dipunggung bawah waktu bangun tidur dan hilang setelah

mengadakan gerakan. Pada foto roentgen terlihat gambaran yang

mirip dengan ruas – ruas bamboo sehingga disebut bamboo spine.

h) LBP miogenik

o Ketegangan otot

 sikap tegang yang berulang – ulang pada posisi yang sama akan

memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri.

Rasa nyeri timbul karena iskemia ringan pada jaringan otot,

regangan yang berlebihan pada perlekatan miofasialterhadap

tulang, serta regangan pada kapsula.

20
o Spasme otot atau kejang otot

 Disebabkan oleh gerakan yang tiba – tiba dimana jaringan otot

sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang

pemanasan. Gejalanya yaitu adanya kontraksi otot yang disertai

dengan nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri

sekaligus menambah kontraksi.

o Defisiensi otot

 Disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari mekanisasi yang

 berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun karena imobilisasi.

o Otot yang hipersensitif

 Menciptakan suatu daerah yang apabila dirangsang akan

menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu.

Berdasarkan mekanisme patologiknya(4)

a) Trauma

Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama Low Back Pain.

Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan

aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang yang akut.

Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan

kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan

terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri.Kekakuan otot

cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu.

Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar

tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut. Menurut Soeharso (1978),

21
secara patologis anatomis, pada Low Back Pain yang disebabkan karena

trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan, seperti:

o Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca

Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri

pada os sacrum akibat adanya penekanan.Nyeri dapat bertambah saat

batuk dan saat posisi supine.Pada pemerikasaan, lassague symptom positif

dan pergerakan kaki pada hip joint terbatas.

o Perubahan pada sendi Lumba Sacral

Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan

sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia.Keadaan ini

dapat menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral

I dan dapat menyebabkan keterbatasan gerak.

b) Infeksi

Infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan

oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi

kronis ditandai dengan pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam

serta kelemahan.

Artritis rematoid dapat melibatkan persendian sinovial pada vertebra. Artritis

rematoid merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan ikat mesenkimal.

Penyakit Marie-Strumpell, yang juga dikenal dengan nama spondilitis

ankilosa atau bamboo spine terutama mengenai pria dan teruta mengenai

kolum vertebra dan persendian sarkoiliaka. Gejala yang sering ditemukan

22
ialah nyeri lokal dan menyebar di daerah pnggang disertai kekakuan

(stiffness) dan kelainan ini bersifat progresif.

c) Neoplasma

Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau ganas.Tumor jinak dapat

mengenai tulang atau jaringan lunak.Contoh gejala yang sering dijumpai pada

tumor vertebra ialah adanya nyeri yang menetap.Sifat nyeri lebih hebat dari

pada tumor ganas daripada tumor jinak.Contoh tumor tulang jinak ialah

osteoma osteoid, yang menyebabkan nyeri pinggang terutama waktu malam

hari.Tumor ini biasanya sebesar biji kacang, dapat dijumpai di pedikel atau

lamina vertebra.Hemangioma adalah contoh tumor benigna di kanalis spinal

yang dapat menyebabkan nyeri pinggang. Meningioma adalah tumor

intradural dan ekstramedular yang jinak, namun bila ia tumbuh membesar

dapat mengakibatkan gejala yang besar seperti kelumpuhan.

d) Low Back Pain karena Perubahan Jaringan

Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada

tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada

daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung

dan anggota bagian tubuh lain.Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP

yang disebabakan oleh perubahan jaringan antara lain:

o Osteoartritis (Spondylosis Deformans)

Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-ototnya juga

menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan

pada otot atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar

23
tulang vetebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel

seperti saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang

belakang hingga ke pinggang.

o Penyakit Fibrositis

Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler.Penyakit ini

ditandai dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu.Rasa

nyeri memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan.

