TINJAUAN TEORI
A. Definisi
1. Cerebral Palsy
Cerebral palsy merupakan kelainan atau kerusakan pada otak yang bersifat
non progresif. Pada umumnya terjadi di bagian cerebellum, ganglia basalis dan
korteks cerebri. Kelainan atau kerusakan otak dapat terjadi pada saat prenatal,
dari lesi atau gangguan perkembangan otak bersifat non progresif dan terjadi
akibat bayi lahir terlalu dini (prematur). Defisit motorik dapat ditemukan pada
Cerebral Palsy Diplegi adalah tipe dari cerebaral palsy yang mengenai
tungkai dimana ektremitas atas lebih ringan dari pada ektremitas bawah (Miller
& Bachrach,1998).
penurunan dari tonus otot. Pada keadaan normal, saat otot beristirahat, otot
Hipotonia paling sering pada bayi. Pada bayi yang mengalami hipotonia,
kedua tangan dan kaki akan berdiam di sisi tubuh dan sedikit atau tidak memiliki
samping). Gejala lain dari hipotonia yaitu gangguan pergerakan, postur tubuh,
kesulitan bernafas dan berbicara, serta refleks yang buruk. Pasien dengan
dilakukan untuk memberikan efisiensi gerakan dan postur tubuh terhadap gaya
keseimbangan secara aktif, dan melatih pergerakan tulang belakang atau trunk
memiliki kemampuan yang terdiri dari: (1) normal postural tone, (2) normal
reciprocal innervations, dan (3) variasi gerakan yang mengarah pada fungsional.
Syarat agar mekanisme refleks postural normal dapat terjadi dengan baik: (1)
Transfer duduk ke berdiri yaitu suatu kegiatan yang dilakukan pada pasien
berdiri yaitu :
1. Anatomi Otak
Sistem saraf pada manusia merupakan suatu sistem yang dibentuk oleh
miliyaran sel-sel saraf (neuron). Neuron terdiri dari badan sel saraf dan berbagai
bentuk dari badan sel, antara lain dendrit (cabang sel yang menerima rangsang
elektrik), akson (struktur panjang sebagai jalan rangsang) dan terminal sel yang
Fungsi utama dari sistem saraf adalah sebagai penghantar rangsang sensorik dan
Otak menjadi inti dari sistem saraf dengan beberapa komponen bagian yaitu,
cerebrum (otak besar), cerebellum (otak kecil) dan brainstem (batang otak).
(Sloane, 2012)
hemisper kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Cerebrum terbagi menjadi
1) Lobus frontalis
Lobus frontalis merupakan bagian lobus yang ada di depan dari otak besar.
2) Lobus temporalis
Lobus ini adalah daerah asosiasi untuk informasi auditori dan mencakup daerah
whernik tempat interprestasi bahasa. Lobus ini juga berfungsi dalam penyimpanan
memori.
3) Lobus parietalis
Lobus ini merupakan daerah sensorik primer otak untuk rasa, raba , dan
pendengaran.
4) Lobus oksipitalis
Lobus oksipitalis terletak di bagian belakang dari otak besar. Lobus ini menerima
Cerebellum terletak pada bagian belakang atas dari brainstem dan setelah
lobus oksipital dari kortex serebri. Cerebellum mempunyai tiga bagian fungsi
berbagai sendi. Ketika cortical motor area mengirimkan pesan untuk otot
perintah untuk bergerak. Pada bagian ini, masukan dari reseptor tepi
dengan pergerakan dari otot tersebut. Serta sebagai pengoreksi dari berbagai
dikatakan untuk memprediksi posisi dari bagian tubuh pada gerakan kompleks
2013)
Cerebellum, 2013)
tidak stabil saat berjalan, nistagmus, penurunan tonus otot tetapi bukan paralysis,
tidak mampu untuk memulai dan menghentikan dengan cepat gerakan pada otot
(Sherwood, 2013)
Sumber : http://brainmadesimple.com/cerebellum.html
(Corwin, 2008)
Sumber: http://pelajaribiologi.blogspot.co.id/2012/05/batang-otak.html
2. Fisiologi Otak
a. Traktus piramidalis
perjalanan traktus piramidalis terbentuk mulai dari sel motoris yang terletak
menyalurkan impuls motorik pada sel-sel motorik ke batang otak dan medulla
b. Traktur Ekstrapiramidalis
jalur-jalur kortek motorik menuju anterior horn cell (AHC). Fungsi utama dari
2012).
