dan
Congenital Dislocation Hip
Kelompok 4
Anisah Imansari
Anggie Agatha C
Dita Nadya P
Harum Anissya
Miratiani Sitompul
Nida Farhani
Nur Rahmawati
Renata Megawati
Saffira Azzahra
Sita Nurisya
Spina Bifida
Pengertian
Spina Bifida adalah suatu celah pada tulang belakang (vertebra), yang terjadi karena bagian dari sa
tu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara sempurna, pada minggu ke3
dan ke4.
Multifaktorial
Faktor risiko :
a. Resiko melahirkan anak dengan spina bifida berhubungan erat dengan kekurangan asam fola
t, terutama yang terjadi pada awal kehamilan.
b. Penonjolan dari korda spinalis dan meningens menyebabkan kerusakan pada korda spinalis d
an akar saraf, sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi pada bagian tubuh yang dip
ersarafi oleh saraf tersebut atau di bagian bawahnya.
c. Gejalanya tergantung kepada letak anatomis dari spina bifida. Kebanyakan terjadi dipunggun
g bagian bawah, yaitu daerah lumbal atau sakral, karena penutupan vertebra dibagian ini terj
adi paling akhir.
d. Faktor genetik dan lingkungan (nutrisi atau terpapar bahan berbahaya) dapatmenyebabkan re
siko melahirkan anak dengan spina bifida. Pada 95 % kasus spina bifida tidak ditemukan riwa
yat keluarga dengan defek neural tube. Resiko akan melahirkan anak dengan spina bifida 8 k
ali lebih besar bila sebelumnya pernah melahirkan anak spina bifida.
Manifestasi Klinis
Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir jika disinar
i,
kantung tersebut tidak tembus cahaya.
Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki.
Penurunan sensasi.
Inkontinensia urin (beser) maupun inkontinensia tinja.
Korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi (meningitis).
Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang).
Lekukan pada daerah sakrum.
Abnormalitas pada lower spine selalu bersamaan dengan abnormalitas upper spine(arnold chiari
malformation) yang menyebabkan masalah koordinasi.
Deformitas pada spine, hip, foot dan leg sering oleh karena imbalans kekuatan otot dan f
ungsi.
Masalah bladder dan bowel berupa ketidakmampuan untuk merelakskan secara volunter
otot
(sphincter) sehingga menahan urin pada bladder dan feses pada rectum.
Hidrosefalus mengenai 90% penderita spina bifida. Inteligen dapat normal bila hidrosefal
us di terapi dengan cepat.
Anak-anak dengan meningomyelocele banyak yang mengalami tethered spinal cord.
Spinal cord melekat pada jaringan sekitarnya dan tidak dapat bergerak naik atau turun sec
ara normal. Keadaan ini menyebabkan deformitas kaki, dislokasi hip atau skoliosis. Masalah
ini akan bertambah buruk seiring pertumbuhan anak dan tetheredcord akan terus
teregang.
Klasifikasi
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf ya
ng terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang lain mengal
ami
kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis.
1. Skrinning MSAFP
2. Ultrasonografi
3. X-ray tulang belakang
4. CT scan atau MRI
Penanganan Awal
Penutupan defek pada kulit
Dilakukan jika pasien memiliki prognosis yang baik, dilaksanakan dalam 48 jam setelah
kelahiran. Neural plate ditutup dengan hati-hati dan kulit diinsisi luas. Hanya dengan cara ini
ulkus dapat dicegah.
Hidrosefalus
Merupakan prioritas selanjutnya. Dilakukan setelah beberapa hari. Dilaksanakan
ventriculo caval shunt.
Deformitas
Harus tetap dikontrol. Operasi ortopedi biasanya tidak dilakukan sampai minggu ke-3,
selanjutnya pada masa pertumbuhan anak.
Penanganan Paralisis dan Deformitas
Untuk 6 – 12 bulan pertama deformitas diterapi dengan strecthing dan strapping. Koreksi
dengan menggunakan plester tidak dibenarkan. Efek : tulang dapat patah dan muncul ulkus
di kulit.
Open methods adalah koreksi yang terbaik untuk deformitas, tetapi harus ditunda sampai
anak berumur beberapa bulan.
Deformitas proksimal dikoreksi sebelum deformitas distal terjadi. Jika sudah seimbang
maka deformitas residu yang terjadi ditangani dengan osteotomi.
Splint tidak pernah digunakan tunggal dalam mengkoreksi deformitas. Hanya bisa
digunakan untuk mempertahankan deformitas, pelaksanaannya diperkuat dengan
strecthing berulang-ulang.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
Fisioterapi Neonatal
Penilaian awal harus dilakukan untuk menentukan keparahan pada kecacatan anak. Penilaian ini
perlu dilakukan dengan cepat dan efisien, karena anak akan berada dalam inkubator dan tidak dapat
mentoleransi penanganan yang berlebihan. Pemeriksa harus bekerja dari jari kaki ke atas, seperti ak
tivitas normal terlihat,daerah di atas harus normal. Uji sensasi perlu secara protopathik (dalam), sepe
rti pengujian epicritic (sentuhan ringan) tidak konklusif pada tahap ini. Pengujian ini paling baik dilaku
kan dengan menggunakan peniti. Setelah penilaian selesai, program gerakan pasif dan latihan stretc
hing dapat diimplementasikan untuk mempertahankandan meningkatkan panjang otot dan jangkauan
sendi.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
Fisioterapi Prasekolah
Antara usia 6 dan 12 bulan berguna untuk memperbarui grafik otot sehingga persiapan dapat dibuat
untuk menggunakan peralatan ortotik. Gerakan pasif untuk semua sendi tungkai bawah harus dilaku
kan pada setiap penggantiian popok untuk mempertahankan berbagai sendi dan merangsang sirkula
si. setelah anak memulai lengan secara aktif dan gerakan aktif bagian atas tubuh, harus dilakukan
strengthening.
