Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kemudahan untuk kelompok kami sehingga pada akhirnya kelompok kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini dibuat sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa guna
memperlancar proses belajar mengajar. Makalah ini menjelaskan tentang asuhan keperawatan
pada klien Heart Failure.
Tidak banyak kata yang dapat kelompok kami sampaikan. Kami menyadari kemungkinan ada
kekurangan dan kesalahan pada makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat terbuka pada semua
pihak untuk memberikan saran, masukan, dan kritikan demi menyempurnakan makalah ini.

Jakarta, 12 Mei 2019

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 1


DAFTAR ISI............................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN ...................................... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ............................................ Error! Bookmark not defined.
B. Tujuan Makalah .......................................... Error! Bookmark not defined.
1. Tujuan Umum ........................................................................................... 4
2. Tujuan Khusus........................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................... Error! Bookmark not defined.
A. Definisi SIRS dan Sepsis ............................ Error! Bookmark not defined.
B. Etiologi SIRS .............................................. Error! Bookmark not defined.
C. Manifestasi Klinis SIRS .............................. Error! Bookmark not defined.
D. Komplikasi SIRS ........................................ Error! Bookmark not defined.
E. PathwaySIRS .............................................. Error! Bookmark not defined.
F. Penatalaksanaan SIRS ................................. Error! Bookmark not defined.
G. Asuhan Keperawatan SIRS ......................... Error! Bookmark not defined.
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................... 11
A. Kasus ........................................................................................................... 11
B. Asuhan Keperawatan Kasus ....................................................................... 12
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................... 20
A. Pengkajian ................................................................................................... 21
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................... 21
C. Intervensi Keperawatan .............................................................................. 22
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 22
A. Kesimpulan ................................................................................................. 23
B. Saran ........................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah untuk
mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain, diperlukan
peningkatan tekanan yang abnormal pada jantung untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan (Harrison, 2014; Saputra, 2014).

Menurut data WHO 2013, 17,3 juta orang meninggal akibat gangguan kardiovaskular
pada tahun 2008 dan lebih dari 23 juta orang akan meninggal setiap tahun dengan
gangguan kadiovaskular (WHO, 2016). Lebih dari 80% kematian akibat gangguan
kardiovaskular terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (Yancy,
2014).

Menurut American Heart Association ( AHA) tahun 2012 dilaporkan bahwa ada 5,7 juta
penduduk Amerika Serikat yang menderita gagal jantung ( Padila, 2014). Pada penelitian
di Amerika, risiko berkembangnya gagal jantung adalah 20% untuk usia ≥40 tahun,
dengan kejadian >650.000 kasus baru yang didiagnosis gagal jantung selama beberapa
dekade terakhir. Kejadian gagal jantung meningkat dengan bertambahnya usia. Tingkat
kematian untuk gagal jantung sekitar 50% dalam waktu 5 tahun (Yancy, 2014).

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi gagal jantung di Indonesia sebesar
0,3%. Data prevalensi penyakit ditentukan berdasarkan 2 hasil wawancara pada
responden umur ≥ 15 tahun berupa gabungan kasus penyakit yang pernah didiagnosis
dokter atau kasus yang mempunyai gejala penyakit gagal jantung (Riskesdas, 2013).
Prevalensi faktor risiko jantung dan pembuluh darah, seperti makan makanan asin 24,5%,
kurang sayur dan buah 93,6%, kurang aktivitas fisik 49,2%, perokok setiap hari 23,7%
dan konsumsi alkohol 4,6% (Depkes RI, 2009).
Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan masalah kesehatan masyarakat dan
merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia (Depkes RI, 2009), maka perlu
dilakukan pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah secara
berkesinambungan.Berdasarkan fenomena tersebut penulis tertarik untuk
menggambarkan dan mendokumentasikan asuhan keperawatan sistem kardiovaskuler.

B. Tujuan Makalah
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pembelajaran diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang
asuhan keperawatan klien Heart Failure.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pembelajaran diharapkan mahasiswa mampu:
a. Memahami tentang definisi Heart Failure.
b. Memahami tentang etiologi Heart Failure.
c. Memahami tentang manifestasi klinis Heart Failure.
d. Memahami tentang pemeriksaan penunjang Heart Failure.
e. Memahami tentang pathway Heart Failure.
f. Memahami tentang penatalaksanaan Heart Failure
g. Memahami tentang komplikasi Heart Failure.
h. Memahami tentang asuhan keperawatan Heart Failure.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Gagal Jantung
1. Definisi
Gagal jantung merupakan keadaan abnormal di mana terdapat gangguan fungsi
jantung yang mengakibatkan ketidakmampuan jantung dalam memompa darah keluar
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh dalam kondisi istirahat maupun
aktivitas normal (Muwarni, 2009). Gagal jantung (dekompensasi kordis) dapat pula
dikatakan sebagai sekumpulan tanda dan gejala yang ditandai dengan sesak napas dan
kelelahan (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur
atau fungsi jantung (Sudoyo, 2011). Sedangkan Menurut Elly (2009) gagal jantung
merupakan suatu keadaan patologis dimana kelainan fungsi jantung menyebabkan
kegagalan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya
dapat memenuhi kebutuhan jaringan dengan meningkatkan tekanan pengisian.