e) Kongenital

Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri pinggang bawah yang

penting. Kelainan kongenital yang dapat menyebabkan nyeri pinggang bawah

adalah :

o Spondilolisis dan spondilolistesis

Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus

vertebrae ( in utero ) arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus

vertebraenya sendiri.Pada spondilolistesis korpus vertebrae itu sendiri (

biasanya L5 ) tergeser ke depan.Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu

bayi itu masih berada dalam kandungan, namun ( oleh karena timbulnya

kelinan-kelainan degeneratif ) sesudah berumur 35 tahun, barulah timbul

keluhan nyeri pinggang. Nyeri pinggang ini berkurang atau hilang bila

penderita duduk atau tidur. Dan akan bertambah, bila penderita itu berdiri

atau berjalan. Spondilolitesis dapat mengakibatkan tertekuknya radiks L5

sehingga timbul nyeri radikuler.

24
o Spina Bifida

Bila di daerah lumbosakral terdapat suatu tumor kecil yang ditutupi oleh

kulit yang berbulu, maka hendaknya kita waspada bahwa didaerah itu ada

tersembunyi suatu spina bifida okulta.

Pada foto rontgen tampak bahwa terdapat suatu hiaat pada arkus spinosus

di daerah lumbal atau sakral.Karena adanya defek tersebut maka pada

tempat itu tidak terbentuk suatu ligamentum interspinosum.Keadaan ini

akan menimbulkan suatu “lumbo-sakral sarain” yang oleh si penderita

dirasakan sebagai nyeri pinggang.

o Stenosis kanalis vertebralis

Diagnosis penyakit ini ditegakkan secara radiologis.Walaupun penyakit

telah ada sejak lahir, namun gejala-gejalanya baru tampak setelah

penderita berumur 35 tahun.Gejala yang tampak adalah timbulnya nyeri

radikuler bila si penderita jalan dengan sikap tegak. Nyeri hilang begitu

penderita berhenti jalan atau bila ia duduk. Untuk menghilangkan rasa

nyerinya maka penderita lantas jalan sambil membungkuk.

o Spondylosis lumbal

Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan discus

intervertebralis, yang menyebabkan nyeri dan kekakuan.

o Spondylitis

Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang .ini

merupakan penyakit sistemik yang etiologinya tidak diketahui, terutama

mengenai orang muda dan menyebabkan rasa nyeri dan kekakuan sebagai

25
akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi dan ankilosing sendi

tulang belakang.

f) Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat

Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat

mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi

pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa

valgum dan sebagainya.Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan

duduk dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan

terjadinya.Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan

terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat penumpukan lemak,

kelainan postur tubuh dan kelemahan otot.

2.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis LBP berbeda-beda sesuai dengan etiologinya masing-

masing seperti beberapa contoh dibawah ini :

1. LBP akibat sikap yang salah

Sering dikeluhkan sebagai rasa pegal yang panas pada pinggang, kaku dan

tidak enak namun lokasi tidak jelas. Pemeriksaan fisik menunjukkan otot-otot

paraspinal agak spastik di daerah lumbal, namun motalitas tulang belakang

bagian lumbal masih sempurna, walaupun hiperfleksi dan hiperekstensi dapat

menimbulkan perasaan tidak enak. Lordosis yang menonjol. Tidak ditemukan

gangguan sensibilitas, motorik, dan refleks pada tendon. Foto rontgen

lumbosakral tidak memperlihatkan kelainan yang relevan.

26
2. Pada Herniasi Diskus Lumbal

Nyeri punggung yang onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul atau terasa

tidak enak, sering intermiten, walau kadang onsetnya mendadak dan berat.

Diperhebat oleh aktivitas atau pengerakan tenaga serta mengedan, batuk atau

bersin. Menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan tungkai

yang sakit difleksikan. Sering terdapat spasme refleks otot-otot paravertebrata

yang menyebabkan nyeri sehingga membuat pasien tidak dapat berdiri tegak

secara penuh. Setelah periode tertentu timbul skiatika atau iskialgia.

