GAMBARAN RADIOLOGI
ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
DISUSUN OLEH:
Pembimbing Residen
dr. A. Helgasari Nurlan
Pembimbing Supervisor
dr. Sri Muliati, Sp.Rad
Mengetahui,
Koordinator Pendidikan Mahasiswa Departemen Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
berasal dari jantung itu sendiri. Darah tersebut kemudian dipompa masuk ke
dalam ventrikel kanan.
Atrium kiri, menampung darah yang berasal dari kedua paru dan kaya
akan oksigen. Darah ini mengalir melalui 4 buah vena pulmonalis. Darah
kemudian dipompa masuk ke ventrikel kiri.
• Ventrikel
Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan dan selanjutnya
akan dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.
Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri dan selanjutnya akan
dipompa ke seluruh tubuh melalui aorta.6
Pada permukaan ventrikel terdapat alur-alur otot yang disebut trabekula,
dan terdapat beberapa alur yang menonjol yang disebut muskulus papillaris.
Ujung muskulus papillaris berhubungan dengan tepi daun katup atrioventrikuler
melalui serat-serat yang disebut korda tendinae.6 Diantara ruang-ruang jantung
terdapat struktur penghubung yang disebut katup. Katup yang menghubungkan
antara atrium dengan ventrikel disebut katup atrioventrikuler. Katup ini terdiri
dari 2 jenis, yaitu katup tricuspid yang menghubungkan antara atrium kanan
dengan ventrikel kanan dan terdiri dari 3 katup. Katup lainnya ialah katup
bikuspidalis yang berada diantara atrium kiri dengan ventrikel kanan dan
memiliki 2 katup.6
Jantung merupakan salah satu organ yang berada di mediastinum.
Mediastinum sendiri merupakan struktur yang terletak di bagian tengah ruang
thoraks, berada di antara pleura parietalis sinistra dan pleura parietalis dekstra.
Mediastinum ini meluas dari bagian ventral sampai columna vertebralis di bagian
dorsal. Sangat penting untuk mengetahui struktur anatomi mediastinum dan
cardiac outline pada gambaran radiologi untuk mendeteksi adanya abnormalitas
pada suatu foto x-ray thorax. Struktur anatomi pada sisi kiri dari superior ke
inferior terdiri dari vena brachiocephalic sinistra, aortic knop, arteri pulmonalis
sinistra, aurikel atrium kiri dan vebtrikel kiri. Pada sisi kanan dari superior ke
inferior terdiri dari vena brachiocephalic dextra, vena cava superior, arteri
3
pulmonalis dextra, atrium kanan, dan vena cava inferior. Pada bagian
mediastinum juga akan terlihat cabang bronkus atau karina akan terlihat setinggi
Thoracal IV saat expirasi dan setinggi thoracal VI pada saat inspirasi. Pada
mediastinum juga dilakukan evaluasi ada tidaknya limfadenopati atau massa
pada daerah tersebut. Pada penilaian mediastinum harus digaris bawahi bahwa
posisi hilus kiri lebih tinggi 1-2 cm dibandingkan hilus kanan.7
4
dengan struktur-struktur disekitarnya. Selain itu perikardium juga mencegah
perubahan letak jantung dan terjadinya lekukan dari pembuluh-pembuluh darah
besar dan mungkin memperlambart penyebaran infeksi dari paru-paru dan rongga
pleura ke jantung. Pada kondisi normal, saccus atau ruang antara perikardium
berisi cairan serous dengan volume antara 15-50 ml. Perikardium ini
memungkinkan ekspansi ventrikel tanpa hambatan selama diastole. Dalam
kondisi normal, pericardium ini tidak terlihat pada foto thorax.9
5
ASD yang paling umum termasuk yang berikut:
Demografi terkait usia dan jenis kelamin. ASD terjadi dengan rasio
perempuan-laki-laki sekitar 2:1.
Pasien dengan ASD dapat asimtomatik melalui masa bayi dan masa
kanak-kanak, meskipun waktu presentasi klinis tergantung pada derajat
pirau kiri-ke-kanan. Gejala menjadi lebih umum dengan bertambahnya
usia. Pada usia 40 tahun, 90% pasien yang tidak diobati memiliki gejala
dispnea saat beraktivitas, kelelahan, palpitasi, aritmia berkelanjutan, atau
bahkan bukti gagal jantung.12
2.2.3. Patofisiologi
Proses septasi atrium dimulai pada minggu keempat kehamilan. Septasi
dimulai dengan pertumbuhan septum atrium primer (septum primum) dari
bagian atas atrium primitif ke arah kaudal menuju bantalan endokardium.