C. Normal Movement
Fase gerak normal pada anak anak normal serta komponen geraknya
1. Terlentang
Pada posisi terlentang bayi normal dapat diamati bagaimana geraknya ada
yang aktif, simultan atau bergerak dengan kecenderungan pola tertentu, untuk
telentang dengan baik posisi kepala harus bergerak bebas tidak ada keterbatasan
dalam satu lingkup ruaang gerak, di ikuti posisi elbow, forearm, wrist, trunk, hip,
Pada posisi telungkup dapat diamati elbow support dan posisi head dari sanak,
pada posisi ini anak dapat mengangkat dan mengontrol; kepalanya bila posisi elbow
support ada di depan shoulder, biasanya saat mulai mengangkat kepalanya anak akan
3. Berguling
Saat berguling dapat diamati mobilitas serta koordinasi dari shoulder dan
pelvis dimana secara bergantian baik pelvis maupun shoulder menjadi mobility atau
stability tergantung cara berguling masing masing anak. serta ada atau tidaknya rotasi
pada trunk si anak. Pada saat berguling anak butuh rotasi dari shoulder, posterior
tilting pelvis dan input visual ke arah bergulingnya sehingga ada rotasi dari head yang
4. Merayap
Pada posisi merayap dapat diamati ada gerak pada saat posisi merayap ketika
ada input visual dari anak misalnya ketertarikan dengan suatu benda atau mainan
sehingga anak ada motivasi untuk bergerak maju, serta anak butuh menempatkan
posisi forearm support ada di depan shoulder untuk memudahkan proses merayap
5. Merangkak
koordinasi gerak serta hand support dan knee support karena saat bergerak weight
beraring akan menumpu di kedua tangan dan kedia lutut, serta head control yang
trunk untuk memudahkan pergerakan. Anak juga perlu motivasi agar dapat maju
merangkak. Jika tidak ada motiasi biasannya anak akan cepat berhenti dan gerakan
6. Duduk
Pada posisi duduk ada dua komponen yang harus di perhatikan, di mulai dari
posisi tidur ke duduk baik dari posisi supine lying_side lying, elbow/forearm support,
hand support kemudian duduk ataupun dari prone lying, elbow support hand support
dan W sitting. Pada proses tidur ke duduk anak butuh kekuatan dari otot-otot postural
sehingga membantu proses dari tidur ke duduk, dan membutuhkan input baik visual
maupun auditory agar anak termotivasi ke posisi duduk. Sementara saat duduk anak
membutuhkan posisi hand support untuk menstablikan posisinya apa lagi jika tidak
menapak kakinya anak akan cenderung takut dan menangis.jadi perlu di perhatikan
saat duduk adanya head control agar anak punya pandangan ke depan karena jika
anak menunduk dia akan semakin takut dan mengikuti gaya gravitasi dan
memperberat beban duduknya, trunk control pun harus ada untuk menjaga kestabilan
saat posisi duduk, pengertian akan weight bearing pun menjadi komponen penting
karena bila anak hanya condong ke salah satu sisi maka resiko kehilangan
keseimbangan dan jatuh pun akan menigkat, komponen terakhir yang paling penting
adalah protective reaction untuk anak agar dapat menjaga tubuhnya agar tidak jatuh
seperti berpegangan saat mau jatuh, mengkontraksikan core muscle dan mencari
Pada posisi berlutut komponen yang harus di perhatikan adalah balance dari
anak ketika menumpu di kedua lututnya dan trunk control untuk menstabilkan
posisinya ketika berlutut. Serta head control harus baik agar dapat menjaga seluruh
posisi tubuh.
8. Berdiri
Berdiri di bagi menjadi 2 tahap yaitu ke berdiri dan berdiri stabil atau dengan
pegangaan. Ke berdiri pada umumnya di mulai dari jongkok, duduk di kursi kecil,
berlutut atau dari duduk bersila di lantai. Dari transfer weight bearing dimulai dari
menumpu di bokong lalu menumpu di tangan dan lutut lalu ke kaki dengan posisi
menungging atau jongkok terlebih dahulu (tanpa pegangan). Sementara posisi berdiri
stabil dengan atau tanpa pegangan di perlukan head dan trunk control sebagai
komponen penting, serta posisi pelvis dan adanya knee locking sehingga lutut
mengunci ketika posisi berdiri. Dan perhatikan posisi dari ankle adakah posisi
inversi, eversi dan berjinjit, karena posisi posisi yang tidak benar dari ankle tersebut
9. Berjalan
Pada posisi berjalan yang komponen tepenting adalah motivasi, balance dan
koordinasi saat transfer weight bearing. Saat transfer weight bearing perhatikan ada
tidak keseimbangan saat menumpu di kaki kiri ataupun kaki kanan dan lihat rotasi
trunk dari anak tersebut, jika semua komponen anggota gerak dan proksimal muscle
a. Pengertian Pertumbuhan
bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis protein-protein
(Campbell, 2007).
pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat
pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi
dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah ) yang herediter dalam
biologis(Campbell, 2007).
b. Pengertian Perkembangan
(Wong, 2000).
sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lamban laun
bagian- bagiannya akan menjadi semakin nyata dan tambah jelas dalam rangka
keseluruhan.
