Anda di halaman 1dari 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

Definisi Istilah frozen shouder hanya digunakan untuk penyakit yang sudah diketahui dengan baik yang ditandai dengan nyeri dan kekakuan progresif bahu yang berlangsung 18 bulan. Proses peradangan dari tendonitis kronis tapi perubahanperubahan peradangan kemudian menyebar melibatkan seluruh cuff dan capsul (Appley, 1993). B. Anatomi Fungsional Sendi Bahu (Shoulder Joint) Secara anatomi sendi bahu merupakan sendi peluru (ball and socket joint) yang terdiri atas bonggol sendi dan mangkuk sendi. Cavitas sendi bahu sangat dangkal, sehingga memungkinkan seseorang dapat menggerakkan lengannya secara leluasa dan melaksanakan aktifitas sehari-hari. Namun struktur yang demikian akan menimbulkan ketidakstabilan sendi bahu dan ketidakstabilan ini sering menimbulkan gangguan pada bahu. Sendi bahu merupakan sendi yang komplek pada tubuh manusia dibentuk oleh tulang-tulang yaitu : scapula (shoulder blade),clavicula (collar bone), humerus (upper arm bone), dan sternum. Daerah persendian bahu mencakup empat sendi, yaitu sendi sternoclavicular, sendi glenohumeral, sendi acromioclavicular, sendi scapulothoracal. Empat sendi tersebut bekerjasama secara secara sinkron. Pada sendi glenohumeralsangat luas lingkup geraknya karena caput humeri tidak masuk ke dalam mangkok karena fossa glenoidalis dangkal (Sidharta, 1984).

Gambar. 1 Anatomi Sendi Bahu 1. Sendi Glonuhumerale Sendi glenohumeral dibentuk oleh caput humeri yang bulat dan cavitas glenoidalisscapula yang dangkal dan berbentuk buah per. Permukaan sendi meliputi oleh rawan hyaline, dan cavitas glenoidalis diperdalam oleh adanya labrum glenoidale (Snell, 1997). Dibentuk oleh caput humerrus dengan cavitas glenoidalisscapulae, yang diperluas dengan adanya cartilago pada tepi cavitas glenoidalis, sehingga rongga sendi menjadi lebih dalam. Kapsul sendi longgar sehingga memungkinkan gerakan dengan jarak gerak yang lebih luas. Proteksi terhadap sendi tersebut diselenggarakan oleh acromion, procecus coracoideus, dan ligamen-ligamen. Tegangan otot diperlukan untuk mempertahankan agar caput humerus selalu dipelihara pada cavitas glenoidalisnya. Ligamen-ligamen yang memperkuat sendi glenohumeral antara lain ligamenglenoidalis, ligamenhumeral tranversum, ligamencoraco humeral dan ligamencoracoacromiale, serta kapsul sendi melekat pada cavitas glenoidalis dan collum anatomicum humeri (Snell, 1997).

10

Ligament yang memperkuat antara lain: a. ligamentumcoraco humerale, yang membentang dari procesus

coracoideus sampai tuberculum humeri. b. ligament coracoacromiale, yang membemtang dari procesus coracoideus sampai acromion. c. ligament glenohumerale, yang membentang dari tepi cavitas glenoidalis ke colum anatobicum, dan ada 3 buah yaitu: 1) ligament gleno humerale superior, yang melewati articulatio sebelah cranial 2) Ligament glenohumeralis medius, yang melewati articulatio sebelah ventral. 3) Ligamentum gleno humeralis inferius, yang melewati articulation sebelah inferius. Bursa bursa yang ada pada shoulder joint a. Bursa otot latisimus dorsi, terletak pada tendon otot teres mayor dan tendon latisimus dorsi. b. Bursa infra spinatus, terdapat pada tendon infra spinatus dan tuberositashumeri. c. Bursa otot pectoralis mayor, terletak pada sebelah depan insersio otot pectoralis mayor. d. Bursa subdeltoideus, terdapat diatas tuberositas mayus humeri dibawah otot deltoideus. e. Bursa ligament coraco clavikularis, terletak diatas ligamentum

coracoclaviculare.