Anak harus diposisikan seperti bayi normal pada telungkup, terlentang dan posisi duduk untuk memp
romosikan tahap perkembangan normal dan duduk danmempertahankan panjang otot. Penilaian fisio
terapi harus dilakukan untuk menilaitingkat persepsi dan keterampilan motorik anak, kegiatan terseb
ut melibatkan kesadaran spasial, misalnya bergerak di atas dan di bawah benda-benda tanpa menye
ntuh mereka, menilai kecepatan benda bergerak dan lainnya.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
Fisioterapi Remaja
Masa pubertas pada anak dengan spina bifida cenderung menimbulkan masalah ketidakmatangan s
osial dan emosional. Pada saat anak-anak di usia remaja, mereka harus mampu bertanggung jawab
untuk sebagian besar perawatan sehari-hari. Mereka juga harus memiliki pemahaman tentang kecac
atan mereka dan memimpin gaya hidup mandiri. Waktu harus dihabiskan untuk mendidik anak-anak
mengembangkan keterampilan manajemen mandiri : manajemen fisik, kateterisasi, penerapan orthos
e dan perawatan kulit. Jika mereka berada di kursi roda untuk waktu yang lama mereka harus berger
ak seperti mengangkat, misalnya setengah jam, untuk meringankan tekanan pada bokong.
Percepatan pertumbuhan yang dialami pada masa remaja akan mempercepat perkembangan defor
mitas tulang belakang. Operasi ortopedik dari tulang belakang dan pinggul sering dilakukan saat mas
a pertumbuhan hampir berakhir. Sebelum operasi adalah penting untuk fisioterapi mempersiapkan an
ak secara fisik. Dia harus siap untuk perubahan postur dan kebutuhan untuk mengembangkan kesei
mbangan yang berbeda. Beberapa kegiatan, seperti memindahkan kaki untuk transfer, mengenakan
kaus kaki dan sepatu, mungkin terbatas setelah operasi.
(CDH)
Congenital Dislocation Hip
DDH juga diistilahkan sebagai Developmental displasia of the Hip. Dahulu lebih
populer dengan nama CDH (Congenital Dislocation of the Hip) atau yang dalam
bahasa Indonesia adalah Dislokasi Panggul Kongenital.
Jadi, DDH merupakan kelainan kongenital dimana terjadi dislokasi pada panggul
karena acetabulum dan capur femur tidak berada pada tempat seharusnya.
Epidemiologi
Bilateral > unilateral
Perempuan > laki-laki = 8 : 1
Pasca Partus
Kebiasaan membedung
Bedung dengan sangat erat sampai membuat kaki anak
yang seharusnya fleksi menjadi ekstensi dapat membuat
kemungkinan timbulnya DDH lebih tinggi.
Pemeriksaan fisioterapi
Natal
Kesalahan dalam menolong persalinan
Bayi dengan interpretasi bokong
Post Natal
Kebiasaan membedong: pembedongan dengan cara yang sangat erat dan
kuat sehingga membuat kaki anak yang seharusnya fleksi menjadi ekstensi
dapat membuat kemungkinan lebih tinggi timbulnya DDH/CHD.
Pemeriksaan Fisik meliputi
Tes Barlow : suatu manuver yang bertujuan untuk menguji DDH dengan
cara mengeluarkan kaput femur dari acetabulum dengan melakukan
adduksi kaki bayi dan ibu jari pemeriksa diletakkan di lipatan paha.
Positif bila saat mengeluarkan kaput femur, teraba kaputnya oleh ibu jari
pemeriksa dan terdengar bunyi 'klik'.
Tes Ortolani : suatu manuver uji DDH dengan memasukkan kaput femur ke
acetabulum dengan melakukan abduksi pada kaki bayi (gerakan ke lateral).
Impairment
• Saat anak sudah dapat berjalan, tidak mampu berjalan seimbang
• Terlihat kaki bayi panjang sebelah
• Keterbatasan ROM untuk ekstensi dan gerakan abduksi dari hip
Activity Limitation
• Dislokasi dari acetabulum dan caput femur tidak berada pada posisi yang normal
Participation Restriction
• Hambatan bermain pada penderita CHD dengan teman sebaya
• Adanya gangguan dalam berjalan normal
TUJUAN FISIOTERAPI
• Operasi penggantian sendi (dilakukan dengan memasang protesis). Tidak dilakukan lagi perbaika
n karena dislokasi sudah terlalu lama dan posisinya sudah jauh dari seharusnya. Bila dilakukan p
enarikan secara paksa ligamen dan otot, kemungkinan dapat mengakibatkan rusaknya pembuluh
darah dan saraf (tidak dapat ditarik).