Anda di halaman 1dari 98

KARDIOPULMO

PEMERIKSAAN FISIK

2
PEMERIKSAAN FISIK
• Inspeksi Umum
• Pulse : meliputi nadi dan pengukuran JVP
• Pemeriksaan jantung : Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi (meliputi bunyi systole, diastole,
dan murmur)

Inspeksi Umum
• Pasien tampak sehat? Sakit
ringan/sedang/berat?
• Sianosis, oedem, clubbing
finger
• Bekas operasi?
WAJAH
• Mata : konjungtiva pucat? Xanthelasma?
Corneal ring?
• Pipi : malar flush
• Bibir : sianosis?
• Mukosa mulut: sianosis central?

xanthelasma Xanthelasma & corneal arcus


Pemeriksaan Denyut Nadi
Pemeriksaan Vena Jugularis

Contoh JVP abnormal


Pemeriksaan Hepatojugular reflux
Pemeriksaan Thorax (Inspeksi)

Bentuk dada

Pulsasi
Cardiac apex beat pada SIC V
linea midclavicular 2 cm ke
arah medial
Pemeriksaan Thorax (Palpasi)

Palpasi di seluruh dinding dada, cari impuls. Palpasi iktus kordis dalam 3 posisi :
1. Supinasi
2. LLD
3. Duduk saat bungkuk ke depan
PERKUSI
AUSKULTASI JANTUNG
DERAJAT BISING
Beberapa yang khas :

1. BJ 3 : ventrikel hipertrofi/dilatasi
2. BJ 4 : atrial gallop
3. Opening snap : stenosis mitral
4. Pericardial friction rub : pada
perikarditis

Beberapa yang khas :

1. BJ 3 : ventrikel hipertrofi/dilatasi
2. BJ 4 : atrial gallop
3. Opening snap : stenosis mitral
4. Pericardial friction rub : pada
perikarditis
Hal yang perlu dipelajari
•Gagal jantung
•Aritmia
•Sindroma Koroner Akut
•Hipertensi
14
Gambaran EKG

STEMI
• ST elevasi dengan “evolusi”, yaitu :
• >0.1 mV pada lebih dari 2 lead yaitu : II,
III, aVF (inferior) dan I-aVL (lateral).
• >0.2 mV pada lebih dari 2 lead V1-V6.
LBBB
• LBBB baru

NON STEMI
• Gambaran ST depresi > 0,1mV
• Gambaran T inverted ≥ 0,2 mV
q

Lokasi Oklusi
Cardiac Biomarker

Peningkatan marka jantung hanya Troponin I/T juga dapat meningkat oleh sebab
Troponin I/T sebagai marka nekrosis menunjukkan adanya nekrosis miosit, kelainan kardiak nonkoroner seperti
jantung mempunyai sensitivitas dan namun tidak dapat dipakai untuk takiaritmia, trauma kardiak, gagal jantung,
spesifisitas lebih tinggi dari CK-MB. menentukan penyebab nekrosis miosit hipertrofi ventrikel kiri,
tersebut (penyebab koroner/nonkoroner) miokarditis/perikarditis
PENJELASAN
Tatalaksana Awal
1. Aspirin diberikan 160-230 mg diberikan pada semua pasien,
pemberian secara sublingual lebih dipilih.
O2 (jika <95% + ANIMO) 2. Pemberian penghambat reseptor ADP : ticagleror diberikan
Aspirin + penghambat ADP 180 mg dilanjutkan dosis maintenance 2x90 mg/hari atau
NItrogliserin clopidogrel 300 mg dilanjutkan dosis maintenance 75 mg/hari
MOrphine pada pasien yang akan dilakukan fibrinolitik dianjurkan
menggunakan clopidogrel.

