Anda di halaman 1dari 8

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah one group pre and post test design yang

bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh SWD, TENS dan WFE

terhadap penurunan nyeri dan peningkatan kemampuan fungsional pada NPB

myogenic dengan pemberian SWD dan TENS selama 15 menit, WFE dengan 4

gerakan, masing-masing gerakan dilakukan 10 kali dengan frekuensi 3 kali

seminggu selama 2 minggu. Bentuk rancangan penelitiannya adalah sebagai

berikut :

S O1 X O2

Gambar 3.1
Rancangan Penelitian
Keterangan gambar 3.1 :
S : Subjek Penelitian

O1 : Keadaan sebelum dilakukan perlakuan, dalam hal ini dilakukan

pengukuran nyeri dan kemampuan fungsional

X : Perlakuan terapi SWD, TENS dan WFE

O2 : Keadaan setelah dilakukan perlakuan, dalam hal ini dilakukan

pengukuran nyeri dan kemampuan fungsional

34
35

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini diambil dari pasien penderita NPB myogenic yang

terapi di poli fisioterapi RSUD Moewardi Surakarta

Kriteria inklusi adalah (1) pasien yang mengalami nyeri punggung bawah

akibat spasme otot, yang telah melewati masa akut yaitu lebih dari 3 bulan, (2)

pasien berusia 25 – 50 tahun, (3) pasien memiliki rentang nyeri 4-6 yang diukur

menggunakan QVAS.

Kriteria eksklusi adalah (1) pasien yang mengalami nyeri punggung bawah

neurogenik, (2) pasien yang mengalami kelainan tulang belakang seperti skoliosis,

(3) pasien yang sedang hamil, (4) penderita dengan fraktur lumbo sakral

Kriteria drop outnya adalah (1) subyek yang tidak memenuhi jumlah sesi

sebanyak 2 kali, (2) subyek yang tidak mengikuti post test, (3) pasien mengalami

kondisi perburukan.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD Moewardi Surakarta pada bulan

Agustus 2018.
36

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah (1) variabel bebas (independent

variable) yaitu short wave diathermy (SWD), transcutaneous electrical nerve

stimulation (TENS), dan William’s flexion exercise (WFE), (2) variabel terikat

(dependent variable) yaitu nyeri dan kemampuan fungsional pada kasus nyeri

punggung bawah myogenic.

2. Definisi operasional.

a. Nyeri punggung bawah myogenic.

Nyeri punggung bawah (NPB) myogenic merupakan suatu keadaan

seseorang mengeluh nyeri pada punggung bawah, di mana setelah dilakukan

palpasi ditemukan adanya spasme pada otot-otot punggung bawah dan pada tes

gerak tidak ditemukan adanya nyeri yang menjalar ke tungkai.

b. TENS

TENS merupakan suatu alat electrical stimulation yang bertujuan untuk

mengatasi nyeri pada punggung bawah, dimana jenis TENS yang dipakai adalah

menggunakan arus intermittent dengan intensitas sesuai batas kemampuan pasien,

frekuensi yang sudah ditetapkan, dan waktu terapi selama 15 menit. Penempatan

elektrode pada titik nyeri yang dirasakan pasien dengan 1 chanel posisi di

tempatkan pada area nyeri. Alat TENS yang digunakan di RSUD Saiful Anwar

Malang adalah myomed dan TENS yang digunakan di RSUP dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten adalah enraf neonius


37

c. Short wave diathermy (SWD)

Short wave diathermy (SWD) merupakan alat terapi yang menggunakan

gelombang elektromagnet yang dihasilkan oleh arus bolak-balik frekuensi tinggi

yang memberikan efek panas. Alat SWD yang digunakan di RSUD Saiful Anwar

Malang adalah enraf neonius dan SWD yang digunakan di RSUP dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten adalah physiomed

d. William flexion exercise (WFE)

WFE adalah salah satu latihan dari back exercise, dimana latihan ini

menggunakan prinsip penguatan otot-otot perut dan penguluran otot-otot

punggung. Gerakan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pelvic tilting,

partial sit up, single knee to chest, dan double knee to chest.

e. Aktivitas fungsional

Aktivitas fungsional adalah suatu gambaran kemampuan pasien NPB

myogenic dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti : perawatan diri, aktivitas

mengangkat, aktivitas berjalan, duduk, berdiri, tidur, kehidupan sosial dan pada

saat bepergian.

E. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah quadruple visual

analogue scale (QVAS) untuk mengukur derajat nyeri subjek dan alat ukur

oswestry disability index (ODI) untuk mengukur kemampuan fungsional subjek.

Quadruple visual analogue scale (QVAS) merupakan alat ukur yang

sederhana untuk mengukur / mengetahui perkiraan derajat / intensitas nyeri secara


38

subjektif. QVAS berupa sebuah garis lurus sepanjang 10 cm . Ujung kiri garis

tertulis “tidak nyeri” dan ujung kanan garis tertulis “Nyeri tak tertahankan” seperti

pada gambar di bawah ini.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak nyeri Nyeri tak tertahankan

Gambar 3.2
Quadruple visual analogue scale (QVAS) (Thomee, 1995).