2. Etiologi
Menurut Asikin (2016), Penyebab gagal jantung berdasarkan jenisnya antara lain
Gagal jantung kiri:
a. Diabetes mellitus
b. Hipertensi
c. Penyakit katup jantung
d. Aritmia
e. Infeksi dan inflamasi (miokarditis)
f. Kardiomiopati
g. Penyakit jantung coroner
h. Penyakit jantung kongenital
i. Kelainan endokrin
Gagal jantung kanan:
a. Gagal ventrikel kiri
b. Penyakit jantung coroner
c. Hipertensi pulmonal
d. Stenosis katup pulmonalis
e. Emboli paru
f. Penyakit paru kronis
g. Penyakit neuromuscular
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gagal jantung harus dipertimbangkan terhadap derajat latihan fisik
yang dapat menyebabkan timbulnya gejala. Pada awalnya, secara khas gejala hanya
muncul saat melakukan aktivitas fisik. Namun, semakin berat kondisi gagal jantung,
semakin menurun toleransi terhadap latihan, dan gejala mucul lebih awal dengan
aktivitas yang lebih ringan.
Dampak dari curah jantung dan kongesti yang terjadi pada sistem vena atau system
pulmonal antara lain:
a. Sesak saat beraktivitas
b. Sesak saat berbaring dan membaik dengan melakukan elevasi kepala
menggunakan bantal (ortopnea)
c. Sesak di malam hari (paroxysmal nocturnal dyspnea)
d. Sesak saat beristirahat
e. Nyeri dada dan palpitasi
f. Anoreksia
g. Mual, kembung
h. Penurunan berat badan
i. Letih, lemas
j. Oliguria/nokturia
k. Gejala otak bervariasi mulai dari asietas hingga gangguan memori dan konfusi

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Electrocardiography
Tidak dapat digunakan untuk mengukur anatomi LVH tetapi hanya merefleksikan
perubahan elektrik (atrial dan ventrikular aritmia) sebagai faktor sekunder dalam
mengamati perubahan anatomi. Hasil pemeriksaan ECG tidak spesifik
menunjukkan adanya gagal jantung.
b. Radiologi
Foto thorax dapat membantu dalam mendiagnosis gagal jantung. Kardiomegali
biasanya ditunjukkan dengan adanya peningkatan cardiothoracic ratio / CTR
(lebih besar dari 0,5) pada tampilan postanterior. Pada pemeriksaan ini tidak dapat
menentukan gagal jantung pada disfungsi siltolik karena ukuran bias terlihat
normal.
c. Echocardiography
Pemeriksaan ini direkomendasikan untuk semua pasien gagal jantung. Tes ini
membantu menetapkan ukuran ventrikel kiri, massa, dan fungsi. Kelemahan
echocardiography adalah relative mahal, hanya ada di rumah sakit dan tidak
tersedia untuk pemeriksaan skrining yang rutin untuk hipertensi pada praktek
umum.
d. Pemeriksaan darah
Pada saat ini terdapat metoda baru yang mempu menentukan gagal jantung yaitu
pemeriksaan laboratorium BNP ( Brain Natriuretic Peptide) dan NT-pro BNP (N
Terminal protein BNP). Protein NT-proBNP merupakan penanda sensitif untuk
fungsi jantung.
e. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu mebedakan gagal jantung
kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup atau insufisiensi
6. Penatalaksanaan
Menurut Price & Wilson (1995) dalam Asikin (2016) menjelaskan bahwa
penatalaksanaan gagal jantung sebagai berikut :

a. Terapi Oksigen
Pemberian oksigen terutama ditujukan pada klien dengan gagal jantung yang
disertai dengan edema paru. Pemenuhan oksigen akan mengurangi kebutuhan
miokardium akan oksigen dan membantu memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.

b. Terapi Nitrat dan Vasodilator Koroner


Penggunaan nitrat, baik secara akut maupun kronis, sangat dianjurkan dalam
penatalaksanaan gagal jantung. Jantung mengalami unloaded (penurunan
afterload-beban akhir) dengan adanya vasodilatasi perifer. Penurunan curah
jantung lanjut akan menurunkan pulmonary artery wedge pressure (pengukuran
yang menunjukkan derajat kongesti vascular pulmonal dan beratnya gagal
ventrikel kiri) dan penurunan pada konsumsi oksigen miokardium.

c. Terapi Diuretik
Selain tirah baring, klien dengan gagal jantung perlu pembatasan garam dan air
serta pemberian diuretic baik oral atau parenteral. Tujuannya agar menurunkan
preload (beban awal) dan kerja jantung. Banyak jenis diuretic yang menyebabkan
pelepasan elektrolit-elektrolit lainnya, yaitu kalium, magnesium, klorida, dan
bikarbonat. Diuretic yang meningkatkan ekskresi kalium digolongkan sebagai
diuretic yang tidak menahan kalium, dan diuretic yang menahan kalium disebut
diuretic hemat kalium.