Berikut ini tahapan perkembangan anak normal sesuai dengan per bulan:
a) Menangis bila merasa lapar dan haus, lalu bayi akan tidur jika merasa
kenyang
h) Bisa melihat pada jarak dekat (10-20cm) bisa dicek dengan mengikuti
gerak cahaya
2) Usia 3 bulan
c) Menghisap jari
e) Mengoceh
3) Usia 4 bulan
d) Mengoceh
1) Usia 6 bulan
b) Posisi “Airplane”
f) Mengoceh
e) Duduk sudah stabil, kadang berotasi sendiri dan kadang side sitting
3) Usia 9 bulan
e) Duduk sendiri
g) Mengatakan ma-ma-da-da
4) Usia 10 bulan
d) Crawling, climbing dan rambatan lebih sering dan saat jalan hanya dengan
kneeling)
c) Berdiri kadang lepas tangan dan berlanjut dengan melangkah tapi belum
stabil
Perilaku gerak pada anak sudah muncul saat masih dalam kandungan ibu dan
bulan pertama setelah lahir. Sebagian besar gerak yang dilakukan anak masih bersifat
refleks artinya setiap gerakan dilakukan tidak secara sukarela, namun sebagai respon
pada telapak tangan bayi, maka telapak tangan tersebut akan menutup. Hal ini akan
terus menerus dilakukan oleh bayi apabila mendapat rangsangan yang sama. Jadi
gerak refleks dilakukan secara tidak sukarela oleh bayi, namun sebagai upaya tidak
a. ATNR
Refleks ini terlihat saat bayi menolehkan kepala ke satu sisi tubuh, gerakan
Refleks ini memungkinkan bayi meluruskan lengan dan menekuk kaki ketika
mendongak, muncul dalam rentang yang singkat dan terkait dengan koordinasi tubuh.
c. Neck Righting
Refleks ini terlihat saat bayi diposisikan tengkurap dan beberapa saat kemudian
bayi akan mengangkat kepalanya untuk membebaskan hidung dan mulutnya agar bisa
bernapas.
d. Ekstensor Thrust
kaki bayi pada posisi menekuk, hasilnya adalah kaki akan berespon menjadi lurus
e. Moro Refleks
Refleks moro adalah respon fisiologis tubuh terhadap sumber stress yang
mendadak atau berpotensi mengancam. Menyadari akan adanya bahaya, otak secara
tangannya ke arah atas dan belakang tubuh. Gerakan membuka ini memicu regukan
udara seketika sehingga paru-paru dalam kapasitas siaga di saat bayi menangis
meminta perlindungan.
Refleks ini terlihat saat bayi diposisikan seperti akan terjun. Dengan pegangan
fisioterapis pada sekitar trunk, lalu posisikan kedua kaki lebih tinggi dari kepala. Jika
kedua lengan pada anak lurus maka hasil positif pada tes tersebut.
Berikan sentuhan pada kaki area dorsum anak ke tepi meja. Jika terdapat respon pada
anak dengan fleksi hip dan knee serta meletakan kaki di atas meja makan hasil tes
tersebut posistif.
h. Grassping Refleks
Tahapan gerak refleks telapak tangan merupakan salah satu dari seluruh refleks
bayi yang paling dikenal dan merupakan salah satu yang paling awal muncul pada
usia balita. Gerak refleks ini merupakan respons yang ditampilkan terhadap
rangsangan yang halus pada telapak tangannya. Apabila telapak tangan dirangsang
dengan apa saja, maka keempat jari tangan secara spontan akan menutup, meskipun
ibu jari tidak memberikan respons terhadap rangsangan ini. Namun gerak refleks
balita. Jadi pada tahapan ini anak balita sudah memiliki kemampuan menggunakan
F. Epidemiologi
pada anak pertama. Hal ini mungkin dikarenakan kelahiran pertama lebih sering
mengalami kesulitan dalam proses persalinan. Angka kejadiannya lebih tinggi pada
bayi berat badan lahir rendah dan kelahiran kembar. Umur ibu seringkali lebih dari 40
pada 3 bulan terakhir ini, didapatkan total 511 kunjungan pasien anak. Dengan hasil
kejadian CP juga dipengaruhi oleh keadaan ras / suku bangsa. Seperti yang
disimpulkan dalam suatu penelitian, bahwa terdapat perbedaan CP rate yang jelas
antara orang kulit hitam dan kulit putih di Amerika Serikat, dan antara kulit hitam,
kulit merah dan kulit putih di Afrika Selatan. (Stanley.,et al, 2000)
G. Patofisiologi
penggunaan alat bantu vacuum dapat menyebabkan hipoksia dan iskemia (Constance
2003). Hipoksia dan iskemia merupakan keadaan yang terjadi akibat asfiksia.