Ujung kaudal septum primum ditutupi oleh sel-sel mesenkim yang berasal
dari endokardium embrionik. Saat septum primum tumbuh dan menempel
pada bantalan endokardium atrioventrikular, septum primum menutup dan
akhirnya ostium primum menghilang. Setelah bagian tepi dari septum primum
menempel di anterior ke bantalan atrioventrikular, atrium primitif dibagi
menjadi atrium kanan dan kiri. Septum primum di bagian dorsal menempel
pada tonjolan mesenkim dorsal. Saat ostium primum menutup, kematian sel
terjadi di dorsal septum primum, membentuk ostium sekundum. Septum
sekundum terbentuk dari bagian atas atrium di sebelah kanan septum primum.
6
Saat ia tumbuh secara kaudal dan menutupi sebagian ostium sekundum, ruang
yang terbentuk antara septum primum dan septum sekundum membentuk
foramen ovale. Pada janin, foramen ovale memungkinkan darah yang kaya
oksigen melewati paru-paru dengan mengalir langsung dari atrium kanan ke
atrium kiri. Ketika anak lahir dan mulai bernapas, perubahan resistensi
pembuluh darah paru dan penurunanan tekanan yang dihasilkan oleh atrium
kanan memungkinkan septum primum menutup foramen ovale.13
7
peningkatan insiden pneumonia, hipertensi pulmonal, dan peningkatan
mortalitas. Sindrom Eisenmenger adalah komplikasi yang jarang, tetapi parah
dari DSA yang tidak diobati karena terjadinya remodeling vaskular yang
disebabkan oleh aliran berlebih yang kronis (shunt kiri-ke-kanan). Ketika
resistensi vaskular meningkat, tekanan atrium kanan mendekati sistemik.
Ketika tekanan atrium kanan melebihi tekanan sistemik, terjadi pembalikan
aliran shunt. Secara klinis pasien sindrom Eisenmenger dapat terjadi sianosis
kronis, peningkatan resistensi pembuluh darah paru, dispnea saat beraktivitas,
sinkop, dan lebih rentan terhadap infeksi.15
Pasien dengan defek jantung yang lebih kecil (kurang dari 5 mm)
mungkin tidak mengalami sebarang gejala sementara pasien dengan defek
yang berkisar antara 5 hingga 10 mm gejala akan muncul pada dekade
keempat atau kelima kehidupan. Pasien dengan defek yang lebih besar
gejalanya akan muncul lebih cepat, pada dekade ketiga kehidupan.[12] Pasien
mungkin datang dengan dispnea, kelelahan, intoleransi olahraga, palpitasi
atau tanda-tanda gagal jantung sisi kanan. Sekitar 20% pasien dewasa
mengalami takiritmia atrium sebelum operasi.15
8
kanan. Karena atrium kanan membesar, batas dari jantung kanan terlihat
lebih lebar dari normalnya.
• Perhatikan tonjolan dan lengkungan aorta. Itu sering mengecil jika ASD
ada, karena darah dialirkan melalui atrium kanan, tidak melaluiaorta.16
9
Gambar 3. Gambaran Thoraks PA pada ASD: sedikit peningkatan pada arteri
pulmonalis dengan ukuran jantung normal.
b) CT Scan
Pemeriksaan dengan CT scan jantung memerankan peran
penting dalam mengevaluasi pasien dengan penyakit jantung bawaan.
CT scan dapat digunakan untuk menilai aorta, arteri pulmonal, vena
pulmonal, ruang-ruang jantung dan hubungan arteriventrikular,
hubungan antara bronkus lobus atas dan arteri pulmonal, arteri
coroner, katup, vena sistemik (vena cava superior, vena cava inferior,
vena hepatik) secara sistematis.18 CT jantung memberikan kualitas
gambar yang sangat baik pada atrium septum yang dapat
direkonstruksi untuk memberikan gambaran tiga dimensi dari defek
yang non-geometris.18
c) Magnetic Resonance Imaging (MRI) Jantung
MRI digunakan untuk kuantitatif volume ventrikel, fungsi
jantung, shunt dan fraksi regurgitasi. Pemeriksaan ini dapat
memberikan penilaian bagi arterial pulmonalis extracardiac dan vena.5
Hasil dari MRI dapat menunjukkan kuantifikasi yang akurat dari
regurgitasi katup sebagai contoh asesmen terhadap regurgitasi
pulmonalis dan fungsi ventrikel kanan. Namun, utilitasnya dibatasi
oleh radiologi di lapangan dalam penyakit jantung bawaan akan tetapi
pemeriksaan ini semakin diunggulkan kerana ia dapat memberikan
informasi yang lebih terperinci dan berguna dalam menentukan
kepastian sesuatu diagnosis penyakit jantung bawaan yang
kompleks.19
11
Dengan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisis yang mencukupi, kita
dapat mengarahkan untuk melakukan pemeriksaan ekokardiografi.
