Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Definisi
Amputasi berasal dari kata amputare yang kurang lebih diartikan

sebagaipancung. Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan sebagian


atau seluruh bagian ekstremitas.2,4
Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan
terakhir jika organ pada ekstremitastersebut sudah tidak mungkin dapat diperbaiki
dengan menggunakan teknik lain, atau jika kondisi organ dapat membahayakan
keselamatan tubuh pasien atau dapat merusak organ tubuh yang lainnya seperti
timbulnya komplikasi infeksi. Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang
melibatkan beberapa sistem tubuh seperti integumen, sistem saraf, sistem
muskuloskeletal dan`sistem kardiovaskuler. Lebih lanjut dapat menimbulkan masalah
psikologis berupa penurunan kepercayaan diri dan penurunan produktifitas.4
2.2. Epidemiologi
Survei Kaynedan Newman didapatkan 5830 amputasi baru yang disebabkan
oleh berbagai sebab. Mereka menemukan 70% dari amputasi disebabkan oleh
penyakit infeksi dan vaskuler, trauma 22%; tumor 5%; dan deformitas kongenital 3%.
Kebanyakanamputasikarenapenyakitterjadipadausia 61-70 tahun, trauma berkisar
pada usia 21-30 tahun, dan kasus tumor berkisar pada usia11-20 tahun.
Perbandingan antara pria dan wanita adalah 2, 1:1 pada penyakit, 7,2:1 pada
trauma, 1, 3:1 pada tumor, dan 1, 5:1 pada deformitas kongenital. Perbandingan
antara amputasi ekstremitas bawah dan atas adalah 11:1. Distribusi dari
amputasi bawah lutut berdasarkan tingkatan Syme, 3%; transtibial 9%; knee
disarticulation 1% ; transfemoral, 35% ; dan hip disarticulation 2%.2,3,4,5

2.3. Etiologi
Secara umum penyebab dari amputasi dibedakan menjadi :
a. Defek lahir kongenital (5%)
Mayoritas tampak pada usia lahir sampai 16 tahun.
b. Didapat (95%), terdiri dari:
- Penyakit oklusi arterial (occlusive arterial dissease) (60%)
Penyakit vaskuler yang berhubungan dengan amputasi yaitu diabetes
mellitus, arteriosklerosis dan buergers dissease. Insidensi kasus ini terjadi
pada usia 60-70 tahun. 90% melibatkan ekstremitas inferior; 5% partial
foot and ankle amputation, 50% below knee amputation, 35% above knee
-

amputation, dan 7-10% hip amputation.


Trauma (30%)
Mayoritas pada usia 17-55 tahun dan sekitar71% lebih sering pada pria.
Lebih banyak mengenai ekstremitas inferior daripada ekstremitas superior
dengan rasio 10 : 1. Trauma dari ekstremitas yang melibatkan kerusakan
pada vaskuler atau saraf dapat membuat ekstremitas secara permanen
menurun secara fungsional dan membahayakan jiwa pasien. Sehingga
amputasi merupakan pilihan terbaik untuk menyelamatkan anggota tubuh

dan jiwa pasien secara keseluruhan.


Tumor (5%)
Umunya kasus terjadi pada usia 10-20 tahun. Pada masa lalu dimana
untuk menanggulangi kasus keganasan pada ekstremitas, biasanya
dilakukan amputasi dari bagian proksimal sampai kelesineoplastik.
Namun, pada masa sekarang kasus neoplastik dapat dilakukan terapi awal
dengan kemoterapi dan radioterapi. Meskipun begitu, untuk kasus
neoplastik stadium lanjut juga membutuhkan tindakan amputasi namun
bersifat segmental untuk menyelamatkan nyawa dan ekstremitas
pasien.4,5,6

2.4. Tujuan amputasi


Tujuan amputasi antara lain :
a. Live saving (menyelamatkan jiwa)

Contoh trauma disertai keadaan yang mengancam jiwa (infeksi dan


perdarahan).
b. Limb saving (memanfaatkan kembali fungsi ekstremitas secara maksimal).
Seperti pada kelainan congenital dan keganasan. Tujuan operasi amputasi
dibawah lutut adalah untuk menghasilkan alat gerak yang padat, berbentuk
silindris, bebas dari jaringan parut yang sensitif dengan tulang yang cukup
baik ditutupi oleh otot dan jaringan subkutan yang sesuai dengan
panjangnya.7
2.5. Klasifikasi
Klasifikasi amputasi berdasarkan perencanaan:
a. Amputasi Selektif (Terencana)
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat
penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi
dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.
b. Amputasi Akibat Trauma
Amputasi akibat trauma merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat
trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan medis dilakukan hanya untuk
memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum
pasien.
c. Amputasi Darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim medis. Umumnya
merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma
dengan patah tulang multipel dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.4

2.6. Indikasi amputasi


Indikasi amputasi ialah kelainan ekstremitas yang disebabkan oleh penyakit
pembuluh darah, cedera dan tumor ganas. Amputasi jarang dilakukan karena infeksi,
kelainan bawaan, atau kelainan neurologik seperti paralisis dan anestesia.