1. Nitrogliserin spray/tablet sublingual pada pasien masih nyeri


dada di ruang IGD, dapat diulang 3x dengan jarak 5 menit,
nitrogliserin diberikan secara intravena.
2. Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-30
menit, bagi pasien yang tidak responsif dengan terapi tiga dosis
NTG sublingual.
Door to balloon (PCI)
Kontraindikasi Fibrinolitik

1. Riwayat stroke
perdarahan/perdarahan
intrakranial.
2. Tumor/masa intracranial.
3. Stroke iskemik <3 bulan.
4. Riwayat operasi intracranial.
5. Riwayat trauma intracranial.
6. Bleeding diastesis
GAGAL JANTUNG

Dikatakan positif apabila :


2 mayor/1 mayor + 2 minor

PNR PICASO Positif Hepatojugular Reflux


Increase Venous Pressure
Paroksisimal Nokturnal Dispneu Cardiomegaly
Neck Vein Distention Acute Pulmonary Oedema
Rales S3 GallOp
Gagal Jantung Kanan dan Kiri
Hati-hati dengan riwayat
pasien, misal Riwayat
katub bocor, berarti
minimal kelas II.
Akibat penyakit paru → CPC
Bisa juga akibat gagal ginjal
Beberapa obat yang bersifat anti remodelling untuk mencegah
progresifitas gagal jantung adalah : ACE inhibitor, beta-blockers,
angiotensin receptor blockers, and Antagonis Aldosteron
PEMBESARAN JANTUNG
Atrium kanan
• Pembesaran batas atrium kanan
• Double contour pada jantung kanan
• Pada EKG menunjukan P Pulmonal

P Pulmonale merupakan gambaran P yang meninggi,


yaitu P yang lebih dari 3 kotak, sering diakibatkan karena
kelainan jantung kongenital, kelainan katup tricuspid
dan hipertensi pulmonal.
PEMBESARAN JANTUNG
Ventrikel kanan
• Pada pemeriksaan fisik : apex jantung geser ke
lateral
• Foto thorax : apex terangkat pada foto PA, dan
penyempitan ruang retrosternal pada lateral.
• Pada EKG rasio R/S >1 di V1

RVH
Sering disebabkan oleh penyakit
paru kronis seperti TB dan
PPOK yang menyebabkan
Hipertensi Pulmonal
PEMBESARAN JANTUNG
Atrium kiri
• Pada x-foto didapatkan double density pada
bagian kiri jantung, pinggang jantung mendatar
dan bronkus kiri terangkat.
• Pada EKG menunjukan P mitral.

P Mitral adalah P yang lebih dari 3 kotak dan dapat


berbentuk seperti huruf M. Untuk mempermudah bisa
diingat MIKI MOKA (MItral KIri, pulMOnal KAnan).

Etiologi dari LAE antara lain : AMI, mitral stenosis, mitral


regurgitasi, gangguan katup semilunar aorta, hipertensi
sistemik dsb.
PEMBESARAN JANTUNG
Ventrikel kiri
• Pada pemeriksaan fisik : apex jantung geser ke laterocaudal
• Foto thorax : apex tertanam ke diafragma pada foto PA, dan penyempitan ruang
retrocardial pada lateral.
• Pada EKG terdapat kriteria sokolow-lyon, cornell criteria dan sebagainya.

KRITERIA EKG
1. Kriteria Cornell
• S pada V3 + R di aVL > 24 mm pada pria dan
>20 mm pada wanita.
2. Kriteria lainya :
• S di V1 + R di V5/V6 >35 mm (Sokolow Lyon
Criteria)
• R di aVL >11 mm
Apex jantung yang
tertanam pada diafragma
pada proyeksi PA, dan
penyempitan ruangan
retrocardial pada proyeksi
lateral
Alur Diagnosis
• Pada pasien DM/gagal jantung
direkomendasikan ACE-I atau
ARB.
• CCB tidak direkomendasikan
karena memperburuk oedem.
• Tx DM : metformin
dikombinasikan dengan SGLT-
2/GLP-1 Agonis
• TZD tidak direkomendasikan
karena memperparah oedem
Aritmia
Sinus Takikardi
Laju : >100x/menit
Irama : Reguler
Gelombang P : normal
Interval PR : Normal

Supraventrikular Takikardi
Laju : 150-250x/menit
Irama : Reguler
Gelombang P : Tidak terlihat
Interval PR : sulit dinilai

Atrial Fibrilasi
Laju : >350x/menit
Irama : Ireguler
Gelombang P : Tidak terlihat
Interval PR : sulit dinilai
Ventrikular takikardi
Laju : 100-250x/menit
Irama : Reguler
Gelombang P : Tidak ada
Interval PR : Tidak ada

Torsades De Pointes
Laju : 200-250x/menit
Irama : Ireguler
Gelombang P : Tidak ada
Interval PR : Tidak ada