d. Terapi Digitalis
Pada kegagalan jantung, digitalis diberikan dengan tujuan memperlambat
frekuensi ventrikel dan meningkatkan kekuatan kontraksi serta meningkatkan
efisiensi jantung. Saat curah jantung meningkat, volume cairan yang melewati
ginjal akan meningkat untuk difiltrasi dan diekskresi, sehingga volume
intravaskuler menurun.

e. Terapi Inotropik Positif


Dopamine merupakan salah satu obat inotropik positif, bisa juga dipakai untuk
meningkatkan denyut jantung pada keadaan bradikardia saat pemberian atropine
pada dosis 5-20 mg/kg/menit tidak menghasilkan kerja yang efektif.Kerja
dopamine bergantung pada dosis yang diberikan, pada dosis kecil, dopamine akan
mendilatasi pembuluh darah ginjal dan pembuluh darah mesentrik serta
menghasilkan peningkatan pengeluaran urine ; pada dosis besar, dopamine akan
meningkatkan curah jantung melalui peningkatan kontaktilitas jantung (efek beta)
dan meningkatkan tekanan darah melalui vasokonstriksi. Penghentian pengobatan
dopamine harus dilakukan secara bertahap, penghentian pemakaian yang
mendadak dapat menimbulkan hipotensi berat. Dobutamin (Dobutrex) adalah
suatu obat simpatomimetik dengan kerja beta-1 adrenergik. Efek beta-1 adalah
meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium dan meningkatkan denyut jantung.

f. Terapi Sedatif
Pada keadaan gagal jantung berat, pemberian sedative dapat mengurangi
kegelisahan. Obat-obatan sedative yang sering digunakan adalah Phenobarbital
15-30 mg 4x sehari dengan tujuan untuk mengistirahatkan klien dan member
relaksasi pada klien.

7. Komplikasi

a. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri yang
mengakibatkan gangguan fungsi ventrikel kiri yaitu mengakibatkan gangguan
berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan yang khas pada
syok kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut adalah hilangnya
40 % atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vocal di seluruh
ventrikel karena ketidakseimbangan antara kebutuhan dan supply oksigen
miokardium.
b. Edema paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema dimana saja didalam
tubuh. Factor apapun yang menyebabkan cairan interstitial paru meningkat dari
batas negative menjadi batas positif.

8. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat : cepat lelah, kelelahan sepanjang hari, ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas sehari-hari, intoleransi aktivitas, dipsnea, saat
istirahat atau aktivitas, insomnia/tidak mampu untuk tidur terlentang.
2. Sirkulasi : riwayat hipertensi, infrak miokard, penyakit katup jantung, dan
pembengkakan di tungkai dan abdomen.
3. Integritas ego : ansietas, ketakutan, stress berhubungan dengan penyakit atau
kondisi saat ini
4. Eliminasi: penurunan frekuensi berkemih, berkemih dimalam hari
5. Makanan/cairan: anoreksia, mual/muntah, peningkatan berat badan,
penggunaan obat diuretic
6. Hygiene: kelelahan, kelemahan selama melakukan aktivitas
7. Neurosensori: kelelahan, pusing, dan pingsan\
8. Nyeri/ketidaknyamanan: nyeri dada, angina akut atau angina kronis, nyeri
abdomen bagian atas (gagal jantung kanan)
9. Pernapasan: dipsnea saat beraktivitas atau isitirahat, batuk, penggunaan alat
bantu nafas, misalnya obat-obatan dan oksigen.

b. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas
miokard, perubahan inotropic;perubahan irama, ritme, dan konduksi listrik;
perubahan structural, misalnya kelainan pada katup dan aneurisma ventrikel
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, kelemahan, serta imobilisasi.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan laju filtrasi
glomerulus (penurunan curah jantung), peningkatan produksi hormone
antidiuretic (ADH), serta retensi air dan natrium
4. Risiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler alveolus
5. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan bedrest dalam jangka
waktu yang lama, edema, dan penurunan perfusi jaringan
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Kasus
Ny. T. K. diagnose medis : ALO pada HHD; Hipertensi TD terkontrol, DM (GD tidak
terkontrol, ada riwayat CVD. VES frequent multifocal ec ALO dd hypokalemia, Hipokalemia
(K 3.3), Aneurisma AO dd suspect tumor mediastinum dan efusi pleura.