Padaorangtua, amputasi sering dilakukan karena kelainan pembuluh darah


sedangkankarena trauma jarangdilakukanamputasi, kecuali luka akibat perang
misalnya terkena ranjau. Oleh karena kemajuan ilmu bedah vaskuler dan teknik
bedah osteosintesis, amputasi primer setelah cedera makin jarang dilakukan.
Amputasi atas indikasi tumor ganas jaringan lunak atau tulang merupakan
salah satu langkah penanggulangan yang biasanya terdiri atas pembedahan, radiasi
dan kemoterapi.
Amputasi tangan atau lengan hanya dilakukan bila taraf traumaadalah berat
dengan cedera saraf, atau pada tumor maligna. Sampai saat ini, prostesis tangan untuk
mengganti faal tangan masih mengecewakan.3
Indikasi pelaksanaan amputasi adalah :
a. Iskemia
Iskemia karena penyakit vaskularisasi perifer yang tidak adekuat sehingga
menimbulkan matinya jaringan. Biasanya pada orang tua yang mengalami
arterosklerosis dan diabetes melitus.
b. Trauma amputasi
Bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan kendaraan bermotor, thermal
injury seperti terbakar, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets dissease
dan kelainan kongenital.
c. Gas gangren
Keadaan nyeri akut dimana otot dan jaringan subkutan menjadi terisi dengan
gas dan cairaneksudat. Hal ini disebabkan infeksi luka oleh bakteri anaerob,
seperti clostridium.

d. Osteomielitis
Peradangan pada tulang (bisa menyebabkan kelumpuhan) dan bisa juga terjadi
assending infection. Bila keadaan peradangan pada tulang menjadi parah dan
mengancam ekstremitas, maka dilakukan amputasi.
e. Kehancuran jaringan kulit massif yang tidak mungkin diperbaiki.
f. Keganasan
Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.4,5

2.7. Metode
Amputasi dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh,
dengan dua metode :
a. Metode terbuka (guillotine amputasi)
Metode ini digunakan pada pasien yang mengalami infeksi pada
ekstremitasnya. metodenya benar-benar terbuka dan dipasang drainase untuk
membersihkan, dan luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi, dan dilakukan
pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada
tingkat yang sama
b. Metode tertutup (flap amputasi)
Pada metode ini kulit tepi ditarik ke atas ujung tulang dan dijahit pada daerah
yang diamputasi. Dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana
kulit dibuat dengan memotong kurang lebih 5 cm dibawah potongan otot dan
tulang untuk

menutupi

luka amputasi.

Setelah dilakukan

tindakan

pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka operasi dan


mencegah kontraktur. Mempertahankan perfusi jaringan, dan persiapan untuk
penggunaan protesis (jika mungkin).3,4,5,7
2.8. Batas amputasi
Batas amputasi ditentukan oleh luas dan jenis penyakit. Batas amputasi pada
cedera ditentukan oleh peredaran darah yang adekuat. Batas amputasi pada tumor
maligna ditentukan oleh daerah bebas tumor dan bebas resiko kekambuhan lokal,
sedangkan penyakit pembuluh darah ditentukan oleh vaskularisasi sisa ekstremitas
dan daya sembuh luka amputasi. Umumnya dapat dikatakan bahwa amputasi akan
dilakukan sedistal mungkin.
Amputasi pada anak menuntut perhatian khusus karena tulang anak masih
bertumbuh. Sebagian besar pertumbuhan tungkai terjadi sekitar lutut dilempeng
epifisis femur distal dan lempeng epifisis tibia proksimal. Tetapi dilengan sebaliknya,
pertumbuhan terjadi jauh dari siku, yaitu dipergelangan tangan dan epifisis humerus
7