Asfiksia adalah suatu stress pada janin atau bayi baru lahir karena kurang tersedianya
oksigen atau aliran darah ke berbagai organ, yaitu otak, jantung, paru-paru, dsb
Apabila otak mengalami hipoksia dan iskemia, maka akan menyebabkan suplai
darah yang membawa oksigen ke otak menjadi berkurang. Keadaan ini disebut
berupa menurun atau hilangnya kekuatan otot sehingga sulit atau tidak mampu
melakukan gerakan. Keadaan ini disebut hipotonus (Berker and Yalçin 2010).
H. Etiologi
a. Penyebab
disebabkan oleh faktor. Cerebral Palsy dapat terjadi setelah lahir (Cerebral Palsy
yang disebabkan oleh penyakit infeksi, misalnya meningitis dan encephalitis ataupun
trauma kepala, misalnya kecelakaan lalu lintas dan terjatuh. Sedangkan CP kongenital
pada masa kehamilan ataupun saat melahirkan yang menyebabkan kerusakan pada
Sekitar 24% kasus CP tidak diketahui penyebabnya secara jelas dan pasti.
Kelahiran secara prematur merupakan penyebab yang paling sering terjadi. Faktor
resiko prenatal ataupun perinatal lainnya adalah asfiksia, iskemik, trauma, infeksi,
Selain itu, infeksi, trauma, dan tumor pada awal kehamilan dapat pula menyebabkan
CP (Muscari, 2005).
a. Penyebab kongenital
masa kehamilan. Salah satu penyebab CP yang dapat terjadi saat kehamilan ialah :
1) Ensefalokel, yaitu kelainan pada tabung saraf dimana tengkorak bayi tidak
2) Skizenfalitis, yaitu kerusakan segmental pada otak dimana terdapat adanya celah
pada otak. Kelainan yang muncul akibat skizenfalitis beragam, mulai dari
disabilitas minimal sampai quadriplegi yang parah dan umumnya dengan spastik
otak.
dengan kelahiran prematur dan masalah saat kelahiran yang dapat meyebabkan
1) Hemorrhage/ perdarahan dan iskemik pada otak juga dapat menjadi salah satu
periventricular leukomalacia (PVL) yang umumnya terjadi pada usia 1-3 minggu
pasca kelahiran. Apabila terjadi kista pada PVL maka disebut cystic
tinggi menderita CP dan penderita PVL memiliki resiko rendah menderita CP.
3) Stroke neonatal yang umumnya terjadi pada arteri cerebral medial dan dapat
menyebabkan CP hemiplegi.
1) Kekerasan dan trauma kecelakaan dapat menyebabkan cedera otak pada anak-
anak akibat trauma benda tumpul dan fraktur tulang tengkorak atau jatuh
menyebabkan penguluran atau robeknya axon dan pembuluh kapiler korteks otak
sehingga dapat terjadi quadriplegi spastik yang cukup parah dan terkadang
2) Trauma benda tumpul dapat disebabkan oleh kekerasan, jatuh, kecelakaan lalu
lintas dan cedera langsung. Apabila terdapat perdarahan unilateral, yang akan
terjadi ialah CP hemiplegi. Bahkan apabila perdarah terjadi cukup hebat dapat
3) Ensefalopati metabolik
seperti asidosis
4) Infeksi
Infeksi yang disebabkan oleh virus dapat menjadi salah satu penyebab CP.
Contohnya ialah :
motorik lainnya.
b) Infeksi rubella juga menjadi salah satu penyebab retardasi mental dan 15%
CP.
e) Choriomeningitis limfatik.
f) Parasit toxoplasma gondii, yang umumnya terdapat pada tempat tinggal kucing
h) Keracunan.
i) Tenggelam.
j) Asfiksia.