Profil Pasien:

Ny. TK usia/tanggal lahir : 79 th 10 bl 17 hr (02-02-1935). Alamat: anggrek nelly murni V


blok AB/14 RT 04/001. Palmerah – Jakarta Barat. Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga/Pensiunan.
Pendidikan: SD No. Rekam Medik: 2014-38-03-69. Pasien masuk rawat tanggal 19 des 2014,
jam 08.35 ke Emg RSJJ, datang sendiri diantar keluarga, cm, sesak nafas semakin berat sejak
tadi pagi (subuh) SMRS. Perut begah dan kaki bengkak. Jalan nafas bebas. RR: 30x/m TD:
150/100 mmHg, HR 60 x/m. Suhu 38 C. Sat O2 82%. Sebelumnya sesak nafas hilang timbul,
dada terasa tidak nyaman sejak 4 hr yl, tidak berdebar, tidak nyeri, pasien baru berobat ke
RSJJ. Selama ini (25th sakit jantung, tidak ada riwayat serangan jantung) berobat ke RSCM
kemudian pindah ke RSAL(dikatakan ada penyakit katup jantung). Di RSCM pernah dirawat
karena sakit ginjal. Kedua kaki bengkak sudah satu minggu ini. Ada DOE, ada PND. Tidur
lebih nyaman degan posisi duduk atau dengan bantal tinggi 3-4 bantal. Ada demam, tidak ada
nyeri dada tidak ada keringat dingin, tidak ada mual, tidak ada muntah, tidak ada batuk. Dari
4 jam yl belum BAK. Obat dari RSAL: Miniaspi 1 x 80 mg, Diovan 1 x 160 mg, Metformin 2
x 500 mg, Acarbose 3x50 mg. Keluarga mengatakan pasien minum obat tidak teratur).
Penyakit terdahulu : Pernah stroke ringan th.2013. DM(+), Hipertensi(+), CKD(+).

Pengkajian:

Pasien mengeluh sesak nafas, kaki bengkak. Perut begah. Pasien juga kedinginan, pasien
gelisah, sesk nafas berat ; compos mentis. Sesak berat RR: 30 x/m; rales 2 / 3 lapang paru kiri
dan kanan. Sat O2 95%. Mata: konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik; leher: JVP:5+4
cm H2O; Paru: bronchovesikular, wheezing+/+, rales kasar 2 / 3 basal paru kiri dan kanan,
jantung S1 dan S 2 reguler. Gallop tidak ada. Abdomen: lemas tidak ada ascites, BU: ada
normal 12 x/m. ekstremitas: akral hangat, TTV: TD: 133/74 mmHg, HR: 60 x/m, RR: 30 x/m,
S: 35 C. EKG: SB, QRS rate 59 x/m, Axis LAD, Pwave mitral, PR interval 0,12 dt. QRS
durasi 0.08 dt. Tidak ada perubahan ST segmen. VES multifocal. Kesimpulan: SB dan VES
multifocal. Foto rontgent: Trachea terdorong ke kanan, pinggang jantung ada, Apex jantung
downwards, hillus melebar (kongesti paru, infiltrate (+) dibasal paru. Efusi pleura bilateral,
costophrenicus runcing (samar), cardiophrenicus runcing (normal), CTR 60%.
Echokardiogram: tidak ada. Laboratorium: Hb: 11.6 L: 12120 Ht:36 LED/ diff count
0/0/0/85/8/7 Eri: 3.78 thrombo: 212.000/CKMB:19/Trop:T 40/UR: 32/BUN: 15/Cr: 0.83.
GDS: 243 Na: 140 K:3,3 Ca:2, 2 Cl: 103/ Mg:2 , 3/ asam laktat: 3.5 mmol/L (N:<2mmol/L).

Pasien cemas dengan kondisinya, pasien adalah ibu rumah tangga, setelah sakit tinggal
dengan anak tidak lagi mengerjakan pekerjaan RT. Pasien beragama islam. Pasien lansia,
tampak kurus tinggal dengan anak dan cucu. Komunikasi dengan keluarga baik. Hubungan
dengan keluarga dan tetangga baik. Jaminan kesehatan; JKN.

Program terapi: O2NRM 10L/m, bed rest, slang DC. Lasix extra 3 amp (120 mg), Lasix 2x40
mg. diovan 1 x 160 mg. (@ tablet 80 mg) Regulasi GD dengan RI drip start dua unit, cek
GDS per RI kmd drip/2jam. Bisoprolol 1x5 mg ditunda. Miniaspi 1x80 mg ganti dengan
aspilet 1x80 mg. ceftriaxone 1x2gr. DJII DM 1500 kcal/24 jam. TC 1200 cc/24 jam.

B. Asuhan Keperawatan Kasus


1. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 21 desember 2014
Tanggal Masuk : 19 desember 2014
Ruang :-
Diagnosa Medis : ALO pada HHD; Hipertensi TD terkontrol, DM (GD tidak
terkontrol, ada riwayat CVD. VES frequent multifocal ec ALO dd hypokalemia,
Hipokalemia (K 3.3), Aneurisma AO dd suspect tumor mediastinum dan efusi pleura.
a. Identitas Klien
Nama Klien : Ny. T.k
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 79 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : anggrek nelly murni V Blok AB/14 RT 004/001
Sumber Informasi : Keluarga