proksimal. Setelah amputasi tungkai bawah pertumbuhan sisa ekstremitas bawah baik
sekali, tetapi otot tidak mengikuti pertumbuhan tulang sehingga puntung menjadi
panjang tanpa perlindungan otot. Ujung tulang berbentuk pacu yang hanya ditutup
kulit. keadaan ini dicegah dengan membuat jembatan osteoperiostal antara tibia dan
fibula.
Amputasi lengan bawah menghasilkan sisa ekstremitas yang pendek karena
pertumbuhan dilempeng epifisis distal humerus dan lempeng epifisis proksimal
radius dan ulna kurang sekali. Pada amputasi lengan bawah, gerakan supinasi dan
pronasi juga hilang.
Amputasi pada orang tua lebih bermasalah karena orang tua mengalami
banyak kesulitan untuk dimobilisasi setelah amputasi tungkai atas. Setelah amputasi
tungkai bawah, mobilisasi jauh lebih baik.2

Gambar 2.1 Batas amputasi ekstremitas inferior


2.8.1. Level Amputasi

Amputasi interscapulo-thoracic

Amputasi sendi bahu

Amputasi sendi siku

Gambar 2.2 Amputasi sendi siku

Amputasi transradial

Amputasi tangan

Gambar 2.3 Amputasi tangan

Amputasi hemipelvectomi

10

Amputasi sendi panggul

Gambar 2.4 Amputasi sendi panggul

Amputasi transfemoral (above knee amputation)

Gambar 2.5 Amputasi transfemoral

Amputasi transtibial (below knee amputation)

11

Gambar 2.6 Amputasi transtibial

Symes amputation

Gambar 2.7 Amputasisyme

Partial Foot amputation

12

Chopart (midtarsal amputation)

Lisfranc (tarsometatarsal amputation)

Amputasi metatarsal

Disartikulasi metatarsophalangeal
2.8.2. Penilaian Batas Amputasi
a. Jari dan kaki: pada amputasi jari tangan dan kaki penting untuk
mempertahankan falang dasar. Amputasi transmetatarsal memberi
puntung yang baik. Amputasi disendi tarso-metatarsus lisfranc
mengakibatkan pes ekuinus dengan pembebanan berlebih pada kulit
ujung puntung yang sukar ditanggulangi.
b. Proksimal sendi pergelangan kaki : amputasi transmaleolar baik sekali
bila tumit utuh dan sehat sehingga dapat menutup ujung puntung.
c. Tungkai bawah : panjang puntung tungkai bawah paling baik antara 12
dan 18 cm dari sendi lutut, bergantung pada keadaan setempat, usia
penderita dan tinggi badan. Bila jarak dari sendi lutut kurang dari 5
cm, prostesis mustahil dapat dikendalikan.
d. Eksartikulasi lutut : eksartikulasi lutut menghasilkan puntung yang
baik sekali. Amputasi ini dapat dilakukan pada penderita geriatrik.
e. Tungkai atas : puntung tungkai atas sebaiknya tidak kurang dari 10 cm
dibawah sendi panggul. Puntung yang kurang dari itu menyebabkan
kontraktur fleksi-abduksi-eksorotasi. Puntung juga tidak boleh kurang
dari 10 cm diatas sendi lutut karena ujung puntung sepanjang ini sukar
dibebani. Eksartikulasi dapat menahan pembebanan.
f. Sendi panggul dan hemipelvektomi : Eksartikulasi sendi panggul
kadang dilakukan pada tumor ganas. Tersedia prostesis untuk
hemipelvektomi, tetapi memerlukan kemauan dan motivasi kuat dari
penderita.
g. Tangan : Amputasi parsial jari atau tangan harus sehemat mungkin.
Setiap jari dengan sensibilitas kulit dan lingkup gerak utuh berguna

13

sekali karena dapat digunakan untuk fungsi menggenggam atau fungsi


oposisi ibu jari.
h. Pergelangan tangan :