3. LBP pada Spondilosis

Kompresi radiks sulit dibedakan dengan yang disebabkan oleh protrusi

diskus, walaupun nyeri biasanya kurang menonjol pada spondilisis. Dapat

muncul distesia tanpa nyeri pada daerah distribusi radiks yang terkena. Dapat

disertai kelumpuhan otot dan gangguan reflex. Terjadi pembentukan osteofit

pada bagian sentral dari korpus vertebra yang menekan medula spinalis. Kauda

ekuina dapat terkena kompresi pada daerah lumbal bila terdapat stenosis kanal

lumbal.

4. LBP pada Spondilitis Tuberkulosis

Terdapat gejala klasik tuberkulosis seperti penurunan berat badan,

keringat malam,demam subfebris, kakeksia. Gejala ini seringtidak menonjol.

Pada lokasi infeksi sering ditemukan nyeri vertebra/lokal dan menghilang bila

istirahat. Gejala dan tanda kompresi radiks atau medulla spinalis terjadi pada

20% kasus (akibat absesdingin)Onset penyakit dapat gradual atau mendadak

(akibat kolaps vertebra dan kifosis). Diawali nyeri radikular yang mengelilingi

27
dadaatau perut, diikuti paraparesis yang lambat launmakin memberat,

spastisitas, klonus,hiperrefleksia dan refleks Babinsky bilateral. Dapat

ditemukan deformitas dan nyeri ketok tulang vertebra. Penekanan mulai dari

bagian anterior sehinggagejala klinis yang muncul terutama gangguan motorik.

5. LBP pada Spondilitis Ankilopoetika

Biasanya dirasakan pada usia 20 tahun. Tidak hilang dengan istirahat dan

tidak diperberat oleh gerakan. Pemeriksaan fisik menunjukkan

pembatasangerakan di sendi sakrolumbal dan seluruhtulang belakang lumbal.

Laju endap darah meninggi.Terjadi osifikasi ligamenta interspinosa.

2.5 Patofisiologi

Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis yang


tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai
ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut
memungkinkan fleksibelitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan
perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan
tulang belakang akan menyerap goncangan vertikal pada saat berlari dan
melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot
abdominal dan toraks sangat penting pada aktivitas mengangkat beban. Bila tidak
pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Mengangkat beban
berat pada posisi membungkuk menyamping menyebabkan otot tidak mampu
mempertahankan posisi tulang belakang thorakal dan lumbal, sehingga pada saat
facet joint lepas dan disertai tarikan dari samping, terjadi gesekan pada kedua
permukaan facet joint menyebabkan ketegangan otot di daerah tersebut yang
akhirnya menimbulkan keterbatasan gesekan pada tulang belakang. Obesitas,
masalah postur, masalah struktur, dan perengangan berlebihan pendukung tulang
dapat berakibat nyeri punggung. Diskus intervertebralis akan mengalami
perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama

28
tersusun atas fibrokartilago dengan matrik gelatinus. Pada lansia akan menjadi
fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-
S1, menderita stress mekanis paling berat dan perubahan degenerasi terberat.
Penonjolan faset akan mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar
dari kanalis spinalis, yang menyebabkan nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut.

2.6 Klasifikasi

Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya LBP

terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Acute Low Back Pain

Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang

secara tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari

sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low

back pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil

atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut

selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon.

Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan

spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal

nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.

b. Chronic Low Back Pain

Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3

bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini

biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama.

Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis,

rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.

29
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang

termasuk dalam low back pain terdiri dari :

a) Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi:

Superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus

spinosus dari vertebra thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal

imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra sakralis

pertama dan lateral oleh garis vertikal tangensial terhadap batas lateral spina

lumbalis.

b) Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis

transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra sakralis

pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui sendi

sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui spina iliaka

superior posterior dan inferior.

c). Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain

dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah

1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain.

