TINJAUAN PUSTAKA
tendinitis rotator cuff, dan robekan parsial yang mengarah ke robekan penuh
tendon biceps long head dan bursa subacromial, yang terletak di ruang
syndrome diusulkan oleh Charles Neer dalam sebuah makalah yang diterbitkan
disebabkan oleh "benturan" mekanis pada rotator cuff yang lewat di bawah
hal tersebut dapat berkembang menjadi ruptur tendon rotator cuff sebagian atau
sebagai sekumpulan gejala klinis yang kompleks terkait kompresi otot dan
6
7
cuff dan robekan parsial, serta bursitis subacromial (Greenberg et al, 2014).
Selain itu, Current Care Guidelines of Finland menyatakan bahwa istilah nyeri
arc pain, dan bursitis. Shoulder impingement syndrome saat ini adalah label untuk
Terdiri dari caput humeri, tuberculum majus dan minus, collum humerus,
dan sulcus bicipital. Caput humeri berbentuk bulat bertemu dengan cavitas
pada bagian lateral humerus proksimal dan merupakan tempat insersio dari tendon
membentuk lingkar miring dibawah caput humerus dan memisahkan caput dari
anterior humerus dikenal sebagai sulcus intertuberkular atau bicipital dan dilalui
2.1.2.1.2 Scapula
posterior dinding dada antara tulang rusuk kedua sampai ketujuh. Tulang ini
dari scapula adalah tiga garis perbatasan yaitu margo superior, margo medialis,
dan margo lateralis. Kemudian ada tiga sudut ujung yaitu angulus superior,
angulus inferior, dan angulus lateral. Kemudian terdapat dua permukaan yaitu
fascies dorsalis dan fascies costalis. Selanjutnya ada tiga tonjolan tulang besar
2.1.2.1.3 Clavicula
bawah kulit dan mudah teraba di seluruh bagiannya panjangnya. Tulang ini
terletak di antara tulang sternum dan tulang scapula dan terletak horizontal dari
2013).
9
5 6 7 8 9
10
1
2
3
4
Gambar. 2.1
Tulang penyusun sendi bahu (Charalambos 2018)
Keterangan gambar 2.2:
1. Caput humeri 6. Acromion
2. Tuberkulum minus 7. Proscescus coracoideus
3. Bicipital groove 8. Scapular notch
4. Shaft humeri 9. Spina scapula
5. Tuberkulum mayus 10. Sendi acromioclavicula
hampir semua posisi. Karena hal tersebut, sendi bahu memiliki mobilitas yang
tinggi, sedangkan stabilitasnya lebih rendah. Hal ini terlihat dari bentuk struktur
glenoidalis scapula yang hampir rata. Stabilisator utama sendi bahu adalah
ligamen, tendon, dan otot sedangkan tulang dan kapsul sendi bersifat stabilisator
Sendi subacromial atau ruang antar bagian atas akromion dan kepala
humerus, termasuk dua tuberositas. Sendi subacromial adalah lokasi bagian dalam
sendi yang dibentuk oleh fossa anterior scapula, yang meluncur di dinding thoraks
5
4
3
2
Gambar. 2.2
Persendian penyusun sendi bahu (Tamin 2020)
Keterangan gambar 2.2:
1. Sendi scapulothoracic
2. Sendi glenohumeral
3. Sendi subacromial
4. Sendi acromioclavicula
5. Sendi sternoclavicula
minor, dan subscapularis. Tiga otot pertama bertindak terutama sebagai rotator
Otot-otot rotator cuff juga merupakan stabilisator aktif atau dinamis dari sendi
Otot teres minor berasal dari margo lateralis scapula dan berinsersio di
inferior tuberculum majus humeri. Otot ini dipersarafi oleh nervus aksilaris. Teres
minor berperan dalam gerakan eksternal rotasi sendi bahu (Charalambous, 2018).
12
derajat, serta untuk menstabilkan sendi glenohumeral. Sekitar 70% dari serat otot
tendon ekstramuskular. Otot ini dikategorikan sebagai otot cirkum pennate. Otot
ini juga berfungsi sebagai stabilisator aktif sendi bersama otot-otot sekitar sendi
bahu yang lain. Otot supraspinatus diinnervasi oleh Saraf suprascapular (C4-6)
(Tamin, 2020).
minus humeri. Otot ini dipersarafi oleh nervus subscapularis. Otot subscapularis
posterior tuberkulum majus kaput humerus. Otot nni disarafi oleh saraf
3
2
2 5
1 6
Gambar. 2.3
Rotator cuff (Charalambos 2018)
Keterangan gambar 2.3:
1. Otot subscapularis
2. Otot teres mayor
3. Tendon biceps long head
4. Otot supraspinatus
5. Otot teres minor
6. Otot infraspinatus
Gerakan triaksial klavikula diantara lain adalah elevasi dan depresi yang
terjadi pada sumbu anterior-posterior, protraksi dan retraksi yang terjadi pada
sumbu superior-inferior, dan rotasi anterior dan posterior yang terjadi pada sumbu
dengan gerakan skapula dan sangat penting untuk fungsi bahu yang normal.
rolling ke arah superior dan slide ke arah inferior sedangkan depresi terjadi saat
kepala klavikula rolling ke arah inferior dan slide ke arah superior. Protraksi
14
terjadi saat permukaan artikular cekung dari klavikula rolling dan slide ke arah
permukaan artikular cekung dari klavikula rolling dan slide ke arah posterior.
Rotasi posterior dan rotasi anterior terjadi saat kepala klavikula spin di sekitar
bahu sedangkan rotasi anterior terjadi pada depresi bahu (Yeşilyaprak, 2020).
4
5
Gambar. 2.4.
Osteokinematik Clavikula (tampak anterior) (Yeşilyaprak, 2020).
Keterangan gambar 2.4:
1. Depresi
2. Protraksi
3. Elevasi
4. Retraksi
5. Posterior rotasi
permukaan konkaf, yaitu saat elevation terjadi translasi acromion ke cranial dan
protraction terjadi translasi acromion ke ventral dan saat retraction terjadi translasi
translasinya, rotasi ke bawah dan ke atas, rotasi internal dan eksternal, dan tilting
Depresi skapula adalah gerakan terbalik. Elevasi scapulothoracic adalah hasil dari
skapula pada dada bergerak menjauh dari tulang belakang. Adduksi (retraksi)
adalah gerakan mundur yang terjadi pada saat melakukan aktivitas seperti menarik
suatu benda ke arah tubuh. Abduksi dan adduksi adalah hasil dari protraksi dan
Gambar. 2.5.
Axis gerak pada sendi Acromioclavicular (Yeşilyaprak, 2020).
1
1
2
3
6 5 3
4
Gambar. 2.6.
Osteokinematik sendi Acromioclavicula (Yeşilyaprak, 2020).
Keterangan gambar 2.6:
1. Internal rotasi
2. Eksternal rotasi
3. Upward rotasi
4. Downward rotasi
5. Anterior tilt
6. Posterior tilt
17
Gambar. 2.7.
Gerak Elevasi Scapulothoracic (Yeşilyaprak, 2020).
Gambar. 2.8.
Gerak Abduksi Scapulothoracic (Yeşilyaprak, 2020).
Gambar. 2.9.
Gerak upward rotasi Scapulothoracic (Yeşilyaprak, 2020).
18
Gambar. 2.10.
Gerak posterior tilt scapula pada thoraks (Yeşilyaprak, 2020).
adduksi, rotasi internal dan rotasi eksternal. Gerakan sekunder sendi adalah
Ruang subacromial
Gambar. 2.11.
Ruang subacromial saat abduksi (Yeşilyaprak, 2020).
4 5
2
3
Gambar. 2.12.
Osteokinematik Glenohumeral (Yeşilyaprak, 2020).
Keterangan gambar 2.4:
1. Adduksi
2. Abduksi
3. Flexi
4. Eksternal rotasi
5. Internal rotasi
6. Ekstensi
20
Gambar. 2.13.
Scapulohumeral rhythm (Yeşilyaprak, 2020).
Dua teori yang sudah disebutkan sebelumnya kadang-kadang juga disebut teori
memberikan lebih banyak bukti untuk patoanatomi dan etiologi intrinsik. Namun,
spesifik seperti masalah yang berasal dari tendon rotator cuff itu sendiri,
postur seperti kifosis tulang belakang thorakal, serta defisit otot, dan jaringan
Morfologi akromion dibagi menjadi tiga tipe (tipe I datar, tipe II cekung,
dan tipe III bengkok). Telah dikemukakan bahwa konfigurasi tipe III yang
kekuatan otot antara manset rotator dan deltoid menyebabkan elevasi kaput
skapula dihasilkan dari kombinasi penurunan gerakan pada aspek posterior tilting,
rotasi eksternal, dan upward rotasi, dan perubahan ini menghambat elevasi
22
subakromial saat elevasi bahu. Perubahan sifat otot di sekitar skapula akibat
tilt, rotasi internal, dan protraksi ketika lengan berada pada abduksi <60°.
Ketidakfleksibelan dan kekakuan otot pectoralis minor dan tendon short head otot
biseps membuat tilt dan protraksi anterior karena tarikannya pada coracoid.
internal rotation deficit, yang menciptakan "windup" dari skapula pada thorax
peran skapula dalam fungsi bahu, dan hal itu menyebabkan potensi kompresi di
Kekakuan pada kapsul posterior diduga menjadi salah satu faktor yang
abnormal kaput humerus yang disebabkan oleh kekakuan selektif kapsul posterior
mekanis berulang kronis di mana tendon sendi rotator cuff mengalami kompresi
berulang dan trauma mikro saat melewati arkus korakoakromialis. Saat lengan
diabduksi atau diputar, lebar ruang subacromial berubah dan rotator cuff menjadi
semakin tertekan(Khan et al., 2013). Kompresi berulang dan trauma mikro pada
rotator cuff adalah penyebab utama. Tendon supraspinatus adalah tendon rotator
cuff yang paling umum mengalami masalah pada kasus shoulder impingement
paling dekat dengan batas anterior inferior akromion pada gerakan abduksi lengan
dan keluhan yang timbul. Tendon supraspinatus adalah otot rotator cuff yang
paling sering terlibat dalam shoulder impingement. Otot ini memperoleh suplai
biasanya terjadi dan zona ini ditemukan meningkat luas areanya seiring dengan
2.1.4.1. Grade 1
perdarahan tendon sendi rotator cuff. Tahap ini sering terjadi pada pasien muda,
pengobatan konservatif.
2.1.4.2. Grade 2
Grade 2 terutama dialami oleh pasien antara usia 25-40 tahun dan
merupakan kelanjutan dari proses yang dijelaskan pada tahap 1. Hasil tahap ini
memperburuk masalah. Pada tahap ini, terjadi fibrosis tendon rotator cuff dan
tendinitis.
2.1.4.3. Grade 3
Grade 3 lebih sering terjadi pada pasien usia lanjut, biasanya di atas 40
tahun. Faktor kunci pada tahap ini adalah kerusakan mekanis yang sebenarnya
dari tendon rotator cuff dalam bentuk robekan sebagian atau seluruhnya. Pada
tahap ini juga akan terjadi perubahan pada arkus coracromial, seperti terbentuknya
osteofit yang juga dapat memperkecil ruang di bawah acromion (Khan et al.,
2013).
nyeri saat elevasi dan depresi lengan antara 70 ° hingga 120 °, nyeri saat gerakan
paksa di atas kepala, dan nyeri saat berbaring dengan bahu yang mengalami lesi
hari, diperburuk dengan berbaring di bahu yang terkena, atau tidur dengan lengan
dapat terjadi. Timbulnya nyeri bahu dan kelemahan setelah terjatuh pada individu
gerak pasif dan aktif bahu, dengan memperhatikan skapular dyskinesia dan
Pengujian meliputi rentang gerak aktif dan pasif, pengujian kontraksi isometrik
pada gerakan abduksi, internal rotasi dan eksternal rotasi. Tes spesifik juga
dilakukan untuk menentukan diagnosis banding antara lain hawkins test, neer
Pemeriksaan Intepretasi
hawkins test Positif bila nyeri muncul pada gerakan rotasi internal maksimal
dengan posisi lengan 90 ° flexi serta siku flexi. Gerakan ini
mempersempit ruang subacromial antara tuberkulum mayor dan
ligamentum korakoakromial, menyebabkan timbulnya nyeri
neer sign Satu tangan memfiksasi scapula sementara yang lain mengangkat
dan memutar lengan secara internal. Hal ini menyebabkan kontak
yang menyakitkan antara tuberkulum mayus dengan acromion.
26
jobe test Kedua lengan pasien ditahan dalam posisi abduksi 90 °, fleksi 45 °,
dan rotasi internal. Pasien mencoba untuk mengangkat lengan lebih
jauh melawan tahanan pemeriksa.
painful arc Nyeri saat gerak abduksi dengan siku pada posisi ekstensi, nyeri
yang timbul pada rentang gerak antara 60 ° sampai 120 °
menunjukkan patologi diruang subacromial.
Tabel. 2.1.
Pemeriksaat spesifik pada shoulder impingement syndrome (Tamin, 2020).
yang dirancang untuk membantu pasien pulih dari penyakit dan kondisi yang
pelatihan gaya berjalan dan aktivitas terapeutik lain. Terapi latihan adalah
yang dirancang untuk memungkinkan pasien untuk (1) mengurangi resiko cedera,
(2) meningkatkan fungsi fisik, (3) memulihkan atau mencegah cedera, (4)
antara lain (1) mempromosikan aktivitas fisik dan meminimalkan efek dari
rentang gerak atau lingkup gerak sendi normal, (3) meningkatkan kekuatan otot-
27
(5)Aktifkan ambulasi, (6) melemaskan otot, tendon, dan fasia yang kencang, (7)
keseimbangan, (12) relaksasi, (13) peningkatan fungsi motorik atau sensorik, (14)
dan teknik. Teknik yang dipilih Untuk program latihan terapeutik individual
intervensi latihan terapeutik tersebut antara lain (1) aerobic conditioning dan
exercises dan Agility training, (7) relaxation exercises, (8) Breathing exercises
bertujuan untuk mengembalikan gerakan skapula dan bahu lebih efektif daripada
plasebo atau tanpa pengobatan terkait pengurangan nyeri dan peningkatan fungsi
dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Ada bukti moderat bahwa
terapi latihan lebih baik daripada plasebo atau tanpa pengobatan untuk
dan kekuatan rotator cuff dan otot penggerak skapula. Selain itu, rehabilitasi
dengan terapi latihan adalah prosedur terapi yang mudah diterapkan, berbiaya
rendah, dan berisiko rendah bagi pasien karena merupakan pengobatan non-
invasif.
memiliki peran penting dalam rehabilitasi bahu. Wawasan baru dalam rehabilitasi
sangat penting untuk fungsi ekstremitas atas yang optimal. Ketika skapula gagal
melakukan peran stabilisasinya, fungsi bahu menjadi tidak efisien, yang dapat
mempengaruhi individu untuk cedera bahu (Moezy et al, 2014). Sebuah studi
dan motor kontrol dianggap sebagai faktor penting untuk penyembuhan shoulder
berbasis kontrol skapula dan program penguatan eksentrik untuk otot rotator cuff
bisa efektif dalam mengurangi rasa sakit dan meningkatkan fungsi pada pasien
Syndrome
Protokol terapi latihan dapat terdiri dari latihan stabilisasi skapula, latihan
penguatan rotator cuff eccentric dan stretching. Latihan eccentric rotator cuff
yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, rotasi medial, dan rotasi lateral bahu.
Selama setiap latihan, pasien diminta untuk bergerak cepat ke arah yang
pengulangan dengan waktu istirahat 2 menit antara setiap set. Pada akhir setiap
tinggi berikutnya menggunakan pita kuning (tipis), merah (sedang), hijau (berat),
biru (ekstra-berat) dan Hitam (sangat berat) (F. Struyf et al., 2013).
30
Gambar. 2.14.
Latihan Eccentric Rotator Cuff (Struyf et.al, 2013).
bola swiss berukuran sedang. Latihan scapular-clock adalah latihan lain yang
retraksi serta kinestesia sendi dan rentang gerak. Pasien berdiri di samping alas
pikirannya. Latihan ini juga dilakukan dengan cara menekan bola dan
Gambar. 2.15.
Latihan scapular-clock pada meja (Moezy et.al, 2014).
Gambar. 2.16.
Latihan scapular-clock pada dinding (Moezy et.al, 2014).
diposisikan telungkup di atas bola swiss dengan lengan abduksi hingga 90ᵒ (huruf
T); Kemudian pasien diminta untuk menekuk siku hingga 90ᵒ, menarik skapula
dan memutar lengannya ke luar sambil menahan lengannya dalam posisi abduksi
32
kepala dan menjulurkan siku sementara lengan tertekuk dan abduksi ke 120ᵒ
di atas bola swiss dan membentuk huruf T (seperti uraian sebelumnya) Kemudian
pasien diminta menarik dan menekan skapula sambil mengangkat lengannya 10-
15 cm. Saat pasien mempertahankan retraksi skapula, pasien menekuk siku dan
protraction, pasien diposisikan telungkup dengan jari kaki dan lengan bawah
Gambar. 2.17.
Latihan T ke Y ke W di atas swiss ball (Moezy et.al, 2014).
33
Pectoralis mayor dan otot-otot kecil sekitar sendi bahu dan peregangan kapsul
Gambar. 2.18.1.
Crossed Arm Stretch (Moezy et.al, 2014).
Gambar. 2.18.2.
Sleeper Stretch (Moezy et.al, 2014).
34
Gambar. 2.18.3.
Corner Stretch (Moezy et.al, 2014).
