TESIS
0806359523
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
0806359523
ii!
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
Tanda Tangan :
iii!
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
iv!
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar spesialis bedah Toraks
Kardio Vaskular pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
studi sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
(1) dr. Susan Hendriarini Mety, Sp.BTKV(K) selaku dosen pembimbing I yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya
dalam penyusunan tesis ini;
(2) dr. Thariq Sp.An(K), selaku dosen pembimbing II yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam menyusun
tesis ini.
(3) Dr. Nuri Purwito Adi, MSc, MKK , Yoli Farradika, Mkes, selaku dosen
pembimbing statistik yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk mengarahkan saya dalam menyusun tesis ini.
(4) Prof. DR. Dr. Hafil Budianto AbdulGani, Sp.BTKV, DR. Dr. Jusuf
Rachmat, Sp.B, Sp.BTKV(K), MARS,dr. Dicky Fachri, Sp.B, Sp.BTKV(K),
selaku tim penguji hasil karya akhir ini yang telah banyak memberikan
masukan untuk perbaikan karya akhir ini
(5) dr. Agung Wibawanto, Sp.B, Sp.BTKV(K), dr. Frans Barna Busro, Sp.B,
Sp.BTKV(K), dr. Muhammad Arman, Sp.BTKV(K) dan dr. Susan H
Meity, Sp.BTKV(K) yang memberikan arahan, motivasi, menanamkan
disiplin serta membimbing saya selama menjalani pendidikan dalam
bidang Ilmu Bedah Toraks Kardio Vaskular khususnya ilmu bedah toraks
dan bedah pembuluh darah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jakarta/ RS Pusat Persahabatan Jakarta.
(6) dr. Wuryantoro, Sp.B, Sp.BTKV(K), dan dr. Suprayitno, Sp.BTKV(K),
dr. Arza, Sp.BTKV(K) dr. Dhama Shinta, Sp.BTKV(K), yang
v!
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
vi!
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
Dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu,
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam usaha menyelesaikan tesis ini.
Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa membalas semua jasa baik tersebut. Akhir
kata, tesis ini masih jauh dari sempurna dan penuh dengan segala keterbatasan.
Diperlukan penelitian-penelitian lebih mendalam demi kemajuan dan perkembangan
Ilmu Bedah Toraks KardioVaskular. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa
melimpahkan berkat Nya kepada kita semua. Amin
vii!
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 25 April 2015
Yang menyatakan
viii!
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
DAFTAR ISI
ix!
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
BAB 6. PENUTUP
6.1. Kesimpulan ................................................................................ 54
6.2. Saran ........................................................................................... 54
LAMPIRAN ..................................................................................................... 58
x!
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
DAFTAR GAMBAR
xi!
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
DAFTAR TABEL
Tabel 4. Hubungan teknik analgesia dengan rasa nyeri (VAS jam ke-24)…............... 45
Tabel 5. Hubungan teknik analgesia dengan rasa nyeri (VAS jam ke-36)……......... 45
Tabel 6. Hubungan teknik analgesia dengan rasa nyeri (VAS jam ke-48)................. 45
Tabel 7. Hubungan teknik analgesia dengan waktu mobilisasi duduk………………..46
Tabel 8. Hubungan teknik analgesia dengan komplikasi yang terjadi ………………..47
Tabel 9. Hubungan teknik analgesia dengan pemberian analgetik tambahan ………...47
Tabel 10. Hubungan karakteristik pasien dengan rasa nyeri (VAS jam ke-24) ……. 48
Tabel 11. Hubungan karakteristik pasien dengan rasa nyeri (VAS jam ke-36) ......... 48
Tabel 12. Hubungan karakteristik pasien dengan rasa nyeri (VAS jam ke-48) ……… 48
Tabel 13. Hubungan karakteristik pasien dengan waktu mobilisasi duduk …………...49
Tabel 14. Hubungan karakteristik pasien dengan komplikasi yang terjadi............... 49
Tabel 15. Hubungan karakteristik pasien dengan analgetik tambahan ………......... 49
xii!
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
DAFTAR LAMPIRAN
xiii!
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
ABSTRAK
Abstrak
Latar Belakang : Analgesia efektif dapat mengurangi morbiditas, mempercepat
pemulihan, meningkatkan kondisi pasien dan mengurangi biaya rumah sakit.
Teknik blok epidural sering digunakan untuk tatalaksana nyeri
pascatorakotomi,namun beberapa keterbatasan ditimbulkan pada teknik ini.
Teknik blok Paravertebral (PVB) dapat digunakan sebagai alternatif tatalaksana
nyeri,pemasangan intraoperatif oleh dokter bedah Toraks Kardio Vaskular.
Metode : Penelitian eksperimental, consecutive sampling, 22 subjek, dilakukan
torakotomi posterolateral elektif, di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan
Jakarta. Subjek dibagi menjadi kelompok 1 (PVB) dan kelompok 2 (epidural).
