Anda di halaman 1dari 6

Pengaturan Pernapasan

a. Pusat Pernapasan
Pusat pernapasan terdiri atas beberapa kelompok neuron yang terletak bilateral di
medula oblongata dan pons pada batang otak, seperti dilukiskan pada Gambar 41-1. Daerah ini
dibagi menjadi tiga kelompok neuron utama:
(1) kelompok pernapasan dorsal, terletak di bagian dorsal medula, terutsama
menyebabkan inspirasi;
(2) kelompok pernapasan ventral, terletak di ventrolateral medula, terutama
menyebabkan ekspirasi, dan
(3) pusat pneumotaksik, terletak di sebelah dorsal bagian superior pons, terutama
mengatur kecepatan dan kedalaman napas; membatasi masa inspirasi dan
meningkatkan frekuensi pernapasan

b. Central Chemoreseptor
Area kemosensitif pusat bertindak untuk mendeteksi perubahan pH cairan
serebrospinal terdekat (CSF) yang mengindikasikan perubahan konsentrasi oksigen atau
karbon dioksida yang tersedia untuk jaringan otak. Peningkatan karbon dioksida menyebabkan
ketegangan arteri, seringkali akibat dari penurunan output CO2 (hiperkapnia), secara tidak
langsung menyebabkan darah menjadi lebih asam; pH cairan serebrospinal sebanding dengan
plasma, karena karbon dioksida mudah berdifusi melintasi sawar darah-otak.
Namun, perubahan pH plasma saja tidak akan merangsang kemoreseptor sentral karena
H+ tidak mampu berdifusi melintasi sawar darah-otak ke dalam CSF. Hanya kadar CO2 yang
memengaruhi hal ini karena dapat berdifusi melintasi, bereaksi dengan H2O untuk membentuk
asam karbonat dan dengan demikian menurunkan pH.
Mengapa karbon dioksida darah lebih kuat merangsangneuron-neuron kemosensitif
daripada ion hidrogen darah? Jawabannya adalah bahwa sawar darah otak tidak terlalu
permeabel terhadap ion hidrogen, sedangkan karbon dioksida menembus sawar ini hampir
seperti sawar ini tidak ada. Akibatnya, kapanpun Pco2 darah meningkat, maka Pco2 cairan
interstisial medula dan cairan serebrospinal juga ikut meningkat. Dalam kedua cairan ini,
karbon dioksida segera bereaksi dengan air untuk membentuk ion hidrogen yang baru. Dengan
demikian, lebih banyak ion hidrogen dilepaskan ke dalam area sensoris kemosensitif
pernapasan medula bila konsentrasi karbon dioksida darah meningkat daripada bila konsentrasi
ion hidrogen darah meningkat. Oleh karena itu, perubahan karbon dioksida darah akan sangat
meningkatkan aktivitas pusat pernapasan, suatu kenyataan yang akan dibicarakan secara
kuantitatif nanti.
c. Peripheral Chemoreseptor
Reseptor kimia saraf khusus, yang disebut kemoreseptor, terletak di beberapa area di
luar otak. Reseptor ini khususnya penting untuk mendeteksi perubahan oksigen dalam darah,
walaupun reseptor itu juga sedikit berespons terhadap perubahan konsentrasi karbon dioksida
dan ion hidrogen. Kemoreseptor mengirimkan sinyal saraf ke pusat pernapasan di otak untuk
membantu mengatur aktivitas pernapasan.
Fungsi Pengaturan Pernapasan

