Anda di halaman 1dari 19

Low Back Pain

I. PENDAHULUAN
Low back pain (LBP) atau nyeri pinggang adalah suatu sindroma klinik yang ditandai
dengan gejala utama rasa nyeri atau perasaan tidak enak di daerah tulang punggung bawah.1
Diperkirakan 80% penduduk seumur hidupnya pernah sekali merasakan nyeri pinggang. Pada
setiap saat lebih dari 10% penduduk menderita nyeri pinggang.2 Insidensi nyeri pinggang di
beberapa negara berkembang lebih kurang 15-20 % dari total populasi, yang sebagian besar
merupakan nyeri pinggang akut maupun kronik, termasuk tipe benigna. Penelitian kelompok
studi nyeri PERDOSSI Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri pinggang sebesar 18,37%
dari seluruh pasien nyeri.3
LBP pada hakekatnya merupakan suatu keluhan, suatu

gejala saja bukan

merupakan penyakit yang spesifik. Penyebabnya sangat beraneka ragam. 2

Penyebab LBP

beragam dan multifaktorial, diantaranya karena faktor mekanik, degenerasi, radang, neoplasma,
dan penyakit sistemik. LBP yang berlangsung kurang dari 3 bulan disebut nyeri pinggang akut,
sedangkan yang berlangsung lebih dari 3 bulan disebut nyeri pinggang kronik.3
LBP merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan merupakan
masalah bagi masyarakat karena yang bersangkutan jelas tidak akan dapat menunaikan tugas
sehari-hari dengan baik. Penegakan diagnosis yang tepat serta penatalaksanaan yang baik dan
komprehensif
II.

ANATOMI DAN FISIOLOGI LUMBAL


Beberapa gambaran anatomis dan fisiologis pinggang yang perlu diketahui adalah.9,10
1) Vertebra lumbal berjumlah 5 ruas, bila dilihat dari arah samping akan tampak
dalam kedudukan lordosis, sedang dari arah dorsal

tampak lurus dalam garis

vertikal. Antara dua vertebra lumbal yang berurutan hingga antara vertebra lumbal
5 dan sakral 1 terdapat 3 persendian, yaitu
Sendi antara 2 korpus vertebra, dengan diskus intervertebralis diantaranya.
Sendi ( sepasang) di belakang yang dibentuk oleh prosesus artikularis
superior dan inferior kedua korpus vertebra, di atas

dan

bawah

diskus

intervertebralis. Permukaan sendi ini dalam bidang

vertikal

sagital

ini

memungkinkan gerak fleksi (fisiologis 55) dan ekstensi (fisiologis 25).


2) Diskus intervertebralis yang berfungsi sebagai penyangga beban dan shock absorber
terhadap tekanan aksial, yang terdiri dari :

Anulus fibrosus berupa lapisan serabut kolagen yang berjalan menyilang


konsentris. Nukleus pulposus terdiri dari bahan mukopoli-sakarida kental,
bersifat higroskopis.

3) Ligamentum longitudinale posterior, mulai dari vertebra Lumbal- ke arah kaudal


makin menyempit

sehingga di vertebra sakral -1 lebar ligamentum ini hanya tinggal

separuhnya saja.
4) Pada pinggang terdapat jaringan peka nyeri yaitu : ligamentum
anterior, lig. Longitudinale posterior dan lig. flavum,
radiks, kartilago dan lapisan sinovia

III.

longitudinale

otot, dinding pembuluh darah,

dari faset, kapsul sendi apophyse dan periosteum

KLASIFIKASI LBP

Berdasar sifat nyeri LBP dapat dibagi atas beberapa jenis yaitu 1,11 :
a.

Nyeri lokal.
Nyeri setempat terjadi akibat proses patologis berupa iritasi ujung-ujung

saraf

penghantar impuls nyeri pada jaringan seperti : periosteum, kapsul sendi, fasia,
otot, anulus fibrosus dan ligamen.
memiliki ujung saraf
tidak

Korpus

vertebra

dan

nukleus pulposus tidak

nyeri, sehingga korpus vertebra yang dirusak oleh sel tumor

akan menimbulkan nyeri

selama

periosteumnya tidak teregang. Nyeri

setempat biasanya terus menerus atau hilang timbul. Nyeri bertambah pada suatu
perubahan sikap tubuh atau gerakan tertentu. Pada penekanan nyeri dapat bertambah
hebat atau diluar masa nyeri dapat ditimbulkan nyeri tekan.
b.