Diberikan regimen anestesi blok yang sama di kedua kelompok. Skor nyeri VAS
diukur saat pasien telah di ekstubasi, pada jam ke-24, 36, dan 48. Dilakukan
pengukuran terhadap waktu mobilisasi duduk, komplikasi dan analgetik
tambahan.
Hasil : Blok Paravertebral memberikan hasil lebih baik pada penilaian VAS jam
ke-24 (p=0,029). Pada penilaian VAS jam ke-36 dan 48, tidak ada perbedaan
signifikan dikedua kelompok. Pada pengamatan waktu mobilisasi didapakan
kelompok1 lebih cepat mobilisasi (p=0,038). Pada pengamatan terhadap
komplikasi dan penambahan analgetik tidak didapatkan perbedaan bermakna.
Kesimpulan : Teknik blok Paravertebral dengan kateter yang dipasang oleh
dokter BTKV dapat digunakan dengan beberapa keuntungan untuk manajemen
tatalaksana nyeri pada pasien pascatorakotomi.
xiv!
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
ABSTRACT
Abstract
Background : Analgesia can effectively reduce morbidity, recovery, emprove
condition and reduce hospital cost. Epidural block is often used for pain
treatment post thoracotomy, however, some limitation posed on this technique.
Paravertebral block (PVB) can be used as an alternative to the treatment of pain,
instalation intraoperatively by Cardio Vascular Thoracic Surgeon.
Method : Experimental research, consecutive sampling, 22 subjects, performed
elective posterolateral thoracotomy, in General Hospital Persahabatan Jakarta.
Subjects were divided into group 1 (PVB) and group 2 (epidural). Given same
regimen block anesthesia in both groups. VAS pain scores measured when the
patient has extubated, at 24 hr, 36, and 48. Do measures of mobilization time
sitting, complication and additional analgetics
Results : PVB provides better result in VAS assessment 24 hr (p=0,029). On VAS
assessment 36 hr and 48 h, there was no significant difference in both groups.
Group 1 found faster mobilization (p=0,038). In observation of complications and
additional analgetic not found significant differences
Conclusion : PVB with catheter, placed by surgeon can be used with multiple
advantages for pain management in post thoraotomy.
xv!
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
1!
BAB 1
PENDAHULUAN
Tindakan operasi sering dikaitkan dengan rasa nyeri yang muncul pascaoperasi.
Rasa nyeri ini yang memengaruhi kualitas hidup dari seorang pasien pada proses
pemulihan, sehingga penatalaksanaan nyeri sangat penting untuk membantu
seorang pasien segera beraktifitas seperti biasa.
Tindakan torakotomi adalah salah satu prosedur bedah yang paling menimbulkan
rasa sakit, sehingga efektifnya penatalaksanaan nyeri pascatorakotomi dapat
menambah kepuasan pasien dan kualitas hidup mereka.1
Rasa nyeri yang ditimbulkan setelah tindakan torakotomi ini dapat mengurangi
kemampuan pasien untuk penatalaksanaan remobilisasi, diperburuk oleh gerakan
pernafasan yang konstan dan minimal, sehingga kondisi pasien untuk pulih
semakin sulit. Keefektifan penatalaksanaan nyeri pascatorakotomi dapat menjadi
penentu dalam kemampuan pasien untuk berpartisipasi dalam fisioterapi dan
tatalaksana rehabilitasi lainnya. Oleh karena itu, penatalaksanaan nyeri merupakan
tindakan penting untuk membantu seorang pasien memfasilitasi batuk dan
melakukan pernafasan dalam untuk menjamin terbukanya jalan nafas.
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
2!
Disisi lain, blok Paravertebral menawarkan teknik analgesia yang lebih aman dan
memiliki sedikit kontraindikasi pada penggunaannya. Pemasangan kateter
paravertebral intraoperatif oleh ahli bedah Toraks Kardio Vaskuler selama
torakotomi dapat menghindari beberapa penyulit pada prosedur epidural.
Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui perbandingan di antara kedua teknik
blok analgesia ini pada pasien pascatorakotomi yang dilakukan di Indonesia,
karena teknik analgesia blok paravertebra ini sangat jarang bahkan dapat
dikatakan belum pernah dilakukan sebelumnya oleh dokter bedah Toraks Kardio
Vaskuler di Indonesia. Selama ini penatalaksanaan nyeri untuk torakotomi yang
rutin digunakan di RS Persahabatan menggunakan blok thoracic-epidural oleh
dokter anestesi. Oleh karena itu perlu dilakukan studi untuk mempelajari
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
3!
Apakah analgesia dengan teknik blok paravertebral yang dikerjakan oleh dokter
bedah toraks kardio vaskuler sama efektif nya dengan blok epidural dalam
menurunkan nyeri dan waktu mobilisasi pada pasien pascatorakotomi.
1.3 Hipotesis
Analgesia dengan teknik paravertebral blok sama efektifnya dengan blok epidural
dalam menurunkan nyeri pascabedah torakotomi yang dinilai dengan skor Visual
Analog Scale dan waktu mobilisasi pasien.
1.4. Tujuan
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
4!
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
5!