Pada QVAS terdapat empat pengukuran derajat nyeri sesuai dengan

keluhan subjektif nyeri yang dirasakan oleh pasien yang terdiri dari : (1) nyeri

yang dirasakan saat ini, (2) nyeri rata-rata yang dirasakan, (3) nyeri yang dirasa

ringan, (4) nyeri yang dirasa berat. Penilaian nyeri pada QVAS adalah total

penjumlahan nilai yang diperoleh pada pertanyaan (1), (2) dan (4) yang dibagi

tiga dan dikalikan 10. Apabila hasil yang diperoleh adalah lebih dari 50, maka

nyeri yang dirasakan pasien adalah tinggi. Sedangkan jika hasil yang diperoleh

kurang dari 50, nyeri yang dirasakan pasien adalah rendah.

Oswestry disability index (ODI) adalah suatu index atau quisioner untuk

mengukur kemampuan fungsional seseorang dalam aktivitas sehari-hari yang

berkaitan dengan timbulnya nyeri pada punggung bawah. Quisioner ini terdiri 9

sesi yaitu : intensitas nyeri, perawatan diri, aktivitas mengangkat, aktivitas

berjalan, duduk, berdiri, tidur, kehidupan sosial dan pada saat bepergian. Penilaian

kemampuan fungsional pasien adalah total skor yang di dapat dibagi dengan 45

dikalikan 100%. Berikut ini adalah interpretasi dari skor ODI :


39

TABEL 3.1
INTERPRETASI SKOR ODI
Persentase Kriteria
0% - 20% Minimal Disability
21% - 40% Moderat Disability
41% - 60% Severe Disability
61% - 80% Crippled
81% - 100% -
(Fairbank, 2000)

F. Metode Pengumpulan Data

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan meliputi : (1) proses perizinan kepada rumah sakit,

dimana pada penelitian ini di RSUD Saiful Anwar Malang dan RSUP dr. Soeradji

Tirtinegoro Klaten, (2) melakukan konsultasi kepada pembimbing praktek di

RSUD Saiful Anwar Malang dan RSUP dr. Soeradji Tirtinegoro Klaten, (3)

melakukan perekrutan tenaga pembantu dalam melakukan pengukuran, dimana

tenaga pembantu bersedia mengisi surat pernyataan kesediaan menjadi pengukur,

(4) mempersiapkan alat instrumen penelitian

2. Tahap pelaksanaan.

Tahap pelaksanaan meliputi : (1) subyek penelitian adalah pasien RSUD

Saiful Anwar Malang dan RSUP dr. Soeradji Tirtinegoro Klaten yang menderita

NPB myogenic yang memenuhi kriteria inklusi, (2) meminta persetujuan subyek

penelitian dengan memberikan inform consent, (3) memberikan penjelasan kepada

subyek penelitian mengenai hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan selama

penelitian dilaksanakan, (4) melakukan pengukuran nyeri dan tingkat kemampuan

fungsional subyek dengan menggunakan instrumen yang telah ditetapkan oleh


40

peneliti sebelum pelaksanaan terapi, (5) Pemberian terapi SWD selama 15 menit,

kemudian dilanjutkan dengan latihan WFE dengan dosis yang sudah ditentukan

oleh peneliti, (6) Pada perlakuan yang ke enam, subyek akan dilakukan

pengukuran kembali mengenai tingkat nyeri dan kemampuan fungsional subyek.

G. Teknik Analisis Data

Data penelitian ini merupakan skala numerik karena pengukuran nyeri

menggunakan quadruple visual analogue scale (QVAS) dan pengukuran aktivitas

fungsional menggunakan oswestry disability index (ODI). Untuk menentukan

metode analisis data, ada beberapa persyaratan analisa yaitu:

1. Uji prasyarat

Data dalam penelitian ini merupakan data berpasangan dengan rancangan

penelitian one group pre and post test design, sehingga uji prasarat yang

digunakan adalah uji normalitas. Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui

apakah data berdistribusi normal atau tidak. Subjek dalam penelitian ini berjumlah

28 orang sehingga uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan shapiro wilk.

Pada uji normalitas data, skor pre dan post QVAS maupun ODI memiliki nilai

probabilitas (p) > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data skor QVAS dan

ODI berdistribusi normal.

2. Uji beda pre dan post test


41

Uji beda pre dan post test digunakan untuk mengetahui hasil perbedaan

nyeri dan kemampuan fungsional pada saat sebelum dan setelah terapi. Pada uji

prasyarat di dapatkan hasil bahwa semua data berdistribusi normal, sehingga uji

yang digunakan adalah uji parametrik berupa uji t berpasangan. Apabila nilai

probabilitas (p) ≤ 0,05 maka ada pengaruh yang bermakna antara sebelum

perlakuan dan sesudah perlakuan, jika nilai probabilitas yang di dapatkan p ≥ 0,05

berarti tidak ada pengaruh yang bermakna sebelum perlakuan dan sesudah

perlakuan.

Anda mungkin juga menyukai