Nyeri rujukan
Nyeri rujukan yang dirasakan di daerah pinggang dapat berasal dari proses
patologik jaringan peka nyeri di daerah abdominal, pelvis, atau tulang belakangnya
sendiri. Ciri nyeri rujukan adalah sukar terlokalisasi karena terasanya dalam dan difus.
c. Nyeri radikuler

Nyeri radikuler timbul karena perangsangan terhadap radiks, yang


berupa penekanan, peregangan, tarikan atau jepitan. Proses

dapat

patologik yang

menimbulkan nyeri berada di sekitar foramen intervertebrale. Sifat nyerinya yang


tajam, menjalar secara tegas

sesuai dengan dermatomnya dan terasa lebih nyata di

permukaan tubuh. Bila penderita batuk atau bersin nyeri akan bertambah hebat.
d. Nyeri akibat spasme otot

Otot dalam keadaan tegang secara terus menerus menimbulkan


pegal. Sikap duduk, jalan, berdiri yang salah/terpaksa dapat

rasa
menimbulkan

ketegangan otot di daerah lumbal. Spasme otot menyertai berbagai kelainan yang
ada di pinggang dan dapat mengubah postur.
Berdasarkan penyebab nyeri pinggang . Machab mengklasifikasikan dalam 5 kelompok yaitu12 :
1. Nyeri pinggang spondilogenik.
Nyeri pinggang ini berasal dari adanya gangguan di vertebra dan jaringan
sekitarnya. Gangguan tersebut dapat berupa :

radang

: spondilitis

trauma

: fraktur, herniasi diskus intervertebralis, strain /


sprain miofasial

tumor

: osteoma, metastasis

metabolisme

: osteoporosis

2. Nyeri pinggang viserogenik


Nyeri pinggang ini berasal dari adanya gangguan di organ-organ viseral dalam
pelvis maupun abdomen, juga mungkin karena adanya tumor retroperitoneal.
Termasuk dalam kelompok ini adalah kelainan ginjal dan kelainan ginekologik.
3. Nyeri pinggang vaskulogenik
Nyeri pinggang yang ada, berasal

dari

gangguan

vaskular

misalnya

adanya aneurisma atau gangguan pembuluh darah perifer.


4. Nyeri pinggang neurogenik
Termasuk disini yaitu

neurofibroma, neurolemmoma, ependymoma, kista

yang mengenai radiks spinalis.


5. Nyeri pinggang psikogenik.

Termasuk dalam kelompok ini adalah nyeri pinggang oleh karena neurosis,
depresi ataupun karena ansietas.
Dari sekian banyak penyebab, yang sering dijumpai adalah : nyeri pinggang
karena sprain / strain mekanik, spondilosis lumbalis, herniasi diskus intervertebralis, dan
stenosis spinalis.4

Bila nyeri pinggang tersebut bersifat akut, maka sebagai pegangan

untuk mengetahui kausanya, berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinisnya, dapat


dipakai patokan sebagaimana pada tabel dibawah ini.7
Berdasarkan perjalanan penyakitnya dibedakan :
1. Nyeri pinggang akut :Nyeri pinggang berlangsung kurang dari 3 bulan
2. Nyeri pinggang kronik : Nyeri pinggang berlangsung lebih dari 3 bulan

Dari aspek neurologi nyeri pinggang yang sering dijumpai adalah nyeri pinggang
miofasial, nyeri pinggang karena hernia nukleus pulposus (HNP), nyeri pinggang karena stenosis
spinalis lumbalis
IV.

Gambaran klinik
Karena sebagian besar nyeri pinggang diperkirakan berkaitan atau disebabkan proses

mekanik, berikut ini disajikan 6 keadaan yang paling umum di jumpai sebagai penyebab nyeri
pinggang, yaitu : muscle strain, HNP, osteoarthritis, stenosis spinalis, spondilolistesis dan adult
scoliosis. Karakteristik dari keenam nyeri pinggang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Nyeri Pinggang akut


PENYAKIT

UMUR
(TAHUN)

LOKASI
NYERI

Back strain

20-40

Herniasi
diskus akut

30-50

OA atau
stenosis
spinalis

> 50

Punggung
bawah sampai
tungkai bawah;
sering bilateral

Spondylolisthesis

Semua
usia

Punggung, paha
bag. posterior

Ankilosing
spondylitis

15-40

Morning stiffness

Infeksi

Semua
usia

Sacroilliac
joints, vertebra
lumbal
Vertebra
Lumbal, sacrum

Keganasan

>50

Mengenai
tulang

Diperberat dengan
berbaring atau
batuk

V.