11

f. Bursa otot subscapularis terletak diantar sisi glenoidalis scapulae dengan otot subscapularis. g. Bursa subcutanea acromialis, terletak diatas acromion dibawah kulit 2. Sendi sterno claviculare Dibentuk oleh extremitas glenoidalis clavikula, dengan incisura clavicularis sterni. Menurut bentuknya termasuk articulation sellaris, tetapi fungsionalnya glubiodea. Diantar kedua facies articularisnya ada suatu discus articularis sehingga lebih dapat menyesuikan kedua facies articularisnya dan sebagai cavum srticulare. Capsula articularis luas,sehingga kemungkinan gerakan luas. Ligamentum yang memperkuat: a. ligamentum interclaviculare, yang membentang diantara medial

extremitassternalis, lewat sebelah cranial incisura jugularis sterni. b. ligamentum costoclaviculare, yang membentang diantara costae pertama sampai permukaan bawah clavicula c. ligamentum sterno claviculare, yang membentang dari bagian tepi caudal incisura clavicularis sterni, kebagian cranial extremitas sternalis claviculare. 3. Sendi acromioclaviculare Dibentuk oleh extremitas acromialisclavicula dengan tepi medial dari acromion scapulae. Facies articularisnya kecil dan rata dan dilapisi oleh fibro cartilago. Diantara facies articularis ada discus artucularis. Secara morfologis termasuk ariculatio ellipsoidea, karena facies articularisnya sempit, dengan ligamentum yang longgar. Ligamentum yang memperkuat 12

a. Ligament acromio claiculare, yamg membentang antara acromion dataran ventral sampai dataran caudal clavicula b. ligament coraco clavicuculare, terdiri dari 2 ligament yaitu: 1) Ligamentum conoideum, yang membentang antara dataran medial procecuscoracoideus sampai dataran caudal claviculare 2) Ligamentum trapezoideus, yang membentang dari dataran lateral procecuscoraoideus sampai dataran bawah clavicuare 4. Sendi subacromiale Sendi subacromiale berada diantara arcus acromioclaviculare yang berada di sebelah cranial dari caput serta tuberositas humeri yang ada di sebeleh caudal, dangan bursa subacromiale yang besar bertindak sebagai rongga sendi. 5. Sendi scapula thoracic Sendi scapulo thoracic bukan sendi yang sebenarnya, hanya berupa pergerakan scapula terhadap dinding thorax. C. Etiologi 1. Kontusio atau trauma pada jaringan 2. Imobilisasi lama seperti fraktur lengan dan fraktur bahu 3. Diabetes Mellitus 4. Sindroma Servikal 5. Disuse dari sendi bahu yang terjadi pada hemiparese atau monoparese yang terlibat D. Klasifikasi Frozen Shoulder 1. Gangguan Myotakal pada Rotator Cuff a. Tendinitis

13

Nyeri bahu pada pekerja yang dalam aktifitasnya harus mengangkat beban berat, bukan disebabkan oleh proses degenerasi, melainkan terjadi bila lengan harus diangkat sebatas atau melebihi tinggi akronion. Posisi yang sedemikian ini bila berlangsung terus-menerus juga akan menyebabkan terjadinya iskemia pada tendon. Iskemia ini selanjutnya dapat mengakibatkan terjadinya atropi kelemahan otot daerah pundak sehingga daerah tersebut kelihatan kempis. Degenerasi yang progresif pada rotator cuff biasa terjadi pada mereka yang kurang/tidak mewaspadai adanya rasa nyeri dan gangguan fungsi pada bahu. Pada decade ke-5, kebanyakan otot rotator cufftelah mulai tertarik serta memperlihatkan tanda-tanda penipisan dan fibrotisasi. Penipisan dan degenerasi ini terutama terjadi pada daerah kritis (critical zone). Pada keadaan lebih lanjut, kemungkinan terjadinya ruptur ringan akan bertambah lebar, pada keadaan ini proses degenerasi akan diikuti erosi pada tuberkulum humeri. Erosi yang terjadi menekan tendon biceps sehingga sulcus bisipitalis pada kondisi parah seolah-olah menghilang. Bursa sub akromialis menjadi ikut terjepit di daerah tersebut sehingga dinding bursa menebal. Bila terjadi ruptur tendon atau klasifikasi, dinding bursa ini menjadi tegang. Permukaan bawah akronion oleh adanya gesekan dan tekanan dari humerus, akan mengeras dan menebal. Pertambahan usia harus dipertimbangkan sebagai factor yang berperan penting dalam proses tendinitas degenerative, meskipun factor-faktor yang lain juga memegang peranan. Pertambahan usia juga mempengaruhi luas gerak sendi, yang disebabkan oleh perubahan posisi scapula. Perubahan posisi

14

scapula ini sebagai akibat dari bertambahnya lengkung kiposis torakal karena degenerasi diskus intervertebralis.

Kalsifikasi pada Tendinitis Penimbunan kristal kalsium fosfat dan kalsium karbonat pada rotator cuff sangat sering terjadi. Garam ini tertimbun dalam tendon, ligamen, aponeurosis dan kapsul sendi serta dinding pembuluh darah. Penimbunan ini berhubungan dengan perubahan degenerasi. Umumnya terjadi pada daerah kritis dimana degenerasi ini dapat menyebabkan ruptur atau nekrosis pada tempat penimbunan kalsium. Penimbunan pertama kali didapatkan di dalam tendon, kemudian menuju permukaan, selanjutnya ruptur ke atas menuju ruan di bawah bursa subdeltoid. Evakuasi kalsium dari timbunan yang ruptur juga sementara saja dan rasa nyeri ini kemudian dapat timbul kembali. Evakuasi kalsium ke ruang bawah bursa akan menekan ke atas ke arah dasar bursa. Dengan iritasi dan tekanan, timbunan ini dapat ruptur ke dalam bursa itu sendiri. Ruptur ini terjadi akut dan menimbulkan nyeri hebat. Di dalam bursa timbunan ini dapat meluas ke lateral maupun distal (medial) sehingga berbentuk seperti dumbbell dengan pemisahnya adalah ligamentum korakoakromialis. Dalam keadaan ini baik abduksi maupun adduksi bahu tidak lagi dapat dilakukan sepenuhnya (akan terganggu). Bahu biasanya terpaku dalam keadaan sedikit abduksi (30 s/d 40 derajat) yang akan menghambat gerakan bahu ke semua arah. Radang bursa yang terjadi berulang kali oleh karena adanya tekanan yang terus-menerus dapat menyebabkan penebalan dinding bursa, pengentalan

15

cairan bursa dan selanjutnya perlekatan dinding dasar dengan atas bursa, sehingga timbul perikapsulitis ahesive. Akhirnya timbul frozen shoulder (bahu beku). 1) Tendinitis Supraspinatus Tendon otot supraspinatus sebelum berinsersio pada tuberkulum majus humeri, akan melewati terowongan pada daerah bahu yang dibentuk oleh kaput humeri (dengan bungkus kapsul sendi glenohunerale) sebagai alasnya, dan akromion serta ligamentum korako akromiale sebagai penutup bagian atasnya. Disini tendon tersebut akan saling bertumpang tindih dengan tendon dari kaput longus biseps. Adanya gesekan dan penekanan yang berulang-ulang serta dalam jangka waktu yang lama oleh tendon biseps ini akan mengakibatkan kerusakan tendon otot supraspinatus dan berlanjut sebagai tendinitis supraspinatus. Tendinitis supra spinatus dapat disertai ataupun tanpa adanya kalsifikasi. Ada tidaknya kalsifikasi tidak mempunyai hubungan langsung dengan ada tidaknya rasa nyeri. Penderita tendinitis biasanya datang dengan keluhan nyeri bahu yang disertai keterbatasan gerak sendi bahu. Bila ditelusuri, daerah rasa nyerinya adalah di seluruh daerah sendi bahu. Rasa nyeri ini dapat kumat-kumatan, yang timbul sewaktu mengangkat bahu. Pada malam hari nyeri ini dirasakan terus-menerus, dan bertambahnya nyeri bila lengan diangkat. Keluhan umum yang biasanya disampaikan adalah : a) kesulitan memakai baju b) menyisir rambut c) memasang konde atau