British Journal of
Anaesthesia 95 (6):
816–21 (2005)
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
6!
905 (2009)
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
7!
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 NYERI
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
8!
Gambar 1. Torakotomi.
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
9!
Nyeri pascatorakotomi ini dapat berupa nociseptive dan visceral. Sindrom nyeri
ini berkembang setelah pembedahan. Klasifikasi ini berdasarkan penyebab nyeri
pada visceral spesifik, musculoskeletal, neural, dan jaringan kulit.9
Pasien dapat merasakan nyeri yang amat sangat disebabkan karena selang drain
yang terpasang pascatoracotomi jika selang tersebut menekan saraf interkostalis.
Retractor yang digunakan pada prosedur pembedahan dapat menyebabkan fraktur
tulang iga, yang dirasakan sangat nyeri sehingga membatasi fungsi respirasi dari
pasien. Saraf interkostalis dapat rusak jika penjahitan yang dilakukan melewati
tulang iga dekat dengan bundle neurovascular. Nyeri neural juga sering terjadi
disebabkan karena neuralgia intercostal pascatorakotomi. Tipe nyeri yang
dirasakan seperti terbakar, rase pedih, dan seperti tertarik dan dirasakan makin
parah waktu malam hari. Hiperaldesia sering berhubungan dengan luka itu
sendiri.11,12
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
10!
Apabila rasa nyeri ini masih mendominasi pascaoperasi, upaya batuk dan
fisioterapi tidak dapat dilakukan secara maksimal, sehingga hal ini merupakan
penghalang pasien untuk pulih bahkan dapat memperberat kualitas hidup pasien
bahkan keluarga pasien.
Fungsi yang paling penting dari otot-otot pernapasan adalah untuk bernapas
karena otot tersebut merupakan motor penggerak sistem pernapasan. Bernafas,
merupakan tindakan yang dikerjakan seumur hidup, ditopang terutama oleh otot-
otot inspirasi, terutama diafragma. Sedang otot-otot inspirasi lainnya
berkontribusi sedikit untuk membantu pernapasan tetapi berfungsi ketika
diperlukan usaha ventilasi yang lebih lagi dari yang usaha bernafas biasa, seperti
dalam latihan dan penyakit paru obstruktif atau restriktif. Otot-otot ekspirasi
biasanya tidak digunakan saat bernafas kecuali pada upaya lebih dari ventilasi.
Fungsi kedua dari otot-otot pernapasan adalah untuk melakukan manuver
eksplosif seperti batuk dan muntah. Otot-otot pernafasan juga memiliki peran
sebagai stabilisator toraks dan abdomen karena mereka mengambil bagian dalam
pembentukan dinding dada dan perut. Fungsi otot pernapasan tergantung pada
fungsi pusat pernapasan, motor neuron spinal, saraf perifer, dan neuromuscular
junctions.15,16
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
11!
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
12!
Pada pasien dengan fungsi otot pernapasan yang terbatas, dengan adanya
peningkatan kerja pernapasan, terutama disebabkan oleh penurunan compliance
dinding dada setelah torakotomi, membawa morbiditas dan mortalitas yang cukup
besar. Telah terbukti bahwa reseksi paru (Segmentectomy, lobektomi,
pneumonectomy), khususnya pada pasien di atas 70 tahun, menurunkan MIP
(maximum inspiratory pressure) dan MEP (maximum expiratory pressure).
Penurunan ini dapat berlangsung selama setidaknya empat minggu setelah
operasi.14,17
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
13!
atau meningkat, langkah kedua ditambah opioid, untuk non opioid diberikan
dengan atau tanpa obat tambahan lain. Jika nyeri terus menerus atau intensif,
langkah ketiga meningkatkan dosis potensi opioid atau dosisnya sementara
dilanjutkan non opioid dan obat tambahan lain.5
Dosis tambahan yang onsetnya cepat dan durasinya pendek digunakan untuk nyeri
yang menyerang tiba-tiba5.
Anestesi blok pada thoraks tidak mencegah disfungsi otot pernafasan. Terdapat
penelitian yang memantau fungsi diafragma setelah torakotomi dengan
menanamkan sepasang kristal sonomicrometric dan dua elektroda elektromiografi
pada diafragma pesisir enam pasien menjalani reseksi paru elektif.32
Interpretasi dari hasil ini, sangat rumit dengan kemungkinan bahwa anestesi blok
toraks dapat mempengaruhi lalu lintas eferen beberapa inspirasi dan ekspirasi
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
14!
Dengan kata lain susunan saraf kita tak dapat disamakan dengan suatu kabel yang
kaku, tetapi suatu yang mampu berubah sesuai dengan fungsinya sebagai alat
proteksi. Susunan saraf mempunyai sifat plastisitas. Sekali susunan saraf
mengalami plastisitas, berarti akan menjadi hipersensitif terhadap nyeri dan
penderita mengeluh nyeri yang lebih hebat dan dibutuhkan dosis yang lebih
tinggi untuk mengontrolnya11,37. Untuk mengurangi keluhan nyeri pascabedah
dilakukan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya plastisitas susunan saraf.5
Atas dasar teori plastisitas susunan saraf tersebut maka prinsip dasar
penatalaksanaan nyeri akut harus ditujukan untuk mencegah terjadinya sensitisasi
perifer dan sentral. Hal ini hanya mungkin dicapai jika kita dapat mengobati nyeri
sinergik sehingga dengan dosis yang lebih kecil dapat dihasilkan analgesia yang
optimal.5,38
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
15!