1. Tahap antenatal
c. Gangguan metabolisme
d. Keracunan
e. Kelainan perkembangan
f. Kehamilan ganda
hidrosepalus
d. Hipoksik-iskemik ensefalopati
f. Hipoglikemia
g. Infeksi neonatal
3. Tahap postnatal
b. Hipoksia
c. Hipoglikemia
d. Iskemia serebri
e. Perdarahan serebri
f. Hipotermia
g. Keracunan
i. Cedera cerebrovaskular
k. Tenggelam
l. Trauma
1. Sebelum kehamilan
f. Kejang
g. Penyakit tiroid
2. Selama kehamilan
a. Kelahiran prematur
b. Komplikasi intrapartum
3. Selama persalinan
b. Pedarahan intrapartum
e. Operasi caesar
a. Kejang
b. Sepsis
c. Penyakit pernapasan
d. Hipotensi
e. Pnemothorax
f. Hipoatremia
I. Manifestasi Klinis
Gangguan motorik pada gangguan cerebral palsy sering disertai oleh gangguan
sensasi, persepsi, kognisi, komunikasi dan kebiasaan, karena epilepsy dan karena
defects (28%), speech and language disorders (38%), and hearing impairment
Manifestasi Klinik yang terdapat pada anak Cerebral Palsy adalah (Novak, et
al., 2002) :
1. Spastisitas
tonus refleks yang merupakan komponen dari lesi motorik ekstermitas atas Menurut
Invalis Source Specified, klasifikasi utama untuk anak yang terdiagnosa Cerebral
Palsy berdasarkan pola anatomi yang ada. Pemaparan ini merupakan klasifikasi
utama yang digunakan terapis untuk menerapi masalah pada motorik. Klasifikasinya
terbagi atas:
b. Dipelgia yaitu kelumpuhan yang terjadi lebih utama pada ekstermitas bawah
4. Gangguan bicara dan bahasa yaitu gangguan yang terjadi dengan sendirinya di
bibir dan lidah menyebabkan anak susah mengontrol otot-otot untuk berbicara
terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata dari sekitarnya.
Biasanya anak terdapat kelemahan untuk mengontrol otot-otot penggerak bola mata
atau menerima respon yang berlebih terhadap rangsangan dari luar dan
J. Klasifikasi
dalam tiga kelompok, yaitu ringan, sedang , dan berat. Pengklasifikasian ini dilandasi
atas kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari / activity daily living (contoh
a. Ringan
kesehariannya dia tidak memerlukan bantuan khusus dari orang lain. Masih bisa
melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri, dapat berbicara dengan jelas, tidak
memerlukan alat bantu khusus, dan mampu bersosialisasi dengan masyarakat tanpa
hambatan. Pendidikan untuk cerebral palsy kategori ringan ini tidak harus dilakukan
di sekolah khusus, karena tidak begitu memerlukan penanganan khusus. Apalagi bagi
yang memiliki kapasitas inteligensi normal, akan lebih baik kalau di sekolahkan di
sekolah regular.
orang lain dalam melakukan aktivitasnya, memakai alat bantu, ada kesulitan dalam
kecacatannya.
c. Berat
tergantung penuh pada orang lain. Selama hidupnya selalu di atas kursi roda atau
sewaktu-waktu.
2. Berdasarkan Topografi
gerak.(Baxter P, 2007) :
Ditandai dengan adanya kejang dan atau kaku pada sebagian atau seluruh otot.
Letak kelainan cerebral palsy jenis spastik ini ada di tractus pyramidalis (motor
cortex).Spastik mempunyai karakteristik antara lain hiper reflex, klonus, respon pola
ekstensor dan plantar, serta memiliki reflex primitif. CP spastik merupakan jenis CP
1) Hemiplegia
Mengenai satu sisi tubuh pada upper dan lower extremity. Terjadi
gangguan pada visual dan penurunan propioseptif pada sisi tubuh yang
terkena.
2) Diplegia
Mengenai ekstermitas bagian atas dan bawah, tetapi lebih berat terjadi pada
bagian bawah ekstermitas. Biasanya terjadi pada anak yang lahir dengan
usia premature dan jarang terjadi kejang. Sekitar 50% CP spastik adalah
tipe diplegia.
tipe quadriplegia.