b. Resume
Pasien masuk rawat tanggal 19 des 2014, jam 08.35 ke Emg RSJJ, datang sendiri
diantar keluarga, cm, sesak nafas semakin berat sejak tadi pagi (subuh) SMRS. Perut
begah dan kaki bengkak. Jalan nafas bebas. RR: 30x/m TD: 150/100 mmHg, HR 60
x/m. Suhu 38 C. Sat O2 82%. Sebelumnya sesak nafas hilang timbul, dada terasa tidak
nyaman sejak 4 hr yl, tidak berdebar, tidak nyeri, pasien baru berobat ke RSJJ. Selama
ini (25th sakit jantung, tidak ada riwayat serangan jantung) berobat ke RSCM kemudian
pindah ke RSAL(dikatakan ada penyakit katup jantung). Di RSCM pernah dirawat
karena sakit ginjal. Kedua kaki bengkak sudah satu minggu ini. Ada DOE, ada PND.
Tidur lebih nyaman degan posisi duduk atau dengan bantal tinggi 3-4 bantal. Ada
demam, tidak ada nyeri dada tidak ada keringat dingin, tidak ada mual, tidak ada
muntah, tidak ada batuk. Dari 4 jam yl belum BAK. Obat dari RSAL: Miniaspi 1 x 80
mg, Diovan 1 x 160 mg, Metformin 2 x 500 mg, Acarbose 3x50 mg. Keluarga
mengatakan pasien minum obat tidak teratur). Penyakit terdahulu : Pernah stroke ringan
th.2013. DM(+), Hipertensi(+), CKD(+).

c. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengeluh sesak nafas, kaki bengkak. Perut begah. Pasien juga kedinginan,
pasien gelisah, sesak nafas berat. Dan pasien cemas dengan kondisinya.
2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pernah stroke ringan th.2013. DM(+), Hipertensi(+), CKD(+).

d. Pengkajian Fisik
1) Kesadaran : CM
2) Tanda-Tanda Vital
a) TD = 133/74 mmHg
b) HR = 60x/m
c) RR = 30x/m
d) Sh = 35°C
3) Data Penunjang
EKG
SB, QRS rate 59 x/m, Axis LAD, Pwave mitral, PR interval 0,12 dt. QRS durasi 0.08
dt. Tidak ada perubahan ST segmen. VES multifocal. Kesimpulan: SB dan VES
multifocal.
Foto rontgent: Trachea terdorong ke kanan, pinggang jantung ada, Apex jantung
downwards, hillus melebar (kongesti paru, infiltrate (+) dibasal paru. Efusi pleura
bilateral, costophrenicus runcing (samar), cardiophrenicus runcing (normal), CTR
60%.
Laboratorium
Hb: 11.6, L: 12120, Ht:36,LED/ diff count 0/0/0/85/8/7 , Eri: 3.78 , thrombo:
212.000, CKMB:19, Trop:T 40, UR: 32, BUN: 15, Cr: 0.83. GDS: 243, Na: 140 ,
K:3,3, Ca:2 , 2 Cl: 103/ Mg:2 , 3/ asam laktat: 3.5 mmol/L (N:<2mmol/L).

Analisa Data
No Analisa Data Etiologi Problem
1 Data Subyekif: Ketidakefektifan Keletihan otot
Klien mengeluh sesak nafas pola nafas pernafasan

Data Objektif :
a. Klien terlihat gelisah dan sesak
nafas berat
b. Pasien tampak cemas
c. Paru: wheezing+/+
d. Sat O2 95%
e. Tanda-Tanda Vital
TD = 133/74 mmHg
HR = 60 x/m
RR = 30 x/m; rales 2 / 3 lapang
paru kiri dan kanan. Sat O2 95%
Sh = 35°C
f. Laboratorium
Asam laktat 3.5 mmol/L
(N:<2mmol/eL).
Hb 11.6
g. Foto rongent :
hillus melebar (kongesti paru,
infiltrate (+) dibasal paru. Efusi
pleura bilateral, costophrenicus
runcing (samar),
cardiophrenicus runcing
(normal)
h. Terpasang O2 NRM 10L/m

2 Data Subyektif: Penurunan curah Perubahan frekuensi


jantung jantung
Data Obyektif:
a. Pasien gelisah sesak nafas berat
b. Bunyi suara nafas tambahan:
Whezing +/+
c. Tanda-tanda Vital
TD = 133/74 mmHg
HR = 60x/m
RR = 30x/m
Sh = 35°C
d. EKG : VES multifocal dan SB
e. Foto rontgent :pinggang jantung
ada, Apex jantung downwards,
cardiophrenicus runcing
(normal), CTR 60%.
f. Efusi pleura
g. Mata: Konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak ikterik
h. Laboratorium
K: 3.3
Hb :11,6
Ht : 36
CKMB:19
Trop:T 40
3 Data Subyektif: Kelebihan volume Gangguan
a. Klien mengatakan kaki cairan mekanisme regulasi
bengkak
b. Klien mengatakan perut begah
c. Data Objektif:
a. Pasien tampak gelisah
b. Akral hangat
c. BU : ada normal 12 x/m
d. Tanda-tanda vital
TD = 133/74 mmHg
HR = 60x/m
RR = 30x/m
Sh = 35°C
e. Paru: wheezing+/+,
f. Efusi pleura bilateral,
costophrenicus runcing (samar),