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
16!
2.4.2. Definisi
Blok saraf paravertebra merupakan teknik injeksi anestesi lokal pada spatium
sebelah lateral saraf spinal yang keluar dari foramen intervertebralis. Karena
kemampuan untuk memberikan anesthesia unilateral yang tahan lama, teknik
paravertebra dapat digunakan dalam berbagai tindakan bedah antara lain
torakotomi, mastektomi, bedah umum, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan blok
paravertebra memberikan analgesik yang lama sampai periode pascaoperasi pada
somatic ipsilateral dan blok saraf simpatis pada dermatom toraks daerah atas dan
bawah dari lokasi injeksi.32
Teknik blok saraf paravertebra ini sangat mudah dilakukan dan sangat efisien
untuk dilakukan untuk menangani nyeri akut dan kronik pada unilateral dari
daerah toraks dan abdomen. Penggunaan bilateral blok paravertebral ini juga
dapat digunakan. Pada sejumlah percobaan menunjukkan analgesia yang
digunakan lebih baik dan dapat mengurangi kebutuhan opioid dengan teknik blok
paravertebral dibanding dengan anestesi umum. Selain itu teknik blok
paravertebral juga memiliki keuntungan yaitu mengurangi rasa mual pascaoperasi,
mengurangi rasa nyeri pascaoperasi dan juga diduga bahwa teknik blok
paravertebral dapat mengurangi insiden nyeri kronik pascaoperasi torakotomi
posterolateral, serta panggunaannya yang aman dan efisien pada anak dan
neonatus.32,33
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
17!
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
18!
Kateter paravertebral toraks dapat dipasang dengan aman, akurat, dan mudah
dengan melihat langsung selama torakotomi dari dalam rongga toraks. Sabanathan
dan kawan menjabarkannya secara jelas cara pemasangan kateter paravertebral
intra torakotomi, dengan melihat bayangan pleura parietal dari batas posterior
insisi torakotomi yang dibuat berdekatan dengan tulang vertebral, kemudian
membuat kantung ekstrapleura pada rongga paravertebral sebagai tempat insersi
dari kateter yang dimasukkan perkutan sejajar sisi tulang iga yang dibuka.
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
19!
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
20!
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
21!
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
22!
Injeksi paravertebral toraks dapat memberi efek lokal pada daerah yang
disuntikkan, dan dapat menyebar ke daerah atas dan bawah dari titik yang
disuntikkan, ke arah lateral sepanjang rongga interkostalis, dan ke arah medial di
rongga epidural., attau kombinasi dari daerah yang disebutkna sebelumnya yang
mempengaruhi somatic ipsilateral dan saraf simpatis, meliputi ramus primer
posterior pada multiple dermatom toraks. Eason dan Wyatt menemukan bahwa
setidaknya4 rongga interkostalis yang dapat terpengaruh dengan pemberian
injeksi tunggal 15 ml dari 0,375% bupivacaine. Baru-baru ini pemberian injeksi
15 ml bupivacaine 0,5% ke ruang paravertebral menunjukkan blok somatic
unilateral sampai ke 5 dermatom dan blok simpatis sampai 8 dermatom.
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
23!
Kontraindikasi absolut tindakan blok paravertebral antara lain yaitu, selulitis atau
infeksi kulit pada tempat pungsi jarum, pasien menolak, tumor pada paravertebra,
dan alergi obat anestesi lokal. Sedangkan kontraindikasi relatif dari tindakan blok
paravertebral yaitu, koagulopati, paralisis diafragma ipsilateral, penyakit paru
berat (Pasien membutuhkan otot interkostal untuk membantu pernafasan),
kifoskoliosis, dan Torakotomi sebelumnya (adanya jaringan parut dapat
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
24!
Tidak ada data yang secara jelas menyebutkan dosis yang optimal atau
konsentrasi dari anestesi lokal untuk injeksi tunggal atau infus paravertebral
toraks berkelanjutan. Untuk level multiple blok paravertebral, dengan teknik
anestesi, digunakan 3-4 ml bupivacaine 0,5% atau ropivacaine 0,5% dengan
epinefrin (2,5 mikrogram.ml) yang disuntikkan di tiap segmen. Untuk tindakan
torakotomi dilakukan pada dermaton T3 sampai T9.28,29
2.4.8. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada blok paravertebra antara lain yaitu, infeksi,
hematoma, toksisitas pada anaestesi lokal, nerve injury, nyeri pada otot
paravertebra, total spinal anesthesia , Horner's syndrome, pneumothorax (pada
teknik insersi percutaneous). 30
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
25!
