Anda di halaman 1dari 7

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Spina bifida adalah kelainan kongenital dimana tulang belakang terbelah (bifid)
akibat kegagalan penutupan tabung saraf embrionik, selama minggu keempat pasca
pembuahan. Dalam bentuknya yang paling umum dan paling parah, myelomeningocele
(MMC; juga disebut spina bifida terbuka atau spina bifida aperta), sumsum tulang
belakang terbuka di bagian punggung, membentuk sebuah tempat di belakang janin atau
bayi yang baru lahir yang sering bertumpu pada kantung meningeal ( kemudian dinamai
spina bifida cystica 1). Vertebra pada tingkat lesi tidak memiliki lengkungan saraf, dan
begitu juga bagian punggung tidak lengkap.
Individu dengan MMC sering menunjukkan defisit neurologis motorik dan
sensorik di bawah tingkat lesi. Hal ini dapat menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan
tungkai bawah yang menghambat atau menghalangi berjalan, dan kurangnya sensasi yang
meningkatkan risiko luka tekan. Inkontinensia urin dan feses sering terjadi, seperti halnya
herniasi otak belakang (malformasi Chiari II) dan hidrosefalus terkait yang sering
membutuhkan pirau. Kelainan ortopedi termasuk talipes (kaki pengkor), kontraktur,
dislokasi pinggul, skoliosis, dan kifosis sering diamati. Ada korelasi yang kuat antara
tingkat aksial lesi dan tingkat kecacatan yang dialami oleh individu dengan MMC.
Sebuah tindak lanjut selama 40 tahun dari 117 anak yang lukanya diperbaiki di Inggris
selama 1960-an dan 1970-an menemukan hanya 17% yang selamat dengan lesi di atas
vertebra toraks ke-11 (T11), sedangkan 61% masih hidup dengan lesi di bawah vertebra
lumbal ke-3. (L3) 2.
Spina bifida kira-kira muncul pada 1-2 dari 1000 kelahiran hidup, tetapi bilasatu
anak telah menderita maka resiko untuk anak yang lain menderita spina bifidameningkat
2-3%. Seorang ibu yang memiliki bayi menderita spina bifida , maka resikohal ini
terulang lagi pada kehamilan berikutnya akan meningkat. Spina bifida ditemukan
terutama pada ras Hispanik dan beberapa kulit putih diEropa, dan dalam jumlah yang
kecil pada ras Asia dan Afrika-Amerika. Spina bifidatipe okulta terjadi pada 10 – 15 %
dari populasi. Sedangkan spina bifida tipe cystic terjadi pada 0,1 % kehamilan. Terjadi
lebih banyak pada wanita daripada pria (3 : 2)dan insidennya meningkat pada orang
China.
B. Klasifikasi spina bifida
Ada berbagai jenis spina bifida. antara lain :
1. Spina bifida okulta
Menunjukkan suatu cacat yang lengkung-lengkung vertebranya dibungkus oleh kulit
yang biasanya tidak mengenai jaringan saraf yang ada di bawahnya. Cacat ini terjadi
di daerah lumbosakral ( L4 – S1 ) dan biasanya ditandai dengan plak rambut yang yang
menutupi daerah yang cacat. Kecacatan ini disebabkan karena tidak menyatunya
lengkung-lengkung vertebra ( defek terjadi hanya pada kolumna vertebralis ) dan terjadi
pada sekitar 10% kelahiran
2. Spina bifida kistika
Adalah suatu defek neural tube berat dimana jaringan saraf dan atau meningens
menonjol melewati sebuah cacat lengkung vertebra dan kulit sehingga membentuk
sebuah kantong mirip kista. Kebanyakan terletak di daerah lumbosakral dan
mengakibatkan gangguan neurologis, tetapi biasanya tidak disertai dengan
keterbelakangan mental.
3. Spina bifida dengan meningokel
Pada beberapa kasus hanya meningens saja yang berisi cairan saja yang menonjol