Ventrikular Fibrilasi
Laju : Tidak dpt dinilai
Irama : kacau
Gelombang P : Tidak ada
Interval PR : Tidak ada
Tipe PVC/VES
Kriteria VES Benigna vs Maligna
1. > 6 dalam 1 menit
2. R on T
3. Infark miokard
4. Polimorfik
5. Repetitif dan konsekutif (bigemini, trigemini)

EKG HOLTER
Tatalaksana VES
1. Asimptomatik : tidak perlu dilakukan terapi, hanya perlu reassurance, tidak perlu terapi obat-
obatan.
2. Simptomatik
a. Farmakologi : CCB non dihiropiridin (verapamil, diltiazem), beta blocker, amiodarone (pilihan
pertama).
b. Koreksi elektrolit : terutama magnesium dan kalium
c. Terapi definitif : ablasi radio frekuensi
Cerita Cinta AV-BLOCK, seperti aku, kamu dan dia!

1. Derajat 1 : LDR!, kita jauh dan konstan…….. (PR


interval memanjang konstan, tanpa adanya blok)
2. Derajat 2 :
a. Mobitz 1 : makin lama makin menjauh lalu
kamu minta putus (PR semakin memanjang
dan blok!)
b. Mobitz 2 : Gak ada perkara tiba2 kamu
putusin aku! ( interval PR normal/menjauh
dengan jarak yang sama dan tiba-tiba blok)
3. Derajat 3 : kita harus berpisah 
Pada AV blok derajat 2 Mobitz 2
dan 3, langsung diberikan
pacemaker.
Syok Kardiogenik

Fluid challenge dengan memberi cairan koloid atau kristaloid sejumlah


250-500 ml dalam 20-30 menit. Apabila membaik maka bisa jadi
merupakan syok hipovolemik.
Cardiogenic Shock And Pulmonary Edema Harrison S
Algoritma Cardiac Arrest ACLS 2018
Jangan lupa 5H dan 5T
Algoritma Cardiac Arrest ACLS 2020

Apa Perbedaannya?
1 1. Inisiasi epinefrin segera

48
TATALAKSANA HIPERTENSI

Cara Kombinasi Antihipertensi


TEKNIK
PEMILIHAN ANTI-
HIPERTENSI Indikasi Pilihan Tatalaksana
Gagal jantung ACE-I/ARB + BB + Diuretic +
Spironolactone
Post MI ACE-I dan BB
Diabetes ACE-I/ARB, CCB, diuretic
CKD ACE-I/ARB
Hamil Nifedipin, metildopa.

• ACE-I dan B-Blocker : memiliki efek anti


remodelling sehingga baik untuk sakit
jantung.
• ACE-I/ARB : memiliki efek anti-
proteinuria
Obat Anti-hipertensi dan efek samping
Kontraindikasi
Obat Compelling KOMPLIKASI
Diuretic (thiazide) Gout arthritis
Beta Blocker Asthma • LVH
A-V block (Grade 2/3)
• Proteinuria
CCB
(dihidropiridine)
Takiartimia • Gangguan fungsi ginjal
CCB AV-Block (derajat 2/3)
• Retinopati
(dihidropiridine) • Stroke
ACE-I dan ARB Kehamilan, Hiperkalemia, renal stenosis • Infark miokard
bilateral • Angina pectoris
Antagonis Hiperkalemia, (GFR <30 mL/menit) • Gagal jantung
aldosteron
Krisis Hipertensi
Krisis hipertensi merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan peningkatan darah sistolik
(TDS) >180 mmHg dan tekanan darah diastolic > 120 mmHg dengan komplikasi disfungsi dari
target organ baik dalam proses maupun dalam tahap akut progresif.

Bentuk Klinis Krisis Hipertensi

Hipertensi emergensi Peningkatan tekanan darah disertai kerusakan target organ akut.
Hipertensi urgensi Peningkatan tekanan darah TANPA kerusakan target organ akut.
Hipertensi akselerasi Peningkatan tekanan darah yang berhubungan dengan perdarahan
retina atau eksudat.
Hipertensi maligna Peningkatan tekanan darah yang berhubungan dengan edema papil.
Evaluasi Pada Krisis Hipertensi
TATALAKSANA
Hipertensi Terapi rawat jalan menggunakan anti-hipertensi oral,
Urgensi penurunan dalam 24-48 jam. Penurunan tidak boleh >25%
MAP.
Hipertensi pemberian obat parenteral dengan aturan menurunkan MAP sebanyak
Emergensi 10% dalam 1 jam pertama, dan tambahan 15% dalam 3-12 jam.
Penurunan dalam dilanjutkan 2-6 jam sampai tekanan darah 160/100-
110 mmHg selanjutnya diturunkan sampai normal dalam 48 jam.
Pilihan Obat
Pilihan Obat
ASMA
Definisi Asma
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang
menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan, umumnya bersifat
reversible baik dengan atau tanpa pengobatan.