VAS adalah cara yang paling banyak digunakan untuk menilai nyeri. Skala linier
ini menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin dialami
seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan
atau tanpa tanda pada tiap centimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat
berupa angka atau peryataan deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri,
sedangkan ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi.38
Skala dapat dibuat vertikal atau horizontal. Manfaat utama VAS adalah
penggunaannya yang sangat mudah dan sederhana. Pasien diminta untuk
memberikan tanda pada garis tersebut sesuai dengan intensitas nyeri yang ia
rasakan. Skor VAS ditentukan dengan mengukur jarak dari ujung paling kiri
sampai tanda yang diberikan oleh pasien. VAS nyeri 1-3 disebut nyeri ringan, 4-7
disebut nyeri sedang, dan di atas 7 dianggap nyeri hebat.39
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
26!
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
27!
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
28!
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
29!
BAB 3
METODOLOGI
Penelitian dilakukan dari bulan November 2014 hingga April 2015 di Rumah
Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta.
Sebagai populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang
dilakukan operasi torakotomi posterolateral elektif di SMF Bedah Toraks Rumah
Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta.
Kriteria inklusi:
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
30!
Kriteria eksklusi:
Sampel dipilih dengan cara consecutive sampling, setiap pasien yang memenuhi
kriteria seperti yang disebut diatas dimasukkan dalam sampel.
Rumus besar sampel yang digunakan adalah sesuai dengan rumus besar sampel
untuk uji hipotesis beda 2 proporsi kelompok independen (Sastroasmoro &
Ismael, 2010) :
Keterangan :
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
31!
P1 : proporsi kejadian efek pada kelompok control atau standar yang didapat
dari
P2 : proporsi kejadian efek pada kelompok uji coba yang didapat dari
perbedaan
n = 10, 3 ≈ 10
maka jumlah sampel minimal adalah 10 dengan perkiraan drop out 10% maka
besar sampel 11 orang masing-masing kelompok.
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
32!
Penelitian ini aman dilaksanakan pada manusia karena tindakan analgetik ini
sudah lama dipakai sebagai analgesia perioperatif dan terbukti aman bila tidak ada
kontraindikasi pada pasien. Pada penelitian ini dosis obat yang digunakan adalah
dosis terapeutik. Selain itu penelitian dengan jenis obat yang sama sudah sering
dilakukan pada pusat-pusat pendidikan lain
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
33!
Insersi kateter ini menggunakan trocar jarum Tuohy ukuran 18 Gauge 3,5 inch,
yang dimasukkan pada satu ruang dibawah sisi posterior tempat luka insisi
torakotomi dan beberapa centimeter menjauhi tempat dipasangnya drain toraks.
Ketika ujung dari trokar ini terlihat di ruang ekstra pleura, kateter epidural 20
Gauge dimasukkan melalui trokar dan diposisikan kearah vertikal meliputi dua
ruang interkostal. Ujung akhir kateter kemudian dihubungkan kearah luar dan
diberikan rejimen obat analgesia, disuntikkan melalui kateter tersebut. Pastikan
rejimen yang dimasukkan berada di posisi yang tepat. Perhatikan
penggelembungan dari ruang ekstra pleura tanpa adanya kebocoran dari rejimen
anestesi lokal ke dalam rongga pleura, merupakan indikasi penempatan kateter
yang benar.
Pemasangan kateter blok paravertebral ini dilakukan oleh operator tunggal agar
memastikan keefektifan penelitian ini dan berhubungan dengan masalah etik agar
operator yang terlatih dapat mengerjakan teknik ini tanpa adanya komplikasi.
Apabila terjadi kegagalan pada pemasangan kateter blok paravertebral, kejadian
yang tampak berupa kebocoran cairan obat analgesia kedalam rongga pleura
karena robekan dari pleura parietal dan hal ini tidak menimbulkan kelainan
maupun efek samping apapun dari pasien. Tindakan berikutnya apabila terjadi
robekan ini, dilakukan pemberian cairan obat analgesia di sekitar daerah target
kembali agar dosis dan jumlah obat sesuai dengan instrumentasi penelitian.
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
34!
Gambar 9a.
Gambar 9b.
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
35!
Keterangan gambar :
Semua pasien dirawat di ruang ICU dan ruang perawatan post op dengan
mendapat terapi pascaoperasi dan fisioterapi yang sama. Ekstubasi dilakukan
ketika kriteria weaning sudah tercapai. Untuk mengukur nyeri pascaoperasi,
pasien diminta menggunakan skor yang diukur dengan skala analog visual (VAS)
dari angka 0 untuk tanpa nyeri sampai 10 untuk nyeri yang amat sangat.
Pasien mendapat tambahan analgetik bila VAS > 4. Analgetik yang diberi Obat
Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) rectal diklofenak sewaktu di ruang
perawatan.Apabila selama di ruang intensif terdapat gejolak nyeri yang amat
sangat, dengan VAS > 7, segera dilakukan tindakan diberikan opioid fentanyl
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
36!