2.7 Diangnosa Banding

1. fraktus kompresi

Riwayat trauma (kecuali osteoporosis), titik nyeri ditulang belakang, nyeri

memburuk saat fleksi, dan menarik dari telentang,dari posisi duduk dan dari

duduk ke posisi berdiri.

30
2. Hernia nucleus pulposus (HNP)

Nyeri kaki lebih – besar dari pada nyeri dipunggung dan memburuk ketika

duduk rasa sakit dari akar saraf L1-L3 menyebar sampai pinggul atau paha

anterior, rasa sakit dari akar saraf L4-S1 menyebar ke bawah lutut.

2.8 Faktor Resiko

1. Usia

Secara teori, nyeri pinggang atau LBP dapat dialami oleh siapa saja,

pada umur berapa saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai pada

kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa

faktor etiologik tertentu yag lebih sering dijumpai pada umur yang lebih tua.

Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua

dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri

pinggang ini semakin lama semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.

2. Jenis Kelamin

Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap keluhan

nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin

seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada

wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus

menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan

31
tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan

terjadinya nyeri pinggang.

3. Faktor Indeks Masa Tubuh

 Berat Badan

Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya nyeri

pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan

meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.

 Tinggi Badan

Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan beban

anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.

4. Pekerjaan

Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban berat,

sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab serta

penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang

biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari

25 kg sehari akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.

5. Aktifitas atau Olahraga

Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak disadari

oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan

seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat

menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk

dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang

seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri yang

32
salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah

seperti tidur pada kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas

lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi

mengangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban

merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok

terlebih dahulu.

2.8 Diagnosis

Anamnesa

Nyeri pinggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:


1. Nyeri pinggang lokal
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan
radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian di
bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen.
2. Iritasi pada radiks
Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada dermatom
yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang dapat disertai

33
hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh
proses desak ruang pada foramen vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.
3. Nyeri rujukan somatis
Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada
dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat
dirasakan di bagian lebih superfisial.
4. Nyeri rujukan viserosomatis
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam
ruangan panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.
5. Nyeri karena iskemia
6. Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang
dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat
disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka
komunis.
7. Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan
dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.
Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang timbul
setelah posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot,
peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain
timbul bertahap.
Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang lebih
dominan dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan
nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada LBP dengan
rasio 80-20% menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin memerlukan suatu
tindakan operasi. Bila nyeri LBP lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya
tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga biasanya tidak
memerlukan tindakan operatif.
Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa
gejala merupakan gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis.
Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi

34
diskus dapat menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama
2- 4 minggu.
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang
biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu LBP, namun
sebagian besar episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif
sepele, seperti membungkuk atau memungut barang yang enteng.
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan
bertambahnya nyeri LBP, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya
berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa menyebabkan
meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat menambah nyeri, juga batuk,
bersin dan mengejan sewaktu defekasi. Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada
pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada malam hari bisa merupakan suatu peringatan,
karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu
keganasan ataupun infeksi.
Faktor-faktor lain yang penting adalah gangguan pencernaan atau
gangguan miksi-defekasi, karena bisa merupakan tanda dari suatu lesi di kauda
ekuina dimana harus dicari dengan teliti adanya hipestesi peri-anal, retensio urin,
overflow incontinence dan tidak adanya perasaan ingin miksi dan gejala-gejala ini
merupakan suatu keadaan emergensi yang absolut, yang memerlukan suatu
diagnosis segera dan dekompresi operatif segera, bila ditemukan kausa yang
menyebabkan kompresi.
Suatu radikulopati tanpa nyeri menandakan kemungkinan adanya suatu
penyakit metabolik seperti polineuropati diabetik, namun juga harus diingat
bahwa hilangnya nyeri tanpa terapi yang adekuat dapat menandakan adanya suatu
penyembuhan, namun dapat pula berarti bahwa serabut nyeri hancur sehingga
perasaan nyeri hilang, walaupun kompresi radiks masih ada.
Suatu nyeri yang berkepanjangan akan menyebabkan dan dapat diperberat
dengan adanya depresi sehingga harus diberi pengobatan yang sesuai. Terdapat 5
tanda depresi yang menyertai nyeri yang hebat, yaitu anergi (tak ada energi),
anhedonia (tak dapat menikmati diri sendiri), gangguan tidur, menangis spontan
dan perasaan depresi secara umum.