Punggung
bawah, bokong,
paha bag.
posterior
Punggung
bawah sampai
tungkai bawah

FAKTOR
MEMPERBERAT
ATAU
MEMPERINGAN
Diperberat dengan
aktivitas atau
membungkuk
Diperingan dengan
berdiri; diperberat
dengan
membungkuk atau
duduk.
Diperberat dengan
berjalan, terutama
mendaki;
diperingan dengan
duduk
Diperberat dengan
aktivitas atau
membungkuk

Bervariasi

GEJALA
Local tenderness,
gerakan vertebra
terbatas
Straight leg raise test
(+), kelemahan, refleks
asimetri
Ekstensi vertebra
berkurang, dapat terjadi
kelemahan atau refleks
asimetri
Perubahan dari kurva
lumbal, palpasi step
off (defek antara
prosecus spinosus),
otot hamstrings
kencang
Diperingan gerakan ke
belakang, tenderness
over sacroiliac joints
Demam, percussive
tenderness; dapat
terdapat kelainan
neurologik atau
gerakan berkurang
Dapat terjadi localized
tenderness, gejala
neurologik atau demam

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan LBP ditujukan untuk menanggulangi fase akut dan mengontrol

nyeri fase kronik. Berdasarkan patofisiologinya, hampir semua modalitas yang ada dapat
dipergunakan untuk terapi nyeri. Komponen penatalaksanaan LBP adalah :

a.

Edukasi

b.

Farmakologi

c.

Terapi fisik.

d.

Modifikasi aktivitas

e.

Alat ortesa

f.

Latihan./ exercise

Pada prinsipnya latihan bertujuan untuk :


1. Mengurangi hiperlordosis atau memperbaiki postur tubuh.
2. Membiasakan diri untuk melakukan gerakan-gerakan yang sesuai dengan
biomekanik tulang punggung.
Pelakasanaan latihan pada nyeri pinggang bertujuan untuk :
1. Mengurangi gaya yang bekerja pada tulang punggung dengan cara mengurangi berat
badan.
2. Memperkuat otot-otot yang kurang kuat, terutama otot dinding perut, otot gluteus
maksimus dan medius, otot-otot punggung.
3. Menggerakkan otot-otot yang memendek, terutama otot dinding perut, otot-otot
hamstring.
4. Mengurangi posisi bahu dan punggung bagian atas yang terlalu menekuk ke depan.
5. Mengurangi spasme otot.

V. HERNIA NUKLEUS PULPOSUS


A. Definisi dan Terminologi Hernia Nuklesus Pulposus
Hernia nukleus pulposus (HNP) merupakan keadaan dimana annulus fibrosus beserta
nucleus pulposusnya menonjol ke dalam kanalis spinalis.4,6,7 Ada beberapa istilah (sinonim)
untuk hernia nukleus pulposus (HNP), yaitu herniated disk, ruptured of lumbar disk, lumbar
disk herniation, lumbar intervertebral disk herniation, , lumbar disk protrusion,

lumbar

protrusion of the nucleus pulposus, sequester disk, protruding disk, extruded disk dan slipped
disk.4,5,6,7,8

B. Faktor Risiko HNP


Faktor risiko terjadinya HNP seringkali diteliti bersamaan dengan faktor risiko LBP dan
degenerasi diskus. Beberapa faktor risiko yang telah diidentifikasi, yaitu herediter, mengangkat
benda-benda berat, tekanan pekerjaan, ketegangan fisik, kerja shift malam, kurang berolahraga,
merokok, dan olahraga berlebihan.4,12