4 Data Objektif: Intoleransi Tirah baring


Pasien bed rest aktivitas
Terpasang slang DC
Terapi O2 NRM 10L/m

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC Intervensi
1 Domain 4: Domain II: Kesehatan fisiologi Domain II: Fisiologi
Aktivitas/Istirahat Kelas E: Jantung paru kompleks
Kelas 4: Respon (0415) Status pernafasan Kelas K: Manajemen
kardiovaskular/pulmonal a. Frekuensi pernafasan: 2 pernafasan
(00032) Ketidakefektifan (deviasi yang cukup berat dari (3350) Monitor pernafasan
pola nafas kisaran normal) ditingkatan ke a. Monitor kecepatan, irama,
4 (deviasi ringan dari kisaran kedalam, dann kesulitan
normal). bernafas.
b. Irama pernafasan :2 (deviasi b. Monitor suara nafas
yang cukup berat dari kisaran tambahan.
normal) ditingkatan ke 4 c. Monitar keluhan sesak
(deviasi ringan dari kisaran nafas klien.
normal). d. Monitor hasil foto thorax.
c. Kedalaman inspirasi: 2 e. Berikan posisi yang
(deviasi yang cukup berat dari nyaman.
kisaran normal) ditingkatan ke
4 (deviasi ringan dari kisaran (3320) terapi oksigen
normal). a. Pertahankan kepatenan
d. Kapasital vital: 2 (deviasi yang jalan nafas
cukup berat dari kisaran b. Monitor aliran oksigen.
normal) ditingkatan ke 4 c. Monitor efektifitas
(sering menunjukkan). pemberian oksigen.
e. Suara nafas tambahan: 2 d. Atur dan dan ajarkan
(deviasi yang cukup berat dari pasien mengenai
kisaran normal) ditingkatan ke penggunaan perangkat
5 (tidak ada deviasi dari oksigen yang
kisaran normal). memudahkan mobilisasi.