16

d) kalau akan mengambil bumbu dapur di rak gantung bahunya terasa nyeri. Pada pemeriksaan gerak didapatkan adanya : a) Painfull arc supraspinatus 0-60 derajat b) Keterbatasan gerak sendi bahu, terutama abduksi dan eksorotasi c) Nyeri tekan pada daerah tendon otot supraspinatus d) Tes Apley Scratch dan Mosley: positif. (Kedua tes ini bukan merupakan tes khusus bagi tendinitis supraspinatus saja. Tes Apley Scratch sedang tes dan Mosley juga positif pada kerusakan otot rotator cuff yang lain). 2) Tendinitis Bisipitalis Tendon otot bisep dapat mengalami kerusakan secara tersendiri, meskipun berada bersama-sama tendon otot supraspinatus. Tendenitis ini biasanya merupakan reaksi terhadap adanya trauma akibat jatuh atau dipukul pada bahu, dengan lengan dalam posisi adduksi serta lengan bawah supinasi. Atau dapat juga terjadi pada orang-orang yang bekerja keras dengan posisi seperti tersebut diatas dan secara berulang kali. Tendinitis bisipitalis memberi rasa nyeri pada bagian depan lengan atas. Penderitanya biasanya datang dengan keluhan : kalau mau mengangkat benda berat bahunya sakit, atau kalau membawa jinjingan di pasar bahunya terasa nyeri. Pada pemeriksaan gerak didapatkan adanya: a) Adduksi sendi bahu terbatas b) Nyeri tekan pada tendon otot biseps (pada sulkus bisipitalis/sulkus intertuberkularis)

17

c) Tes Yergason disamping timbul nyeri juga didapati penonjolan disamping medial tuberkulum minus humeri, berarti tendon otot bisep tergelinsir dan berada di luar sulkus bisipitalis (terjadi penipisan tuberkulum) b. Bursitis Merupakan peradapan dari Bursa. Kelainan ini jarang primer, tetapi biasanya sekunder terhadap kelainan degenerasi dari rotator cuff. 1) Bursitis Subkromialis Keluhan pertamanya adalah tidak dapat mengangkat lengan ke samping (abduksi aktif), tetapi sebelumnya sudah merasa pegal-pegal di bahu. Lokasi nyeri yang dirasakan adalah pada lengan atas atau tepatnya pada insersio otot deltoideus di tuberositas deltoidea humeri. Nyeri ini merupakan nyeri rujukan dari bursitis sub kromialis yang khas sekali. Ini dapat dibuktikan dengan penekanan pada tuberkulum humeri. Tidak adanya nyeri tekan di situ berarti nyeri rujukan. 2) Bursitis Subdeltoideus Pada pemeriksaan fisik, penderita bursitis akan didapatkan : 1) Painfull arc sub acromialis 70 120 derajat 2) Tes flexi siku melawan tahanan pada posisi flexi 90 derajat menjadikan rasa nyeri c. Ruptur Rotator Cuff Ruptur rotator cuff ternyata terjadi lebih sering daripada yang kita duga. Semula diagnosa ini hanya dipertimbangkan bagi mereka yang bekerja berat dan cenderung mudah mengalami trauma hebat. Ternyata pada autopsi

18

sering terlihat adanya ruptur rotator cuff pada golongan umur empat puluh tahun, meskipun tanpa keluhan pada bahu semasa hidup. Otot rotator cuff dapat robek akibat kecelakaan. Bagi penderita akan langsung merasakan nyeri pada daerah persendian bahu bagian atas. Hal ini umum terjadi pada anak-anak atau dewasa muda. Pada orang tua, ruptur dapat terjadi akibat trauma yang ringan saja, disebabkan oleh adanya degenerasi pada rotator cuff. Untuk keadaan ini, biasanya tanpa disertai keluhan nyeri. Keluhannya hanya berupa kesulitan mengabduksi lengan Pada pemeriksaan fisik, umumnya penderita dapat melakukan abduksi sampai 90 derajat, namun bila diminta meneruskan abduksi tersebut (elevasi), tidak akan dapat dan bahkan mungkin lengan atas jatuh. Pada pemeriksaan kekuatan otot (MMI), nilai kekuatan otot tidak akan lebih dari 3 (Fair). Gerak pasif biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri, juga tidak ada gangguan. Tes Moseley atau tes lengan jauh akan menunjukkan hasil yang positif. Bila tes Moseley positif, perlu dilakukan pemeriksaan arterografi. 2. Kapsula adhesiva Penderita kapsulitis adhesive juga menyajikan keluhan yang sama seperti pada penderita periarthritis, yaitu tidak dapat menyisir rambut karena nyeri dan bagian di depan samping bahu. Nyeri pada daerah tersebut terasa jika lengan digerakkan secara aktif, ini berarti bahwa gerakan aktif dibatasi nyeri. Tetapi bila gerakan pasif diperiksa, maka ternyata gerakan tersebut pun terbatas karena adanya sesuatu yang disebabkan oleh perlengketan. Bila diperiksa,maka nyeri yang dirasakan bagian depan dan samping bahu menjalar kelipatan siku dan ke permukaan anterior lengan bawah serta ke daerah ototpectoralis. Keterbatasan sendi bahu (kaku pada bahu) dikaitkan dengan kapsula adhesive secara langsung disebabkan oleh:

19

a. Causa Primer 1) Pengerutan / atropi dari hampir seluruh atau sebagian kapsula sendiglenohumeral pada bagian anterior dan caudal 2) Perlengketan antara kapsula sendi jaringan lunak disekitarnya 3) Penurunan tingkat elastisitas kapsula sendi b. Causa Sekunder 1) Adanya nyeri saat sendi diupayakan bergerak / digerakkan (mobilisasi) 2) Kelemahan otot di sekitar bahu Keadaan bahu seperti di atas dapat diawali dengan tendinitis Supraspinatus /Bisipitalia atau Bursitis Acromialis, karena tidak diobati dan gerakan di sendi bahu yang menimbulkan nyeri tidak dilatih, maka lama kelamaan menimbulkan perlengketan. E. Gambaran Klinis Penderita datang dengan keluhan nyeri dan ngilu pada sendi serta gerakan sendi bahu yang terbatas ke segala arah, terutama gerakan abduksi dan elevasi, sehingga mengganggu lingkup gerak sendi bahu. Rasa nyeri akan meningkat intensitasnya dari hari ke hari. Bersamaan dengan hal ini terjadi gangguan lingkup gerak sendi bahu. Penyembuhan terjadi lebih kurang selama 6 -12 bulan, di mana lingkup gerak sendi akan meningkat dan akhir bulan ke 18 hanya sedikit terjadi keterbatasan gerak sendi bahu. Frozen Shoulder dibagi menjadi 4 stadium: 1. Stadium I : rasa nyeri umumnya terdapat pada sekitar sendi glenohumeral, serta semakin bertambah nyeri bila digerakkan tetapi belum menimbulkan keterbatasan gerak sendi bahu. Pemeriksaan gerak secara pasif menimbulkan rasa nyeri pada akhir gerakan.

20

2. Stadium II : rasa nyeri bertambah, timbul pada malam hari sehingga mengganggu tidur. Hampir setiap gerakan sendi bahu menimbulkan rasa nyeri dan gerakan tiba-tiba akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat. Nyeri terjadi pada daerah insersi otot deltoid dan menjalar ke lengan dan siku. Karena rasa nyeri dan adanya keterbatasan gerakn sendi bahu maka akan menimbulkan gangguan pada saat menyisir rambut. 3. Stadium III : rasa nyeri timbul secara spontan pada saat istirahat, walaupun demikian nyeri akan tetap timbul bila melakukan gerakan tiba-tiba seperti meregangkan sendi. Pada stadium ini keterbatasan gerak sendi bahu baru bertambah nyata, hal ini disebabkan oleh adhesi dan kontraktur dari penebalan mangkok sendi bahu. Otot-otot sekitar sendi seperti

supraspinatus dan infraspinatus akan menjadi atrofi. Lamanya stadium I III bervariasi antara beberapa minggu sampai lbih kurang 2 bulan. Pada stadium III dan IV keterbatasan gerak sendi merupakan masalah yang dihadapi. 4. Stadium IV : mulai terjadi penyembuhan dari keterbatasan sendi bahu secara bertahap dan pemulihan gerakan sendi bahu mulai lebih kurang pada bulan ke 4 dan ke 5 dari saat mulai timbulnya keluhan dan berakhir sekitar 6 sampai 12 bulan.gambaran radiologi umumnya tidak

menunjukkan adanya kelainan. F. Diagnosa Frozen Shoulder 1. Anamnesa Hal hal yang perlu dipertanyakan pada pasien a. Lokasi yang sebenarnya dari nyeri bahu yang dirasakan b. Sudah berapa lama nyeri tersebut dirasakan

21

c.

Faktor apa saja yang menjadi pencetus timbulnya nyeri bahu tersebut dan yang dapat menguranginya

d. Ada tidaknya aktivitas yang berlebihan, terkilir atau trauma pada bahu sebelumnya e. Ada tidaknya masalah atau penyakit pada bahu yang pernah diderita sebelumnya. Jika mungkin ditanyakan juga diagnosis serta terapi yang pernah diberikan saat itu. f. Perlu juga ditanyakan mengenai pekerjaan, kegemaran atau kegiatan waktu senggang yang sering dilakukan pasien. 2. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi 1) Perhatikan postur tubuh pasien dan cara berjalan saat memasuki ruang periksa. Apakah lengan berayun atau sesuai langkah kaki atau dipertahankan pada posisi tertentu. 2) Pasien diminta untuk membuka pakaian bagian atas sampai ke pinggang dan saat pasien melakukan hal tersebut perhatikan apakah gerakannya normal atau ada gerakan yang canggung dan posisi terpaksa. Selain itu perhatikan : 1) Posisi leher dan punggung, apakah ada kifosis berlebihan pada vertebra torakal. 2) Posisi skapula relatif terhadap vertebra apakah ada protaksi berlebihan 3) Posisi humerus terhadap skapula dan vertebra torakal: a) Adanya hipotrofi/atrofi otot b) Adanya tanda radang akut, edema dan kemerahan b. Palpasi

22

Palpasi sebaiknya dilakukan pada belakang pasien 1) Lakukan palpasi mulai dari sendi sternoklavikular, kemudian bergerak ke lateral sepanjang klavikula menuju sendi akromioklavikula dan sendi glenohumeral 2) Rasakan apakah terdapat edema, krepitasi, tanyakan ada tidaknya nyeri tekan. Perubahan kontur tulang jaringan lunak dan peningkatan rasa nyeri. 3) Oleh karena rotator cuff terletak tepat di bawah akromion, untuk dapat dipalpasi terlebih dahulu harus dirotasikan keluar dengan cara

mengekstensikan lengan pasien secara pasif, sehingga kaput humeri berotasi ke anterior. Untuk mengetahui ada tidaknya nyeri tekan pada rotator cuff palpasi daerah di bawah anterior akromion 4) Palpasi di bawah bagian lateral akromion dapat menimbulkan nyeri tekan pada bursitis subakromia. 5) Pada frozen shoulder merupakan gangguan pada kapsul sendi, maka gerakan aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke leher, lengan atas dan punggung, perlu dilihat faktor pencetus timbulnya nyeri. Gerakan pasif dan aktif terbatas. Pertama-tama pada gerakan elevasi dan rotasi interna lengan, tetapi kemudian untuk semua gerakan sendi bahu. 6) Tes Appley scratch merupakan tes tercepat untuk mengeveluasi lingkup gerak sendi aktif pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis skapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala. Pada frozen shoulder pasien tidak dapat melakukan gerakan ini. Bila sendi dapat bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada

23

gerak aktif, maka kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab keterbatasan. 7) Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang membentuk muskulotendineus rotator cuff. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis, karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan otot rotator cuff lainnya. c. Pemeriksaan Penunjang 1) Radiologi polos 2) Arthrografi 3) Bonescan 4) MRI 5) EMG 6) Arthroscopi 7) Laboratorium G. Pemeriksaan Spesifik Shoulder Joint 1. Yergasons Test Tes ini dilakukan untuk menentukan apakah tendon otot biceps dapat mempertahankan kedudukannya di dalam sulkus intertuberkularis atau tidak. Pemeriksaan ini dilakukan dengn meminta pasien untuk memfleksikan elbow sampai 90 dan supinasi lengan bawah dan stabilisasi pada thoraks yang berlawanan dengan pronasi lengan bawah. Pasien diminta untuk melakukan gerakan lateral rotasi lengan melawan tahanan. Hasil positif jika ada tenderness di dalam sulkus bicipitalis atau tendon ke luar dari sulcus, ini merupakan indikasi tendinitis bicipitalis.

24

Gambar. 2 Yergasons Test 2. Speed Test Pemeriksa memberikan tahanan pada shoulder pasien yang berada dalam posisi fleksi, secara bersamaan pasien melakukan gerakan supinasi lengan bawah dan ekstensi elbow. Tes ini positif apabila ada peningkatan tenderness di dalam sulcus bicipitalis dan ini merupakan indikasi tendinitis bicipitalis. 3. Drop arm Test / Test Moseley Tes ini dilakukan untuk mengungkapkan ada tidaknya kerusakan pada otot otot serta tendon yang menyusun rotator cuff dari bahu. Pemeriksa mengabduksikan shoulder pasien sampai 90 dan meminta pasien menurunkan lengannya secara perlahan-lahan atau timbul nyeri pada saat mencoba melakukan gerakan tersebut. Hasil tes positif indikasi cidera pada rotator cuff complex.