C. Patogenesis
Hernia nukleus pulposus merupakan hasil dari 8,13 :
1. Paparan faktor mekanik, yang berupa tekanan yang berlebihan, tekanan yang
berulang, atau tegangan yang terus menerus pada mekanisme hydraulic (diskus
intervertebalis)
2. Kerusakan diskus intervertebralis yang berupa degenerasi diskus
3. Merupakan kombinasi dari hal-hal tersebut.
Faktor mekanik yang terjadi berupa cedera fleksi. Trauma yang terjadi dapat berupa
trauma tunggal yang berat maupun akumulasi dari trauma yang berulang-ulang. 29 Pada trauma
tunggal, bila ditanyakan kepada pasien rasa nyeri yang dirasakan, biasanya pasien tahu dengan
pasti, misalnya saat yang bersangkutan sedang mencabut ketela pohon, mendorong mobil,
mengangkat benda (berat), terpeleset, jatuh terduduk dan sebagainya. Jadi pada keadaan tersebut,
terjadinya HNP dapat tanpa disertai trauma sebelumnya.6
Faktor lain yang berperan dalam proses terjadinya HNP adalah perubahan degeneratif
pada diskus.13 Degenerasi nukleus pulposus , ligamentum longitudinalis posterior dan anulus
fibrosus dapat berlangsung tanpa menimbulkan gejala atau hanya dengan gejala nyeri pinggang
yang ringan dan berulang. Deposisi kolagen dan elastin serta perubahan glycosaminoglycans
menyebabkan berkurangnya kandungan air di dalam nukleus pulposus, pada saat yang
bersamaan bagian kartilago dari vertebra berkurang vaskularisasinya.13
E. Derajat Hernia Nukleus Pulposus Lumbalis
Diskus abnormal dapat diklasifikasikan menjadi anular bulging dan HNP. Jadi anular
bulging ( bulging disk) pada hakekatnya bukanlah suatu herniasi, namun merupakan keadaan
akibat dari degenerasi diskus dimana diskus secara umum masih intak(utuh) walaupun anulusnya
sudah longgar/lemah.

Sedangkan herniasi dari nukleus pulposus menurut gradasinya, dibagi atas14 :


1. Protruded intervertebral disk, bila beberapa serat dalam anulus robek, tapi lapisan luar
masih intak. Nukleus yang berherniasi ini melewati robekan sebelah dalam. Ini tipe yang
paling sederhana.
2. Extruded intervertebral disk,

terjadi bila herniasi nukleus pulposus melewati suatu

robekan yang menyeluruh dan hanya dibatasi oleh ligamentum longitudinale posterior,
dan bagian yang mengalami herniasi tetap melekat dengan diskus induknya, dapat
melebar /menjauh ke arah cranial/caudal.

3.

Sequestrated intervertebral disk, nukleus yang mengalami herniasi lepas dari


diskus induknya dan telah menembus ligamentum longitudinale posterior.

F. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis yang timbul tergantung pada lokasi dimana HNP lumbal terjadi (Tabel

1). Secara teoritis HNP dapat terjadi kesegala arah, tetapi pada kenyataannya hanya ada 2 arah
saja yaitu postero-lateral dan postero-sentral yang memberikan manifestasi klinis yaitu6 :
1. Ke arah postero-lateral : disamping nyeri pinggang dan sciatica, juga akan memberikan gejala
dan tanda-tanda sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena.
2. Ke arah postero-sentral : mengakibatkan nyeri pinggang oleh karena menekan ligamentum
longitudinale yang bersifat peka nyeri. Mengingat bahwa medula spinalis berakhir pada
vertebra lumbal-1 atau tepi atas dari vertebra lumbal-2, maka HNP ke arah postero-sentral di
bawah vertebra lumbal-2 tidak akan melibatkan medula spinalis. Yang mungkin terkena
adalah kauda equina, dengan gejala dan tanda berupa rasa nyeri yang dirasakan mulai dari
pinggang, daerah perineum, tungkai sampai kaki, refieks lutut dan tumit menghilang yang
sifatnya unilateral atau asimetris.
Tabel 1. Manifestasi Klinis iritasi radiks L3-S1
Gangg.
Radiks

Diskus

L3

L2-L3

L4

L3-L4

L5

L4-L5

S1

L5-S1

Nyeri Redikuler
Pinggang-pantatpaha belakang-lutut
depan
Pinggang-pantatpaha depan-lututtungkai bawah
anteromedial
Panggul-paha
posterolat-betis
lateral-maleolus latpunggung kaki-jari
1,2,3
Tengah bokong-paha
belakang-betis-tumittelapak kaki lateraljari 4,5

Gangg. Sensorik
Hipalgesi daerah
lutut

SLR

KPR

APR

Defekasi
+/-

Biasanya -

Quadrisep

Motorik

Hipalgesi tungkai
bawah medial

+/-

Biasanya Mungkin
+

Quadrisep

Hipalgesi dorsum
pedis, ibu jari
kaki

+/-

++

Gluteusmedi
us Tibialis
ant

Hipalgesi tumit
dan kaki lat

+/-

+++

Gluteus
maks.
Hamstring
Gastrok
nemius

G. Diagnosis
Diagnosis HNP lumbal ditegakan , selain anamnesis juga pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang 1,15,16

Gangg.

Miksi

1. Data anamnesis yang bersifat umum yaitu:


-

Low back pain (sakit pinggang ) selalu mendahului iskialgia diskogenik.

Kegiatan yang menimbulkan peninggian tekanan di dalam ruang araknoid seperti


batuk,bersin dan mengejan memprovokasi terasanya iskialgia diskogenik.

Faktor trauma hampir selalu dapat ditemukan.

2. Pemeriksaan klinis.
- Pada posisi berdiri tampak adanya skoliosis.
- Pada posisi terlentang dapat dilakukan tes provokasi sebagai berikut :
1. Tes untuk meregangkan saraf iskhiadikus.
a. Tes Laseque (straight leg raising =SLR)
b. Tes Laseque menyilang/crossed straight leg raising test ( Tes O'Conell)
2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal.
a. Tes Naffziger
b. Tes Valsava.
3. Pemeriksaan penunjang.
1. Pemeriksaan radiologis.
a. Foto polos vertebra
b. Mielografi
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI).
2. Pemeriksaan neurofisiologi
3. Pemeriksaan laboratorium.
4. Pungsi lumbal.
H. Penatalaksanaan
1. Konservatif
a. Tirah baring
Merupakan

cara yang paling lazim dianjurkan pada pasien HNP dan berguna untuk

Mengurangi

rasa nyeri

mekanik dan tekanan intradiskal. Tirah baring yang

direkomendasikan adalah selama 2-4 hari


b. Medikamentosa
Obat-obatan yang diberikan dapat berupa analgetik dan NSAID, muscle

relaxant,

opioid, kortikosteroid oral, analgetik adjuvan,


c. Terapi fisik
Berupa fisioterapi, penggunaan ortose , latihan dan modifikasi gaya hidup
d. Penyuluhan/edukasi
2. Terapi bedah
Operasi merupakan pilihan terakhir. Tindakan operasi bedah untuk HNP lumbalis antara
lain laminektomi dan disektomi. Kandidat untuk dilakukannya operasi adalah pasien dengan
sciatica yang persisten 2-3 bulan setelah onset yang setelah dilakukan terapi konservatif tidak
ada perubahan dan dimana status klinis sesuai dengan temuan radiologis. Sedangkan terapi
operasi harus dilakukan segera hanya pada sedikit pasien bila didapatkan adanya cauda equina
syndrome (herniasi besar dengan kehilangan fungsi sakral), kehilangan fungsi motorik yang
besar atau nyeri radikuler hebat. Tujuan dari operasi adalah untuk mendekompresi struktur saraf
dengan mengambil diskus yang terherniasi.11,13,16
I. Prognosis
Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif.
Sebagian kecil akan berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi. Pada pasien yang
dioperasi 90% akan membaik terutama nyeri tungkai, tetapi kemungkinan terjadinya
kekambuhan adalah 5% dan bisa pada level diskus yang sama atau berbeda.16

DAFTAR PUSTAKA
1. Noerjanto M. Tinjauan Umum Nyeri Pinggang. Dalam : Simposium Nyeri Punggung
Bawah. Badan Penerbit UNDIP.Semarang ; Desember 2006 :3-4