Pengumpulan data dilakukan oleh orang ketiga (bagian bedah toraks dibantu oleh
perawat yang bertugas) di kardex pasien
Data yang dikumpulkan dicatat dalam lembar observasi yang ada (lampiran).
Variabel bebas:
Variabel terikat :
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
37!
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
38!
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
39!
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
40!
Persiapan data sebelum analisis adalah data cleaning, coding dan tabulasi,
selanjutnya data dimasukkan ke dalam komputer. Data yang berskala nominal
akan dideskripsikan sebagai distribusi frekuensi dan persen, sedangkan data yang
berskala interval akan dideskripsikan sebagai rerata.
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
!
41!
Penyusunan!proposal!penelitian!
Pasien!kandidat!operasi!torakotomi!posterolateral!elektif!
Kriteria!eksklusi!
Kriteria!inklusi!
Randomisasi!
Kelompok!1!! Kelompok!2!
Analgesia!dengan!teknik!blok!paravertebral! Analgesia!teknik!blok!thoracic(epidural!
Pengukuran!VAS!jam!keF24,! Pengukuran!VAS!jam!keF24,!
keF36,!keF48! keF36,!keF48!
Hasil!
Universitas Indonesia
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
! 42!
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian didapatkan kelompok 1 terdiri dari 6 subjek berjenis kelamin
laki-laki dan 5 subjek berjenis kelamin perempuan, sebaliknya pada kelompok 2
didapatkan 5 subjek berjenis kelamin laki-laki dan 6 subjek berjenis kelamin
perempuan. Rata-rata usia subjek penelitian adalah 45 tahun pada kelompok 1 dan
38 tahun pada kelompok 2. Berat badan subjek penelitian pada kelompok 1
memiliki rata-rata yang lebih besar (61,55 kg) dibandingkan kelompok 2 (56,91
kg).
Universitas Indonesia
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
! 44!
!
Universitas Indonesia
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
! 45!
!
4.2. Hubungan Teknik Analgesia dengan Nyeri dan waktu Mobilisasi Pasien
Tabel 4 menyajikan hasil bahwa teknik analgesia yang digunakan pada torakotomi
berhubungan secara statistik dengan rasa nyeri subjek yang dinilai dengan VAS
jam ke-24. Rata-rata skor VAS jam ke-24 adalah 2,82 ± 1,168 pada kelompok
blok paravertebral dan 4,00 ± 1,183 pada kelompok epidural, dengan nilai
p=0,029. Hal ini menunjukkan ada perbedaan signifikan rerata skor nyeri subjek
(VAS jam ke-24) antara penggunaan teknik blok paravertebral (kelompok 1)
dengan blok epidural (kelompok 2).
Tabel 4. Hubungan teknik analgesia dengan rasa nyeri (VAS jam ke-24)
VAS jam ke-24
Teknik analgesia p
n Mean ± SD
Blok paravertebral 11 2,82 ± 1,168
0,029
Blok epidural 11 4,00 ± 1,183
Uji T tidak berpasangan
Tabel 5. Hubungan teknik analgesia dengan rasa nyeri (VAS jam ke-36)
VAS jam ke-36
Teknik analgesia p
n Median (min – mak)
Blok paravertebral 11 1 (1 – 5)
0,091
Blok epidural 11 2 (1 – 4)
Uji Mann Whitney
Tabel 6. Hubungan teknik analgesia dengan rasa nyeri (VAS jam ke-48)
VAS jam ke-48
Teknik analgesia p
n Median (min – mak)
Blok paravertebral 11 1 (1 – 4)
0,353
Blok epidural 11 1 (1 – 3)
Uji Mann Whitney
Universitas Indonesia
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
! 46!
!
Tabel 5 dan tabel 6 menunjukkan bahwa teknik analgesia yang digunakan pada
operasi torakotomi tidak berhubungan secara statistik dengan rasa nyeri subjek
yang dinilai dengan VAS jam ke-36 dan VAS jam ke-48. Median skor VAS jam
ke-36 pada kelompok blok paravertebral adalah 1 (1 – 5) dan pada kelompok blok
epidural adalah 2 (1 – 4), dengan nilai p=0,091. Median skor VAS jam ke-48 pada
kelompok blok paravertebral adalah 1 (1 – 4) dan pada kelompok blok epidural
adalah 1 (1 – 3).
Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan mean rank skor nyeri subjek
(VAS jam ke-36) antara penggunaan teknik blok paravertebral (9,32) dengan blok
epidural (13,68). Begitu juga dengan VAS jam ke-48, tidak ada perbedaan yang
signifikan mean rank skor nyeri subjek antara penggunaan teknik blok
paravertebral (10,64) dengan blok epidural (12,36).
Universitas Indonesia
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
! 47!
!
Pada Tabel 8 dan Tabel 9, dilakukan uji untuk melihat hubungan teknik analgesia
dengan komplikasi yang terjadi pada subjek (Tabel 8) dan pemberian analgetik
tambahan (Tabel 9). Terlihat bahwa teknik analgesia tidak berhubungan secara
statistic dengan komplikasi yang terjadi (p=1,000) dan pemberian analgetik
tambahan (p=0,635). Hal ini berarti, tidak ada perbedaan yang signifikan proporsi
kejadian komplikasi pada pasien antara blok paravertebral dengan blok epidural.
