PEMERIKSAAN FISIK
2
PEMERIKSAAN FISIK
• Inspeksi Umum
• Pulse : meliputi nadi dan pengukuran JVP
• Pemeriksaan jantung : Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi (meliputi bunyi systole, diastole,
dan murmur)
Inspeksi Umum
• Pasien tampak sehat? Sakit
ringan/sedang/berat?
• Sianosis, oedem, clubbing
finger
• Bekas operasi?
WAJAH
• Mata : konjungtiva pucat? Xanthelasma?
Corneal ring?
• Pipi : malar flush
• Bibir : sianosis?
• Mukosa mulut: sianosis central?
Bentuk dada
Pulsasi
Cardiac apex beat pada SIC V
linea midclavicular 2 cm ke
arah medial
Pemeriksaan Thorax (Palpasi)
Palpasi di seluruh dinding dada, cari impuls. Palpasi iktus kordis dalam 3 posisi :
1. Supinasi
2. LLD
3. Duduk saat bungkuk ke depan
PERKUSI
AUSKULTASI JANTUNG
DERAJAT BISING
Beberapa yang khas :
1. BJ 3 : ventrikel hipertrofi/dilatasi
2. BJ 4 : atrial gallop
3. Opening snap : stenosis mitral
4. Pericardial friction rub : pada
perikarditis
1. BJ 3 : ventrikel hipertrofi/dilatasi
2. BJ 4 : atrial gallop
3. Opening snap : stenosis mitral
4. Pericardial friction rub : pada
perikarditis
Hal yang perlu dipelajari
•Gagal jantung
•Aritmia
•Sindroma Koroner Akut
•Hipertensi
14
Gambaran EKG
STEMI
• ST elevasi dengan “evolusi”, yaitu :
• >0.1 mV pada lebih dari 2 lead yaitu : II,
III, aVF (inferior) dan I-aVL (lateral).
• >0.2 mV pada lebih dari 2 lead V1-V6.
LBBB
• LBBB baru
NON STEMI
• Gambaran ST depresi > 0,1mV
• Gambaran T inverted ≥ 0,2 mV
q
Lokasi Oklusi
Cardiac Biomarker
Peningkatan marka jantung hanya Troponin I/T juga dapat meningkat oleh sebab
Troponin I/T sebagai marka nekrosis menunjukkan adanya nekrosis miosit, kelainan kardiak nonkoroner seperti
jantung mempunyai sensitivitas dan namun tidak dapat dipakai untuk takiaritmia, trauma kardiak, gagal jantung,
spesifisitas lebih tinggi dari CK-MB. menentukan penyebab nekrosis miosit hipertrofi ventrikel kiri,
tersebut (penyebab koroner/nonkoroner) miokarditis/perikarditis
PENJELASAN
Tatalaksana Awal
1. Aspirin diberikan 160-230 mg diberikan pada semua pasien,
pemberian secara sublingual lebih dipilih.
O2 (jika <95% + ANIMO) 2. Pemberian penghambat reseptor ADP : ticagleror diberikan
Aspirin + penghambat ADP 180 mg dilanjutkan dosis maintenance 2x90 mg/hari atau
NItrogliserin clopidogrel 300 mg dilanjutkan dosis maintenance 75 mg/hari
MOrphine pada pasien yang akan dilakukan fibrinolitik dianjurkan
menggunakan clopidogrel.
1. Riwayat stroke
perdarahan/perdarahan
intrakranial.
2. Tumor/masa intracranial.
3. Stroke iskemik <3 bulan.
4. Riwayat operasi intracranial.
5. Riwayat trauma intracranial.
6. Bleeding diastesis
GAGAL JANTUNG
RVH
Sering disebabkan oleh penyakit
paru kronis seperti TB dan
PPOK yang menyebabkan
Hipertensi Pulmonal
PEMBESARAN JANTUNG
Atrium kiri
• Pada x-foto didapatkan double density pada
bagian kiri jantung, pinggang jantung mendatar
dan bronkus kiri terangkat.
• Pada EKG menunjukan P mitral.
KRITERIA EKG
1. Kriteria Cornell
• S pada V3 + R di aVL > 24 mm pada pria dan
>20 mm pada wanita.