Domain III: Kesehatan psikososial (58) Pengurangan kecemasan


Kelas M: Kesejahteraan a. Gunakan pendekatan yang
psikologis tenang dan meyakinkan.
(1211) Tingkat Kecemasan b. Pahami situasi krisis yang
a. Perasaan gelisah: 2 (cukup terjadi dari persfektif klien
berat) ditingkatkan ke 5 (tidak c. Berada di sisi klien untuk
ada). meningkatkan rasa aman
b. Peningkatan tekanan darah: 3 dan mengurangi
(sedang) ditingkatkan ke 4 ketakutan.
(ringan). d. Bantu klien
c. Peningkatan frekuensi nafas: 2 mengidentifikasi situasi
(cukup berat) ditingkatkan ke yang memicu kecemasan.
5 (tidak ada). e. Kaji untuk tanda verbal
d. Berkeringat dingin: 2 (cukup dan non verbal kecemasan
berat) ditingkatkan ke 4
(ringan).
2 Domain 4: Domain II: Kesehatan fisiologi (2007) Perawatan jantung
Aktivitas/Istirahat Kelas E: Jantung paru a. Monitor EKG
Kelas 4: Respon (0400) keefektifan pompa jantung b. Lakukan penilaian
kardiovaskular/pulmonal a. Tekanan darah sistol: 2 komprehensif pada
(00029) Penurunan curah (deviasi yang cukup berat dari sirkulasi (cek nadi perifer,
jantung kisaran normal) ditingkatan ke edema, warna dan suhu
4 (sering menunjukkan). ekstremitas)
b. Tekanan darah diastol: 1 c. Catat tanda dan gejala
(deviasi berat dari kisaran penurunan curah jantung
normal) ditingkatkan ke 5 d. Monitor status pernafasan
(tidak ada deviasi dari kisaran terkait adanya gejala
normal) gagal jantung
c. Keseimbangan intake dan e. Monitor keseimbangan
output dalam 24 jam: 2 cairan
(deviasi yang cukup berat dari f. Evalusi perubahan
kisaran normal) ditingkatan ke tekanan darah
4 (sering menunjukkan). g. Monitor toleransi aktivitas
d. Edema paru: 2 (deviasi yang klien
cukup berat dari kisaran h. Monitor sesak nafas,
normal) ditingkatan ke 4 kelelahan, takipnea
(sering menunjukkan). i. Berikan dukungan untuk
e. Kelelahan: 2 (deviasi yang mengurangi kegelisahan
cukup berat dari kisaran dan kecemasan klien
normal) ditingkatan ke 4 j. Lakukan teknis relaksasi
(sering menunjukkan). sebagaimana mestinya
f. Pucat: 2 (deviasi yang cukup Domain II: Fisiologis:
berat dari kisaran normal) kompleks
ditingkatan ke 4 (sering Kelas G: Manajemen
menunjukkan). elektrolit dan asam basa
(2080) Manajemen
(0401) status sirkulasi elektrolit/cairan
a. Suara nafas tambahan: 2 a. Monitor perubahan status
(deviasi yang cukup berat paru atau jantung yang
dari kisaran normal) menunjukkan kelebihan
ditingkatan ke 4 (sering cairan atau dehidrasi
menunjukkan). b. Berikan cairan yang
b. Penurunan suhu kulit: 2 sesuai
(deviasi yang cukup berat c. Batasi cairan yang sesuai
dari kisaran normal) d. Minimalkan asupan
ditingkatan ke 4 (sering makanan dan minuman
menunjukkan). dengan diuretic atau
pencahar
Domain I: Fisiologi dasar
Kelas A: Manajemen
aktivitas dan latihan
(0180) Manajemen energi
a. Kaji status fisiologis
pasien yang menyebabkan
kelelahan sesuai dengan
konteks usia dan
perkembangan
b. Monitor intake/ asupan
nutrisi untuk mengetahui
sumber energy yang
adekuat
3 Domain 2: Nutrisi Domain II: Kesehatan fisiologi Domain II: Fisiologi
Kelas 5: Hidrasi Kelas G: Cairan dan elektrolit Kompleks
(00027) Kelebihan (0601) Keseimbangan cairan Kelas N: Manajemen perfusi
volume cairan a. Tekanan darah: 2 (banyak jaringan
terganggu) ditingkatkan ke (4120) Manajemen cairan
4 (sedikit terganggu) a. Jaga intake yang akurat
b. Keseimbangan intake dan dan catat output klien
outpute dalam 24 jam: 2 b. Monitor hasil lab yang
(banyak terganggu) relevan dengan retensi
ditingkatkan ke 4 (sedikit cairan
terganggu) c. Monitor tanda-tanda vital
c. Turgor kulit: 3 (cukup d. Berikan diuretik yang
terganggu) ditingkatkan ke diresepkan
5 (tidak terganggu)
d. Suara nafas adventif: 2 Domain I: Fisiologi dasar
(banyak terganggu) Kelas D: Dukungan nutrisi
ditingkatkan ke 4 (sedikit (1100) Manajemen nutrisi
terganggu) a. Tentukan status gizi klien
(3106) Manajemen diri: gagal dan kemampuan klien
jantung untuk memenuhi
a. Memantau denyut dan kebutuhan gizi
irama jantung: 2 (jarang b. Tentukan jumlah kalori
menunjukkan) dan jenis nutrisi yang
ditingkatkan ke 4 (sering dibutuhkan
menunjukkan) c. Berikan obat-obatan
b. Memantau kecepatan sebelum makan
nafas: 2 (jarang d. Anjurkan klien modifikasi
menunjukkan) diet yang diperlukan
ditingkatkan ke 4 (sering
menunjukkan) Domain II: Fisiologis:
c. Memantau tekanan darah: kompleks
2 (jarang menunjukkan) Kelas G: Manajemen
ditingkatkan ke 4 (sering elektrolit dan asam basa
menunjukkan) (2007) Manajemen elektrolit:
d. Memantau edema: 2 Hipokalemia
(jarang menunjukkan) a. Monitor hasil lab yang
ditingkatkan ke 4 (sering berhubungan dengan
menunjukkan) hypokalemia
b. Monitor status cairan
c. Berikan makanan tinggi
kalium (misalnya, garam
pengganti, buah kering,
pisang, sayuran hijau,
tomat, sayuran kuning,
coklat, dan produk susu).
d. Anjurkan keluarga dan
pasien cara cepat untuk
menangani hypokalemia
e. Berikan suplemen kalium,
sesuai yang diresepkan
f. Lakukan pemantauan
jantung.

4 Domain4: Domain I: Fungsi kesehatan Domain I: Fisiologi dasar


Aktivitas/Istirahat Kelas D: Perawatan diri Kelas F: Fasilitas perawatan
Kelas 4: Respons (0300) Perawatan diri: aktivitas diri
kardiovaskular/pulmonal sehari-hari (ADL) (1800) Bantuan perawatan
(00092) Intoleransi a. Makan: 2 (banyak diri
aktivitas terganggu) ditingkatkan ke a. Monitor kebutuhan klien
5 (tidak terganggu) terkait alat-alat kebersihan
b. Mandi : 2 (banyak diri, alat bantu untuk
terganggu) ditingkatkan ke berpakaian, berdandan,
5 (tidak terganggu) eliminasi dan makan
c. Kebersihan: 2 (banyak b. Berikan bantuan sampai
terganggu) ditingkatkan ke klien bisa melakukan
5 (tidak terganggu) perawatan mandiri
d. Kebersihan mulut: 2 c. Ajarkan keluarga untuk
(banyak terganggu) mendukung kemandirian
ditingkatkan ke 5 (tidak dengan membantu dalam
terganggu) melakukan perawatan diri
e. Eliminasi: 2 (banyak
terganggu) ditingkatkan ke
5 (tidak terganggu)
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pada kasus Ny. T.K berjenis kelamin perempuan yang berusia 79th mengalami sakit gagal
jantung. Menurut sumber literature, laki-laki yang paling sering terkena penyakit ini
sedangkan menurut kasus berjenis kelamin perempuan, karena setelah menopause risiko
wanita terkena serangan jantung sama dengan laki-laki. Karena setelah menopause sudah
tidak ada lagi perlindungan hormone. Berdasarkan sumber literature manifestasi klinis dari
gagal jantung sama dengan kasus bahwa dijelaskan klien mengalami sesak nafas berat, letih,
lemas, ansietas, serta perut begah. Dalam pengkajian ekstremitas tidak ada edema tungkai
tetapi klien mengeluh kakinya bengkak, juga di temukan efusi pleura pada paru-paru klien.
Menurut sumber literature gagal jantung yang dialami pasien adalah gagal jantung kanan
karena adanya penyakit paru (efusi pleura).

Pada pemeriksaan fisik ditemukan TD: 133/74 mmHg, sesak nafas berat RR: 30x/m,.
EKG:SB, QRS rate 59 x/m, Axis LAD, Pwave mitral, PR interval 0,12 dt. QRS durasi 0.08 dt.
Tidak ada perubahan ST segmen. VES multifocal. Kesimpulan: SB dan VES multifocal. Foto
rontgent: Trachea terdorong ke kanan, pinggang jantung ada, Apex jantung downwards, hillus
melebar (kongesti paru, infiltrate (+) dibasal paru. Efusi pleura bilateral, costophrenicus
runcing (samar), cardiophrenicus runcing (normal), CTR 60%. Sedangkan menurut sumber
literature, pengkajian hampir sama dengan kasus. Menurut sumber literature dijelaskan bahwa
tekanan darah tinggi yang dialami klien bisa karena kelebihan volume cairan atau peningkatan
resistensi vaskuler sistemik. Di dalam kasus klien diberikan obat diuretic Lasix extra 3 amp
(120 mg), Lasix 2x40 mg untuk menangani masalah kelebihan volume cairan.

B. Diagnosa Keperawatan
Menurut sumber literature diagnose keperawatan yang muncul pada pasien gagal jantung
adalah Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas miokard,
perubahan inotropic;perubahan irama, ritme, dan konduksi listrik; perubahan structural,
misalnya kelainan pada katup dan aneurisma ventrikel. Sedangkan, pada kasus diagnose
utama adalah ketidakefektifan pola nafas karena klien mengalami sesak nafas berat dan
kondisi cemas serta gelisah klien mendapatkan terapi O2 NRM 10L/m.

Berdasarkan kasus diagnose kedua yaitu penurunan curah jantung, karena didapatkan data
bunyi suara nafas tambahan: Whezing +/+, Hasil Ekg: Sinus bradikardi dan VES mulfifocal,
foto thorax: Efusi pleura. Pada kasus terjadi perubahan hasil EKG yang abnormal sehingga
dapat dikatakan klien mengalami gagal jantung kiri karena disertai penyakit paru. Sedangkan,
menurut sumber literature diagosa yang muncul adalah intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan, serta imobilisasi.

Berdasarkan kasus diagnose ketiga yaitu kelebihan volume cairan berhubungan dengan
gangguan mekanisme regulasi. Berdasarkan sumber literature diagnose nya sama dengan
kasus. Berdasarkan data yang ditemukan klien mengeluh kaki bengkak tetapi hasil pengkajian
menunjukkan tidak ada edema tungkai, tetapi ada edema di paru-paru (efusi pleura). Klien
juga mengeluh perut begah. Sedankan diagnose ke empat adalah intoleransi aktivitas karena
klien bed rest dan ter pasang slang DC maka klien membutuh bantuan perawatan diri oleh
perawat ataupun keluarga agar dapat memenuhi aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus
dijalani.

C. Intervensi Keperawatan
Pada sumber literature, intervensi dibuat berdasarkan manajemen tindakan. Sementara pada
kasus, intervensi dibuat berdasarkan NANDA, NIC, dan NOC.

Sementara untuk tujuan dan kriteria hasil pada kasus diambil dari data objektif dan subjektif
yang didapat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah untuk
mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain, diperlukan
peningkatan tekanan yang abnormal pada jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan.

Tanda gejala gagal jantung adalah sesak saat beraktivitas, sesak saat berbaring dan membaik
dengan melakukan elevasi kepala menggunakan bantal (ortopnea), sesak di malam hari
(paroxysmal nocturnal dyspnea), sesak saat beristirahat, nyeri dada dan palpitasi, anoreksia,
mual, kembung, penurunan berat badan, Letih, dan lemas.

B. Saran
Setelah kita mempelajari apa yang telah dibahas diharapkan pembaca agar dapat lebih
menjaga kesehatan dengan menjaga pola makan, gaya hidup, olahraga, tidak merokok dan
konsumsi alkohol. Kiranya makalah ini dapat berguna dan memberi wawasan tentang
penyakit Heart Failure secara menyeluruh terutama asuhan keperawatan pada penderita Heart
Failure.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai