TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Kasus
menyebabkan keterbatasan gerak sendi bahu yang sering terjadi tanpa penyebab
yang pasti. Frozen shoulder menyebabkan kapsul yang mengelilingi sendi bahu
dengan keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) bahu baik gerakan aktif maupun
Frozen shoulder adalah penyakit kronis dengan gejala khas berupa nyeri
bahu dan pembatasan lingkup gerak sendi bahu yang dapat mengakibatkan
a. Osteologi
clavicula.
8
9
1) Humeri
atas dari humerus terdapat dua tonjolan yaitu tuberculum mayor dan
2) Scapula
3) Clavicula
daerah panjang yang terletak horizontal di daerah pangkal leher. Tulang ini
b. Arthrologi
1) Glenohumeral
2) Acromioclavicula
3) Sternoclavicula
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Sendi bahu setelah acromion diangkat tampak belakang (Putz, R & R. Pabst,
2002)
Keterangan gambar 2.2
1. Lig. Coracohumerale
2. Proc. Coracoideus
4. Spina scapulae
5. Capsula articularis
6. Tuberculum majus
13
Gambar 2.3
Sendi bahu sayatan pada bidang skapular tampak depan (Putz, R & R. Pabst,
2002)
Keterangan gambar 2.3
1. Acromion
3. M. Supraspinatus
4. Lig. Coracohumerale
6. Labrum glenoidale
7. Cavitas glenoidalis
8. Caput humeri
9. Scapula
15. Humerus
14
Gambar 2.4
Sendi bahu setelah kapsul sendi pada Labrum glenoidale dilepas dan caput humeri
1. Clavicula
2. Lig. Trapezoideum
3. Lig. Conoideum
4. Proc. Coracoideus
5. Lig. Coracoacromiale
6. Labrum glenoidale
8. Cavitas glenoidalis
10. Acromion
c. Kapsul Sendi
Kapsul sendi terdiri dari dua lapis yaitu kapsul synovial dan kapsul fibrosa
(1) kapsul sinovial yang memiliki karakteristik jaringan kolagen yang sendi
rawan sendi (Suharto, 1999), (2) kapsul fibrosa karakteristiknya berupa jaringan
fibrous keras dan memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah. Fungsi dari kapsul
fibrous untuk memelihara posisi dan stabilitas sendi, juga untuk memelihara
d. Miologi
Otot-otot yang berperan sebagai stabilitas aktif pada sendi bahu, diantaranya
pada extensi bahu, (3) m. subscapularis, m. teres mayor, m. latisimus dorsi dan m.
pectoralis mayor sebagai penggerak endorotasi pada bahu, (4) m. teres minor dan
Gambar 2.5
Bahu dan otot-otot bahu tampak belakanng (Putz, R & R. Pabst, 2005)
Keterangan gambar 2.5
Gambar 2.6
Bahu dan otot-otot bahu tampak depan (Putz, R & R. Pabst, 2005)
18
Keterangan gambar 2.6
Conoideum laterale
37. M. deltoideus
18
3. Etiologi
Etiologi dari frozen shoulder masih belum diketahui dengan pasti. Adapun
faktor predisposisinya antara lain periode immobilisasi yang lama, akibat trauma,
disease, TB paru, bronchritis kronis dan diabetes mellitus dan diduga penyakit ini
4. Patologi
ressesus axilaris, sedangkan pada kapsul sendi bagian posterior terjadi kontraktur,
sehingga khas pada kasus ini rotasi internal paling bebas, abduksi terbatas dan
jaringan lokal berupa inflamasi pada membran synovial. Dan kapsul sendi
10ml, yang pada sendi normal bisa mencapai 20-30 ml dan selanjutnya
pasif ditemukan keterbatasan gerak pola kapsular dan firm end feel dan
Gambar 2.7
1. Scapula
2. Adhesive capsulitis
3. Humerus
4. Acromion
5. Clavicula
21
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Pemendekan dari kapsul sendi bahu pada capsulitis adhesiva (AAOS, 2010).