2. Kriteria lainya :
• S di V1 + R di V5/V6 >35 mm (Sokolow Lyon
Criteria)
• R di aVL >11 mm
Apex jantung yang
tertanam pada diafragma
pada proyeksi PA, dan
penyempitan ruangan
retrocardial pada proyeksi
lateral
Alur Diagnosis
• Pada pasien DM/gagal jantung
direkomendasikan ACE-I atau
ARB.
• CCB tidak direkomendasikan
karena memperburuk oedem.
• Tx DM : metformin
dikombinasikan dengan SGLT-
2/GLP-1 Agonis
• TZD tidak direkomendasikan
karena memperparah oedem
Aritmia
Sinus Takikardi
Laju : >100x/menit
Irama : Reguler
Gelombang P : normal
Interval PR : Normal
Supraventrikular Takikardi
Laju : 150-250x/menit
Irama : Reguler
Gelombang P : Tidak terlihat
Interval PR : sulit dinilai
Atrial Fibrilasi
Laju : >350x/menit
Irama : Ireguler
Gelombang P : Tidak terlihat
Interval PR : sulit dinilai
Ventrikular takikardi
Laju : 100-250x/menit
Irama : Reguler
Gelombang P : Tidak ada
Interval PR : Tidak ada
Torsades De Pointes
Laju : 200-250x/menit
Irama : Ireguler
Gelombang P : Tidak ada
Interval PR : Tidak ada
Ventrikular Fibrilasi
Laju : Tidak dpt dinilai
Irama : kacau
Gelombang P : Tidak ada
Interval PR : Tidak ada
Tipe PVC/VES
Kriteria VES Benigna vs Maligna
1. > 6 dalam 1 menit
2. R on T
3. Infark miokard
4. Polimorfik
5. Repetitif dan konsekutif (bigemini, trigemini)
EKG HOLTER
Tatalaksana VES
1. Asimptomatik : tidak perlu dilakukan terapi, hanya perlu reassurance, tidak perlu terapi obat-
obatan.
2. Simptomatik
a. Farmakologi : CCB non dihiropiridin (verapamil, diltiazem), beta blocker, amiodarone (pilihan
pertama).
b. Koreksi elektrolit : terutama magnesium dan kalium
c. Terapi definitif : ablasi radio frekuensi
Cerita Cinta AV-BLOCK, seperti aku, kamu dan dia!
Apa Perbedaannya?
1 1. Inisiasi epinefrin segera
48
TATALAKSANA HIPERTENSI
Hipertensi emergensi Peningkatan tekanan darah disertai kerusakan target organ akut.
Hipertensi urgensi Peningkatan tekanan darah TANPA kerusakan target organ akut.
Hipertensi akselerasi Peningkatan tekanan darah yang berhubungan dengan perdarahan
retina atau eksudat.
Hipertensi maligna Peningkatan tekanan darah yang berhubungan dengan edema papil.
Evaluasi Pada Krisis Hipertensi
TATALAKSANA
Hipertensi Terapi rawat jalan menggunakan anti-hipertensi oral,
Urgensi penurunan dalam 24-48 jam. Penurunan tidak boleh >25%
MAP.
Hipertensi pemberian obat parenteral dengan aturan menurunkan MAP sebanyak
Emergensi 10% dalam 1 jam pertama, dan tambahan 15% dalam 3-12 jam.
Penurunan dalam dilanjutkan 2-6 jam sampai tekanan darah 160/100-
110 mmHg selanjutnya diturunkan sampai normal dalam 48 jam.
Pilihan Obat
Pilihan Obat
ASMA
Definisi Asma
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang
menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan, umumnya bersifat
reversible baik dengan atau tanpa pengobatan.
GEJALA KLINIS
• Kondisi stabil/steady state → keluhan batuk malam hari dan sesak nafas saat
olahraga.
• Saat serangan (eksaserbasi akut) → sesak berat ditandai dengan wheezing.
• Sesak nafas, batuk, rasa berat di dada dan berdahak.
• Diawali oleh faktor resiko yang bersifat individu
• Respon terhadap pemberian bronkodilator.