Pendaki gunung telah menemukan bahwa bila mereka mendaki gunung secara
perlahan-lahan selama beberapa hari, dibandingkan dengan selama beberapa jam, mereka akan
bernapas lebih dalam dan karena itu dapat bertahan pada konsentrasi oksigen atmosfer yang
jauh lebih rendah daripada bila mereka mendaki dengan cepat. Keadaan ini disebut aklimatisasi.
Alasan terjadinya aklimatisasi adalah bahwa, dalam waktu 2 sampai 3 hari, pusat
pernapasan di batang otak kehilangan sekitar empat perlima sensitivitasnya terhadap perubahan
Pco2 dan ion hidrogen. Oleh karena itu, ventilasi penghembusan (blow-off) karbon dioksida
berlebihan yang normalnya akan menghambat peningkatan pernapasan gagal terjadi, dan
oksigen yang rendah dapat merangsang sistem pernapasan untuk mencapai nilai ventilasi
alveolus yang jauh lebih tinggi daripada dalam kondisi akut. Berbeda dengan 70 persen
peningkatan ventilasi yang mungkin terjadi setelah kontak terhadap oksigen rendah yang akut,
ventilasi alveolus sering kali meningkat 400 sampai 500 persen setelah 2 sampai 3 hari dalam
keadaan oksigen rendah; hal ini sangat membantu dalam menyuplai oksigen tambahan bagi
pendaki gunung.
Fisiologi pada Ketinggian
a. Saturasi Oksigen pada Darah
Ketika darah terkena tekanan oksigen tinggi di paru-paru, oksigen dengan cepat dan
reversibel bergabung dengan hemoglobin untuk membentuk oksihemoglobin. Di permukaan
laut di mana PO2 adalah sekitar 100 mmHg, saturasi oksigen arteri hemoglobin (SaO2) adalah
95% -98%. Kurva disosiasi Oksigen-hemoglobin menunjukkan perubahan dalam saturasi
hemoglobin sejalan tekanan parsial O2 berkurang. Bentuk sigmoidal muncul dari fakta bahwa
molekul hemoglobin mengandung empat kelompok heme yang masing-masing bereaksi
dengan molekul O2; oksigenasi kelompok heme pertama meningkat afinitas O2 untuk
kelompok yang tersisa. Ini bentuk karakteristik memfasilitasi pemuatan oksigen dalam paru-
paru dan pelepasan oksigen dalam jaringan. Dengan meningkatkan ketinggian, SaO2 pada
awalnya terpelihara dengan baik dibandingkan dengan PO2 karena relatif komponen datar dari
bagian atas kurva disosiasi oksigen-hemoglobin. Sebagai ketinggian meningkat, bagian yang
lebih curam dari kurva disosiasi oksihemoglobin mengasumsikan kepentingan yang lebih besar,
menghasilkan penurunan yang lebih cepat pada SaO2. Pada 8.400 m di Gunung Everest di
mana tekanan parsial oksigen arteri (PaO2) turun menjadi 25 mmHg, saturasi hemoglobin
hanya 50%.

Permintaan oksigen yang meningkat dari jaringan yang secara aktif memetabolisme
menyebabkan peningkatan produksi konsentrasi CO2 dan ion hidrogen disertai dengan
peningkatan suhu lokal dan peningkatan kadar 2,3-difosfogliserat, semua yang menggeser
disosiasi oksigen-hemoglobin shift to the right dan memfasilitasi pelepasan oksigen di jaringan,
sementara shift to the left terjadi di bawah kondisi terbalik. Pada ketinggian tinggi, alkalosis
pernapasan akut timbul akibat hiperventilasi menyebabkan shift to the left pada oksigen-
hemoglobin kurva disosiasi, meningkatkan saturasi arteri untuk setiap PaO2 yang diberikan.
Pergeseran ke kiri ini membaik penyerapan oksigen di paru-paru lebih dari itu merusak off-
loading di jaringan. Dalam kondisi hipoksia ekstrem, peningkatan hemoglobin bergeser ke kiri
afinitas oksigen membantu memaksimalkan tingkat jaringan oksigenasi untuk perbedaan
tegangan oksigen yang diberikan antara lokasi pemuatan oksigen dalam kapiler paru dan
tempat pembongkaran oksigen di kapiler jaringan.
b. Respon Ginjal terhadap Asidosis Respiratorik
Mekanisme penting penurunan berkala konsentrasi bikarbonat merupakan kompensasi
ginjal terhadap alkalosis respiratorik, seperti yang telah dibahas di Bab 30. Ginjal memberikan
respons terhadap penurunan Pco2, dengan cara menurunkan sekresi ion hidrogen dan
meningkatkan ekskresi bikarbonat. Kompensasi metabolik untuk alkalosis respiratorik ini
secara bertahap menurunkan konsentrasi bikarbonat dalam cairan plasma dan serebrospinal dan
menurunkan pH ke arah normal serta membuang efek inhibisi pernapasan akibat konsentrasi
hidrogen yang rendah. Jadi, pusat pernapasan jauh lebih responsif terhadap stimulus
kemoreseptor perifer akibat hipoksia setelah ginjal melakukan kompensasi terhadap alkalosis

DAFTAR PUSTAKA
Peacock AJ. ABC of oxygen: oxygen at high altitude. BMJ. 1998;317(7165):1063-6.
Taylor AT. High-altitude illnesses: physiology, risk factors, prevention, and treatment.
Rambam Maimonides Med J. 2011;2(1):e0022. Published 2011 Jan 31.
doi:10.5041/RMMJ.10022
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai