TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Amputasi berasal dari kata amputare yang kurang lebih diartikan
2.3. Etiologi
Secara umum penyebab dari amputasi dibedakan menjadi :
a. Defek lahir kongenital (5%)
Mayoritas tampak pada usia lahir sampai 16 tahun.
b. Didapat (95%), terdiri dari:
- Penyakit oklusi arterial (occlusive arterial dissease) (60%)
Penyakit vaskuler yang berhubungan dengan amputasi yaitu diabetes
mellitus, arteriosklerosis dan buergers dissease. Insidensi kasus ini terjadi
pada usia 60-70 tahun. 90% melibatkan ekstremitas inferior; 5% partial
foot and ankle amputation, 50% below knee amputation, 35% above knee
-
d. Osteomielitis
Peradangan pada tulang (bisa menyebabkan kelumpuhan) dan bisa juga terjadi
assending infection. Bila keadaan peradangan pada tulang menjadi parah dan
mengancam ekstremitas, maka dilakukan amputasi.
e. Kehancuran jaringan kulit massif yang tidak mungkin diperbaiki.
f. Keganasan
Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.4,5
2.7. Metode
Amputasi dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh,
dengan dua metode :
a. Metode terbuka (guillotine amputasi)
Metode ini digunakan pada pasien yang mengalami infeksi pada
ekstremitasnya. metodenya benar-benar terbuka dan dipasang drainase untuk
membersihkan, dan luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi, dan dilakukan
pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada
tingkat yang sama
b. Metode tertutup (flap amputasi)
Pada metode ini kulit tepi ditarik ke atas ujung tulang dan dijahit pada daerah
yang diamputasi. Dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana
kulit dibuat dengan memotong kurang lebih 5 cm dibawah potongan otot dan
tulang untuk
menutupi
luka amputasi.
Setelah dilakukan
tindakan
proksimal. Setelah amputasi tungkai bawah pertumbuhan sisa ekstremitas bawah baik
sekali, tetapi otot tidak mengikuti pertumbuhan tulang sehingga puntung menjadi
panjang tanpa perlindungan otot. Ujung tulang berbentuk pacu yang hanya ditutup
kulit. keadaan ini dicegah dengan membuat jembatan osteoperiostal antara tibia dan
fibula.
Amputasi lengan bawah menghasilkan sisa ekstremitas yang pendek karena
pertumbuhan dilempeng epifisis distal humerus dan lempeng epifisis proksimal
radius dan ulna kurang sekali. Pada amputasi lengan bawah, gerakan supinasi dan
pronasi juga hilang.
Amputasi pada orang tua lebih bermasalah karena orang tua mengalami
banyak kesulitan untuk dimobilisasi setelah amputasi tungkai atas. Setelah amputasi
tungkai bawah, mobilisasi jauh lebih baik.2
Amputasi interscapulo-thoracic
Amputasi transradial
Amputasi tangan
Amputasi hemipelvectomi
10
11
Symes amputation
12
Amputasi metatarsal
Disartikulasi metatarsophalangeal
2.8.2. Penilaian Batas Amputasi
a. Jari dan kaki: pada amputasi jari tangan dan kaki penting untuk
mempertahankan falang dasar. Amputasi transmetatarsal memberi
puntung yang baik. Amputasi disendi tarso-metatarsus lisfranc
mengakibatkan pes ekuinus dengan pembebanan berlebih pada kulit
ujung puntung yang sukar ditanggulangi.
b. Proksimal sendi pergelangan kaki : amputasi transmaleolar baik sekali
bila tumit utuh dan sehat sehingga dapat menutup ujung puntung.
c. Tungkai bawah : panjang puntung tungkai bawah paling baik antara 12
dan 18 cm dari sendi lutut, bergantung pada keadaan setempat, usia
penderita dan tinggi badan. Bila jarak dari sendi lutut kurang dari 5
cm, prostesis mustahil dapat dikendalikan.
d. Eksartikulasi lutut : eksartikulasi lutut menghasilkan puntung yang
baik sekali. Amputasi ini dapat dilakukan pada penderita geriatrik.
e. Tungkai atas : puntung tungkai atas sebaiknya tidak kurang dari 10 cm
dibawah sendi panggul. Puntung yang kurang dari itu menyebabkan
kontraktur fleksi-abduksi-eksorotasi. Puntung juga tidak boleh kurang
dari 10 cm diatas sendi lutut karena ujung puntung sepanjang ini sukar
dibebani. Eksartikulasi dapat menahan pembebanan.
f. Sendi panggul dan hemipelvektomi : Eksartikulasi sendi panggul
kadang dilakukan pada tumor ganas. Tersedia prostesis untuk
hemipelvektomi, tetapi memerlukan kemauan dan motivasi kuat dari
penderita.
g. Tangan : Amputasi parsial jari atau tangan harus sehemat mungkin.
Setiap jari dengan sensibilitas kulit dan lingkup gerak utuh berguna
13
tulang secara mioplastik. Dengan demikian, otot mendapat insersi kembali dan dapat
berkontraksi sehingga tidak menjadi hipertrofi. Bila fungsi otot baik, peredaran darah
di puntung juga membaik.
Saraf akan dipotong cukup tinggi agar ujungnya menarik diri kedalam
jaringan supaya neuroma yang akan terbentuk pada ujungnya terletak cukup
terlindung dari tekanan sehingga tidak mengganggu.2,4
2.10.
ekspirasi paksa.
Perubahan perfusi setempat
Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan
rasio ventilasi dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan
terjadi peningkatan metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi
hipoksia
15
sekuncup
Hipotensi orthostatik
Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana
anterior dan venula tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih
panjang daripada vasokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di
ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi menurun, jumlah
darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke
otak dan tekanan darah menurun. Akibatnya pasien merasakan pusing
sistem
vaskuler
keterbatasan gerak
Kontraktur sendi
Kombinasi dari adanya atrofi dan penurunan kekuatan otot serta adanya
keterbatasan gerak
16
Osteoporosis
Terjadi penurunan
metabolisme
kalsium.
Hal
ini
menurunkan
g. Sistem perkemihan
Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing
berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urin harus melawan gaya
gravitasi, pelvis renal banyak menahan urin sehingga dapat menyebabkan:
Akumulasi endapan urin, di renal pelvis akan mudah membentuk
batu ginjal
Tertahannya urin pada ginjal akan menyebabkan berkembang
termasuk kulit dan lapisan subkutan, yang mudah melekat pada tulang.
Sehingga diperlukan adanya mobilisasi jaringan parut.
Setelah insisi sembuh, lunakkan kulit dengan sebuah krim yang larut
air atau preparat lanolin tiga kali sehari. Massage secara lembut pada jaringan
lunak bagian distal akan membantu mempertahankan mobilitasnya diatas
permukaan atas ujung tulang. Tapping jaringan parut dan bagian distal
jaringan lunak sebanyak 4 kali sehari sering membantu untuk mendensensitasi
area tersebut sebelum penggunaan prostetik. Tapping dilakukan dengan ujung
jari, dimulai dengan sentuhan ringan dan kemudian ditingkatkan sekitar 5
menit hingga timbul rasa tidak nyaman yang ringan.
Cara membersihkan kulit juga harus diajarkan, misalnya dengan
memgunakan sabun yang bersifat ringan, cuci kulit hingga berbusa, lalu basuh
dengan air hangat, kulit dikeringkan dengan cara ditekan dengan lembut, tidak
digosok. Pembersihan ini dilakukan setiap hari terutama pada sore hari.2-6
2. Infeksi
Jika terjadi infeksi pada puntung, jika sifatnya terbuka, memerlukan
terapi, antibiotik. Jika sifatnya tertutup, harus dilakukan insisi serta terapi
antibiotik.
3. Masalah tulang
Penggunaan prostetik tidak memberikan pembebanan pada sistem
skeletal (bypassing weight bearing) bisa menyebabkan osteoporosis. Sisa dari
periosteum dapat berkembang menjadi bone sparskarena sisa sisa periostium
dipuntung pada saat operasi. Secara umum, modifikasi socket kedalam
diperlukan. Pembedahan pengangkatan spur dan periostium kadang kadang
diperlukan. Xeroradiography dengan pembebanan dan tanpa pembebanan
dengan prostetik akan menunjukkan kedua hubungan spur ke socket dan kulit
dan tepatnya bagaimana total kontak socket sesungguhnya.
18
Skoliosis biasanya timbul pada pasien dengan panjang kaki yang tidak
sama. Dapat diterapi dengan mengkoreksi panjang prostetik. Dengan tidak
adanya latihan stretching harian, skoliosis bisa menjadi menetap.
4. Neuroma
Setiap syaraf yang terpotong akan membentuk distal neuroma bila
luka menyembuh. Pada beberapa kasus, nodular bundles dari akson ini
dijaringan ikat akan menyebabkan nyeri pada saat prostetik memberikan
tekanan. Pada awalnya, nyeri dapat dihilangkan dengan modifikasi socket.
Neuroma dapat pula diinjeksi secara lokal dengan 50 mg lidocaine
hydrocloride (xylocaine) dan 40 mg triamcinolone actonide (kenalog), injeksi
ini dapat dikombinasikan dengan terapi ultrasound.
5. Phantom sensation
Normal terjadi setelah amputasi alat gerak. Didefinisikan sebagai suatu
sensasi yang timbul tentang keberadaan bagian yang diamputasi. Pasien
mengalami sensasi seperti alat gerak yang diamputasi masih ada, yang saat ini
telah hilang. Kondisi ini dapat disertai dengan perasaan tingling atau rasa baal
yang tidak menyenangkan. Phantom sensation dapat juga terasa sangat nyata,
sehingga pasien dapat mencoba untuk berjalan dengan kaki yang telah
diamputasi.
Dengan berlalunya waktu phantom sensation cenderung menghilang
tetapi juga terkadang akan menetap untuk bebrapa dekade. Biasanya sensasi
terakhir yang hilang adalah yang berasal dari jari, jari telunjuk atau ibu jari,
yang terasa seolah olah masih menempel pada puntung.
Sejumlah teori telah diajukan untuk menjelaskan fenomena ini. Salah
satunya adalah teori yang menyatakan bahwa alat gerak merupakan bagian
integral dari tubuh, maka secara berkelanjutan memberikan sensory cortexrasa
taktil, propriosepsi, dan terakhir stimuli nyeri yang diingat sebagian besar
dibawah sadar sebagai bagian dari body image. Setelah amputasi, peresepsi
yang diingat tersebut akan menimbulkan phantom sensation.
6. Edema
19
pasien
kesulitan
untuk
mengekstensikan
panggulnya
dan
20
2.12. Prognosis
Kelangsungan hidup 5 tahun untuk amputasi non diabetic hampir normal
sekitar 75%, sedangkan kelangsungan hidup 5 tahun untuk amputasi diabetes hanya
39%. Laporan lainnya tingkat kematian 30%,50% dan 70% setelah 5,10 dan 15 tahun,
masing masing pada mereka dengan ekstremitas kritis iskemia. Kematian ini terutama
disebabkan oleh komorbiditas penyakit jantung dan otak. Faktor resiko meliputi
rokok, diabetes dan hipertensi. Dari pasien yang selamat, iskemia tungkai kritis akan
berkembang pada sisa ekstremitas dalam 18-28% dalam kurun waktu 2 tahun
amputasi.
Penderita diabetes tidak hanya mengalami gangguan vaskuler, tetapi juga
menderita neuropati sensorik menuju ulserasi. Pada tahun 1960, ketahanan hidup 5
tahun untuk osteogenic sarkoma adalah kurang dari 20% tapi bertahan hidup 3 tahun
telah ditingkatkan menjadi 60-85%, dengan perbaikan hidup untuk sarkoma tulang
dan jaringan lunak lainnya.2,4
21