35
2.9 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri punggung

meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi meliputi

evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks.

a) Inspeksi :

o Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri

dan menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu

herniasi diskus.

o Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang

membuat nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya

lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis

lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.

o Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:

 Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.

 Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan

nyeri pada tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di

lumbal dan artritis lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan

penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada

saraf spinal.

 Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan

nyeri pada tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada

saraf yang terinflamasi diatas suatu diskus protusio sehingga

meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan

36
meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya

(jackhammer effect).

o Tanda Minor

o Penderita bangun dari posisi uduk dengan bertopag pada sisi yang

sehat, tangan di punggung,, sambil menekuk tungkai yang sakit.

b) Palpasi :

o Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri

dengan menekan pada ruangan intervertebralis.

o Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-

off) pada palpasi di tempat/level yang terkena.

o Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk

mencari adanya fraktur pada vertebra.

c) Pemeriksaaan Motorik

o Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi

untuk menemukan abnormalitas motoris.

o Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :

 Berjalan dengan menggunakan tumit.

 Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.

 Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong tembok )

d) Pemeriksaan Sensorik

o Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan

perhatian dari penderita dan tak jarang keliru

o Nyeri dalam otot.

37
o Rasa gerak

e) Refleks

o Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan

Patella, respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui

lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.

 Special Test(6)

 Tes Lasegue:

Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila pasien

tidak dapat mengangkat tungkai kurang dari 60° dan nyeri sepanjang

nervus ischiadicus. Rasa nyeri dan terbatasnya gerakan sering menyertai

radikulopati, terutama pada herniasi discus lumbalis / lumbo-sacralis.

Gambar 2.3 Test Lasegue

 Tes Patrick dan anti-patrick:

Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul. Positif jika

gerakan diluar kemauan terbatas, sering disertai dengan rasa nyeri.

Positif pada penyakit sendi panggul, negative pada ischialgia.

38
Gambar 2.4 Tes Patrick dan anti-patrick

 Tes Kernig

Pasien terlentang, paha difleksikan, kemudian meluruskan tungkai

bawah sejauh mungkin anpa timbul rasa nyeri yang berarti. Positif jika

terdapat spasme involunter otot semimembraneus, semitendinosus,

biceps femoris yang membatasi ekstensi lutut dan timbul nyeri.

 Tes Naffziger

Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan

meningkat, akan menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, timbul

nyeri radikuler. Positif pada spondilitis.

 Tes valsava

Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS akan

meningkat, hasilnya sama dengan percobaan Naffziger.

 Spasme m. Psoas

Diperiksa pada pasien yang berbaring terlentang dan pelvis ditekan

kuat – kuat pada meja oleh sebelah tangan pemeriksa, sementara tangan

39
lain menggerakkan tungkai ke posisi vertical dengan lutu dalam

keadaan fleksi tegak lurus. Panggul secara pasif mengadakan

hiperekstensi ketika pergelangan kaki diangkat. Terbatasnya gerakan

ditimbulkan oleh spasme involunter m.psoas.

 Tes Gaenselen

Terbatasnya fleksi lumbal secara pasif dan rasa nyeri yang

diakibatkan sering menyertai penyakit pada art. Lumbal / lumbo-sacral.

Dengan pasien berbaring terlentang, pemeriksa memegang salah satu

ekstremitas bawah dengan kedua belah tangan dan menggerakkan paha

sampai pada posisi fleksi maksimal. Kemudian pemeriksa menekan kuat

– kuat ke bawah kearah meja dan ke atas kearah kepala pasien, yang

secara pasif menimbulkan fleksi columna spinalis lumbalis

3.0 Pemeriksaan Penunjang

a) Laboratorium:

Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah (LED),

kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.

b) Pemeriksaan Radiologis :

 Foto rontgen biasa (plain photos) : sering terlihat normal atau kadang-kadang

dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan

degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-

kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan

suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.

 CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis

telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.

40
 Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada pasien

yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat fiksasi metal.CT

mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat dengan

lebih jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien yang

menjalani operasi vertebra multipel dan bila akan direncanakan tindakan operasi

terhadap stenosis foraminal dan kanal vertebralis.

 MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan

menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah

ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang

paling terkena.MRI sangat berguna bila:

- vertebra dan level neurologis belum jelas

- kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak

- untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi

- kecurigaan karena infeksi atau neoplasma

 Elektromiografi (EMG) :

Dalam bidang neurologi, maka pemeriksaan elektrofisiologis /

neurofisiologis sangat berguna pada diagnosis sindroma radiks.

Pemeriksaan EMG dilakukan untuk :

- Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks

- Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer

- Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks

3.1 Penatalaksanaan

Terapi Non Farmakologis

41
1. Pasien dianjurkan berolahraga kemudian dievaluasi lebih lanjut jika

pasien tidak mampu melakukan aktivitas sehari- hari dalam 4-6 minggu.

2. Pada beberapa kasus dapat dilakukan tirah baring 2- 3 hari pertama untuk

mengurangi nyeri.

3. Dipertimbangkan pemberian obat penghilang rasa nyeri apabila pasien

belum mampu melakukan aktivitas dalam 1-2 minggu.

4. Pemberian terapi dengan modalitas lain seperti intervensi listrik,

pemijatan, orthosis, mobilisasi, traksi maupun modalitas termal berupa

ultrasound terapeutik, diatermi, infra red dan hidroterapi, dengan terapi

elektrik seperti stimulasi galvanic, arus interferensial, arus mikro, stimulus

saraf transkutaneus elektrik maupun stimulus neuromuskular. Terapi dapat

pula dilakukan dengan cara meridian seperti akupuntur atau

elektroakupuntur. Selain itu, dapat pula digunakan terapi laser dan terapi

kombinasi atau multimodalitas.

Terapi Farmakologis

1. Asetaminofen

Penggunaan asetaminofen dengan dosis penuh (2 sampai 4g per hari) sebagai

terapi lini pertama didukung oleh bukti-bukti yang kuat 21 dan beberapa

pedoman terapi (rekomendasi A). Harus diketahui bahwa pada pasien

dengan riwayat alkoholisme, sedang puasa, memiliki penyakit liver,

mengonsumsi obat tertentu (terutama antikonvulsan) atau orang tua yang

lemah, toksisitas hati dapat terjadi pada dosis yang direkomendasikan.

Selanjutnya, toksisitas asetaminofen meningkat secara substansial jika

42
dikonsumsi bersamaan dengan dengan inhibitor siklooksigenase-2 spesifik

(COX-2) atau obat-obat anti-inflamasi (NSAID).

2. Obat Anti Inflamasi (NSAID)

Hampir pada sebagian besar pengobatan direkomendasikan NSAID.

Mempertimbangkan manfaat dibandingkan efek samping, American

Geriatrics Society merekomendasikan COX-2 inhibitor sebagai terapi lini

pertama dibandingkan NSAID non spesifik. Salisilat non-asetil (kolin

magnesium trisalicylate, salsalat) terbukti efektif dan memiliki lebih sedikit

efek samping gastrointestinal dibandingkan NSAID non spesifik dengan

biaya lebih rendah daripada lebih agen selektif. Jika NSAID non spesifik

yang dipilih, sitoproteksi lambung harus dipertimbangkan berdasarkan profil

risiko pasien. NSAID harus dipertimbangkan ketika peradangan diyakini

memainkan peran penting dalam proses produksi nyeri.

3. Steroid

Injeksi steroid epidural adalah prosedur yang biasa dilakukan untuk nyeri

leher radikuler dan nyeri punggung bawah. Penggunaan steroid untuk nyeri

radikuler harus jelas namun untuk injeksi steroid epidural kurang

direkomendasikan sedangkan penggunaan steroid tidak dianjurkan untuk

mengobati LBP kronis.

43
BAB III

KESIMPULAN

Low Back Pain merupakan nyeri pada daerah punggung antara sudut

bawah costae sampai lumbosakral. dapat menyerupai nyeri lokal maupun nyeri

radikuler atau keduanya. LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu

gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.

Gejala penyakit punggung yang sering dirasakan adalah nyeri, kaku,

deformitas, dan nyeri serta paraestesia atau rasa lemah pada tungkai. Gejala

serangan pertama sangat penting. Dari awal kejadian serangan perlu diperhatikan,

yaitu apakah serangannya dimulai dengan tiba – tiba, mungkin setelah menggeliat,

atau secara berangsur – angsur tanpa kejadian apapun. Dan yang diperhatikan pula

gejala yang ditimbulkan menetap atau kadang –kadang berkurang. Selain itu juga

perlu memperhatikan sikap tubuh, dan gejala yang penting pula yaitu apakah

adanya secret uretra, retensi urine.

44
DAFTAR PUSTAKA

1. Heinemann, S. Functional Anatomy of The Spine. Edisi kedua.Philadelphia:


Elsevier. 2005. P.3-13.
2. Vinjamaram, S. Anatomy of The Spine. 2010. http://www.scoi.com/spine.php.
[diakses 15 Mei 2013].
3. Anonnymous. Definition of Low Back Pain . 2011.
http://www.google.co.id/search?tbm=bks&hl=id&q=definition+low+back+pain&btnG=.
[diakses 15 Mei 2013].
4. Anonnymous.Low Back Pain . 2009.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24616/4/Chapter%20II.pdf. [diakses 15
Mei 2013].
5. Turk, D. From Acute to Chronic Back Pain. Edisi pertama.New York.:Oxford
University. 2012. P84-86.
6. Hunterpshysics.Orthopaedic and Muscles Test . 2012.
http://quizlet.com/15687357/phmd-orthopedic-and-muscle-tests-quiz-1-flash-cards/.
[diakses 15 Mei 2013].
7. Simon, D. Evidence Based Management of Low Back Pain .Edisi Pertama.
Philadelphia: Elsevier. 2012. P45-50.
8. Angliadi LS, Sengkey L., Mogi TI., Gessal J. Low Back Pain. Dalam : Bahan Kuliah
Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
FK UNSRAT. Manado. 2006. Hal: 79-90. 2.
9. Nuatha A.A. Bgs. Ngr. Beberapa Segi Klinik Dalam Penatalaksanaan Nyeri
Pinggang Bawah. Downloaded from:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/54_10_beberapa_segiklinikdanpenatalaksanaannya
. pdf.html. Mei 2014 3.

45
10. Adelia, Rizma., 2007. Nyeri Pinggang/Low Back Pain. Downloaded from :
http://www.fkunsri.wordpress.com /2007/09/01/nyeri- pinggang-low-back-pain/ Mei
2014. 4.
11. Mansjoer, Arif, Et All. Ilmu Penyakit Saraf. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi III. Jakarta. Media Aesculapius. 2007. Hal: 5-59. 5.
12. Mahar Marjono. Iskialgia Dalam: Neurologi Klinik Dasar. PT.Dian Rakyat. Jakarta
2004;94-1001 6.
13. Roger Chou, MD, and Laurie Hoyt Huffman, MS. (2007) Medications for Acute and
Chronic Low Back Pain: A Review of the Evidence for an American Pain
Society/American College of Physicians Clinical Practice Guideline. Annals of Internal
Medicine 147, 507-510 7.

46

Anda mungkin juga menyukai