melalui daerah cacat. Meningokel merupakan bentuk spina bifida dimana cairan yang ada
di kantong terlihat dari luar ( daerah belakang ), tetapi kantong tersebut tidak berisi spina
cord atau saraf.
4. Spina bifida dengan meningomielokel
Merupakan bentuk spina bifida dimana jaringan saraf ikut di dalam kantong tersebut
Bayi yang terkena akan mengalami paralisa di bagian bawah.
5. Spina bifida dengan mielokisis atau rakiskisis
Merupakan bentuk spina bifida berat dimana lipatan-lipatan saraf gagal naik di
sepanjang daerah torakal bawah dan lumbosakral dan tetap sebagai masa jaringan saraf
yang pipih.
Kelainan-kelainan di atas biasanya timbul di daerah cervical dan atau lumbar dan
dapat menyebabkan gangguan neurologis pada ekstremitas bawah dan gangguan kandung
kemih. Defek neural tube ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan kadar alfa feto protein (
AFP ) pada sirkulasi fetus setelah perkembangan empat minggu
C. Etiologi
Bahan – bahan teratogen yang dapat menyebabkan terjadinya defek neural tube
adalah :
 Carbamazepine
 Valproic acid
 Defisiensi folic acid
 Sulfonamide
Seorang wanita yang mengkonsumsi valproic acid selama kehamilan mempunyai
resiko kemungkinan melahirkan bayi dengan defek neural tube sebesar 1-2%, maka dari
itu seorang wanita hamil yang mengkonsumsi obat-obat anti epilepsy selama
kehamilannya disarankan untuk melakukan pemeriksaan AFP prenatal rutin. Faktor
maternal lain yang dapat menyebabkan defek neural tube meliputi :
 Riwayat keluarga dengan defek neural tube
 Penggunaan obat-obat anti kejang
 Overweight berat
 Demam tinggi pada awal kehamilan
 Diabetes mellitus
D. Patogenesis
Defek neural tube disini yang dimaksud adalah karena kegagalan pembentukan
mesoderm dan neurorectoderm. Defek embriologi primer pada semua defek neural tube
adalah kegagalan penutupan neural tube, mempengaruhi neural dan struktur kutaneus
ectodermal. Hal ini terjadi pada hari ke 17 - 30 kehamilan. Selama kehamilan , otak,
tulang belakang manusia bermula dari sel yang datar, yang kemudian membentuk silinder
yang disebut neural tube. Jika bagian tersebut gagal menutup atau terdapat daerah yang
terbuka yang disebut cacat neural tube terbuka. Daerah yang terbuka itu kemungkinan
80% terpapar atau 20% tertutup tulang atau kulit. 90% dari kasus yang terjadi bukanlah
faktor genetik / keturunan tetapi sebagian besar terjadi dari kombinasi faktor lingkungan
dan gen dari kedua orang tuanya.
E. Tanda Dan Gejala
Gejala spina bifida berbeda-beda, tergantung jenisnya. Spina bifida occulta jarang
menimbulkan gejala karena tidak melibatkan saraf tulang belakang. Tanda dari spina
bifida occulta adalah terlihat sejumput rambut di punggung bayi baru lahir, atau ada
lekukan (lesung) kecil di punggung bawah bayi baru lahir.
Berbeda dengan spina bifida occulta, kemunculan meningokel dan
mielomeningokel ditandai dengan adanya kantung yang mencuat di punggung bayi. Pada
meningokel, kantung ini memiliki lapisan kulit tipis. Pada mieomeningokel, kantung ini
bisa muncul tanpa lapisan kulit sehingga cairan dan serabut saraf di dalamnya dapat
langsung terlihat.
Selain adanya kantung di punggung bayi, penderita mielomeningokel yang baru
lahir juga dapat mengalami sejumlah gejala di bawah ini:
1. Tidak dapat menggerakkan tungkainya sama sekali
2. Bentuk kaki, pinggul, atau tulang belakangnya tidak normal
3. Mengalami kejang.
4. Mengalami gangguan kemih.

BAB II

PROSES FISIOTERAPI

A. Assessment Fisioterapi
1. Assessment subjektif
Ibu pasien mengeluhkan bahwa anaknya tidak dapat menggerakkan tungkainya
serta anak memiliki bentuk kaki, pinggul, dan tulang belakang yang tidak normal.
2. Assessment objektif
a. Vital sign

Denyut jantung normal menurut usia


Usia Saat bangun saat tidur
Neonatus (<28 hari) 100-165 90-160
Bayi (1 bulan-1 100-150 90-160
tahun)
Batita (1-2 tahun) 70-110 80-120
Balita (3-5 tahun) 65-110 65-100
Usia sekolah (6-11 60-95 58-90
tahun)
Remaja (12-15 tahun) 55-85 50-90

Frekuensi normal pada anak


Usia Frekuensi pernafasan
<1 tahun 30-55
1-2 tahum 20-30
3-5 tahun 20-25
6-11 tahun 14-22
12-15 tahun 12-18

Tekanan darah normal pada anak


Usia Sistolik distolik
(Bayi baru lahir (12 60-85 45-55
jam)
Neonatus (96 jam) 67-84 5-53
1-12 bulan 80-100 55-65
1-2 tahun 90-105 55-70
3-5 tahun 95-107 60-71
6-9 tahun 95-110 60-73
10-11 tahun 100-119 65-76
12-15 tahun 110-124 70-79

b. Inspeksi
1) Statis
 Terdapat kantung luar pada bagian belakang
 Pasien selalu dalam posisi tengkurap
2) Dinamis
 Pasien tidak mampu menggerakkan tungkai bawah.
c. Palpasi
 Ada kelemahan otot pada bagian lower extermity
d. Auskultasi
 Normal
e. Perkusi
 Normal
f. PFGD
1) Aktif
 Tidak ada keterbatasan LGS
2) Pasif
 Tidak ada keterbatasan LGS
3) Resisted
 Kekuatan otot 5
3. Pemeriksaan fisik
a. Two point discrimination
b. Finger to finger terapis
c. MMT :Untuk mengetahui nilai kekuatan otot
4. Pemeriksaan penunjang
a. Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan
b. USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda spinalis
maupun vertebra.
c. CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi
dan luasnya kelainan.
B. Diagnose Fisioterapi
1. Impairment
 Adanya gangguan sensasi
 Kelemahan pada otot lower extermitas.
 Gangguan perkemihan.
2. Fungsional Limitation
 Kesulitan berdiri dan berjalan.
3. Participation restriction
 Tidak bisa bermain dengan teman sebayany.
C. Rencana Intervensi
1. Tujuan : Mengoptimalkan kemampuan fungsional berjalan
2. Prinsip Terapi : Memperkuat fungsi otot
3. dukasi: Menggerakan seluruh anggota gerak secara pasif
4. kriteria Rujukan : Pasien rujukan Dokter
D. prognosis
Prognosis spina bifida tergantung pada berat ringannya abnormalitas. Prognosis
terburuk bila terdapat paralisis komplet, hidrosefalus, dan defek congenital lainnya.
Dengan penanganan yang baik sebagian besar anak-anak dengan spina bifida depat hidup
sampai usia dewasa.
E. Intervensi (jurnal) belum
 Infra red
Infra red (IR) merupakan radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang
750-400.000 A terdapat dua jenis generator yaitu lominius dan non lominus.
Lominius gelombang 7.700-150.000 A
 Massage
Massage Efflurage (gosokan) adalah gerakan mengusap dengan menggunakan
telapak tangan atau bantalan jari tangan. Gerakan ini dilakukan sesuai dengan
peredaran darah menuju jantung maupun kelenjar-kelenjar getah bening. Manfaat
gerakan ini adalah merelaksasi otot dan ujung-ujung saraf
 Terapi latihan (stretching )
Streching ditahan selama 5-10 hitungan, diulangi 5 kali per sesi dan dilakukan 3
kali per hari

F. Evaluasi
Terjadi penambahan LGS cervical dan penurunan spasme otot sternocleidomastoideus,
dan spasme otot trapezius. Berkurangnya nyeri pada bagian cervical.
G. Dokumentasi
BAB III

PENUTUP

A. Implikasi Kasus

Anda mungkin juga menyukai