Pemeriksaan Fisik
• Dapat ditemukan sesak nafas, mengi (wheezing) dan hiperinflasi.
• Pada kasus sangat berat : silent chest, sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan
otot bantu nafas.
Derajat
Asma
Sebelum
Pengobatan
Derajat Serangan Asma
TATALAKSANA SERANGAN ASMA
Golongan Obat Sediaan Dosis Keterangan
SABA Salbutamol Salbutamol Untuk eksaserbasi, dosis
1. Salbutamol • 100 mcg/semprot • Inhalasi 200 mcg 2-4x per pemeliharaan 3-4 kali per
• 2 mg, 4 mg tablet hari hari
• 5 mg/ml • 1-2 mg, 2-3x/hari
2. Terbutalin Terbutalin Terbutalin
• 0,25 mg/semprot • 0,25-0,5 mg, 2-4x/hari
• Tablet 2,5 mg Formoterol
3. Formoterol Formoterol • 200 mcg, 3-4 kali per hari
• 100-200 mcg/semprot
Antikolinergik • 20 mcg/semprot • 40 mcg 3-4x/hari Diberikan dengan agonis
Ipatropium bromida • Solutio 0,25 mg/ml • 0,25 mg tiap 6 jam beta-2 untuk waktu yang
singkat untu serangan.
Metilprednisolon 4 mg, 8 mg, 16 mg 24-40 mg/hari dosis tunggal Untuk mengontrol asma
pada terapi awal
Metilxantin (Aminofilin) Tablet 130 mg, 150 mg, 3-5 mg/kgBB 3-4x per hari Kombinasi dengan beta-2
200 mg agonis
Obat Kontroler Asma
UPAYA PREVENTIF
• Hindari merokok atau terekspos dengan rokok
• Hindari bulu hewan dan pollen
• Hindari tungau rumah (dermatophagoides)
• Hindari sensitizer dan iritan
• Hindari obat-obatan pemicu asma seperti beta blocker, aspirin dan NSAID.
Step Pengobatan Asma (GINA)
Derajat Kontrol Asma
ANAMNESIS
Sesak nafas yang diperberat oleh aktvitas, batu-batuk kronis, sputum yang produktif, factor resiko (+) seperti
rokok baik aktif maupun pasif, industri kapas, pertambangan batu bara, pertambangan emas.
PEMERIKSAAN FISIK
• Peningkatan RR, bila sesak nafas dapat disertai sianosis, pursed-lip breathing, pelebaran sela iga, penampilan
pink puffer dan blue bloater dan retraksi
• Pemeriksaan paru : terdapat barrel chest, diafragma letak rendah dan suara nafa melemah, dapat ditemukan
ronkhi atau wheezing, ekspirasi memanjang dan suara jantung terdengar jauh.
– Analisis gas darah dilakukan pada pasien dengan VEP1 < 40% prediksi dan
secara klinis diperkirakan gagal napas dan payah jantung kanan.
EMFISEMA
Hiperinflasi BRONKITIS KRONIK
Hiperlusen • Normal
Ruang retrosternal melebar • Corakan bronkovaskular bertambah
Diafragma mendatar pada 21% kasus.
Jantung menggantung (jantung
pendulum/teardrop/eye drop)
Klasifikasi PPOK
Pemberian Oksigen
• mempertahankan pO2 diatas > 60 mmgHg atau SaO2 88-92%
• Monitor pasien untuk tanda-tanda retensi CO2 dan asidosis.
Bronkodilator Inhalasi
• Menaikan dosis dan frekuensi
• Kombinasi Beta-2 agonis dan antikolinergik
Antibiotik
• Jika terdapat sesak dan batuk serta sputum purulent, serta perubahan volume.
• Pilihan antibiotic sebaiknya sesuai etiologi terbanyak : S.pneumonia, H.Influenza, M.
Catarrhalis.
Glukokortikoid
• Dapat sebagai obat-obatan tambahan untuk bronkodilator.
• Indikasi : apabila FEV1 <50% predicted : 30-40 mg oral prednisolone x 10 hari atau
nebulisasi budesonide.