Demikian juga dengan pemberian analgetik tambahan, tidak ada perbedaan yang
signifikan proporsi pemberian analgetik tambahan antara blok paravertebral
dengan blok epidural.
Universitas Indonesia
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
! 48!
!
Tabel 10. Hubungan karakteristik subjek (umur, jenis kelamin, dan berat
badan) dengan rasa nyeri (VAS jam ke-24) pascatorakotomi
VAS jam ke-24
Karakteristik p r
n Mean ± SD
Jenis kelamin
Laki-laki 11 3,36 ± 1,433 0,874*
Perempuan 11 3,45 ± 1,214
Umur (tahun) 0,092** – 0,368
Berat badan (kg) 0,278** – 0,242
*Uji T tidak berpasangan **Uji Korelasi Pearson
Tabel 11. Hubungan karakteristik subjek (umur, jenis kelamin, dan berat
badan) dengan rasa nyeri (VAS jam ke-36) pascatorakotomi
VAS jam ke-36
Karakteristik p r
n Median (Min – Mak)
Jenis kelamin
Laki-laki 11 2 (1 – 5) 0,778a
Perempuan 11 2 (1 – 4)
Umur (tahun) 0,067b – 0,397
b
Berat badan (kg) 0,159 – 0,311
a b
Uji Mann Whitney Uji Korelasi Spearman
Tabel 12. Hubungan karakteristik subjek (umur, jenis kelamin, dan berat
badan) dengan rasa nyeri (VAS jam ke-48) pascatorakotomi
VAS jam ke-48
Karakteristik p r
n Median (Min – Mak)
Jenis kelamin
Laki-laki 11 1 (1 – 4) 0,261a
Perempuan 11 1 (1 – 3)
Umur (tahun) 0,437b – 0,175
b
Berat badan (kg) 0,963 – 0,011
a b
Uji Mann Whitney Uji Korelasi Spearman
Universitas Indonesia
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
! 49!
!
Tabel 10, tabel 11, dan tabel 12 memperlihatkan bahwa karakteristik subjek, yaitu
usia, jenis kelamin, dan berat badan, tidak berhubungan secara statistik dengan
skor nyeri VAS jam ke-24, VAS jam ke-36, dan VAS jam ke-48. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai p > 0,05 untuk semua variabel.
Universitas Indonesia
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
! 50!
!
!
!
!
!
!
!
!
Universitas Indonesia
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
! 51!
!
BAB 5
PEMBAHASAN
Universitas Indonesia
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
! 52!
!
Universitas Indonesia
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
! 53!
!
Tidak ada hubungan secara statistik pada penilaian skor rasa nyeri VAS jam ke
24, VAS jam ke 36, VAS jam 48, waku mobilisasi, komplikasi yang terjadi dan
analgesik tambahan yang diberikan yang dibandingkan dengan karakteristik
pasien (umur, jenis kelamin, dan berat badan), dimana didapatkan nilai p>0,05.
Dengan demikian variabel-variabel tersebut tidak memberikan pengaruh terhadap
perbedaan hasil penelitian ini.
Pada prinsipnya terdapat beberapa keuntungan pada tindakan analgesia blok
paravertebral yang pada penelitian ini tidak dibandingkan secara khusus, berupa
tidak diperlukannya waktu dan posisi khusus saat dilakukan pemasangan kateter
paravertebral, karena pemasangan kateter ini dilakukan pada saat pasien masih
dalam keadaan pembiusan umum dan dalam posisi yang sama saat pasien
dilakukan torakotomi. Pada tindakan analgesia blok epidural dilakukan
pemasangan kateter epidural pada saat pasien masih sadar dan dalam posisi
duduk, hal ini memberikan pengalaman nyeri tersendiri, dimana nyeri merupakan
perasaan sensorial dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa blok paravertebral merupakan salah satu
teknik yang dapat dianjurkan untuk manajemen tatalaksana nyeri pada pasien
pascatorakotomi.
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
Universitas Indonesia
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
! 54!
!
BAB 6
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh teknik analgesia blok paravertebral dalam
menurunkan nyeri yang dinilai dengan skor Visual Analog Scale dan waktu
mobilisasi pasien dapat disimpulkan bahwa :
Teknik blok paravertebral merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan
dengan beberapa keunggulan untuk manajemen tatalaksana nyeri pada pasien
pascatorakotomi.
6.2. Saran
1. Teknik analgesia blok paravertebral diharapkan dapat diaplikasikan di semua
rumah sakit yang melakukan tindakan torakotomi posterolateral elektif karena
didapatkan efek analgesia yang tidak berbeda bahkan lebih baik, dengan
komplikasi yang minimal serta tekniknya tergolong mudah dan aplikatif.