2. Meliala L. Patofisiologi dan penatalaksanaan nyeri punggung bawah dalam melialaL,


Suryono B, Wibowo S. Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah I Indonesian Pain Society,
Yogyakarta, 2003
3. Wirawan. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang. Dalam Soenarto. Simposium
Rematik Pengenalan dan pengelolaan Artropati Seronegatif. Bagian Penyakit dalam FK
UNDIP, Semarang, 1998
4. Baldwin GN. Lumbar disc disease : the natural history. Neurosurg. Focus 13 (2). 2002.
American Association of Neurological Surgeons.
5. Santoso B. Latihan pada penderita Low back Pain. Dalam Hamid T dalam melialaL,
Suryono B, Wibowo S. Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah I Indonesian Pain Society,
Yogyakarta, 2003
6. Noerjanto M. Nyeri pinggang sebagai bentuk gangguan neuromuskuloskeletal pada usia
lanjut. Dalam : Soedomo, Noerjanto, Soetedjo, editor. Neurogeriatri gangguan neurologik
pada usia lanjut. BP Undip, 1993: 63-81
7. Adam R.D. Pain in The Back, Neck and Extremities. In : Principles of Neurology.6 th ed.
Mc Graw-Hill Co. 1997 : 194-206
8. Cailliet R. Low back pain syndrome, 3rd ed. Philadelphia : FA Davis Co:1981
9. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Cetakan VIII. Jakarta: Dian Rakyat,
2000:95-104
10. Gilroy J. Basic Neurology. 3th Ed. The Mcgraw-Hill Companies, Inc. United States of
America 2000: 574-575
11. Sinaki M, Mokri B. Low back pain and disorders of the lumbar spine. In Braddom RL:
Physical medicine and rehabilitation, 2nd ed. WB Saunders Co.Philadelphia. 2000
12. Halldin K. Lumbar disk herniation, Clinical outcome and segmental stability using a new
radiological classification and radiostereometry. Swedia. 2005
13. Martin MD, Boxell CM, Malone DG. Pathophysiology of lumbar disk degeneration: a
review of the literature. Neurosurg Focus. Vol 13. Article. August 2002. Departement of
neurological surgery,

University of Oklahoma Spine and Brain Institute, Tulsa,

Oklahoma.
14. Jacobs DS. Degenerative Diseases of the spine, In. CT and MR Imaging of the Whole
Body. 4th ed. St. Louis, Missouri.2003 : 724-42.

15. Rambe A.S. Hernia Nukleus Pulposus, etiopatogenesis, gejala klinis dan terapi. Neurona.
Jakarta. 2001 : 39-46
16. Purwanto TE. Hernia Nukleus Pulposus Lumbalis. Dalam: Nyeri punggung bawah.
Kelompok Studi Nyeri, PERDOSSI, Yogyakarta, 2003

LAPORAN KASUS
I.

IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Tn. H

II.

Umur

30 tahun.

Alamat

Jl. Rorojonggrang Timur XIII,Semarang

Pendidikan

: Sarjana Teknik

Pekerjaan

: Administrasi LSM

No.CM

C 266070

DATA SUBYEKTIF
Anamnesis (Autoanamnesis, 5 Januari 2011)
1. Riwayat penyakit sekarang:
Keluhan utama : Nyeri di punggung bawah kiri yang menjalar ke
betis kiri
Lokasi

: Punggung bawah kiri menjalar ke betis kiri

Onset

: 6 bulan yang lalu

Kualitas

: Nyeri terasa kemeng dan seperti kesetrum.

Kuantitas

: ADL mandiri.

Kronologi

: 1 tahun yang lalu pasien terjatuh di wc dengan posisi terduduk

tetapi dapat langsung berdiri kembali tanpa ada keluhan, keesokan harinya pasien
merasa pegal pada daerah punggung bawah yang hilang sendiri tanpa obat. Sejak
itu pasien sering merasa pegal-pegal dan nyeri yang tidak menjalar pada daerah
tersebut tetapi belum pernah berobat. Sejak 6 bulan yang lalu pasien mulai
merasakan nyeri daerah punggung bawah kiri yang menjalar ke betis kiri. Nyeri
dirasakan terutama bila hendak bangun dari duduk saat duduk lama, nyeri
dirasakan kemeng atau kadang seperti kesetrum. Sejak 3 bulan lalu nyeri makin
bertambah berat, dirasakan juga bilamana pasien berjalan agak jauh dan lama
ataupun naik turun tangga, Nyeri kurang bila pasien berbaring dengan sedikit
memiringkan badan. Pasien juga mengeluh kesemutan pada tungkai kiri. Bila
batuk, bersin atau mengejan pasien merasakan bertambah nyeri. Buang air kecil
dan buang air besar tidak bermasalah.
2. Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat trauma di daerah panggul +

3. Riwayat penyakit keluarga:


Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini.
4. Riwayat sosial ekonomi:
Penderita lulusan sarjana teknik, sekarang bekerja di LSM dan bertugas memasukkan
data, belum menikah. Penderita tinggal serumah dengan orang tua beserta 2
saudaranya.
Rumah: atap genteng, dinding tembok, lantai keramik, wc duduk, PDAM,
Biaya pengobatan ditanggung sendiri . Kesan: cukup.
III.