pada amputasi melalui pergelangan tangan,

fungsi pronasi dan`supinasi dipertahankan. Tangan mioelektrik


maupun tangan kosmetik dapat dipakai tanpa kesulitan.
i. Lengan bawah : batas amputasi di pertengahan lengan bawah paling
baik untuk memasang prostesis. Puntung harus sekurang kurangnya
padadistal insersi m.biseps dan m.brakialis untuk fleksi siku.
j. Siku dan lengan atas : eksartikulasi siku mempunyai keuntungan
karena prostesis dapat dipasang tanpa fiksasi sekitar bahu.
Pada amputasi di diafisis humerus, prostesis harus dipertahankan dengan
ikatan dan fiksasi pada bahu. Eksartikulasi bahu dan amputasi
intertorakoskapular, yang merupakan amputasi, termasuk gelang bahu,
ditangani dengan prostesis yang biasanya hanya merupakan prostesis
kosmetik.2,4
2.9. Pembedahan
Pembedahan dilakukan dalam lingkungan bebas darah, dengan menggunakan
turniket, kecuali apabila dilakukan atas indikasi obstruksi pembuluh nadi.
Pembedahan dilakukan secara terbuka atau tertutup.
Amputasi terbuka dikerjakan pada luka kotor seperti luka perang atau infeksi
berat, antara lain terbentuknya gas gangren, pada cara ini sayatan kulit dibuat secara
sirkuler, sedangkan otot dipotong sedikit proksimal dan sayatan dari kulit dan tulang
digergaji sedikit proksimal dari otot. Luka dibiarkan terbuka sampai infeksi teratasi,
kemudian baru dikerjakan reamputasi.
Pada amputasi tertutup dibuat flap kulit (kulit penutup) yang direncanakan
luas dan bentuknya secara teliti untuk memperoleh kulit penutup ujung puntung yang
baik dengan lokasi bekas pembedahan diluar tempat pembebanan prostesis yang akan
dipasang. Otot, pembuluh darah dan saraf dipotong pada batas tersendiri. Biasanya
otot difiksasi pada ujung tulang dengan teknik miodesis atau dijahit disekitar ujung
14

tulang secara mioplastik. Dengan demikian, otot mendapat insersi kembali dan dapat
berkontraksi sehingga tidak menjadi hipertrofi. Bila fungsi otot baik, peredaran darah
di puntung juga membaik.
Saraf akan dipotong cukup tinggi agar ujungnya menarik diri kedalam
jaringan supaya neuroma yang akan terbentuk pada ujungnya terletak cukup
terlindung dari tekanan sehingga tidak mengganggu.2,4
2.10.

Dampak amputasi terhadap sistem tubuh


Beberapa pengaruh amputasi terhadap sistem tubuh :
a. Kecepatan metabolisme
Jika seseorang dalam keadaan imobilisasi maka akan menyebabkan
penurunan fungsi simpatik dan katekolamin dalam darah sehingga
menurunkan kecepatan metabolisme basal.
b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
terjadinya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih
besar dari anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid
plasma, hal ini menyebabkan pergeseran cairan intravaskuler ke ruang
interstitial pada bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan edema.
Immobilitas dan keadaan pasien yang cemaskan memberikan rangsangan
ke hypotalamus posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga
terjadi peningkatan diuresis.
c. Sistem respirasi
- Penurunan kapasitas paru
Pada pasien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi
otot intercosta relatif kecil dalam rangka mencapai inspirasi maksimal dan
-

ekspirasi paksa.
Perubahan perfusi setempat
Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan
rasio ventilasi dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan
terjadi peningkatan metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi
hipoksia
15

Mekanisme batuk tidak efektif


Akibat immobilisasi terjadi penurun kerja siliaris saluran pernafasan
sehingga sekresi mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental

dan mengganggu gerakan siliaris normal


d. Sistem kardiovaskuler
- Peningkatan denyut nadi
Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin
dan mekanisme pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering
-

dijumpai pada pasien dengan immobilisasi


Penurunan cardiac reserve
Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini
mengakibatkan waktu pengisian diastolik memendek dan penurunan isi

sekuncup
Hipotensi orthostatik
Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana
anterior dan venula tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih
panjang daripada vasokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di
ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi menurun, jumlah
darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke
otak dan tekanan darah menurun. Akibatnya pasien merasakan pusing

pada saat bangun tidur serta dapat juga pingsan.


e. Sistem muskuloskeletal
- Penurunan kekuatan otot
Dengan adanya immobilisasi dan gangguan

sistem

vaskuler

memungkinkan suplai O2 dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan,


demikian puls dengan pembuangan sisa metabolisme akan terganggu
-

sehingga menjadikan kelelahan otot


Atrofi otot
Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya
penurunan fungsi persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atrofi dan

keterbatasan gerak
Kontraktur sendi
Kombinasi dari adanya atrofi dan penurunan kekuatan otot serta adanya
keterbatasan gerak
16

Osteoporosis
Terjadi penurunan

metabolisme

kalsium.