GEJALA KLINIS
• Kondisi stabil/steady state → keluhan batuk malam hari dan sesak nafas saat
olahraga.
• Saat serangan (eksaserbasi akut) → sesak berat ditandai dengan wheezing.
• Sesak nafas, batuk, rasa berat di dada dan berdahak.
• Diawali oleh faktor resiko yang bersifat individu
• Respon terhadap pemberian bronkodilator.
Pemeriksaan Fisik
• Dapat ditemukan sesak nafas, mengi (wheezing) dan hiperinflasi.
• Pada kasus sangat berat : silent chest, sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan
otot bantu nafas.
Derajat
Asma
Sebelum
Pengobatan
Derajat Serangan Asma
TATALAKSANA SERANGAN ASMA
Golongan Obat Sediaan Dosis Keterangan
SABA Salbutamol Salbutamol Untuk eksaserbasi, dosis
1. Salbutamol • 100 mcg/semprot • Inhalasi 200 mcg 2-4x per pemeliharaan 3-4 kali per
• 2 mg, 4 mg tablet hari hari
• 5 mg/ml • 1-2 mg, 2-3x/hari
2. Terbutalin Terbutalin Terbutalin
• 0,25 mg/semprot • 0,25-0,5 mg, 2-4x/hari
• Tablet 2,5 mg Formoterol
3. Formoterol Formoterol • 200 mcg, 3-4 kali per hari
• 100-200 mcg/semprot
Antikolinergik • 20 mcg/semprot • 40 mcg 3-4x/hari Diberikan dengan agonis
Ipatropium bromida • Solutio 0,25 mg/ml • 0,25 mg tiap 6 jam beta-2 untuk waktu yang
singkat untu serangan.
Metilprednisolon 4 mg, 8 mg, 16 mg 24-40 mg/hari dosis tunggal Untuk mengontrol asma
pada terapi awal
Metilxantin (Aminofilin) Tablet 130 mg, 150 mg, 3-5 mg/kgBB 3-4x per hari Kombinasi dengan beta-2
200 mg agonis
Obat Kontroler Asma
UPAYA PREVENTIF
• Hindari merokok atau terekspos dengan rokok
• Hindari bulu hewan dan pollen
• Hindari tungau rumah (dermatophagoides)
• Hindari sensitizer dan iritan
• Hindari obat-obatan pemicu asma seperti beta blocker, aspirin dan NSAID.
Step Pengobatan Asma (GINA)
Derajat Kontrol Asma
ANAMNESIS
Sesak nafas yang diperberat oleh aktvitas, batu-batuk kronis, sputum yang produktif, factor resiko (+) seperti
rokok baik aktif maupun pasif, industri kapas, pertambangan batu bara, pertambangan emas.

PEMERIKSAAN FISIK
• Peningkatan RR, bila sesak nafas dapat disertai sianosis, pursed-lip breathing, pelebaran sela iga, penampilan
pink puffer dan blue bloater dan retraksi
• Pemeriksaan paru : terdapat barrel chest, diafragma letak rendah dan suara nafa melemah, dapat ditemukan
ronkhi atau wheezing, ekspirasi memanjang dan suara jantung terdengar jauh.

Pursed-Lip breathing Retraksi


PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan penunjang antara lain:
– Uji spirometry -> merupakan gold standar, tampak :
•FEV1 / FVC< 70 % (GOLD); <75% (pneumobile Indonesia)
•Uji bronkodilator (saat diagnosis ditegakkan) : FEV1 pasca bronkodilator
< 80 % prediksi; serta FEV1 / FVC <75% memastikan adanya hambatan
aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible.
•Obstruksi jalan napas dikatakan reversibel bila setelah pemakaian
bronkodilator VEP1> 12% dan 200 cc dari nilai awal
– Uji coba kortikosteroid