Walaubagaimana pun, pemeriksaan pencitraan pada dewasa ini ada
batasnya karena echogenic windows yang buruk.20
Terdapat beberapa jenis ekokardiografi antaranya adalah
ekokardiografi transtorakal, Doppler dan transesofageal yang
terutamanya dapat memberikan gambaran pada penyakit jantung
bawaan. Ekokardiografi transtorakal dapat menentukan lokasi, jenis
dan besarnya defek, dimensi atrium kanan, ventrikel kanan dan dilatasi
arteri pulmonalis. Pada pemeriksaan doppler dapat dilihat pola aliran
shunt, manakala pada ekokardiografi transtorakal apabila tidak jelas,
maka dapat dilakukan ekokardiografi transesofageal dengan
memasukan transduser ke esofagus.20
Ekokardiografi Dengan menggunakan ekokardiografi trans
torakal (ETT) dan Doppler berwarna dapat ditentukan lokasi defek
septum, arah pirau, ukuran atrium dan ventrikel kanan, keterlibatan
katup mitral misalnya prolaps yang memang sering terjadi pada DSA.
Ekokardiografi trans esophageal (ETE) sangat bermanfaat bila,dengan
cara ini dapat dilakukan pengukuran besar defek secara presisi,
sehingga dapat membantu dalam tindakan penutupan DSA perkutan,
juga kelainan yang menyertai.20
4) Kateterisasi jantung
Kateterisasi jantung dapat membantu dalam diagnosis awal
penyakit jantung bawaan yang kompleks seperti Tetralogi of Fallot
dengan atresia pulmonal dan major arteri kolateral aortapulmonal,
atresia pulmonal dengan ventrikel septum intak dan coronary
sinusoids.17 Pemeriksaan ini dapat mengukur data hemodinamik dan
mengukur shunt serta bagi memfasilitasi prosedur transkateter
perkutan seperti oklusi pada ASD. Dengan populasi yang menua,
kebanyakkan pasien dengan penyakit jantung bawaan perlu menjalani
angiografi koroner karena prosedur bedah mungkin diperlukan.19
12
Kateterisasi jantung Dengan tersedianya alat ekokardiografi
dan doppler, terdapat 2 hal penting dalam diagnosis dan
penatalaksanaan defek septum atrium. Pertama, lebih banyak pasien
dengan defek septum sekundum yang diagnosisnya dapat ditegakkan
pada masa bayi dan anak kecil. Kedua, diagnosis anatomik dan
fisiologis yang akurat dengan ekokardiografi dan doppler
memungkinkan kateterisasi jantung., kateterisasi hanya dilakukan
apabila terdapat keraguan akan adanya penyaki penyerta atau
hipertensi pulmonal.19
Defek pada sekat atrium dapat terjadi pada septum primum yang
tidak menutup atau pada septum sekundum (foramen ovale) secara
sempurna. Pada kebocoran jantung dengan arah arus dari kiri ke kanan
(L-R shunt), hilus membesar, tebal dan nampak pulsasi hilus. Pulsasi ini
disebut hilar dance yang terjadi karena arteri pulmonalis penuh darah dan
melebar, sehingga pulsasi ventrikel kanan merambat sampai ke hilus yang
dapat terlihat pada kedua hilus dengan fluoroskopi.21
Darah dari atrium kiri mengalir ke atrium kanan yang akan masuk
ke ventrikel kanan lalu ke arteri pulmonalis yang menyebabkan
terjadinya dilatasi pada ventrikel kanan dan arteri pulmonalis sehingga
darah yang masuk ke ventrikel kiri berkurang. Makin besar defeknya,
maka darah yang mengalir ke ventrikel kiri makin sedikit sehingga aorta
menjadi kecil sukar dilihat sedangkan arteri pulmonalis menjadi 3-5 kali
membesar. Pembuluh darah hilus melebar demikian juga cabang-
cabangnya, lama kelamaan pembuluh darah tepi menyempit tinggal
pembuluh darah hilus (sentral) yang melebar, meruncing ke bawah
berbentuk tanda koma terbalik.22
Gambaran ini menunjukkan adanya tekanan yang meninggi dari
pembuluh darah paru yang menyebabkan hipertensi pulmonal yang akan
membawa perubahan pada arah kebocoran karena tekanan pada atrium
13
dan ventrikel kanan yang berangsur menjadi tinggi ( R-L shunt). Pada
awalnya tidak sianotik,tetapi dengan pembalikan arah arus penderita
menjad sianosis yang disebut dengan Sindrom Eisenmenger. 21,22,23
Gambaran foto thorax pada ASD bergantung dengan atau tanpa
adanya hipertensi pulmonal. ASD tanpa hipertensi pulmonal pada foto
thorax PA menunjukkan :
• Jantung membesar ke kiri dengan apex di atas diafragma.