Hal

ini

menurunkan

persenyawaan organik dan anorganik sehingga masa tulang menipis dan


tulang menjadi keropos
f. Sistem pencernaan
- Anoreksia
Tirah baring yang lama akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan
dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori
-

yang menyebabkan menurunnya nafsu makan.


Konstipasi
Dampak dari immobilisasi adalah meningkatnya jumlah adrenergik yang
akan menghambat peristaltik usus dan spincter ani menjadi kontriksi,
sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan feses
lebih keras dan pasien susah buang air besar.

g. Sistem perkemihan
Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing
berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urin harus melawan gaya
gravitasi, pelvis renal banyak menahan urin sehingga dapat menyebabkan:
Akumulasi endapan urin, di renal pelvis akan mudah membentuk

batu ginjal
Tertahannya urin pada ginjal akan menyebabkan berkembang

biaknya kuman yang dapat menyebabkan ISK


h. Sistem integument
Tirah baring yang lama, membuat bagian tubuh bagian bawah seperti
punggung dan bokong akan tertekan sehingga akan menyebabkan
penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan
terjadi iskemia, hiperemis dan akan normal kembali jika tekanan
dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.3,4,5
2.11. Komplikasi Amputasi
1. Masalah kulit
Perawatan kulit merupakan hal yang penting karena adanya beberapa
lapisan jaringan yang berdekatan di ujung akhir tulang seperti jaringan parut,
17

termasuk kulit dan lapisan subkutan, yang mudah melekat pada tulang.
Sehingga diperlukan adanya mobilisasi jaringan parut.
Setelah insisi sembuh, lunakkan kulit dengan sebuah krim yang larut
air atau preparat lanolin tiga kali sehari. Massage secara lembut pada jaringan
lunak bagian distal akan membantu mempertahankan mobilitasnya diatas
permukaan atas ujung tulang. Tapping jaringan parut dan bagian distal
jaringan lunak sebanyak 4 kali sehari sering membantu untuk mendensensitasi
area tersebut sebelum penggunaan prostetik. Tapping dilakukan dengan ujung
jari, dimulai dengan sentuhan ringan dan kemudian ditingkatkan sekitar 5
menit hingga timbul rasa tidak nyaman yang ringan.
Cara membersihkan kulit juga harus diajarkan, misalnya dengan
memgunakan sabun yang bersifat ringan, cuci kulit hingga berbusa, lalu basuh
dengan air hangat, kulit dikeringkan dengan cara ditekan dengan lembut, tidak
digosok. Pembersihan ini dilakukan setiap hari terutama pada sore hari.2-6
2. Infeksi
Jika terjadi infeksi pada puntung, jika sifatnya terbuka, memerlukan
terapi, antibiotik. Jika sifatnya tertutup, harus dilakukan insisi serta terapi
antibiotik.
3. Masalah tulang
Penggunaan prostetik tidak memberikan pembebanan pada sistem
skeletal (bypassing weight bearing) bisa menyebabkan osteoporosis. Sisa dari
periosteum dapat berkembang menjadi bone sparskarena sisa sisa periostium
dipuntung pada saat operasi. Secara umum, modifikasi socket kedalam
diperlukan. Pembedahan pengangkatan spur dan periostium kadang kadang
diperlukan. Xeroradiography dengan pembebanan dan tanpa pembebanan
dengan prostetik akan menunjukkan kedua hubungan spur ke socket dan kulit
dan tepatnya bagaimana total kontak socket sesungguhnya.