Gambar. 2.18.4.
Pectorals Stretches (Moezy et.al, 2014).
netral scapula antara rentang gerak upward and downward rotation, external and
kemudian diajarkan untuk menemukan posisi netral itu sendiri (F. Struyf et al.,
2013).
35
Gambar. 2.19.1.
Latihan orientasi skapula tampak lateral (F. Struyf et al., 2013).
Gambar. 2.19.2.
Latihan orientasi skapula tampak posterior (F. Struyf et al., 2013).
Cedera pada tendon rotator cuff dan jaringan lunak di ruang subacromial
adalah penyebab paling umum dari munculnya nyeri akibat shoulder impingement
tendon yang menyerupai pada pasien dengan cedera serupa pada tendo patela dan
tendon Achilles. Tendinopati patela dan Achilles adalah dua jenis cedera tendon
di mana latihan eksentrik intensitas tinggi telah terbukti efektif, tidak hanya dalam
36
mengurangi rasa sakit tetapi juga dalam merangsang regenerasi jaringan dan
2019).
Terapi latihan yang berfokus pada stabilisasi gerak scapula juga dapat
berulang pada ruang subacromial. Hal tersebut terjadi melalui program latihan
dilakukan secara mandiri atau dikombinasikan dengan latihan bahu berbasis home
program efektif dalam rentang waktu jangka pendek untuk pengelolaan shoulder
2015). Sebuah studi lain melaporkan terapi latihan sebagai pengobatan yang ideal
pada tahap awal shoulder impingement (Dong et al., 2015). Untuk shoulder
berbasis home program menghasilkan hasil yang sama seperti operasi dekompresi
37
bahu dalam jangka panjang (Abdulla et al., 2015). Latihan penguatan dan
peregangan yang diawasi memberikan manfaat jangka pendek yang serupa dengan
bahu nonspesifik tingkat rendah dengan durasi yang bervariasi (Bury et al., 2016).
Bury et al 2016 dan Saito et al 2018 juga melaporkan bahwa pendekatan terapi
latihan yang berfokus pada skapula lebih efektif dibandingkan pendekatan umum
pada tindak lanjut jangka pendek (4-6 minggu) menunjukkan bahwa nyeri dan
shoulder impingement, ada bukti bahwa terapi latihan efektif untuk mengurangi
rasa sakit dan mempercepat waktu untuk kembali bekerja bila dibandingkan
dengan intervensi pada grup kontrol atau plasebo (Desmeules et al, 2016). Terapi
latihan efektif untuk memberikan perbaikan terhadap skor nyeri, rentang gerak
aktif, dan fungsi bahu secara keseluruhan pada jangka pendek (6-12 minggu)
(Haik et al., 2016) dan jangka panjang tindak lanjut (lebih dari 3 bulan) (Steuri et
1. GIRD
2. Kifosis
3. Pemendekan otot 1. Bentuk akromion dan
pectoralis tumbuhnya osteofit
4. Imbalance otot penggerak 2. Elevasi caput humeri
scapula
Inflamasi
Nyeri nosiseptif
Penurunan Nyeri
eksternal dan internal. Faktor eksternal yaitu (1) kinematika skapula (2)
kinematika humerus (3) Kifosis tulang belakang thorakal (4) Defisit otot dan
jaringan lunak (5) Trauma dan Benturan, sedangkan faktor internal yaitu (1)
Bentuk akromion (2) Degenerasi, (3) Perubahan fisiologis jaringan tendon, (4)
kondisi dari tendon rotator cuff yang melintasi celah subacromial sehingga terjadi
micro injury yang selanjutnya akan menjadi tendinitis rotator cuff sehingga terjadi
inflamasi dan merelease algogenic pain seperti prostaglandin dan bradikinin yang
dalam stimulasi (1) Regenerasi tendon rotator cuff, (2) Perbaikan vaskularisasi,
(3) Peningkatan kekuatan, stabilitas dan fleksibilitas otot rotator cuff dan otot
penggerak scapula, (4) Perbaikan gerak kinematik scapula, dan (5) Peningkatan
Pelaksanaan penelitian
s
akan disimpulkan untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap penurunan nyeri.
e
Dalam perlakuan
h ini, hal yang tidak dikendalikan dan mungkin dapat
a
mempengaruhi hasil adalah pelaksanaan penelitian pada masing masing jurnal
r
i
penelitian.
-
h
2.6
a Hipotesis
r
i
Hipotesis pada penelitian ini adalah ada pengaruh terapi latihan terhadap
m
a
k
a
n