– Analisis gas darah dilakukan pada pasien dengan VEP1 < 40% prediksi dan
secara klinis diperkirakan gagal napas dan payah jantung kanan.
EMFISEMA
Hiperinflasi BRONKITIS KRONIK
Hiperlusen • Normal
Ruang retrosternal melebar • Corakan bronkovaskular bertambah
Diafragma mendatar pada 21% kasus.
Jantung menggantung (jantung
pendulum/teardrop/eye drop)
Klasifikasi PPOK
Pemberian Oksigen
• mempertahankan pO2 diatas > 60 mmgHg atau SaO2 88-92%
• Monitor pasien untuk tanda-tanda retensi CO2 dan asidosis.
Bronkodilator Inhalasi
• Menaikan dosis dan frekuensi
• Kombinasi Beta-2 agonis dan antikolinergik
Antibiotik
• Jika terdapat sesak dan batuk serta sputum purulent, serta perubahan volume.
• Pilihan antibiotic sebaiknya sesuai etiologi terbanyak : S.pneumonia, H.Influenza, M.
Catarrhalis.
Glukokortikoid
• Dapat sebagai obat-obatan tambahan untuk bronkodilator.
• Indikasi : apabila FEV1 <50% predicted : 30-40 mg oral prednisolone x 10 hari atau
nebulisasi budesonide.
Pemeriksaan Bakteriologi
TUBERKULOSIS
Pemeriksaan dahak mikroskopik langsung
Gejala Klinis Pasien TB
dengan 2 kali pengambilan yaitu SEWAKTU (S)
• Gejala utama pasien TB paru yaitu Batuk berdahak dan PAGI (P), cat dengan Ziehl neelsen,
selama 2-3 minggu atau lebih kinyoun gabbet
• Batuk dapat diikuti gejala tambahan :
• Dahak bercampur darah
• Batuk darah Pemeriksaan test cepat molekuler (TCM),
• Sesak nafas dapat untuk diagnosis namun tidak dapat
• Badan lemas untuk evaluasi pengobatan.
• Nafsu makan menurun
• Berat badan menurun
• Malaise Pemeriksaan biakan dengan media
• Berkeringat malam hari padat (Lowenstein Jensen) dan
• Demam/meriang lebih dari satu bulan. media cari (Growth Indicator Tube)
PEMERIKSAAN LAINYA

X-FOTO THORAX
• Gambaran TB Aktif : kavitas terutama lebih dari satu,
bayangan opak berawan atau nodular, bercak milier
(terutama pada anak)/snowstorm appearance.
• Gambaran TB inaktif : Fibrotik pada segmen apical,
kalsifikasi atau fibrotic, penebalan pleura/schwarte.

Pemeriksaan Histopatologi
Terutama pada TB ekstraparu, dapat
memberikan gambaran perkejuan.

Uji Resistensi
Antibiotik non OAT non quinolon
Klasfikasi TB
• LOKASI ANATOMI
• TB paru : TB yang terjadi pada parenkim paru. Milier dianggap sebagai TB pari karena
adanya lesi pada jaringan paru, limfadenitis TB di rongga dada, pasien yang
menderita TB ekstraparu dan TB paru sekaligus tetap dikatakan sebagai TB paru.
• TB ektraparu : TB yang terjadi pada organ selain paru seperti : pleura, kelenjar,
limfe, abdomen, saluran kencing, selaput otak dan tulang.

Spondilitis TB (Gibbus) Konjungtivitis Fliktenularis


2. Berdasarkan Riwayat Pengobatan
3. Berdasarkan Status HIV
4. Berdasarkan Hasil Uji Kepekaan Obat

• Mono resistan (TB MR): Resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja
• Poli resistan (TB PR): Resistan terhadap lebih dari satu jenis O A T lini pertama selain
Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
• Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara
bersamaan
• Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga resistan terhadap
salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari O A T lini kedua jenis
suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin)
• Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap rifampisin dengan atau tanpa resistensi
terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode
fenotip (konvensional).
Tuberkulosis
OAT Kategori-1: 2 (HRZE) / 4(HR)3
– Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
– Pasien TB paru terdiagnosis klinis
– Pasien TB ekstra paru
OAT Kategori -2: 2 (HRZE) S /(HRZE) /5(HR)3E3)
– Pasien kambuh
– Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1
sebelumnya
– Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)
Pemberian sisipan tidak diperlukan lagi pada pedoman TB terbaru
JENIS SIFAT EFEK SAMPING
Isoniazid (H) Bakterisidal Neuropati perifer, psikosis toksik, gangguan
fungsi hati, kejang.