• Hilus melebar.
• Arteri pulmonalis dan cabangnya melebar.
• Vena pulmonalis tampak melebar di daerah suprahilar dan
sekitar hilus, sehingga corakan paru meningkat.
• Konus pulmonalis tampak menonjol.
• Arcus aorta tampak mengecil.
14
• Jantung membesar ke kiri dan kanan
• Hilus sangat melebar di bagian sentral dan menguncup ke arah
tepi.
• Konus pulmonalis sangat menonjol.
• Aorta kecil.
• Pembuluh darah paru berkurang.
• Bentuk torak emfisematous (barrel chest).
15
2.2.7. Diagnosis Banding
16
kelainan. Ventrikel kiri hipertrofi. Aorta kecil.
17
atrial septal defect (ASD) primum tanpa ventrikuler septal defect
(VSD), dengan dua katup AV yaitu mitral dan trikuspid yang tidak
menutup dengan sempurna sehingga terdapat mitral regurgitasi.
Manakala kategori komplit bila ada defek atau lubang pada septum
atrium dan ventrikel. Pada AVSD komplit didapatkan lubang ditengah
jantung yang mempertemukan antara dinding bagian atas dan bawah
ruang jantung terdiri dari dua katup terpisah di kiri dan kanan, salah
satu katup berada antara ruang atas dan bawah, sering katup ini tidak
menutup dengan sempurna.24 Kebanyakan pasien dengan AVSD tipe
komplit adalah dari golongan Down Syndrome.
Pada manusia dengan kondisi normal, sisi kiri jantung
memiliki tekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sisi kanan
jantung. Dengan adanya defek pada AV, konsep aliran darah tersebut
menjadi berubah. kiri ke kanan (L-R shunt) berarti terdapat aliran dari
bagian kiri ke bagian kanan. Darah memasuki ke atrium kanan dari
vena cava dan bercampur dengan darah dari atrium kiri apabila
berlakunya L-R shunt yang melintasi dari defek septum atrium
sehingga menghasilkan peningkatan saturasi oksigen pada atrium
kanan. Hal ini membuat atrium kanan memiliki volume darah yang
lebih banyak, sehingga aliran darah menuju paru juga meningkat,
memicu terjadinya hipertensi pulmonal. Kemudian, apabila darah
memasuki atrium kanan melalui katup AV, ianya bercampur dengan
darah yang bergerak melewati L-R shunt ke ventrikel kanan
menyebabkan saturasi oksigen meningkat di ventrikel kanan. Hal ini
menyebabkan darah yang melewati arteri pulmonalis akan membawa
darah berisi oksigen semula ke paru-paru dan juga ke atrium kiri
dengan L-R shunt sepanjang defek. Dalam pada waktu yang sama,
darah dari ventrikel kiri melewati katup AV sehingga menyebabkan
mid-diastolic flow rumble.25 Darah akan melewati defek septum
ventrikel dari kiri ke kanan shunt dan diejeksi masuk ke aorta
18
ascenden. Pirau dapat bertambah apabila tidak adanya septum AV.
Insufisiensi katup AV meningkatkan beban volume pada satu atau
kedua ventrikel. Apabila defeknya cukup besar, dapat terjadi kanan ke
kiri (R-L shunt) pada kedua atrium dan ventrikel sehingga dapat
menyebabkan desaturasi arteri.25 Dengan seiring waktu, pulmonary
vascular disease dapat menjadi progresif dengan meningkatkan pirau
kanan ke kiri (R-L Shunt) dan akhirnya dapat berkembang menjadi
Eisenmenger Syndrome.25
Gambaran foto thorax pada AVSD banyak variasinya. Secara
umumnya adalah arah kebocoran dari kiri ke kanan. Pada foto thorax
dapat terlihat pembuluh darah paru yang melebar dengan pembesaran
jantung kanan. Hal ini dapat menunjukkan kesan kardiomegali.