23
meningkatkan viskositas dan menjadi kental atau padat. Sehingga pada frozen
Pada muskular akan terjadi penurunan kekuatan otot sekitar bahu sebagai
akibat dari disuse/immobilisasi yang lama karena pasien akan berusaha untuk
mencegah dan mengurangi gerak yang dapat menimbulkan nyeri yang kemudian
terjadi spasme yang menyebabkan iskhemik dan seterusnya yang dikenal dengan
terjadi peradangan atau degenerasi yang meluas ke sekitar dan ke dalam kapsul
sendi dan mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya reaksi fibrous dapat
a. Periode pain (freezing) : antara 6 minggu-8 bulan, pada fase ini nyeri
b. Periode frozen atau kaku : berlangsung 6 minggu-1 tahun, pada fase ini
c. Periode recovery : terjadi 6 bulan-2 tahun, pada fase ini terjadi peningkatan
Tanda dan gejala yang sering timbul pada penderita frozen shoulder akibat
a. Nyeri
Pasien berumur 40-60 tahun, dapat memiliki riwayat trauma, sering kali
ringan, diikuti sakit pada bahu dan lengan. Nyeri berangsur-angsur bertambah
berat dan pasien sering tidak bisa tidur pada sisi yang terkena, setelah beberapa
bulan nyeri mulai berkurang, tetapi sementara itu kekakuan semakin menjadi,
berlanjut terus selama 6-12 bulan setelah nyeri menghilang. Secara berangsur-
angsur pasien dapat bergerak kembali, tetapi tidak lagi normal (Appley, 1995).
Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus. Bila terjadi pada malam hari
mengangkat lengan yang sakit yaitu saat fleksi abduksi sendi bahu diatas 90 0atau
disebut dengan shrugging mechanism juga dapat dijumpai adanya atrofi otot
biasanya dalam batas normal (Kuntono, 2004). Suatu arthritis pada bahu
Nyeri juga dapat dipengaruhi oleh spasme otot, rasa nyeri ini mungkin
disebabkan secara langsung oleh spasme otot karena terangsangnya reseptor nyeri
yang bersifat mekanosensitif. Mungkin juga rasa nyeri ini disebabkan oleh
penekanan pembuluh darah dan menyebabkan iskemia. Spasme ini juga akan
dan ini merupakan kondisi yang tepat untuk melepaskan bahan kimiawi pemicu
neuromuskuloskeletal. Sebagian dari nyeri itu adalah nyeri yang timbul akibat
atau perdarahan dan adanya proses keganasan. Apabila proses tidak dapat dilihat
maka dapat diungkapkan adanya nyeri tekan, nyeri tekan dapat terjadi dengan
terhadap serabut sensorik perifer. Nyeri itu dikenal sebagai nyeri neurogenik,
yang memiliki dua ciri khas (1) Nyeri menjalar sepanjang kawasan distal saraf
yang bersangkutan, 2) Penjalaran nyeri itu berpangkal pada bagian saraf yang
3) Nyeri radikular
intervertebral. Berkas itu dinamakan saraf spinal. Baik iritasi pada serabut-
yaitu nyeri yang terasa pada pangkal tingkat tulang belakang dan menjalar di
keterbatasan lingkup gerak sendi glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif
maupun pasif. Sifat nyeri dan keterbatasan gerak sendi bahu dapat menunjukkan
pola yang spesifik, yaitu pola kapsuler. Pola kapsuler sendi bahu yaitu gerak
eksorotasi paling nyeri dan terbatas kemudian diikuti gerak abduksi dan
27
endorotasi, atau dengan kata lain gerak eksorotasi lebih nyeri dan terbatas
mechanism. Juga dapat dijumpai adanya atrofi otot gelang bahu (dalam berbagai
tingkatan) (Kuntono, 2004). Biasanya tidak ada yang terlihat pada saat dilakukan
Dengan adanya beberapa tanda dan gejala yang ditemukan pada penderita
frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva seperti adanya nyeri, keterbatasan LGS,
penurunan kekuatan otot dan atrofi maka secara langsung akan mempengaruhi
6. Komplikasi
mengganggu yakni (1) keterbatasan lingkup gerak sendi bahu semakin bertambah
berat akibat nyeri yang timbul dan jaringan fibrous ke arah kekakuan pola
kapsuler, yakni eksorotasi lebih terbatas daripada abduksi dan abduksi lebih
28
terabatas dari endorotasi, (2) spasme otot-otot bahu yang berlebih akibat adanya
nyeri, (3) terjadinya atrofi otot-otot penggerak sendi bahu, (4) terjadinya
mengambil benda yang letaknya tinggi, mandi, mengambil dompet, (5) rusaknya
7. Prognosis
sendinya. Pada usia lanjut LGS bahu tidak dapat kembali sempurna, tetapi hal ini
normal melihat usianya. Adanya penyakit penyerta seperti diabetes mellitus dapat
8. Diagnosis Banding
merasakan nyeri di daerah persendian bahu dan atasnya. Hal ini umum terjadi
pada anak atau orang dewasa muda. Tetapi pada orang jompo, mereka tidak
merasakan nyeri, melainkan datang dengan keluhan bahwa lengannya lemas tidak
bisa berabduksi. Otot-otot rotator cuff dapat robek akibat kecelakaan. Penderita
akan merasakan nyeri pada daerah persendian bahu bagian atas. Keluhannya
penderita dapat melakukan gerakan abduksi hingga 900, namun bila diminta
29
meneruskan abduksi tersebut (elevasi), tidak akan dapat bahkan mungkin lengan
akan jatuh. Gerakan pasif biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri juga tidak ada
gangguan. Tes lengan jatuh atau mosley test akan menunjukkan positif (Kuntono,
2004).
Pada orang tua, ruptur dapat terjadi karena trauma yang ringan saja,
disebabkan oleh adanya degenerasi pada rotator cuff. Pada pemeriksaan fisik
penderita dapat melakukan abduksi sampai 900, namun bila meneruskan abduksi
tersebut tidak dapat dan lengan jatuh atau dengan dilakukan tes lengan jatuh (drop
arm test). Gerakan pasif tidak terdapat nyeri atau pembatasan lingkup gerakan
(Kuntono, 2004).
b. Tendinitis supraspinatus
lengan ke depan. Faktor vaskularisasi yang relatif jelek merupakan faktor penting
yang memungkinkan kondisi ini terjadi. Keluhan nyeri timbul bila lengan
diabduksikan 60-70 derajat keterbatasan gerak sendi bahu terutama abduksi dan
eksorotasi, nyeri tekan pada sekitar tendon otot supraspinatus, tes Appley stratch
c. Tendinitis bicipitalis
akibat jatuh atau dipukul pada bahu dengan lengan dalam posisi adduksi serta
lengan bawah dalam posisi supinasi atau dapat juga terjadi pada orang-orang yang
bekerja keras pada posisi di atas secara berulang kali. Pemeriksaan fisik pada
nyeri tekan pada tendo otot biceps, tes Yergason disamping timbul nyeri juga
otot biceps tergelincir dan berada diluar sulkus bicipitalis sehingga terjadi
d. Bursitis subacromialis
aktif), tetapi sebelumnya sudah merasakan pegal-pegal di bahu. Lokasi nyeri yang
dirasakan adalah pada lengan atas atau tepatnya pada insertio otot deltoideus di
tuberositas deltoidea humeri. Nyeri ini merupakan nyeri rujukan dari bursitis
subacromialis yang khas, ini dibuktikan dengan tidak adanya nyeri tekan pada
subacromialis 700-1200, tes fleksi siku melawan tahanan pada posisi fleksi 900
B. Problematik Fisioterapi
Health Problems (ICD-10 kode M75. 0), frozen shoulder muncul problematik
1. Impairment
muncul antara lain rasa nyeri, ini disebabkan karena peradangan yang terjadi pada
bahu pasien, selain itu rasa nyeri yang dirasakan pasien menyebabkan pasien apatis
terjadi.
2. Functional Limitation
3. Participation restriction
penderita merasa tidak mampu dan kurang percaya diri dalam bergaul di
untuk rehabilitasi yaitu 2450 MHz, 915 MHz, 434 MHz dan 27,12 MHz karena
pada frekuensi tersebut akan didapatkan hasil yang optimal untuk kasus cedera
frekuensi tersebut yaitu dalam hal penetrasi ke dalam jaringan tubuh (Giombini et
al, 2007).
yang digunakan dalam MWD ini tidak akan merangsang saraf sensorik maupun
motorik. Frekuensi pada MWD 2450 MHz dengan panjang gelombang 12,25 cm
(Sujatno dkk, 2002). MWD memiliki frekuensi lebih tinggi dan panjang
gelombang yang lebih pendek daripada short wave diathermy (SWD). Sementara
itu ada pendapat tentang frekuensi MWD antara 300 MHz sampai 300 GHz dan
arus bolak-balik frekuensi tinggi yang lain. Pada MWD diperlukan energi panas
yang lebih tinggi sehingga diperlukan tabung (valve) yang disebut magnetron.
MWD tidak langsung keluar saat mesin dinyalakan. Hal tersebut dapat disiasati
dengan tetap menghidupkan mesin MWD namun diposisikan dalam dosis nol
(stand by switch) diantara terapi satu dengan terapi berikutnya. Arus dari mesin
kawat yang dikelilingi logam dan terbungkus isolator. Co-axial cable ini berjalan
sejajar dari mesin ke pemancar gelombang mikro yang disebut emitter. Emitter ini
aplikasi MWD diberi jarak berupa udara antara emitter dengan jaringan tubuh
oleh jaringan yang mengandung banyak cairan misalnya otot. Efek fisiologis yang
terjadi yaitu saat energi elektromagnetik dari MWD diserap oleh jaringan, akan
terjadi pergerakan ion, perputaran dipol-dipol dan distorsi orbit dari elektron yang
memicu munculnya efek panas. Efek panas yang dirasakan yaitu lokal pada
jaringan yang diterapi dan bisa tetap terasa sampai kurang lebih 20 menit setelah
Sedangkan efek terapeutik yang dimilliki oleh MWD yaitu terjadinya peningkatan
temperatur pada ligamen dan otot-otot di area kaki sehingga ligamen dan otot-otot
yang spasme akan megalami rileksasi. Hal ini akan meningkatkan aliran darah
lokal dan terjadi pengangkutan substansi P dan zat iritan lainnya sehingga nyeri
pemberian MWD lainnya antara lain adalah kelainan-kelainan pada tulang, sendi
dan otot misalnya rheumatoid arthritis dan kasus-kasus post trauma serta kelinan
saraf perifer misalnya neuropati dan neuralgia. Sedangkan kontra indikasi MWD
35
pada umumnya antara lain adanya logam di area yang akan diterapi, alat
elektronik medis misalnya alat bantu pendengaran maupun pace maker, gangguan
area perut pada pasien yang sedang menstruasi, pemasangan pada perut maupun
pelvic pada pasien yang sedang hamil, tumor, pasien pasca x-ray atau cobalt
therapy, pasien anak-anak, pasien dengan epilepsi dan pasien dengan retardasi
2. Kinesiotapping
a. Pengertian kinesiotaping
elastis seperti katun dan acrylic adhesive. Kinesiotaping berasal dalam ilmu
untuk gerakan dan dalam tubuh serta berada dalam kendali dari unsur lain, seperti
sirkulasi darah dan suhu tubuh. Sebagian hasil ini, ketika otot-otot mengalami
2004).
b. Fungsi Kinesiotaping
36
Secara garis besar ada 3 fungsi utama dari kinesiotaping yang bermanfaat
efektif mengurangi kerja otot (relaksasi otot yang overcontraction dan overused
otot), meningkatkan LGS, membantu proses recovery cidera pada jaringan dan
mengurangi nyeri.
nociceptor) sehingga aliran darah kaya oksigen meningkat, terjadi regenerasi area
yang secara mekanis menyebabkan gerakan menjadi lebih leluasa (Schmenk et al,
2014).
cidera pada jaringan dan sendi, gangguan aliran limfe dan untuk koreksi postural.
yang baru disuntik, penyakit infeksi yang beresiko menyebar, luka terbuka yang
d. Aplikasi Kinesiotaping
lotion. Ada beberapa pasien rambut di kulit akan membatasi perlengketan pada
Ukur panjang kinesiotaping lebih panjang 2 inchi dibanding panjang origo dan
insersio otot. Kemudian tempatkan dekat dengan posisi yang memungkinkan pada
posisi anatomi.
Ada 2 dasar aplikasi kinesiotaping untuk penanganan otot. Untuk kondisi akut
origo untuk menginhibisi fungsi otot dengan penguluran 15-25%. Ketika kronis
insersio otot dengan penguluran 15-50% (Kase, 1997). Ada beberapa teknik
dengan minyak atau alkohol akan membantu dalam melepas kinesiotaping (Kase,
1997).
3. Terapi Latihan
Terapi latihan merupakan salah satu modalitas inti dari fisioterapi yang
maupun aktif. Atau dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mempercepat
penyembuhan dari suatu cidera atau penyakit tertentu. Prinsip dasar dalam
melakukan terapi latihan adalah dengan dilakukan dengan teknik yang benar,
adalah untuk mengulur jaringan lunak sekitar sendi dan mengurangi nyeri sehingga
a. Active exercise
39
Latihan yang diberikan berupa free active exercise. Latihan aktif dapat
dilakukan ketika pasien dapat mengkontaksikan ototnya secara aktif dan dapat
berpindah segmen tanpa bantuan. Tujuan dari latihan ini adalah untuk menjaga
dilakukan oleh kekuatan otot penderita sendiri (Kisner, 2007). Dimana pasien
dengan menggerakan humerus dan fossa glenoidalis. Latihan ini dapat membantu
mengurangi nyeri dengan traksi ringan dan gerak isolasi dan memberikan gerak
awal dari struktur sendi dan cairan synovial. Ketika pasien menahan stretching,
pengalihan pada kekuatan sendi. Untuk melakukan tarikan pada sendi glenohumeral