Ditandai dengan tidak adanya control dan koordinasi gerak dalam diri
individu cerebral palsy. Terjadi gangguan pada basal ganglia dan ±10% - 15% CP
1) Athetosis
Letak kelainan pada basal ganglion. Cerebral palsy jenis ini tidak terdapat
otomatis tersebut terjadi pada tangan, kaki, mata, tangan, bibir, dan kepala.
c. Ataxia
gangguan keseimbangan, koordinasi dan fine motor control. Saat usia <2 tahun
mengalami hipotonus dan selanjutnya dapat berkembang menjadi ataxia pada usia 2 –
3 tahun.
d. Hipotonus
Hipotonus terjadi karena adanya lesi pada otak kecil (cerebellum) (Koziol LF,
2013). Ditandai dengan tidak adanya ketegangan otot (poor muscle tone).Hipotonus
Apabila terjadi kerusakan pada level brain dan spinal cord maka disebut dengan
hiptonus sentral tetapi apabila ditemuka kerusakan diantara spinal cord dan otot maka
e. Campuran
Artinya pada anak cerebral palsy menderita dua atau lebih kelainan. Misalnya
spastik dan athetosis, spastik, dan athetosis. Kecacatan tersebut tergantung pada
kerusakan yang terjadi pada otak. Letak kerusakan jenis ini di daerah piramidal dan
hipotonia. Tipe campuran ini kerusakannya terletak pada daerah piramidal dan
extrapiramidal dan bentuk kelainannya berupa spastik di kaki dan rigid di tangan.
K. Prognosa
Terapi yang tepat dapat mengembalikan fungsi mendekati normal. Jika sudah
dalam kondisi buruk tidak akan bisa hidup secara mandiri walaupun sudah ada
Sekitar 75% anak-anak dengan Cerebral Palsy bisa berjalan dengan alat
bantu. Pada usia 2 tahun jika anak sudah dapat duduk mandiri, maka bisa menjadi
kemungkinan anak dapat berjalan, sementara mereka yang sudah berusia 4 tahun
yaitu:
2. Keterbelakangan mental, terjadi pada sekitar 30% sampai 50% dari orang
memiliki harapan hidup sama dengan populasi umum. Semakin parah keadaan anak
tersebut maka harapan hidup lebih pendek, terutama juka adanya komplikasi. Tapi
dengan kemajuan teknologi pada saat ini angka harapan hidup bisa mengingkat
L. Teknologi Intervensi
dilakukan untuk memberikan efisiensi gerakan dan postur tubuh terhadap gaya
2005).
antara normal postural reflex mechanism (mekanisme refleks postural normal), yang
merupakan suatu mekanisme refleks untuk menjaga postural normal sebagai dasar
yang terdiri dari: (1)normal postural tone, (2)normal reciprocal innervations, dan
(3)variasi gerakan yang mengarah pada fungsional. Syarat agar mekanisme refleks
postural normal dapat terjadi dengan baik: (1)righting reaction yang meliputi
Prinsip dasar teknik metode Neuro Development Treatment (NDT) meliputi 3 hal
a. Patterns of movement
Gerakan yang terjadi pada manusia saat bekerja adalah pada pola tertentu dan
pola tersebut merupakan representasi dari kontrol level kortikal bukan kelompok otot
tertentu. Pada anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pola gerak yang terjadi sangat
terbatas, yang mana dapat berupa dominasi refleks primitif, berkembangnya pola
Tematski, 2005).
b. Use of handling
memperbaiki kualitas gerak dan tidak dibiarkan bergerak pada pola abnormal yang
Agar gerak yang terjadi lebih efisien, terdapat 3 faktor yang mendasari atau
prerequisites yaitu (1)normal postural tone mutlak diperlukan agar dapat digunakan
kelompok otot mampu menstabilkan badan atau anggota gerak saat terjadi
meliputi:
untuk menurunkan dan menghambat aktivitas refleks yang abnormal dan reaksi
asosiasi serta timbulnya tonus otot yang abnormal. Sekuensis dalam terapi ini
meliputi bagian tubuh dengan tingkat affected terkecil didahulukan dan handling
b. Fasilitasi
c. Propioceptive Stimulation
propioseptif dan taktil. Berguna untuk meningkatkan reaksi pada anak, memelihara
posisi dan pola gerak yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi secara otomatis.
gerak aktif yang normal. Letak Key Points of Control (KPoC) yang utama adalah
sensorik dan motorik yang didapat dari luar tubuh. Berikut ini adalah pelaksanaan
metode Neuro Development Treatment (NDT) pada Cerebral Palsy (Rad Tematski,
2005) :
1. Inhibisi
Pada teknik inhibisi ini diperlukan dua orang terapis, tekniknya meliputi: (1)
penderita terlentang di atas physio ball, (2) satu terapis memegang kedua lutut
anak/penderita dalam keadaan abduksi dan eksternal rotasi, (3) terapis lainnya
memegang kedua lengan dan kedua siku anak/penderita dalam keadaan eksternal
rotasi dan fleksi sehingga tubuh menjadi ekstensi, (4) anak/penderita digerakkan ke
b. Mobilisasi Trunk
Mobilisasi trunk dilakukan dengan cara: (1) posisi anak/pasien long sitting
dan kedua hip full abduksi, (2) terapis berada dibelakangnya dan punggung
anak/pasien disangga oleh badan terapis sehingga trunk lurus, (3) Key Points of
Control (KPoC) pada pelvis (sebagai stabilisasi) dan axilla dengan tangan melingkar
di depan tubuh anak/pasien (sebagai pengarah gerakan), (4) gerakan yang dilakukan
diberikan elongasi.