3. Stenosis Pulmonal
Stenosis pulmonal adalah penyempitan pada lubang masuk
arteri pulmonalis. Tahanan yang merintangi aliran darah menyebabkan
hipertrofi ventrikel kanan dan penurunan aliran darah paru. Stenosis
19
arteri pulmonal bisa terjadi pada bagian valvular, supravalvuler
maupun infundibular. Adanya stenosis yang terjadi pada katup
pulmonal (tipe valvular), atau pada pangkal arteri pulmonal (tipe
supravalvular), atau pada infundibulum ventrikel kanan (tipe
subvalvular), maka ventrikel kanan akan menghadapi beban tekanan
berlebihan yang kronis. Dilatasi pasca stenotik pada arteri pulmonal
merupakan karakteristik khas bagi stenosis pulmonal tipe valvular dan
tidak ditemukan pada tipe stenosis pulmonal lainnya. Katup pulmonal
tampak doming pada waktu sistol, tebal dan mengalami fibrosis, tetapi
jarang disertai kalsifikasi. Jika ditemukan proses kalsifikasi, biasanya
disebabkan oleh infiksi endokarditis bacterial. Adanya hipertrofi
ventrikel kanan menunjukkan bahwa stenosis pulmonal cukup
signifikan. Bagian infundibuler akan mengalami hipertrofi yang akan
memperberat stenosis pulmonal. Tekanan akhir diastolic dalam
ventrikel kanan pun meninggi. Elastisitas miokard berkurang dan
akhirnya timbul gejala gagal jantung kanan. 26
Pada stenosis pulmonal yang ringan, umumnya pasien
asimptomatik dan tidak memburuk oleh bertambahnya usia. Proses
tumbuh kembang pun tidak terganggu. Pada stenosis pulmonal yang
moderate atau cukup berat, berbagai keluhan dan komplikasi dapat
berkembang lebih buruk di waktu mendatang. 26
Gambaran foto thorax pada stenosis katup pulmonal
menunjukkan ukuran jantung yang masih normal dengan pelebaran
arteri post stenotik, tetapi vaskularisasi paru tidak meningkat. Tidak
ada hubungan langsung antara ukuran arteri pulmonalis dengan
derajat stenosis.21,22,26
20
Gambar 9. Foto torak PA mendemonstrasikan ukuran normal jantung.
Arteri pulmonal tampak abnormal convex dengan cabang arteri
pulmonalis. Pembuluh darah aorta terlihat di sisi kiri
1. Kasus 1
Seorang Laki Laki Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 6
bulan yang lalu , hilang timbul , memberat dengan aktivitas , dyspnea on
effort ada , ortopneu tidak ada, paroxysmal nocturnal dyspnea ada, ,Pasien
mengatakan sering merasa Lelah jika aktivitas berat . Pasien sebelumnya
dirujuk ke Rumah Sakit Sorong dan di diagnosis oleh dokter spesialis
jantung sebagai atrial septal defect ,Riwayat biru ketika kecil tidak ada
,Riwayat kelahiran : Pasien merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara, lahir
normal , cukup bulan , lahir melalui persalinan normal ditolong oleh bidan,
langsung menangis, tidak biru, berat badan lahir dan panjang badan lahir
tidak diingat. Riwayat hipertensi tidak ada , Riwayat diabetes melitus tidak
ada , Riwayat Penyakit Jantung bawaaan dikeluarga tidak ada , Saat ini
pasien minum obat furosemide 40 mg , spironolactone 25 mg , bisoprolol
2,5 mg.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Tanda-tanda vital didapatkan
tekanan darah 121/82 mmHg, nadi 109 kali per menit, pernapasan 20 kali
per menit, suhu 36.5 ˚C. Pasien tidak anemis, tidak icterus. JVP R + 4
cmH2O. Pemeriksaan thorax didapatkan pernapasan vesikuler, rhonki dan
21
wheezing tidak ada. Bunyi jantung S1/S2 regular, terdapat murmur ejeksi
sistolik di left lower sternal border grade 2/6 . Pada extremitas tidak
didapatkan adanya edema . Pada Pemeriksaan EKG Sinus Ritme , HR
100x/m , Right axis deviation, Multiform P wave , Qrs duration 0,10 .