25

Gambar. 3 Moseley Test 4. Supraspinatus Test ABD shoulder pasien sampai 90 dalam posisi netral dan pemeriksa memberikan tahanan dalam posisi tersebut. Medial rotasi shoulder sampai 30, dimana thumb pasien menghadap ke lantai. Tahanan terhadap ABD diberikan oleh pemeriksa sambil melihat apakah ada kelemahan atau nyeri, yang

menggambarkan hasil tes positif. Jika hasil tes positif indikasi ada kerobekan / cidera otot atau tendon supraspinatus.

Gambar. 4 Suprinatus Test 5. Apprehension test untuk dislokasi posterior shoulder Pemeriksa memfleksikan kedepan shoulder pasien disertai medial rotasi, lalu pemeriksa menekan kearah posterior elbow pasien. Hasil positif indikasi akan terlihat atau tampak kecemasan pada wajah pasien dan pasien akan mempertahankan gerakan selanjutnya.

26

6. Apprehension test untuk dislokasi anterior shoulder Pemeriksa mengabduksikan dan lateral rotasi shoulder pasien secara perlahan. Jika tes positif indikasi dapat terlihat atau merasakan kecemasan pada wajah pasien dan pasien akan mempertahankan gerakan selanjutnya.

Gambar. 5 Anterior Apprehension Test 7. Allen Manuever Pemeriksa memfleksikan elbow pasien sampai 90, sementara shoulder ekstensi horizontal dan lateral rotasi, disertai rotasi kepala pasien ke sisi yang berlawanan. Pemeriksa mempalpasi denyut a.radialis yang biasanya hilang pada saat kepala rotasi ke sisi yang berlawanan dari lengan yang di tes. Jika tes positif indikasi adanya TOCS. 8. Adsoun Manuever Kepala pasien rotasi ke sisi shoulder yang diperiksa lalu ekstensi kepala pasien sementara pemeriksa memposisikan shoulder pasien lateral rotasi dan ekstensi. Pemeriksa melokalisir denyut a.radialis dan pasien diminta untuk menarik napas yang dalam. Jika denyutnya hilang indikasi tes positif ( TOCS).

27

Gambar. 6 Adson Manuver 9. Apley Scratch Test Pasien diminta menggaruk daerah di sekitar angulus medialis scapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala. Pada pola gerakan tersebut otot-otot abductor dan eksternal rotasi bahu bekerja. Pada tendonitis supraspinatus, bursitis dan kapsulitis adhesive bahu apley scratch tes tidak dapat dilakukan oleh pasien karena timbul nyeri disekitar persendian bahu.

Gambar. 7 Apley Scratch Test 10. Test Roos Posisi pasien duduk dengan bahu retraksi dan depresi sejauh mungkin, selanjutnya pasien diminta untuk menutup dan membuka jarinya kuat-kuat secara

28

bergantian. Posisi ini menyebabkan kompresi didalam berbagai pintu sementara itu perlu adanya penyediaan darah ekstra karena kerja otot tersebut. Orang sehat biasanya mampu melakukan gerakan ini dengan mudah selama 3 menit. Sedangkan pasien dengan TOCS sudah merasakan timbul keluhan dalam waktu 1 menit. Yang paling menyolok pasien merasakan kelelahan yang berlebihan di dalam membuka jari.

Gambar. 8 Roos Test H. Penatalaksanaan Pengobatan pada frozen shoulder sangat bervariasi sesuai dengan pengalaman klinik dan sampai sekarang tidak ada terapi akurat. Terapi fisik baik dan menguntungkan dengan dimulainya gerakan yang terarah dan benar. Selama periode nyeri dapat dilakukan 1. Mengurangi/menghilangkan sakit dengan kompres es lokal 2. Medika mentosa dengan analgesik oral/NSAID 3. Gerakan lingkup gerak sendi pasif, yang lebih baik dilakukan daripada aktif 4. TENS 5. Mobilisasi dan manipulasi yang tepat dan benar 6. Pemanasan dengan alat diatermi.

29

7. Terapi latihan pendulum aktif dan pasif dapat meningkatkan lingkup gerak sendi dan memperbaiki fleksibilitas kapsul.

30

Anda mungkin juga menyukai