Fasilitasi duduk dari terlentang dapat dilakukan dengan cara double knee to
chest. Cara selanjutnya posisi pasien tengkurap dengan fiksasi di pelvis handling
Fasilitasi ini dilakukan dengan cara: (1)anak/pasien duduk dan terapis berada
Fasilitasi ini dilakukan dengan cara: (1)anak/pasien duduk dan terapis berada
Fasilitasi ini dilakukan dengan cara: (1)anak/pasien duduk diatas guling atau
bola besar dan terapis berada dibelakangnya menjaga stabilitas dan keseimbangan
anak/pasien, (2)Key Points of Control (KPoC) pada pelvis anak/pasien, goyang bola
ke depan dan ke belakang atau goyang kesamping kanan dan kiri, dan(3)latihan ini
Fasilitasi ini dilakukan dengan cara: (1)anak/pasien duduk dengan satu kaki
lurus ke depan dan terapis duduk dibelakangnya, (2)Key Points of Control (KPoC)
satu tangan terapis pada hip anak/pasien dan tangan lainnya pada dada anak/pasien,
Fasilitasi ini dilakukan dengan cara: (1) anak/pasien posisinya merangkak dan
terapis berada dibelakangnya, (2) Key Points of Control (KPoC) pada pelvis
anak/pasien, dan(3) gerakannya adalah berikan tarikan pada pelvis dan bawa anak ke
Fasilitasi ini dilakukan dengan cara: (1) anak/pasien posisinya berlutut dan
terapis berlutut di belakangnya, (2) Key Points of Control (KPoC) pada pelvis
anak/pasien, dan (3) gerakannya adalah terapis menggerakkan salah satu pelvis
anak/pasien pada posisi 1/2 berlutut kemudian tarik kedua pelvis ke arah atas
sehingga posisi anak/pasien berdiri, latihan ini dilakukan 1 kali tiap sesi latihan.
Fasilitasi ini dilakukan dengan cara: (1) anak/pasien di posisikan berdiri dan
terapis dibelakangnya, (2) Key Points of Control (KPoC) pada bahu anak/pasien, dan
yang dilakukan bisa menggunakan Key Points of Control (KPoC) pada kepala, bahu,
3. Propioceptive Stimulation
dilakukan pada grup otot antagonis dari otot yang mengalami spatisitas. Teknik
stimulasi ini dapat dipakai sebagai fasilitasi untuk supporting reaction pada tungkai
bawah dan sesi ini dapat dilakukan pada saat fasilitasi penumpuan berat badan (Rad
Tematski, 2005).
Penanganan tersebut dilakukan dengan mengubah pola yang abnormal menjadi pola
pergerakan yang normal dan menghindari terjadi postur yang abnormal dengan
M. Penatalaksanaan Fisioterapi
Dalam penentuan masalah pada pasien Cerebral Palsy, kita harus melakukan
Identitas pasien adalah berisi keterangan tentang pasien yang terdiri dari nama
lengkap pasien, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, tanggal pemeriksaan, diagnose
a. Anamnesis
percakapan antara fisioterapis dengan pasien secara langsung atau dengan keluarga
pasien yang mengetahui kondisi pasien untuk mengetahui permasalahan medis dan
b. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang paling mengganggu pada saat itu.
Keluhan pada anak dapat ditanyakan kepada orang tuanya yaitu belum bisa apa dan
d. Riwayat Prenatal
Berupa usia ibu saat hamil, sering kontrol atau tidak, pernah minum obat atau
Berupa riwayat saat melahirkan normal atau tidak, tempat melahirkan dimana,
vakum atau tidak, saat melahirkan bayi menangis atau tidak, kondisi bayi apakah biru
f. Riwayat Postnatal
Berupa anak pernah mengalami kejang atau tidak, dan diberikan air susu ibu
berapa lama.
tidak, penglihatan ada tracking atau tidak, pendengaran anak baik atau tidak, mulur
Fisioterapis harus mengetahui kemampuan apa yang sudah dimiliki oleh anak
atau terlihat lemas, dan kemampuan anak untuk mempertahankan sikap tubuh dalam
posisi normal.