Kesan : Multifocal atrial takkikardi with Incomplete Right Bundle Branch
Block . Pada Pemeriksaan Echocardiography : Atrial Septal Defect ,
Massive Tricuspid regurgitation , Mild Pulmonary regurgitation , Pulmonary
Hypertension , Fungsi left ventrikel dan Right Ventrikel baik.. Pada
pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
Pada pemeriksaan foto thorax AP didapatkan cardiomegaly dengan
CTI 0.63, apex terangkat, Conus Pulmonalis menonjol, aorta normal dan
corakan vascular kedua paru meningkat. Pasien didiagnosis dengan Atrial
Septum Defect Secundum Left to Right Shunt
22
BAB III
PENUTUP
Atrial Septal Defect (ASD) merupakan penyakit jantung bawaan yang terjadi
karena terdapat defek pada septum interatrial yang memisahkan atrium kanan dan kiri
gagal menutup sepenuhnya sehingga terjadi hubungan secara langsung antar
keduanya. Defek pada septum akan menyebabkan bercampurnya darah dari sirkulasi
sistemik dan sirkulasi pulmonal . Tanda dan gejala klinis ASD dapat beragam pada
setiap pasien bergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakitnya. ASD dapat
bisa tidak menunjukkan gejala pada saat setelah bayi lahir sehingga kebanyakan
kelainan ini tidak terdiagnosis hingga sampai dewasa
23
DAFTAR PUSTAKA
24
11. Noormanto. 2010. Diagnosis dan Tatalaksana Dini Atrium Septal Defek. Dalam :
Lubis, Bidasari et al. (2010) Kumpulan Naskah Lengkap PIT IV IKA Medan. Medan :
USU Press
12. Adler DH., Atrial Septal Defect. Medscape. 2017
https://emedicine.medscape.com/article/162914-overview#a6 (Diakses 28 November
2021)
13. Naqvi N, McCarthy KP, Ho SY. Anatomy of the atrial septum and interatrial
communications. J Thorac Dis. 2018 Sep;10(Suppl 24):S2837-S2847. doi:
10.21037/jtd.2018.02.18. PMID: 30305943; PMCID: PMC6174145.
14. Torres AJ. Hemodynamic assessment of atrial septal defects. J Thorac Dis. 2018
Sep;10(Suppl 24):S2882-S2889. doi: 10.21037/jtd.2018.02.17. PMID: 30305948;
PMCID: PMC6174148.
15. Menillo AM, Lee LS, Pearson-Shaver AL. Atrial Septal Defect. [Updated 2021 Aug
11]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535440/
16. Corne, Jonathan, dkk. Chest X-Ray made easy. UK : Churcill Livingstone; 1998. p.
87-89
17. Soetikno, DR. Gambaran Foto Thoraks pada Congenital Heart Disease. [Cited] 28
November 2021 Available from: http://repiratory.unpad.ac.id
18. Sreedhar CM, Ram S, Alam A, Indrajit IK. Cardiac MRI in Congenital Heart Disease:
Our Experience. MJ AFI.Vol 61 No 1, 2015
19. Ramrakha, P. & Hill, J. Oxford Handbook of Cardiology. 2 ed. United States of
America: Oxford University Press. 2012.
20. Robert M. Kliegman, MD , Bonita F. Stanton, MD, 2011. Nelson Textbook Of
Pediatric. 19th ed. United States of America: Elsevier Saunders
21. Ade S, Arman A, Azwar B, Bambang B, Daniel M. Radiologi Diagnostik Edisi
Kedua. Balai Penerbit FKUI Jakarta. 2005
22. Madiyono B, Endah S, Rubiana. Penanganan Penyakit Jantung Pada Bayi dan
Anak. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2005
23. Jones J. Atrial Septal Defec. 2010. [Diunduh tanggal 22 Agustus 2021]. Tersedia
di : http://radiopaedia.org.
25
24. Muresan D, Marginean C, Zaharie G, Stomatian F, Rotar IC. Complete
atrioventricular septal defect in the era of prenatal diagnosis.
Medultrason.2016:18;500-7.
25. Robert M. Kliegman, MD, Bonita F. Stanton, MD, 2011. Nelson Textbook Of
Pediatric. 19th ed. United States of America: Elsevier Saunders.
26. Cuypers JAAE, Witsenburg M, van der Linde D, et al. Pulmonary stenosis:
update on diagnosis and therapeutic options Heart 2013;99:339-347.
26