DATA OBYEKTIF
Keadaan umum : Baik.
Kesadaran

: Komposmentis

Tanda vital

: TD: 110/80 mmHg T : 36,5 C


RR: 20 x/menit

VAS

N: 88 x/menit

Status Internus : Dalam batas normal.


Status Neurologis
Kesadaran

: GCS E4 M6 V5 (15).

Kepala

: Mesosefal, Nyeri tekan -, Simetris.

Mata

: Pupil bulat, Isokor, 3mm, Reflex Cahaya +/+.

Leher

: Sikap lurus, Pergerakan bebas, Kaku kuduk -.

Nn Craniales

: dalam batas normal

Punggung

Inspeksi : Skoliosis (-), kifosis (-), gibus (-), tanda radang (-)
Palpasi

Nyeri tekan paravertebra -

Gerak

Nyeri gerak

Ante/retrofleksi

-/+

Laterofleksi

-/+

Rotasi ke ka/ki

-/+

Ekstremitas Inferior
Motorik

ka

ki

Fleksi hip

Ekstensi lutut

Dorsofleksi ankle

Dorsofleksi ibu jari

Plantarfleksi ankle

Tonus

Trofi

Refleks fisiologis lutut

Refleks fisiologis tumit

Refleks patologis

Gerakan
Kekuatan

Klonus

IV.

Sensibilitas

: hipestesi sesuai dermatom segmen L1-S1 kiri

Vegetatif

: dalam batas normal

Tes Provokasi

Lasegue

>70

60

Bragard

Sicard

Patrick

Kontra Patrick

Valsava

Nafziger

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Polos Lumbosakral AP/ Lateral

Kesan : Lumbalisasi tidak sempurna

V.

DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis

: - Iskialgia sinistra
- Hipestesi sesuai dermatom L1- S1 sinistra

Diagnosis Topis

: Radiks spinalis L1-S1

Diagnosis Etiologi : Suspek HNP


DD/ Stenosis spinalis
VI. TERAPI
1. Medikamentosa.
2. Rehabilitasi medik.
VII.

PROGRAM REHABILITASI MEDIK

1. Fisioterapi.
Assesment:
- Kontak, pengertian baik, dan komunikasi baik.
- Nyeri gerak pinggang (+), nyeri radikuler kiri (+), tes lasegue kiri 600, Hipestesi
sesuai dermatom L1-S1
Program:
- Menyurangi nyeri : TENS di lumbosakral 3x/minggu
- Pemeliharaan kekuatan otot-otot punggung bawah
- Latihan sensibilitas kaki.
2. Terapi okupasi.
Assesment:
- Kontak, pengertian baik, dan komunikasi baik.
- Nyeri gerak pinggang (+), nyeri radikuler kiri (+), tes lasegue kiri 600, Hipestesi
sesuai dermatom L1-S1
- ADL masih bisa mandiri
Program:
- Proper body mechanics ( PBM ) lumbal :
- Tidur dengan kasur datar keras, diganjal bantal dibawah lutut.
- Cara tidur dan bangun duduk berdiri yang benar.
- Jangan angkat beban berat-berat.
3. Ortotik Prostetik.
Assesment:
- Kontak, pengertian baik, dan komunikasi baik.
- Nyeri gerak pinggang (+), nyeri radikuler kiri (+), tes lasegue kiri 600, Hipestesi
sesuai dermatom L1-S1
Program:
- Korset lumbosakral semirigid
4. Sosial medik.

Assesment:
- Pasien seorang karyawan LSM, biaya pengobatan ditanggung sendiri, belum
menikah
- Hubungan antar keluarga baik. Penderita tinggal serumah dengan orang tua dan 2
saudara
- Rumah: atap genteng, dinding tembok, lantai keramik, wc duduk, PDAM.
Biaya pengobatan ditanggung sendiri. Kesan: cukup.
Program:
- Memberi motivasi kepada keluarga untuk membantu memberi perawatan dan
rehabilitasi medik penderita
5. Psikologi.
Assesment:
- Kontak baik, komunikasi baik, stabilitas emosi stabil
Program:
- Memberikan dukungan mental.
- Memotivasi pasien agar tetap latihan dan kontrol teratur.
- Memotivasi keluarga untuk memberikan dukungan kepada
penderita.
6. Terapi wicara.
Assesment:
- Kontak, pengertian baik, dan komunikasi baik.
Program:
- Sementara belum ada program

Anda mungkin juga menyukai