Fisioterapis melihat sikap tubuh anak dan aktivitas motorik kasar dan halus
yang terjadi secra spontan saat tubuh dalam posisi terlentang juga dalam posisi
tengkurap.
apakah tinggi atau rendah. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cara
ekstensi
8. Refleks Primitif
mengetahui refleks yang masih terdapat pada pasien anak, fisioterapis melakukan
a. ATNR
Refleks ini terlihat saat bayi menolehkan kepala ke satu sisi tubuh, gerakan
b. STNR
Refleks ini memungkinkan bayi meluruskan lengan dan menekuk kaki ketika
mendongak, muncul dalam rentang yang singkat dan terkait dengan koordinasi
tubuh.
Refleks ini terlihat saat bayi diposisikan tengkurap dan beberapa saat
d. Ekstensor Thrust
kaki bayi pada posisi menekuk, hasilnya adalah kaki akan berespon menjadi
lurus
e. Moro Refleks
Refleks moro adalah respon fisiologis tubuh terhadap sumber stress yang
membuka tangannya ke arah atas dan belakang tubuh. Gerakan membuka ini
memicu regukan udara seketika sehingga paru-paru dalam kapasitas siaga di saat
Refleks ini terlihat saat bayi diposisikan seperti akan terjun. Dengan pegangan
fisioterapis pada sekitar trunk, lalu posisikan kedua kaki lebih tinggi dari kepala.
Jika kedua lengan pada anak lurus maka hasil positif pada tes tersebut.
Berikan sentuhan pada kaki area dorsum anak ke tepi meja. Jika terdapat respon
pada anak dengan fleksi hip dan knee serta meletakan kaki di atas meja makan
Tabel 1.2
Penilaian 7 Refleks (Development Medicine and Child Neurology, 2008)
ATNR 1 0
STNR 1 0
Neck Righting 1 0
Ekstensor Thurst 1 0
Moro 1 0
Paracute 0 1
Foot Placement 0 1
Keterangan :
Jika skor 1 maka anak bisa berjalan dengan tanpa bantua alat bantu
ada. Jumlah yang lebih tinggi menunjukkan derajat keparahan yg lebih tinggi juga.
Setiap tingkat ditentukan oleh rentang usia dan serangkaian kegiatan anak dapat
GMFCS adalah sistem klasifikasi yang universal berlaku untuk semua bentuk
yang terbaik untuk anak. Selain itu, GMFCS adalah sistem yang kuat bagi para
(Rosenbaum P, 2008).
berfokus pada apa yang dapat anak lakukan, hal ini bertentangan dengan
Sistem ini berguna untuk orang tua dan pengasuh sebagai pedoman
tingkat klasifikasi (GMFCS Level 1 - 5). Orang tua tersebut kemudian dapat
dengan sistem klasifikasi lain yang menentukan sejauh mana, lokasi, dan tingkat
gerakan, berjalan, dan kemampuan motorik kasar lain seperti : berlari, melompat, dan
kemampuan mengenali permukaan miring atau tidak rata untuk menentukan tingkat
2008).
mengelompokkan anak berdasarkan usia [0-2; 2-4; 4-6; 6-12; and 12-18] , sebuah
garis petunjuk perkembangan anak sesuai level nya. Yang menekankan pada
Berikut ini GMFCS terbagi atas beberapa level, yaitu (Rosenbaum P, 2008) :
b. GMFCS level 2- ada keterbatasan saat berjalan. Keterbatasan dalam hal jarak
tempuh dan daya keseimbangan, namun tidak sebaik Level 1 untuk berlari dan
melompat; pada level 2 ini anak membutuhkan alat untuk mobilisasi pada saat
ataupun bermesin.
secara pasif di kursi roda manual, kemampuan mobilitas diri dapat dicapai hanya
11. Sensibilitas
Merupakan masalah yang timbul akibat dari keadaan tubuh si anak, seperti
kesulitan menelan, air liur sering keluar, dan masalah pada kemampuan
Masalah utama didapat dari keluhan utama si anak dan dari hasil pemeriksaan
hari.
lingkungan kehidupan.
15. Evaluasi
Cerebral Hipotone
Palsy
Diplegia
Intervention :
Stimulasi Taktil dan Propioseptif.
Stimulasi otot Postural (core stability)
Fasilitasi Fungsional Lower Extermity.
Fasilitasi Duduk ke Berdiri.
Fasilitasi ke Berdiri.
Barier
Fasilitation
72 Poltekkes Kemenkes Jakarta III