18

Skoliosis biasanya timbul pada pasien dengan panjang kaki yang tidak
sama. Dapat diterapi dengan mengkoreksi panjang prostetik. Dengan tidak
adanya latihan stretching harian, skoliosis bisa menjadi menetap.
4. Neuroma
Setiap syaraf yang terpotong akan membentuk distal neuroma bila
luka menyembuh. Pada beberapa kasus, nodular bundles dari akson ini
dijaringan ikat akan menyebabkan nyeri pada saat prostetik memberikan
tekanan. Pada awalnya, nyeri dapat dihilangkan dengan modifikasi socket.
Neuroma dapat pula diinjeksi secara lokal dengan 50 mg lidocaine
hydrocloride (xylocaine) dan 40 mg triamcinolone actonide (kenalog), injeksi
ini dapat dikombinasikan dengan terapi ultrasound.
5. Phantom sensation
Normal terjadi setelah amputasi alat gerak. Didefinisikan sebagai suatu
sensasi yang timbul tentang keberadaan bagian yang diamputasi. Pasien
mengalami sensasi seperti alat gerak yang diamputasi masih ada, yang saat ini
telah hilang. Kondisi ini dapat disertai dengan perasaan tingling atau rasa baal
yang tidak menyenangkan. Phantom sensation dapat juga terasa sangat nyata,
sehingga pasien dapat mencoba untuk berjalan dengan kaki yang telah
diamputasi.
Dengan berlalunya waktu phantom sensation cenderung menghilang
tetapi juga terkadang akan menetap untuk bebrapa dekade. Biasanya sensasi
terakhir yang hilang adalah yang berasal dari jari, jari telunjuk atau ibu jari,
yang terasa seolah olah masih menempel pada puntung.
Sejumlah teori telah diajukan untuk menjelaskan fenomena ini. Salah
satunya adalah teori yang menyatakan bahwa alat gerak merupakan bagian
integral dari tubuh, maka secara berkelanjutan memberikan sensory cortexrasa
taktil, propriosepsi, dan terakhir stimuli nyeri yang diingat sebagian besar
dibawah sadar sebagai bagian dari body image. Setelah amputasi, peresepsi
yang diingat tersebut akan menimbulkan phantom sensation.
6. Edema

19

Edema pada puntung akan menyebabkan proses penyembuhan yang


lambat dan akan membuat fitting prostetik menjadi sulit. Edema dapat dicegah
dengan berbagai macam cara seperti menggunakan total contact socket
terutama jika sifatnya inelastik, dengan menggunakan elastic bandaging,
plaster cast, atau unna dressing (dibuat seperti cast dengan mempergunakan
impregnated gauzed yang tersedia secara komersial) atau dapat pula dengan
cara immadiate fit rigid dressing. Latihan pada daerah puntung, penggunaan
stump board serta peninggian ujung tempat tidur hingga bersudut kurang lebih
300 juga akan membantu mengontrol edema.
Beberapa cara untuk mengontrol edema pada puntung :
a. Bandaging
Bandaging merupakan suatu cara yang kontroversial terutama pada pasien
dengan penyakit vaskuler, karena bandaging yang buruk akan
menyebabkan kerusakan pada puntung. Elastic bandage selain membantu
mengontrol edema tetapi juga akan mengecilkan dan akan membentuk
alat gerak yang tersisa untuk prostetik.
b. Massage puntung
Centripetal massage membantu mengurangi edema, memperbaiki
sirkulasi, dan mencegah adhesi serta mengurangi ketakutan pasien untuk
melatih puntungnya
7. Kontraktur sendi/deformitas
Pada alat gerak bawah adanya kontraktur panggul sangat mengganggu karena
membuat

pasien

kesulitan

untuk

mengekstensikan

panggulnya

dan

mempertahankan pusat gravitasi di lokasi normalnya, sementara itu jika pusat


gravitasi mengalami perubahan, maka akan semakin banyak energi yang
diperlukan untuk melakukan ambulasi. Adanya tendensi kontraktur fleksi lutut
terdapat pada amputasi bawah lutut yang dapat membatasi keberhasilan fitting
prostetik. Deformitas ini dapat timbul karena nyeri, kerja otot dan pasien yang
duduk dalam jangka waktu yang lama dikursi roda.4-6

20

2.12. Prognosis
Kelangsungan hidup 5 tahun untuk amputasi non diabetic hampir normal
sekitar 75%, sedangkan kelangsungan hidup 5 tahun untuk amputasi diabetes hanya
39%. Laporan lainnya tingkat kematian 30%,50% dan 70% setelah 5,10 dan 15 tahun,
masing masing pada mereka dengan ekstremitas kritis iskemia. Kematian ini terutama
disebabkan oleh komorbiditas penyakit jantung dan otak. Faktor resiko meliputi
rokok, diabetes dan hipertensi. Dari pasien yang selamat, iskemia tungkai kritis akan
berkembang pada sisa ekstremitas dalam 18-28% dalam kurun waktu 2 tahun
amputasi.
Penderita diabetes tidak hanya mengalami gangguan vaskuler, tetapi juga
menderita neuropati sensorik menuju ulserasi. Pada tahun 1960, ketahanan hidup 5
tahun untuk osteogenic sarkoma adalah kurang dari 20% tapi bertahan hidup 3 tahun
telah ditingkatkan menjadi 60-85%, dengan perbaikan hidup untuk sarkoma tulang
dan jaringan lunak lainnya.2,4

21

Anda mungkin juga menyukai