2. Pada pendidikan Bedah Toraks Kardio Vaskuler, peserta didik diharapkan
terpapar dengan teknik ini sehingga dapat menjadi alternatif untuk tatalaksana
nyeri tindakan torakotomi.
3. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
besar, waktu penelitian yang lebih panjang, dengan kriteria inklusi dan
eksklusi yang lebih ketat.
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
Universitas Indonesia
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
! 55!
!
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
! 56!
!
15. Ballantyne JC, Carr DB, deFerranti S, Suarez T, Lau J, Chalmers TC,
Angelillo IF,Mosteller F. The comparative effects of postoperative
analgesic therapies on pulmonary outcome: cumulative meta-analyses of
randomized, controlled trials. Anesth Analg. 1998;86:598-612.
16. Hamada H, Moriwaki K, Shiroyama K, Tanaka H, Kawamoto M and
Yuge O. Myofascial pain in patients with postthoracotomy pain syndrome.
Reg Anesth Pain Med 2000; 25(3): 302–305.
17. Kaiser AM, Zollinger A, De Lorenzi D, Largiader F, Weder W.
Prospective, randomized comparison of extrapleural versus epidural
analgesia for postthoracotomy pain. The Annals of thoracic surgery
1998;66:367!72.
18. Joshi GP, Bonnet F, Shah R, Wilkinson RC, Camu F, Fischer B,
Neugebauer EA, Rawal N, Schug SA, Simanski C, Kehlet H. A systematic
review of randomized trials evaluating regional techniques for
postthoracotomy analgesia. Anesthesia and analgesia 2008;107:1026!40.
19. Peeters-Asdourian C, Gupta S. Choices in pain management following
thoracotomy. Chest. 1999 ;115:122S-124S.
20. Roy G, Eugene S. acute pain management for patient undergoing
thoracotomy. Ann thorac Surg 2003;75:1349-57.
21. Kehlet H, Wilkinson RC, Fischer HB, Camu F, Prospect Working G.
PROSPECT: evidence!based, procedure!specific postoperative pain
management. Best practice & research Clinical anaesthesiology
2007;21:149!59.
22. Hazelrigg SR, Landreneau RJ, Boley TM, Priesmeyer M, Schmaltz RA,
Nawarawong W, Johnson JA,Walls JT and Curtis JJ. The effect of muscle
sparing versus standard posterolateral thoracotomy on pulmonary function,
muscle strength, and postoperative pain. J Thorac Cardiovasc Surg 1991;
101(3): 394–400.
23. Eng J, Sabanathan S. Site of action of continuous extrapleural intercostal
nerve block. Ann Thorac Surg. 1991;51:378-389.
24. Mozell EJ, Sabanathan S, Mearns AJ, Bickford Smith PJ, Majid MR,
Zografos G. Continuous extrapleural intercostal nerve block after
pleurectomy. Thorax 1991;46:21-24.
25. Fischer B.Paravertebral Block:is it the block of the future [article].
Alexandra Hospital Redditch: England;2009
26. Richardson J, Sabanathan S, Mearns AJ, Evans CS, Bembridge J,
Fairbrass M. Efficacy of preemptive analgesia and continuous extrapleural
intercostal nerve block on post!thoracotomy pain and pulmonary
mechanics. The Journal of cardiovascular surgery 1994;35:219!28.
27. Sabanathan S, Mearns AJ, Bickford Smith PJ, Eng J, Berrisford RG,
Bibby SR, Majid MR. Efficacy of continuous extrapleural intercostal
nerve block on post!thoracotomy pain and pulmonary mechanics. The
British journal of surgery 1990;77:221!5.
28. Richardson J, Sabanathan S, Jones J, Shah RD, Cheema S, Mearns AJ. A
prospective, randomized comparison of preoperative and continuous
balanced epidural or paravertebral bupivacaine on post!thoracotomy pain,
pulmonary function and stress responses. British journal of anaesthesia
1999;83:387!92.
Universitas Indonesia
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
! 57!
!
Universitas Indonesia
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
! 58!
!
1. Nama
2. No.ID
3. Jenis subjek 1. PVB 2. Epidural
4. No. Med. Rec
5. No. telp
6. Tanggal lahir
7. Jenis Kelamin
8. Berat Badan (kg)
9. Tinggi Badan (cm)
10. Tanggal masuk RS
11. Tanggal Operasi
12. Diagnosa
13. Prosedur
14. Lateralitas operasi 1. Kanan 2. Kiri
15. Waktu yang diperlukan
untuk pemasangan kateter
blok epidural (dalam menit)
16. Skala VAS saat pemasangan
kateter blok epidural
Universitas Indonesia
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
! 59!
!
Mual
Muntah
Nyeri kepala
Nyeri punggung
Retensi urin
Hematoma
Universitas Indonesia
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
! 60!
!
Universitas Indonesia
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
! 61!
!
Universitas Indonesia
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
! 62!
!
Universitas Indonesia
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015
! 63!
!
Universitas Indonesia
!
Analgesia Blok..., Antonius Sarwono Sandi Agus, FK UI, 2015