Rifampicin (R) Bakterisidal Gangguan GI, urine berwarna merah,


gangguan hepar, trombositopeni, skin rash,
anemia hemolitik.
Pirazinamid (Z) Bakterisidal Gangguan GI, paling hepatotoksik, gout

Ethambutol (E) Bakteriostatik Buta warna, neuritis perifer

Streptomisin (S) Bakterisidal Gangguan keseimbangan dan pendengaran,


anafilaktik, anemia, agranulositosis
TBC Pada Kehamilan
Prinsip pengobatan TB pada kehamilan pada umumnya tidak berbeda dengan
pengobatan TB pada umumnya. Menurut WHO hamper semua OAT aman untuk
kehamilan, kecuali Streptomisin (permanent ototoksik dan menembus barrier
plasenta). Kelainan ini dapat mengakibatkan gangguan pendengaran dan
keseimbangan yang menetap pada bayi.

• Pemberian piridoksin 50 mg/hari diajurkan pada ibu hamil yang


mendapatkan pengobatan TB.
• Pemberian vitamin K 10 mg/hari juga fianjurkan apabila rifampisin
digunakan pada trimester 3 kehamilan menjelang partus.
TBC dan HIV

Apabila sebelumnya sudah meminum ARV makan obat TB langsung


dapat diminum, begitu pula apabila sebelumnya sudah meminum
OAT maka ARV langsung dapat diminum dan dipantau toleransinya.
Pneumonia

• Pneumonia yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis tidak


termasuk.
• Peradangan paru yang disebabkan oleh non mikroorganisme (bahan kimia,
radiasi, aspirasi, obat-obatan lain) disebut pneumonitis.
Jenis Pneumonia
A. Bronkopneumonia.
Ditandai dengan bercak-bercak infiltrate pada lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria
maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua.
B. Pneumonia lobaris.
Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan orang tua. Mengenai pada satu lobus
paru.
C. Pneumonia Interstitial
Diagnosis Pneumonia Komunitas

Infiltrat baru atau progresif + ≥ 2 gejala :


1. Batuk progresif
2. Perubahan karakter dahak/ purulent;
3. Suhu aksila ≥ 38oC atau riwayat demam
4. Fisis : tanda konsolidasi, nafas bronkhial, ronkhi.
5. Lab : leukositosis ≥ 10.000/ leukopenia ≤4.500

Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi : bagian tertinggal waktu bernafas.
• Palpasi : fremitus dapat meningkat
• Perkusi : redup
• Auskultasi : terdengar suara nafas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin
disertai ronkhi basah halus, yang kemudian menjadi RBK pada stadium resolusi.
ETIOLOGI
• Pneumonia komunitas → Gram (+), streptococcus pneumonia
• Pneumonia nosocomial → Gram (-), klebsiella pneumonia, pseudomonas aeruginosa.
• Pneumonia atipik → Chlamidya, Legionella, Mycoplasma
• Pneumonia aspirasi → bakteri anaerob (sputum berbau busuk)

S. Pneumonia Pseudomonas Klebsiella


Haemophyllus, Pneumonia
pneumococcus
PNEUMONIA PADA PASIEN RAWAT INAP
Pneumonia Pada Pasien Rawat Inap

Community Health-care Hospital Ventilator


Acquired ascociated Acquired Ascociated
pneumonia pneumonia Pneumonia Pneumonia
(CAP) (HCAP) (HAP) (VAP)

Akibat kontak
dengan tenaga
Kesehatan (cuci Terjadi setelah
Terjadi dalam 48
darah, 48 jam pertama Terjadi paska 48
jam pertama
kemoterapi, masuk dalam jam di intubasi
masuk dalam
perawatan luka, rumah sakit. endotrakeal.
rumah sakit.
rawat inap >1 Tanpa di-intubasi
hari dalam 90
hari terakhir.
GAMBARAN RADIOLOGIS

• Foto toraks (PA/lateral) merupakan


pemeriksaan penunjang utama untuk Konsolidasi dan Air Bronchogram
menegakkan diagnosis.
• Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat
sampai konsolidasi dengan "air bronchogram",
penyebab bronkogenik dan interstisial serta
gambaran kaviti.
Derajat Keparahan Penyakit (CAP)

Anda mungkin juga menyukai