Pemeriksaan Bakteriologi
TUBERKULOSIS
Pemeriksaan dahak mikroskopik langsung
Gejala Klinis Pasien TB
dengan 2 kali pengambilan yaitu SEWAKTU (S)
• Gejala utama pasien TB paru yaitu Batuk berdahak dan PAGI (P), cat dengan Ziehl neelsen,
selama 2-3 minggu atau lebih kinyoun gabbet
• Batuk dapat diikuti gejala tambahan :
• Dahak bercampur darah
• Batuk darah Pemeriksaan test cepat molekuler (TCM),
• Sesak nafas dapat untuk diagnosis namun tidak dapat
• Badan lemas untuk evaluasi pengobatan.
• Nafsu makan menurun
• Berat badan menurun
• Malaise Pemeriksaan biakan dengan media
• Berkeringat malam hari padat (Lowenstein Jensen) dan
• Demam/meriang lebih dari satu bulan. media cari (Growth Indicator Tube)
PEMERIKSAAN LAINYA
X-FOTO THORAX
• Gambaran TB Aktif : kavitas terutama lebih dari satu,
bayangan opak berawan atau nodular, bercak milier
(terutama pada anak)/snowstorm appearance.
• Gambaran TB inaktif : Fibrotik pada segmen apical,
kalsifikasi atau fibrotic, penebalan pleura/schwarte.
Pemeriksaan Histopatologi
Terutama pada TB ekstraparu, dapat
memberikan gambaran perkejuan.
Uji Resistensi
Antibiotik non OAT non quinolon
Klasfikasi TB
• LOKASI ANATOMI
• TB paru : TB yang terjadi pada parenkim paru. Milier dianggap sebagai TB pari karena
adanya lesi pada jaringan paru, limfadenitis TB di rongga dada, pasien yang
menderita TB ekstraparu dan TB paru sekaligus tetap dikatakan sebagai TB paru.
• TB ektraparu : TB yang terjadi pada organ selain paru seperti : pleura, kelenjar,
limfe, abdomen, saluran kencing, selaput otak dan tulang.
• Mono resistan (TB MR): Resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja
• Poli resistan (TB PR): Resistan terhadap lebih dari satu jenis O A T lini pertama selain
Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
• Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara
bersamaan
• Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga resistan terhadap
salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari O A T lini kedua jenis
suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin)
• Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap rifampisin dengan atau tanpa resistensi
terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode
fenotip (konvensional).
Tuberkulosis
OAT Kategori-1: 2 (HRZE) / 4(HR)3
– Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
– Pasien TB paru terdiagnosis klinis
– Pasien TB ekstra paru
OAT Kategori -2: 2 (HRZE) S /(HRZE) /5(HR)3E3)
– Pasien kambuh
– Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1
sebelumnya
– Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)
Pemberian sisipan tidak diperlukan lagi pada pedoman TB terbaru
JENIS SIFAT EFEK SAMPING
Isoniazid (H) Bakterisidal Neuropati perifer, psikosis toksik, gangguan
fungsi hati, kejang.
Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi : bagian tertinggal waktu bernafas.
• Palpasi : fremitus dapat meningkat
• Perkusi : redup
• Auskultasi : terdengar suara nafas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin
disertai ronkhi basah halus, yang kemudian menjadi RBK pada stadium resolusi.
ETIOLOGI
• Pneumonia komunitas → Gram (+), streptococcus pneumonia
• Pneumonia nosocomial → Gram (-), klebsiella pneumonia, pseudomonas aeruginosa.
• Pneumonia atipik → Chlamidya, Legionella, Mycoplasma
• Pneumonia aspirasi → bakteri anaerob (sputum berbau busuk)
Akibat kontak
dengan tenaga
Kesehatan (cuci Terjadi setelah
Terjadi dalam 48
darah, 48 jam pertama Terjadi paska 48
jam pertama
kemoterapi, masuk dalam jam di intubasi
masuk dalam
perawatan luka, rumah sakit. endotrakeal.
rumah sakit.
rawat inap >1 Tanpa di-intubasi
hari dalam 90
hari terakhir.
GAMBARAN RADIOLOGIS